Minggu, 31 Agustus 2025

Metode dalam berpikir ilmiyah dan Islami

بسم الله الرحمن الرحيم

Perintah untuk berpikir.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ} [الأنعام : 50]

Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" [Al-An'am: 50]

{أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا ۗ مَا بِصَاحِبِهِم مِّن جِنَّةٍ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ مُّبِينٌ} [الأعراف : 184]

Apakah (mereka lalai) dan tidak memikirkan bahwa teman mereka (Muhammad) tidak berpenyakit gila. Dia (Muhammad itu) tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan lagi pemberi penjelasan. [Al-A'raaf: 184]

Lihat: Apakah anda berakal?

Berpikir ilmiyah dengan landasan dalil, bukan prasangka atau khayalan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا} [الإسراء : 36]

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. [Al-Israa': 36]

{إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ لَيُسَمُّونَ الْمَلَائِكَةَ تَسْمِيَةَ الْأُنثَىٰ (27) وَمَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ ۖ وَإِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا} [النجم : 27-28]

Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran. [An-Najm: 27-28]

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات : 6]

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [Al-Hujuraat: 6]

Lihat: Kitab Ilmu bab 10; Berilmu sebelum berucap dan beramal

Macam-macam dalil:

1.      Dalil fitrah (hati nurani yang condong kepada kebenaran).

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu; Rasulullah bersabda:

"مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، وَيُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ؟. ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ رضي الله عنه: ﴿فِطْرَتَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ﴾"

"Tidak ada seorang anak yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, sebagaimana hewan yang melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna. Apakah kalian merasa hewan itu ada yang terpotong hidungnya? Kemudian Abu Hurairah membaca firman Allah: {(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus} [Ar-Rum: 30]" [Shahih Bukhari]

Ø  An-Nawwaas bin Sam'aan Al-Anshary radhiyallahu 'anhu berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan keburukan, dan Beliau menjawab:

"الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ، وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ" [صحيح مسلم]

“Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan keburukan adalah sesuatu yang mengganjal di dadamu (hatimu), dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya”. [Sahih Muslim]

Lihat: Syarah Arba'in hadits (27) An-Nawwaas dan Wabishah; Apa itu kebaikan dan keburukan?

2.      Dalil panca indra.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ} [الأعراف : 179]

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. [Al-A'raaf: 179]

Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

"لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ" [مسند أحمد: صحيح]

"Berita (kabar) tidak sama dengan melihat langsung (menyaksikan sendiri)." [Musnad Ahmad: Shahih]

3.      Dalil tabiat dan kebiasaan.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu:

أَنّ النَّبِيَّ ﷺ مَرَّ بِقَوْمٍ يُلَقِّحُونَ. فَقَالَ «لَوْ لَمْ تَفْعَلُوا لَصَلُحَ» قَالَ فَخَرَجَ شِيصًا.  فَمَرَّ بِهِمْ فَقَالَ «مَا لِنَخْلِكُمْ؟» قَالُوا: قُلْتَ كَذَا وَكَذَا. قَالَ «أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ».

Bahwa Nabi melewati suatu kaum yang sedang mengawinkan pohon kurma. Beliau bersabda, "Sekiranya kalian tidak melakukannya, niscaya (kurma itu) akan baik." Maka (pada tahun itu) pohon kurma tersebut berbuah buruk. Kemudian beliau melewati mereka lagi dan bertanya, "Ada apa dengan pohon kurma kalian?" Mereka menjawab, "Engkau telah mengatakan ini dan itu (sehingga jadilah begini)." Maka beliau bersabda, "Kalian lebih mengetahui urusan dunia kalian." [Shahih Muslim]

4.      Dalil akal (logika).

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِندَ اللَّهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ} [الأنفال : 22]

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. [Al-Anfaal: 22]

Akal tidak mampu mengetahui hakikat kebenaran tanpa bantuan wahyu.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:

"لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ، وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ" [سنن أبي داود: صحيح]

“Seandainya agama (Islam) itu berdasarkan hasil pikiran, niscaya bagian bawah sepatu lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya, dan sungguh saya telah melihat Rasulullah mengusap bagian atas kedua khufnya". [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu berkata:

"اتَّقُوا الرَّأْيَ فِي دِينِكُمْ" [جامع بيان العلم وفضله]

“Jauhi logika semata dalam agama kalian”. [Jami’u Bayanil ‘Ilmi wa fadhlihi]

Lihat: Kitab I’tisham, bab (07): Logika yang tercela dan qiyas yang berlebihan

5.      Dalil wahyu.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ} [الأعراف: 3]

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran. [Al-A'raf: 3]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِي" [المستدرك للحاكم: حسنه الألباني]

"Aku telah meninggalkan pada kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat selama kalian perpegang pada keduanya: Kitabullah (Al-Qur'an) dan sunnahku". [Mustadrak Al-Hakim: Hasan]

Lihat: Kewajiban mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaf

Macam-macam dalil syar'iy:

1)      Al-Qur'an.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ} [النحل: 89]

Dan kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. [An-Nahl:89]

Lihat: Keistimewaan Al-Qur'an

2)      Hadits.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [الحشر: 7]

Dan apa yang diberikan (disampaikan) Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [Al-Hasyr:7]

Lihat: Jadikan As-Sunnah sebagai pedoman hidup

3)      Ijma' (kesepakatan ulama).

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا} [النساء: 115]

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [An-Nisaa':115]

Ø  Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ لَا يَجْمَعُ أُمَّتِي - أَوْ قَالَ: أُمَّةَ مُحَمَّدٍ ﷺ - عَلَى ضَلَالَةٍ" [سنن الترمذي: صحيح]

"Sesungguhnya Allah tidak menyatukan umatku (atau umat Muhammad) di atas kesesatan". [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Kitab I’tisham, bab (16) Perintah Nabi ﷺ untuk mengikuti apa yang telah disepakati oleh ahli ilmu

4)      Syari'at umat terdahulu.

Jika sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah shahih maka bisa diamalkan, dan jika bertentangan maka ditolak.

Adapun jika tidak dibenarkan dan tidak pula didustakan dalam Al-Qur'an dan Sunnah maka kita tidak membenarkan dan tidak pula mendustakannya. Dari Abullah bin 'Amru radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

"حَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ" [صحيح البخاري]

"Ceritakanlah (riwayat-riwayat) tentang Bani Israil, dan tidak mengapa (dalam hal itu)." [Shahih Bukhari]

5)      Kiyas.

Setelah Rasulullah menjelaskan tentang keutamaan kuda, beliau ditanya tentang keledai. Maka beliau hanya menjawab:

"مَا أَنْزَلَ اللَّهُ عليَّ فِيهَا إِلَّا هَذِهِ الْآيَةَ الفاذَّة الْجَامِعَةَ: ﴿فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذرَّة خَيْرًا يَرَهُ. وَمَنْ يعمل مثقال ذرَّة شرًا يره﴾"

'Allah tidak menurunkan kepadaku tentangnya selain satu ayat yang ringkas ini: '(Barang siapa yang beramal kebaikan seberat biji dzarrah, maka Allah akan melihatnya, sebaliknya barang siapa yang beramal seberat biji dzarrah keburukan, pasti ia melihatnya) ' [Az-Zalzalah: 7-8]

Lihat: Kitab I’tisham, bab (24): Hukum-hukum yang diketahui melalui dalil, dan makna penunjukan dalil beserta penjelasannya

6)      Maslahat mursalah (manfaat yang belum ada di masa sebelumnya).

Khusus untuk perkara mu'amalah atau wasilah (sarana), bukan perkara akidah atau ibadah. Seperti:

a)      Pengumpulan Al-Qur'an dalam satu mushaf dan penyatuan bacaannya.

Lihat: Sejarah turunya Al-Qur'an dan pengkodifikasiannya

b)      Begitu pula pembukuan hadits.

Lihat: Usaha ulama melestarikan As-Sunnah

7)      Adat dan kebiasaan.

Pada perkara yang tidak ada dalil rinciannya dari wahyu sehingga dikembalikan kepada 'urf kebiasaan manusia di suatu tempat dan waktu tertentu. Seperti:

a.       Batasan pergaulan suami istri.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ} [النساء: 19]

Dan bergaullah dengan mereka (isteri) secara patut. [An-Nisaa':19]

Ø  Dari Aisyah -radhiyallahu 'anha-; Rasulullah berkata kepada Hindun binti Utbah:

"خُذِي مَا يَكْفِيكِ وَوَلَدَكِ بِالْمَعْرُوفِ"

"Ambillah (dari harta suamimu) yang cukup untuk memenuhi kebutuhanmu dan juga anakmu sesuai keadaan." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Rapor merah suami

b.      Batasan berbakti kepada kedua orang tua.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا} [لقمان: 15]

Dan pergaulilah keduanya (orang tua) di dunia dengan baik. [Luqman:15]

Lihat: Bagaimana berbakti pada kedua orang tua

c.       Batasan erbuat baik pada tetangga.

Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata: Kekasih saya, Rasulullah pernah berpesan kepada saya:

"إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ، ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِكَ، فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوفٍ" [صحيح مسلم]

'Apabila kamu memasak kuah sayur, maka perbanyaklah airnya, lalu lihatlah jumlah keluarga tetanggamu dan berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan baik.'" [Shahih Muslim]

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/2020/11/adab-bertetangga-dalam-islam.html

d.      Jarak tempuh musafir (bepergian jauh) untuk mengqashar shalat atau membatalkan puasa.

Lihat: Hukum seputar puasa bagi orang yang bepergian jauh (musafir)

8)      Mazhab sahabat Nabi.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [التوبة: 100]

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. [At-Taubah:100]

Ø  Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:

"مَنْ كَانَ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، أُولَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانُوا خَيْرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، أَبَّرَهَا قُلُوبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ صلّى الله عليه وسلم وَنَقْلِ دِينِهِ، فَتَشَبَّهُوا بِأَخْلَاقِهِمْ وَطَرَائِقِهِمْ فَهُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيمِ" [حلية الأولياء]

"Siapa yang mencari tuntunan maka hendaklah ia mengikuti tuntunan mereka yang sudah wafat, mereka itu adalah sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, (1) mereka adalah generasi tebaik umat ini, (2) hati mereka lebih suci, (3) ilmu mereka lebih dalam, dan (4) tidak suka melampaui batas. (5) Mereka adalah generasi yang Allah pilih untuk menemani nabi-Nya -- dan menyampaikan agama-Nya, maka hendaklah kalian mencontoh akhlak dan metode mereka (dalam beragama), mereka adalah sahabat Muhammad , (6) mereka berada di atas petunjuk yang lurus." [Hilyatul Auliyaa']

Lihat: Kewajiban mengikuti cara beragama Sahabat Rasulullah

9)      Hukum asal (istishab).

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا} [البقرة : 29]

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. [Al-Baqarah: 29]

Ø  Salman radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah pernah ditanya tentang mentega, keju dan Al-Fira’ (sejenis baju dari kulit)." Beliau lalu menjawab:

"الحَلَالُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ، وَالحَرَامُ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ، وَمَا سَكَتَ عَنْهُ فَهُوَ مِمَّا عَفَا عَنْهُ"

"Halal adalah sesuatu yang telah Allah halalkan dalam kitab-Nya, dan haram adalah sesuatu yang telah Allah haramkan dalam kitab-Nya. Adapun yang Allah diamkan, maka itu adalah sesutau yang Allah maafkan." [Sunan Tirmidziy: Dihasankan oleh syekh Albaniy rahimahullah]

Lihat: Kitab I’tisham, bab (23): “Orang yang berpendapat bahwa tidak adanya penginkaran dari Nabi ﷺ adalah hujjah, tidak dari selain Rasul”

Apa yang harus dipikirkan?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ" [سنن ابن ماجه: صحيح]

“Diantara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak penting baginya". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata; Rasulullah bersabda:

"الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ، احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَز، ْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ"

"Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah -Subhanahu wa Ta 'ala- daripada orang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah -Azza wa Jalla- dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'. Tetapi katakanlah; 'lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syetan.'" [Shahih Muslim]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (12) Abu Hurairah; Meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat

ü  Apa tujuan kita sebagai manusia?

ü  Siapa Yang Menciptakan?

ü  Menyelesaikan berbagai permasalahan, dengan mencari sebabnya dan apa solusinya.

Wallahu a'lam!

Lihat juga: Peran Ilmu Agama Untuk Kebaikan Bernegara - Keutamaan bermanhaj salaf - Inilah jalan da'wahku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...