بسم الله الرحمن الرحيم
Bab kesembilan kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhariy adalah: Bab Apakah seseorang
mengatakan: Seungguh aku sedang puasa, jika ia dihina?
Dalam bab ini Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan satu hadits
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘ahu yang sudah diriwayatkan pada bab
kedua sebelumnya. Namun pada bab ini ada sedikit perbedaan lafadz dan tambahan pada
matannya:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah
berfirman: Setiap amal anak cucu Adam adalah untuknya kecuali puasa,
sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan memberi
balasannya.
Puasa itu adalah pelindung, dan jika seorang dari kalian berpuasa pada
suatu hari, maka janganlah ia berkata buruk dan berteriak saat bertengkar. Dan
jika seseorang menghinanya atau mengajaknya berkelahi maka hendakalah ia
mengatakan: “Sesungguhnya saya orang yang sedang puasa”
Dan demi (Allah) Yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh bau mulut
orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari bau parfum “misk”.
Untuk orag yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yang dia akan
bergembira dengan keduanya: Ketika ia berpuka ia bergembira, dan ketika bertemu
Rabb-nya ia bergembira dengan puasanya.
Penjelasan singkat hadits di atas:
1.
Biografi singkat Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu dan beberapa keistimewaannya bisa dibaca di sini "Abu Hurairah dan keistimewaannya" .
3.
Imam Bukhari rahimahullah mengkhususkan
bab ini karena perselisihan ulama; Apakah mengucapkan “Sungguh saya sedang
puasa” dengan suara keras atau dalam hati?
Sebagian ulama berpendapat bahwa ucapan tersebut
dalam hati saja untuk menahan diri agar tidak marah dan membalas perlakuan
orang tersebut, ini akan lebih menjaga keikhlasan puasanya, jauh dari perasaaan
riya.
Ulama lain mengatakan bahwa dzahir hadits ini
perintah mengucapkan kalimat tersebut dengan lisan agar orang yang menghina
atau mengajaknya bertengkar menghentikan perbuatannya.
Ada juga ulama yang membedakan antara puasa
wajib dan sunnah; Jika puasanya wajib maka cukup mengucapkannya dalam hati, dan
jika puasanya sunnah maka ia mengucapkannya dengan lisan. Sebagaimana hadits Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
" إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى طَعَامٍ،
وَهُوَ صَائِمٌ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ " [صحيح مسلم]
“Jika seorang dari kalian diajak untuk
makan sementara ia sedang puasa, maka hendaklah ia mengatakan: Sesungguhnya
saya sedang puasa”. [Sahih Muslim]
Ada yang perpendapat sebaliknya; Pada puasa
wajib diucapkan dengan lisan, sedangkan pada puasa sunnah diucapkan dalam hati.
Yang lain membedakan; Jika orang tersebut
menghentikan perbuatannya setelah mengucapkan kalimat tersebut dalam hati maka
sudah cukup, tapi jika tidak maka ia ucapkan lagi dengan lisan.
Ada yang menggabungkan keduanya; Diucapkan dulu
dalam hati untuk menahan dirinya dari emosi kemudian dengan lisan untuk menghentikan
perlakuan orang tersebut, sebagaimana pada riwayat lain bahwa kalimat ini
diucapkan dua kali (lihat bab kedua).
4.
Jika dengan mengatakan “saya sedang puasa”
kepada orang yang menghina dan mengajak bertengkar tidak menghentikan
perbuatannya maka ia boleh membalas secukupnya.
Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{لَا
يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ
سَمِيعًا عَلِيمًا } [النساء: 148]
Allah tidak menyukai ucapan
buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya.
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. [An-Nisaa’:148]
{وَإِنْ عَاقَبْتُمْ
فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ
} [النحل: 126]
Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan (perlakuan buruk) yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika
kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. [An-Nahl:126]
5.
Hendaknya membalas perbuatan buruk orang lain
dengan cara yang baik.
Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَلَا
تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا
الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ} [فصلت: 34]
Dan tidaklah sama kebaikan
dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka
tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia. [Fushilat:34]
{ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ
نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ } [المؤمنون: 96]
Tolaklah
perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang
mereka sifatkan. [Al-Mu’minun: 96]
{وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ
لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ} [الرعد: 22]
Dan
menolak kejahatan dengan kebaikan; Orang-orang itulah yang mendapat tempat
kesudahan (yang baik). [Ar-Ra’d:
22]
{أُولَئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ
بِمَا صَبَرُوا وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ} [القصص: 54]
Mereka
itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak
kejahatan dengan kebaikan.
[Al-Qashash: 54]
6. Puasa melatih untuk menahan
amarah, meningkatkan kesabaran, dan suka memaafkan.
Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ
وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ . الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ
عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ} [آل عمران: 133-134]
"Dan bersegeralah kamu
kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan
bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai
orang-orang yang berbuat kebajikan." [Ali 'Imran: 133-134]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘ahu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ
عِنْدَ الْغَضَبِ
"Bukanlah orang yang kuat itu adalah
orang yang selalu mengalahkan lawannya, akan tetapi orang kuat itu adalah orang
yang mampu menahan dirinya ketika
marah". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dari Mu'adz bin Anas
radhiyallahu ‘ahu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
«مَنْ
كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ، دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ
الْعِينِ مَا شَاءَ» [سنن أبي داود: حسن]
"Barangsiapa yang menahan
marah padahal ia mampu melampiaskannya, Allah ‘azza wa jalla akan memanggilnya
di hadapan semua makluk pada hari kiamat sampai Allah menyuruhnya memilih
bidadari sesuai yang ia inginkan". [Sunan Abu Daud: Hasan]
7. Bertutur kata yang baik dan
lemah lembut saat berpuasa.
Allah
subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَاغْضُضْ
مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ} [لقمان: 19]
Dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. [Luqman:19]
8. Puasa meningkatkan
kualitas akhlak mulia seroang mukmin.
Dari Jabir radiyallahu
'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ
أَخْلَاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ
القِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالمُتَشَدِّقُونَ وَالمُتَفَيْهِقُونَ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Sesungguhnya yang paling aku
cintai dari kalian dan yang paling dekat tempatnya dariku di hari kiamat adalah
yang paling mulia akhlaknya, dan yang paling aku benci dari kalian dan yan
paling jauh tempatnya dariku di hari kiamat adalah yang banyak bicara (tidak
berguna), angkuh dalam ucapannya, dan bersifat sombong”. [Sunan Tirmidzi:
Sahih]
9. Ulama berbeda pendapat
tentang makna firman Allah “sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku, dan Aku
sendiri yang akan memberi balasannya”; Bukankah semua ibadah untuk Allah?
a-
Karena puasa tidak dirasuki perasaan riya, karena tidak ada yang mengetahui
kuwalitasnya selain Allah.
b-
Maksudnya hanya Allah yang mengetahui kadar pahala yang akan diterimanya.
c- Puasa
adalah amalan yang paling dicintai oleh Allah.
Namun
pendapat ini bertentangan dengan hadits sahih yang menyebutkan bahwa shalat
adalah ibadah yang paling dicintai oleh Allah.
d-
Menunjukkan kemuliaan dan keagungan ibadah puasa.
e-
Karena ibadah puasa meniru sifat Allah yang tidak membutuhkan makan, minum, dan
nafsu.
Namun
pendapat ini kurang tepat karena para malaikat juga demikian.
f-
Karena orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari ibadahnya selain
ketaatan kepada Allah.
Namun
pendapat ini juga kurang tepat karena puasa bisa memberi kesehatan jasmani.
g- Karena puasa adalah ibadah khusus untuk Allah.
Pendapat
ini juga kurang tepat, karena beberapa ritual syirik juga terkadang
melaksanakan puasa.
10. Ulama juga menyebutkan
beberapa makna bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari bau
parfum misk, diantaranya:
a)
Allah lebih menyukai bau mulut orang yang berpuasa sebagaimana manusia lebih
menyukai bau parfum misk.
b)
Allah akan memberi orang yang berpuasa bau mulut yang lebih harum dari bau
parfum misk di akhirat kelak.
c)
Allah akan memberi pahala melebihi pahala orang yang memakai parfum misk
sebagai ibadah.
d)
Malaikat lebih suka mencium bau mulut orang yang berpuasa dari pada bau parfum
misk.
e)
Isyarat bahwa Allah meridhai dan memuji orang yang berpuasa.
11. Bahagia
orang yang berpuasa ketika berbuka karena telah disempurnakan ibadahnya oleh
Allah subhanahu wa ta’aala dan dikaruniai makanan dan minuman yang halal
untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaganya.
Allah subhanahu wa ta’alaa berfirman:
{قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ
فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ} [يونس: 58]
Katakanlah:
"Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka
bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan".
[Yunus:58]
Sedangkan
bahagianya ketika bertemu Allah karena mendapatkan pahala yang telah dijanjikan
untuknya berupa ampunan dan surga.
Allah
subhanahu wa ta’alaa berfirman:
{الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا
وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ} [الأعراف: 43]
"Segala
puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini, dan kami
sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami
petunjuk". [Al-A’raaf:43]
12. Idul Fitri adalah hari bergembira bagi umat Islam.
Anas radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika tiba
di Madinah mendapati penduduknya memiliki dua hari raya, di mana mereka bermain
(begembira) pada hari itu pada masa Jahiliyah.
Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada
mereka:
«قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَإِنَّ اللَّهَ
قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْرًا مِنْهُمَا، يَوْمَ الْفِطْرِ، وَيَوْمَ النَّحْرِ»
[مسند أحمد: صحيح]
"Saat aku tiba pada kalian, kalian memiliki dua hari raya
di mana kalian bermain pada hari itu di masa jahiliyah. Sesungguhnya Allah
telah menggantikan bagi kalian dua hari tersebut dengan dua hari yang lebih
baik, (yaitu) hari Al-Fithr (Idul Fitri) dan hari An-Nahr (Idul Adha) ".
[Musnad Ahmad: Sahih]
13. Jika dengan ibadah puasa
yang hanya seberapa lama bisa memberikan dua kebahagian di dunia dan akhirat,
maka bagaimana jika seorang hamba menjadikan seluruh hidupnya sebagai ibadah
kepada Allah subhanahu wa ta’aalaa?
Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى
وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [النحل: 97]
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik (kebahagian dunia dan akhirat) dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. [An-Nahl:97]
{لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا
حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ الْمُتَّقِينَ} [النحل: 30]
Orang-orang
yang berbuat baik di dunia Ini mendapat (pembalasan) yang baik. dan
Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan Itulah sebaik-baik tempat
bagi orang yang bertakwa. [An-Nahl:
30]
{لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا
حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ
حِسَابٍ} [الزمر: 10]
Orang-orang yang berbuat baik
di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
[Az-Zumar: 101]
Wallahu a’lam!
Referensi:
طرح التثريب في شرح التقريب (المقصود بالتقريب: تقريب الأسانيد وترتيب
المسانيد) 4/94
المؤلف: أبو الفضل زين الدين عبد الرحيم بن الحسين العراقي (المتوفى: 806هـ)
أكمله ابنه: أحمد بن عبد الرحيم بن الحسين المصري، أبو
زرعة ابن العراقي (المتوفى: 826هـ)
المؤلف: أبو إبراهيم محمد بن إسماعيل بن صلاح الكحلاني الصنعاني عز الدين، المعروف كأسلافه بالأمير (المتوفى: 1182هـ)
Lihat juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...