بسم الله الرحمن الرحيم
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
"أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِإِسْلَامِ أَبِي
ذَرٍّ؟ قَالَ: قُلْنَا: بَلَى! قَالَ: قَالَ أَبُو ذَرٍّ: كُنْتُ رَجُلًا مِنْ
غِفَارٍ، فَبَلَغَنَا أَنَّ رَجُلًا قَدْ خَرَجَ بِمَكَّةَ يَزْعُمُ أَنَّهُ
نَبِيٌّ، فَقُلْتُ لِأَخِي: انْطَلِقْ إِلَى هَذَا الرَّجُلِ، كَلِّمْهُ وَأْتِنِي
بِخَبَرِهِ! فَانْطَلَقَ، فَلَقِيَهُ ثُمَّ رَجَعَ، فَقُلْتُ: مَا عِنْدَكَ؟
فَقَالَ: وَاللهِ، لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلًا يَأْمُرُ بِالْخَيْرِ وَيَنْهَى عَنِ
الشَّرِّ، فَقُلْتُ لَهُ: لَمْ تَشْفِنِي مِنَ الْخَبَرِ، فَأَخَذْتُ جِرَابًا
وَعَصًا، ثُمَّ أَقْبَلْتُ إِلَى مَكَّةَ، فَجَعَلْتُ لَا أَعْرِفُهُ، وَأَكْرَهُ
أَنْ أَسْأَلَ عَنْهُ، وَأَشْرَبُ مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ، وَأَكُونُ فِي الْمَسْجِدِ،
قَالَ: فَمَرَّ بِي عَلِيٌّ، فَقَالَ: كَأَنَّ الرَّجُلَ غَرِيبٌ؟ قَالَ: قُلْتُ:
نَعَمْ، قَالَ: فَانْطَلِقْ إِلَى الْمَنْزِلِ، قَالَ: فَانْطَلَقْتُ مَعَهُ لَا
يَسْأَلُنِي عَنْ شَيْءٍ وَلَا أُخْبِرُهُ، فَلَمَّا أَصْبَحْتُ غَدَوْتُ إِلَى
الْمَسْجِدِ لِأَسْأَلَ عَنْهُ، وَلَيْسَ أَحَدٌ يُخْبِرُنِي عَنْهُ بِشَيْءٍ،
قَالَ: فَمَرَّ بِي عَلِيٌّ، فَقَالَ: أَمَا نَالَ لِلرَّجُلِ يَعْرِفُ مَنْزِلَهُ
بَعْدُ؟ قَالَ: قُلْتُ: لَا، قَالَ: انْطَلِقْ مَعِي! قَالَ: فَقَالَ: مَا
أَمْرُكَ وَمَا أَقْدَمَكَ هَذِهِ الْبَلْدَةَ؟ قَالَ: قُلْتُ لَهُ: إِنْ كَتَمْتَ
عَلَيَّ أَخْبَرْتُكَ، قَالَ: فَإِنِّي أَفْعَلُ، قَالَ: قُلْتُ لَهُ: بَلَغَنَا
أَنَّهُ قَدْ خَرَجَ هَا هُنَا رَجُلٌ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ، فَأَرْسَلْتُ
أَخِي لِيُكَلِّمَهُ، فَرَجَعَ وَلَمْ يَشْفِنِي مِنَ الْخَبَرِ، فَأَرَدْتُ أَنْ
أَلْقَاهُ، فَقَالَ لَهُ: أَمَا إِنَّكَ قَدْ رَشَدْتَ، هَذَا وَجْهِي إِلَيْهِ،
فَاتَّبِعْنِي ادْخُلْ حَيْثُ أَدْخُلُ، فَإِنِّي إِنْ رَأَيْتُ أَحَدًا أَخَافُهُ
عَلَيْكَ، قُمْتُ إِلَى الْحَائِطِ كَأَنِّي أُصْلِحُ نَعْلِي، وَامْضِ أَنْتَ!
فَمَضَى وَمَضَيْتُ مَعَهُ حَتَّى دَخَلَ وَدَخَلْتُ مَعَهُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ،
فَقُلْتُ لَهُ: اعْرِضْ عَلَيَّ الْإِسْلَامَ! فَعَرَضَهُ، فَأَسْلَمْتُ مَكَانِي،
فَقَالَ لِي: "يَا أَبَا ذَرٍّ، اكْتُمْ هَذَا الْأَمْرَ، وَارْجِعْ إِلَى
بَلَدِكَ، فَإِذَا بَلَغَكَ ظُهُورُنَا فَأَقْبِلْ!" فَقُلْتُ: وَالَّذِي
بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَأَصْرُخَنَّ بِهَا بَيْنَ أَظْهُرِهِمْ! فَجَاءَ إِلَى
الْمَسْجِدِ وَقُرَيْشٌ فِيهِ، فَقَالَ: يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، إِنِّي أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ!
فَقَالُوا: قُومُوا إِلَى هَذَا الصَّابِئِ، فَقَامُوا فَضُرِبْتُ لِأَمُوتَ،
فَأَدْرَكَنِي الْعَبَّاسُ، فَأَكَبَّ عَلَيَّ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْهِمْ فَقَالَ:
وَيْلَكُمْ تَقْتُلُونَ رَجُلًا مِنْ غِفَارَ وَمَتْجَرُكُمْ وَمَمَرُّكُمْ عَلَى
غِفَارَ؟! فَأَقْلَعُوا عَنِّي، فَلَمَّا أَنْ أَصْبَحْتُ الْغَدَ، رَجَعْتُ
فَقُلْتُ مِثْلَ مَا قُلْتُ بِالْأَمْسِ، فَقَالُوا: قُومُوا إِلَى هَذَا
الصَّابِئِ! فَصُنِعَ بِي مِثْلَ مَا صُنِعَ بِالْأَمْسِ، وَأَدْرَكَنِي
الْعَبَّاسُ، فَأَكَبَّ عَلَيَّ، وَقَالَ مِثْلَ مَقَالَتِهِ بِالْأَمْسِ، قَالَ:
فَكَانَ هَذَا أَوَّلَ إِسْلَامِ أَبِي ذَرٍّ رحمه الله".
"Maukah kalian aku ceritakan tentang masuk Islamnya Abu
Dzarr radhiallahu'anhu?" Abu Jamrah berkata, Kami jawab, "Ya,
mau." Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma berkata, Abu Dzarr
radhiallahu'anhu menuturkan, "Aku adalah seorang laki-laki dari suku
Ghifar, kemudian sampai berita kepada kami bahwa ada seorang laki-laki di
Makkah yang mengaku sebagai Nabi, kemudian aku katakan kepada saudaraku,
"Pergilah kamu menemui laki-laki itu, bicaralah dengannya lalu bawalah
kepadaku kabar tentangnya." Maka saudaraku berangkat menemui laki-laki itu
kemudian kembali. Aku bertanya, "Apa yang kamu bawa?" Dia menjawab,
"Demi Allah, sungguh aku telah melihat dia seseorang yang mengajak kepada
kebaikan dan melarang keburukan." Aku katakan kepadanya, "Aku belum
puas tentang kebaikan yang kamu sampaikan." Maka aku ambil kantong
(terbuat dari kulit) dan sebatang tongkat kemudian aku berangkat menuju Makkah.
Sesampainya di sana aku tidak kenal laki-laki yang dimaksud sedang aku enggan
bertanya tentangnya. Maka kuminum air zamzam lalu aku duduk di masjid
(al-Haram)." Abu Dzar melanjutkan, "Lalu 'Ali radhiallahu'anhu lewat
di dekatku dan berkata, Sepertinya Anda orang asing?" Abu Dzarr berkata,
"Aku jawab, "Ya, benar." 'Ali berkata, "Mari singgah ke
rumah." Abu Dzarr berkata, "Maka aku berangkat bersamanya dan dia
tidak bertanya apapun kepadaku dan aku juga tidak menceritakan maksud
kedatanganku.' Pada pagi harinya, aku kembali menuju masjid untuk bertanya
tentang orang yang mengaku Nabi namun tidak ada seorangpun yang dapat memberi
kabar kepadaku." Abu Dzarr melanjutkan, "Lalu 'Ali menghampiriku dan
berkata, "Mungkin orang ini (maksud Ali Abu Dzar sendiri) sudah tahu rumah
Muhammad!" Abu Dzarr menjawab, "Ah belum." 'Ali berkata,
"Mari ikut aku." Abu Dzarr berkata, Lalu 'Ali bertanya, "Apa
kepentinganmu dan apa tujuanmu mengunjungi negeri ini?" Abu Dzarr berkata,
Aku katakan kepadanya, "Kalau kamu mau merahasiakannya, aku akan
memberitahumu!'Ali menjawab, "Ya, akan kulakukan!" Abu Dzarr berkata,
"Lalu aku ceritakan kepadanya, "Telah sampai berita kepada kami bahwa
di negeri ini telah datang seseorang yang mengaku sebagai Nabi maka aku mengutus
saudaraku untuk berbicara dengannya, lalu dia kembali, namun aku tidak puas
dengan kebaikan yang diterangkannya. Maka aku ingin menemuinya." Maka 'Ali
berkata kepadanya, "Sungguh kamu telah mendapat petunjuk dan inilah aku
orang yang akan menunjukkan jalan untuk menemuinya. Untuk itu, ikutilah aku,
dan masuklah saja jika aku masuk, dan jika aku melihat ada orang yang aku
khawatiri, aku akan berdiri merapat ke tembok seakan-akan aku sedang
membetulkan sandalku, maka saat itu pergilah kamu." Kemudian 'Ali pergi
berlalu dan aku ikut pergi bersamanya hingga ketika dia masuk aku pun ikut
masuk menemui Nabi ﷺ.
Kemudian aku bertanya kepada beliau, "Terangkanlah Islam kepadaku?"
Maka beliau menerangkannya kepadaku lalu akhirnya aku masuk Islam dan berganti
agama. Kemudian beliau berkata kepadaku, "Wahai Abu Dzarr, rahasiakanlah
masalah ini dan kembalilah ke negerimu. Nanti jika sampai berita kepadamu
tentang kejayaan kami datanglah menghadap kemari." Aku berkata, "Demi
Dzat yang telah mengutus baginda dengan haq, sungguh aku pasti akan menjelaskan
masalah ini di hadapan mereka." Maka dia mendatangi masjid sedangkan
orang-orang Quraisy sedang berada di sana lalu dia berkata, 'Wahai sekalian
Quraisy, aku bersaksi tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan aku
besaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. Maka mereka berkata,
"Berdirilah kalian untuk (menghajar) orang yang baru saja mengganti
agamanya ini." Maka mereka berdiri semuanya lalu aku dipukuli hingga
hampir mampus. Kemudian 'Abbas mendapatkan aku, lalu membaringkan badanku,
kemudian memandang mereka seraya berkata, "Celaka kalian, kalian hendak
membunuh seorang pemuda dari suku Ghifar. Bukankah tempat berdagang kalian dan
lalu lalang kalian (menuju Syam) melewati Ghifar?" Akhirnya mereka
melepaskanku. Keesokan harinya, aku kembali ke masjid dan kembali mengatakan
seperti yang kemarin. Maka mereka kembali berkata, "Berdirilah kalian
untuk (menghajar) orang yang baru saja mengganti agamanya ini." Maka aku
diperlakukan seperti yang mereka lakukan kemarin dan kembali 'Abbas mendapatkan
aku lalu membaringkan badanku seraya berkata kepada Quraisy seperti yang
kemarin dia katakan." Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma berkata, "Itulah
awal keislaman Abu Dzarr, semoga Allah merahmatinya". [Shahih Bukhari]
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Ibnu
Abbas radhiyallahu 'anhuma.
Lihat: Keistimewaan Abdullah bin ‘Abbas
2.
Biografi Abu
Dzar radhiyallahu 'anhu.
Nama aslinya diperselisihkan demikian pula nama bapaknya, dan
yang paling masyhur adalah Jundab bin Junadah bin Sakan radhiyallahu ‘anhu.
Wafat tahun 32 hijriyah.
Diantara keistimewaannya:
Abu Dzar berkata kepada Ibnu ‘Abbas:
قَدْ صَلَّيْتُ،
يَا ابْنَ أَخِي! قَبْلَ أَنْ أَلْقَى رَسُولَ اللَّهِ ﷺ بِثَلَاثِ سِنِينَ.
قُلْتُ: لِمَنْ؟ قَالَ: لِلَّهِ. قُلْتُ: فَأَيْنَ تَوَجَّهُ؟ قَالَ: أَتَوَجَّهُ
حَيْثُ يُوَجِّهُنِي رَبِّي. أُصَلِّي عِشَاءً حَتَّى إِذَا كَانَ مِنْ آخِرِ
اللَّيْلِ أُلْقِيتُ كَأَنِّي خِفَاءٌ. حَتَّى تَعْلُوَنِي الشَّمْسُ. [صحيح مسلم]
"Aku (Abu Dzar) telah shalat, wahai anak saudaraku (Ibnu
Abbas), tiga tahun sebelum aku bertemu Rasulullah ﷺ." Ibnu Abbas berkata: Aku bertanya, "Kepada siapa
(engkau menyembah)?" Dia (Abu Dzar) menjawab, "Kepada Allah." Aku
(Ibnu Abbas) bertanya lagi, "Lalu ke mana engkau menghadap (untuk
shalat)?" Dia (Abu Dzar) menjawab, "Aku menghadap ke mana saja
Tuhanku mengarahkanku. Aku shalat Isya', kemudian di akhir malam aku merasa
lemas (karena ibadah) seakan-akan aku adalah sebuah jubah yang terbuang, hingga
matahari terbit menyinariku." [Sahih Muslim]
Ø Dari Abdullah
bin ‘Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
"مَا أَظَلَّتِ الخَضْرَاءُ وَلَا
أَقَلَّتِ الغَبْرَاءُ أَصْدَقَ مِنْ أَبِي ذَرٍّ" [سنن الترمذي: صحيح]
"Tidak ada seorang lelaki yang berada di hamparan bumi
ini dan di bawah naungan langit ini yang lebih jujur daripada Abu Dzar."
[Sunan Tirmidziy: Shahih]
3.
Anjuran
menceritakan kisah keislaman seseorang untuk diambil pelajaran.
4.
Pentingnya
semangat mencari kebenaran.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{رَّبَّنَا
إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ
فَآمَنَّا} [آل
عمران : 193]
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang
menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka
kamipun beriman.
[Ali 'Imran: 193]
{قُلْ
أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِّنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا
سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا (1) يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ ۖ وَلَن
نُّشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا} [الجن : 1-2]
Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu
bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al-Quran), lalu mereka
berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Quran yang menakjubkan, (yang)
memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami
sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami. [Al-Jinn: 1-2]
Lihat: Tafsir surat Al-Jinn
5.
Islam mengajak
kepada kebaikan dan mencegah keburukan.
Ketika Raja Najasyiy -radhiyallahu 'anhu- bertanya kepada para sahabat yang ke
Habasyah: 'Tolong jelaskan agama yang kalian anut, yang karenanya kalian kalian
berpisah dengan kaum kalian dan kalian tidak mau masuk ke dalam agamaku, tidak
juga kepada satu pun agama yang dianut manusia?
Ja'far bin bu Thalib -radhiyallahu 'anhu- berkata kepada An-Najasyiy:
"أَيُّهَا
الْمَلِكُ، كُنَّا قَوْمًا أَهْلَ جَاهِلِيَّةٍ نَعْبُدُ الْأَصْنَامَ، وَنَأْكُلُ
الْمَيْتَةَ وَنَأْتِي الْفَوَاحِشَ، وَنَقْطَعُ الْأَرْحَامَ، وَنُسِيءُ
الْجِوَارَ يَأْكُلُ الْقَوِيُّ مِنَّا الضَّعِيفَ، فَكُنَّا عَلَى ذَلِكَ حَتَّى
بَعَثَ اللَّهُ إِلَيْنَا رَسُولًا مِنَّا نَعْرِفُ نَسَبَهُ، وَصِدْقَهُ،
وَأَمَانَتَهُ، وَعَفَافَهُ، فَدَعَانَا إِلَى اللَّهِ لِنُوَحِّدَهُ،
وَنَعْبُدَهُ، وَنَخْلَعَ مَا كُنَّا نَعْبُدُ نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ دُونِهِ
مِنَ الحِجَارَةِ وَالْأَوْثَانِ، وَأَمَرَنَا بِصِدْقِ الْحَدِيثِ، وَأَدَاءِ
الْأَمَانَةِ، وَصِلَةِ الرَّحِمِ، وَحُسْنِ الْجِوَارِ، وَالْكَفِّ عَنِ
الْمَحَارِمِ، وَالدِّمَاءِ، وَنَهَانَا عَنِ الْفَوَاحِشِ، وَقَوْلِ الزُّورِ،
وَأَكْلِ مَالَ الْيَتِيمِ، وَقَذْفِ الْمُحْصَنَةِ، وَأَمَرَنَا أَنْ نَعْبُدَ
اللَّهَ وَحْدَهُ لَا نُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَأَمَرَنَا بِالصَّلاةِ،
وَالزَّكَاةِ، وَالصِّيَامِ"
“Wahai raja! Dulunya kami kaum jahiliah, kami dulu menyembah
berhala, gemar makan bangkai, melakukan tindakan-tindakan keji, memutuskan tali
sillaturrahim, bersikap buruk terhadap tetangga, yang kuat mencaplok yang lemah
dan kami berada dalam kondisi seperti itu hingga Allah mengutus seorang rasul
dari kalangan kami, kami mengenal nasab, kejujuran dan keamanahannya. Ia
menyerukan kami kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk kami Esakan, kami
sembah dan kami lepaskan apa pun yang kami dan nenek moyang kami sembah selain
Allah seperti batu dan berhala, ia memerintahkan kami agar berbicara dengan
jujur, menunaikan amanah, menyambung tali sillaturrahim, bersikap baik terhadap
tetangga, menjaga diri dari keharaman, memerintahkan kami agar berdoa dan
melarang kami dari perbuatan-perbuatan keji, berkata dusta, memakan harta anak
yatim, menuduh wanita bersuami berzina, memerintahkan kami untuk menyembah
Allah semata, tidak menyekutukannya dengan apa pun, memerintahkan kami agar
menunaikan salat, zakat dan berpuasa”.
Lihat: Usaha kaum Musyrikin menggagalkan hijrah ke Habasyah
6.
Sebatas berita
tidak sama dengan menyaksikan langsung.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah ﷺ bersabda:
"لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ"
[مسند أحمد:
صحيح]
"Berita (kabar) tidak sama dengan melihat langsung
(menyaksikan sendiri)." [Musnad Ahmad: Shahih]
7.
Keutamaan air
zaman.
Rasulullah ﷺ bertanya
kepada Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu:
«مَتَى
كنت ههنا؟» قال قلت: قد كنت ههنا مُنْذُ ثَلَاثِينَ، بَيْنَ لَيْلَةٍ وَيَوْمٍ.
قَالَ «فَمَنْ كَانَ يُطْعِمُكَ؟» قَالَ قُلْتُ: مَا كَانَ لِي طَعَامٌ إِلَّا
مَاءُ زَمْزَمَ. فَسَمِنْتُ حَتَّى تَكَسَّرَتْ عُكَنُ بَطْنِي. وَمَا أَجِدُ
عَلَى كَبِدِي سُخْفَةَ جُوعٍ. قَالَ «إِنَّهَا مُبَارَكَةٌ. إِنَّهَا طَعَامُ
طُعْمٍ». [صحيح
مسلم]
«Sudah berapa lama kamu di sini?» Abu Dzar berkata: Aku
menjawab, "Aku telah berada di sini selama tiga puluh hari, siang dan
malam." Nabi ﷺ
berkata, «Lalu siapa yang memberimu makan?» Abu Dzar berkata: Aku menjawab,
"Tidak ada makanan untukku selain air Zamzam. Aku menjadi gemuk sampai
lemak di perutku berlipat-lipat, dan aku tidak merasakan rasa lapar di perutku
sama sekali." Beliau ﷺ
bersabda, «Sesungguhnya air Zamzam itu penuh berkah. Ia adalah makanan yang
mengenyangkan.» [Sahih Muslim]
Ø Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
"خَيْرُ
مَاءٍ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ مَاءُ زَمْزَمَ , فِيهِ طَعَامٌ مِنَ الطُّعْمِ ,
وَشِفَاءٌ مِنَ السُّقْمِ" [المعجم الأوسط: حسنه الألباني]
“Air yang paling baik di muka bumi ini adalah air zamzam,
bisa mengenyangkan seperti makanan dan obat dari penyakit”. [Al-Mu'jam
Al-Ausath: Hasan]
Lihat: Keistimewaan kota Mekah
8.
Keistimewaan
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Keistimewaan Ali bin Abi Thalib
9.
Tidak
menceritakan urusan penting kepada sembarang orang.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قَالَ
يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَىٰ إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا ۖ
إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوٌّ مُّبِينٌ} [يوسف : 5]
Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan
mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk
membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi
manusia".
[Yusuf: 5]
Ø Dari Mu'adz
bin Jabal radhiyallahu 'anhu: Rasulullah ﷺ bersabda:
«اسْتَعِينُوا
عَلَى إِنْجَاحِ الْحَوَائِجِ بِالْكِتْمَانِ لَهَا، فَإِنَّ كُلَّ ذِي نِعْمَةٍ
مَحْسُودٍ» [المعجم
الكبير للطبراني: صححه الألباني]
"Mintalah pertolongan untuk mengabulkan hajat dengan
merahasiakannya, karena setiap orang yang memiliki nikmat akan didengki."
[Al-Mu'jam Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy: Dishahihkan oleh syekh Albaniy]
10.
Orang yang
jujur dan bersungguh-sungguh mencari hidayah pasti akan diberi oleh Allah 'azza wajalla.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَ} [العنكبوت
: 69]
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,
benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan
sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [Al-'Ankabut: 69]
Ø Dari Syaddad
bin Al-Haad radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنْ تَصْدُقِ اللهَ يَصْدُقْكَ" [سنن النسائي: صحيح]
"Jika engkau jujur kepada Allah, niscaya Allah akan
memberimu balasan yang benar (atau memenuhi janji-Nya)." [Sunan
An-Nasa’iy: Shahih]
11.
Tawakkal harus
dibarengi usaha.
Ibnu 'Abbas -radhiyallahu 'anhuma- berkata:
" كَانَ أَهْلُ اليَمَنِ يَحُجُّونَ
وَلاَ يَتَزَوَّدُونَ، وَيَقُولُونَ: نَحْنُ المُتَوَكِّلُونَ، فَإِذَا قَدِمُوا
مَكَّةَ سَأَلُوا النَّاسَ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ
خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى} [البقرة: 197] [صحيح البخاري]
"Dahulu para penduduk Yaman berhaji namun mereka tidak
membawa bekal dan mereka berkata: Kami adalah orang-orang yang bertawakal.
Ketika mereka tiba di Makkah, mereka meminta-minta kepada manusia. Maka Allah Ta'ala
menurunkan firman-Nya: {"Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal
adalah takwa"} [Al-Baqarah: 197] [Shahih Bukhari]
Ø Dari Umar
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ
تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ
الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]
"Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan
sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Allah akan memberimu rezki seperti Allah
memberi rezki kepada burung؛ keluar rumah dengan perut
kosong, dan kembali dengan perut kenyang". [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Lihat: Sifat Tawakkal; Menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah
12.
Boleh
menyembunyikan keimanan untuk kemaslahatan jiwa.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَقَالَ
رَجُلٌ مُّؤْمِنٌ مِّنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَانَهُ أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا
أَن يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُم بِالْبَيِّنَاتِ مِن رَّبِّكُمْ ۖ
وَإِن يَكُ كَاذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهُ ۖ وَإِن يَكُ صَادِقًا يُصِبْكُم بَعْضُ
الَّذِي يَعِدُكُمْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ} [غافر : 28]
Dan seorang laki-laki yang beriman di antara
pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah
kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah
Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan
dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa)
dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang
diancamkannya kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak menunjuki
orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. [Gafir: 28]
13.
Semangat dalam
menampakkan keislaman.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَا
تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ} [آل عمران : 139]
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman. [Ali 'Imran: 139]
Lihat: Keistimewaan agama Islam
14.
Besarnya
kebencian kaum Musyrikin kepada tauhid dan ahli tauhid.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَإِذَا
ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
بِالْآخِرَةِ ۖ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِن دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ}
[الزمر : 45]
Dan apabila hanya nama Allah saja disebut, kesallah hati
orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama
sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.
[Az-Zumar: 45]
15.
Keistimewaan
Al-Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu 'anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
16.
Abu Dzar
langsung berda'wah setelah masuk Islam.
Rasulullah ﷺ berkata
kepadanya setelah masuk Islam:
«إِنَّهُ
قَدْ وُجِّهَتْ لِي أَرْضٌ ذَاتُ نَخْلٍ. لَا أُرَاهَا إِلَّا يَثْرِبَ. فَهَلْ
أَنْتَ مُبَلِّغٌ عَنِّي قَوْمَكَ؟ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَنْفَعَهُمْ بِكَ
وَيَأْجُرَكَ فِيهِمْ». فَأَتَيْتُ أُنَيْسًا فَقَالَ: مَا صَنَعْتَ؟ قُلْتُ:
صَنَعْتُ أَنِّي قَدْ أَسْلَمْتُ وَصَدَّقْتُ. قَالَ: مَا بِي رَغْبَةٌ عَنْ
دِينِكَ. فَإِنِّي قَدْ أَسْلَمْتُ وَصَدَّقْتُ. فَأَتَيْنَا أُمَّنَا. فَقَالَتْ:
مَا بِي رَغْبَةٌ عَنْ دِينِكُمَا. فَإِنِّي قَدْ أَسْلَمْتُ وَصَدَّقْتُ.
فَاحْتَمَلْنَا حَتَّى أَتَيْنَا قَوْمَنَا غِفَارًا. فَأَسْلَمَ نِصْفُهُمْ.
وَكَانَ يَؤُمُّهُمْ أَيْمَاءُ بْنُ رَحَضَةَ الْغِفَارِيُّ. وَكَانَ سَيِّدَهُمْ.
وَقَالَ نِصْفُهُمْ: إِذَا قَدِمَ رسول الله ﷺ المدينة أَسْلَمْنَا. فَقَدِمَ
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْمَدِينَةَ. فَأَسْلَمَ نِصْفُهُمُ الْبَاقِي. وَجَاءَتْ
أَسْلَمُ. فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ! إِخْوَتُنَا. نُسْلِمُ عَلَى الذين
أَسْلَمُوا عَلَيْهِ. فَأَسْلَمُوا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ «غِفَارُ غَفَرَ
اللَّهُ لَهَا. وَأَسْلَمُ سَالَمَهَا اللَّهُ». [صحيح مسلم]
«Sesungguhnya telah ditunjukkan kepadaku sebuah negeri yang
memiliki banyak pohon kurma. Aku tidak mengira itu selain Yatsrib. Maukah
engkau menyampaikan (dakwah ini) kepada kaummu? Semoga Allah memberikan manfaat
melalui dirimu dan memberi pahala kepadamu di tengah-tengah mereka». Maka aku
(Abu Dzar) mendatangi (saudaraku) Unais. Dia bertanya: "Apa yang telah
kamu lakukan?" Aku menjawab: "Aku telah masuk Islam dan membenarkan
(Rasulullah ﷺ)". Dia (Unais) berkata:
"Aku pun tidak keberatan dengan agamamu. Sesungguhnya aku juga telah masuk
Islam dan membenarkan". Kemudian kami berdua mendatangi ibu kami. Dia
(ibu) berkata: "Aku pun tidak keberatan dengan agama kalian berdua.
Sesungguhnya aku juga telah masuk Islam dan membenarkan". Lalu kami
berangkat hingga kami tiba di kaum kami, Bani Ghifar. Maka masuk Islamlah
separuh dari mereka. Yang menjadi imam shalat mereka adalah Aymaa' bin Rahdhah
Al-Ghifari, dan dia adalah pemimpin mereka. Separuh yang lain berkata:
"Jika Rasulullah ﷺ
telah tiba di Madinah, kami akan masuk Islam". Kemudian Rasulullah ﷺ tiba di Madinah, maka separuh yang tersisa pun masuk Islam. Kemudian
datanglah (suku) Aslam. Mereka berkata: "Wahai Rasulullah! (Mereka adalah)
saudara-saudara kami (suku Ghifar). Kami masuk Islam sebagaimana mereka telah
masuk Islam". Maka merekapun masuk Islam. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda: «Ghifar, semoga Allah mengampuni mereka. Dan Aslam,
semoga Allah memberikan keselamatan kepada mereka». [Shahih Muslim]
Wallahu a'lam!
Lihat juga: Kisah Islam Iyas bin Mu'adz - Sahabat yang pertama masuk Islam - Sebab kokohnya sahabat Nabi ﷺ di Mekkah mempertahankan keislamannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...