بسم
الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab –rahimahullah- menyebutkan 1 ayat dan 1 hadits:
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ
وَالْعُزَّى (19) وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى (20) أَلَكُمُ الذَّكَرُ
وَلَهُ الْأُنْثَى (21) تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى (22) إِنْ هِيَ إِلَّا
أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ
سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ
جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى} [النجم: 19 -
23]
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang
musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-‘Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling
terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak)
laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu
pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan
bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun
untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan,
dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang
petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. [An-Najm: 19-23]
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا خَرَجَ إِلَى حُنَيْنٍ مَرَّ بِشَجَرَةٍ
لِلْمُشْرِكِينَ يُقَالُ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ يُعَلِّقُونَ عَلَيْهَا
أَسْلِحَتَهُمْ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ
كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: " سُبْحَانَ اللَّهِ هَذَا كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى {اجْعَلْ
لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ} [الأعراف: 138] وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَرْكَبُنَّ
سُنَّةَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ " [رواه الترمذي
وصححه]
Saat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pergi ke Hunain, beliau melintasi sebuah pepohonan kaum musyrikin
bernama “Dzat Anwath”, mereka biasa menggantungkan persenjataan mereka di pohon
itu, para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, buatkan kami “Dzat Anwath” seperti
milik mereka!
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Subhaanallaah, ini seperti yang dikatakan kaum Musa: Buatkan kami ilah seperti ilah-ilah mereka.
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian akan melakukan
perilaku-perilaku orang sebelum kalian." [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy
dan ia menshahihkannya]
1.
Tafsir ayat surah An-Najm.
Kata “ اللات “ Al-Laat,
dibaca dengan dua versi: (1) Dengan ditasydid huruf taa’, isim fail dari kata “
اللتّ “, berhala ini asalnya adalah patung seorang yang suka
membuat makanan untuk orang yang menunaikan ibadah haji, setelah wafat orang-orang
mereka duduk dekat kuburnya kemudian dibuatkan patung.
(2) Huruf taa’nya tidak ditasydid, pecahan
kata dari lafadz Jalalah “Allah”, mereka menamai dengannya satu berhala
milik penduduk Thaif dan orang Arab sekitarnya.
Dan kata “ العزى “ Al-‘Uzza,
bentuk muannats dari kata “ أعزّ “ A’azz, ia adalah berhala yang
disembah oleh Quraisy dan Bani Kinanah, diambil dari nama Allah “Al-‘Aziz”, ia
adalah pohon kurma yang berada di antara Mekka dan Thaif.
Dan kata “ مناة “ Manaah,
diambil dari kata “ المنان “, atau dari kata “ منى “ karena banyaknya
darah sembelihan yang ditumpahkan di sana. Berhala ini berada diantara Mekka
dan Madinah milik kabilah Hudzail dan Khuza’ah, begitu pula Aus dan Khazraj
mengagungkannya dan memulai hajinya dari sana.
Tiga berhala ini disembah dengan anggapan
bisa memberi berkah, dengan mendatangkan kebaikan atau menolak keburukan.
2.
Mengetahui gambaran apa yang mereka minta.
Yaitu, meminta sesuatu untuk diambil berkah
darinya.
3.
Adanya mereka tidak melakukan (hanya sekedar meminta).
Kalau memintah sudah dianggap sebagai
kesyirikan, maka melakukannya lebih terlarang lagi.
4.
Adanya mereka bermaksud untuk taqarrub kepada Allah
dengan hal tersebut karena anggapan mereka bahwasanya Allah mencintai hal
tersebut.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا
لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ
اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا
فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [يونس: 18]
Dan
mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata:
"Mereka itu adalah pemberi syafa'at (perantara) kepada kami di sisi
Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang
tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci
Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). [Yunus:18]
{وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ
أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى} [الزمر: 3]
Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan (wasilah) kami kepada
Allah dengan sedekat- dekatnya". [Az-Zumar:3]
5.
Bahwasanya mereka tidak tahu akan hal ini, maka selain
mereka (sahabat Nabi) lebih besar kemungkinan tidak tahu.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ،
ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ [صحيح البخاري ومسلم]
"Manusia yang paling baik
adalah orang yang hidup di masaku, kemudian generasi setelahnya, kemudian
generasi setelahnya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
6.
Mereka telah memiliki kebaikan dan janji ampunan yang tidak
dimiliki selain mereka.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ
مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [التوبة: 100]
Orang-orang yang terdahulu lagi yang
pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun
ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah
kemenangan yang besar. [At-Taubah:100]
7.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memberi
udzur bagi mereka, bahkan membantah mereka dengan sabdanya: (الله أكبر، إنها السنن،
لتتبعن سنن من كان قبلكم)
Nabi
menyikapi tegas hal ini dengan tiga penekanan.
Dalam
riwayat lain, Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu 'anhu berkata:
لَمَّا افْتَتَحَ رَسُولُ اللَّهِ
مَكَّةَ خَرَجَ بِنَا مَعَهُ قِبَلَ هَوَازِنَ، حَتَّى مَرَرْنَا عَلَى سِدْرَةِ
الْكُفَّارِ، سِدْرَةٌ يَعْكِفُونَ حَوْلَهَا وَيَدْعُونَهَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ،
قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ
أَنْوَاطٍ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اللَّهُ أَكْبَرُ، إِنَّهَا السُّنَنُ هَذَا كَمَا
قَالَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ لِمُوسَى {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ
آلِهَةٌ، قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ} [الأعراف:
138]،
ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّكُمْ لَتَرْكَبُنَّ سَنَنَ
مَنْ قَبْلَكُمْ [صحيح ابن حبان]
Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam membebaskan kota Mekkah, beliau berangkat bersama kami menuju
Hawazan, sampai kami melintasi sebuah pepohonan kaum kafir, pada pohon tersebut
mereka duduk di sekelilingnya dan mereka memberinya nama “Dzat Anwath”, kami
berkata: Wahai Rasulullah, buatkan kami “Dzat Anwath” seperti “Dzat Anwath” milik
mereka!
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Allahu akbar, ini adalah sunnatullah,
ini seperti yang dikatakan kaum Bani Israil kepada Musa: {"Hai Musa.
buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa
Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu Ini adalah kaum
yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)"}. [Al-A'raaf:138]. Kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sungguh kalian akan melakukan perilaku-perilaku orang sebelum
kalian." [Shahih Ibnu Hibban]
8.
Masalah ini adalah masalah besar, dan ini yang dimaksudkan:
Bahwasanya Nabi mengabarkan bahwa permintaan mereka itu sama seperti permintaan
Bani Israil ketika mereka berkata kepada Musa:(اجْعَل لَّنَا إِلَهًا) ”Buatkan kami Ilaah!”
9.
Menafikan hal ini adalah makna “Laa ilaaha illallah”,
namun hal ini sangat halus dan samar bagi mereka.
10.
Bahwasanya Nabi bersumpah ketika berfatwa, dan beliau tidak
bersumpah kecuali untuk maslahat.
Berbeda dengan kebanyakan manusia yang
hanya bergurau dengan sumpahnya, Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{لَا
يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ
بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَ} [المائدة: 89]
Allah tidak menghukum kamu disebabkan
sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum
kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja. [Al-Maidah:89]
11. Syirik itu ada yang besar dan ada
yang kecil, karena mereka tidak murtad dengan permintaan ini.
Dari Mahmud bin Labiid radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ
الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ "
"Sesungguhnya di antara yang paling aku takutkan
terjadi pada kalian adalah syirik kecil."
Sahabat bertanya: Apa itu syirik kecil?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab:
"
الرِّيَاءُ، يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: إِذَا
جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ
فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً " [مسند أحمد: حسن]
“Riya, Allah 'azza wajalla berkata
kepada mereka pada hari kiamat di saat manusia mendapat balasan dari amalannya:
"Pergilah kalian pada orang-orang yang kau lakukan ibadah deminya di
dunia, lihatlah apakah mereka bisa memberimu imbalan?". [Musnad Ahmad:
Hasan]
12. Ucapa mereka: (ونحن حدثاء عهد بكفر) menunjukkan bahwa
selain mereka mengetahui hal tersebut.
Dalam
riwayat lain, Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu 'anhu berkata:
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحُنَيْنٍ وَنَحْنُ حَدِيثُو عَهْدٍ بِكُفْرٍ فَمَرَرْنَا
عَلَى شَجَرَةٍ يَضَعُ الْمُشْرِكُونَ عَلَيْهَا أَسْلِحَتَهُمْ يُقَالُ لَهَا:
ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ
كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقَالَ: " اللَّهُ أَكْبَرُ قُلْتُمْ كَمَا
قَالَ أَهْلُ الْكِتَابِ لِمُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا
كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ} [الأعراف: 138] " ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّكُمْ سَتَرْكَبُونَ سَنَنَ مَنْ كَانَ
قَبْلَكُمْ» [مسند أبي داود الطيالسي]
Kami
pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Hunain, dan saat itu kami baru saja meninggalkan kekufuran,
lalu kami melintasi sebuah pepohonan yang kaum musyrik meletakkan senjata
mereka di atasnya, pohon tersebut diberi nama “Dzat Anwath”. Maka kami berkata:
Wahai Rasulullah, buatkan kami “Dzat Anwath” seperti “Dzat Anwath” milik
mereka!
Maka
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allahu akbar, kalian
mengatakan seperti yang dikatakan ahli kitab kepada Musa: {"Hai Musa.
buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa
Tuhan (berhala)"}. [Al-A'raaf:138]. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Sungguh kalian akan melakukan perilaku-perilaku orang
sebelum kalian." [Sunan Abi Daud Ath-Thayalisiy]
13. Bertakbir ketika heran, berbeda
dengan orang yang memakruhkannya.
Dari
Abu Sa'id Al Khudriy radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" وَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ، إِنِّي أَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الجَنَّةِ "
فَكَبَّرْنَا، فَقَالَ: «أَرْجُو أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الجَنَّةِ» فَكَبَّرْنَا،
فَقَالَ: «أَرْجُو أَنْ تَكُونُوا نِصْفَ أَهْلِ الجَنَّةِ» فَكَبَّرْنَا،
فَقَالَ: «مَا أَنْتُمْ فِي النَّاسِ إِلَّا كَالشَّعَرَةِ السَّوْدَاءِ فِي
جِلْدِ ثَوْرٍ أَبْيَضَ، أَوْ كَشَعَرَةٍ بَيْضَاءَ فِي جِلْدِ ثَوْرٍ أَسْوَدَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Dan
demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku berharap kalian menjadi di
antara seperempat ahlu surga". Maka kami bertakbir. Kemudian Beliau
bersabda lagi: "Aku berharap kalian menjadi di antara sepertiga ahlu
surga". Maka kami bertakbir lagi. Kemudian Beliau bersabda lagi: "Aku
berharap kalian menjadi di antara setengah ahlu surga". Maka kami
bertakbir sekali lagi. Lalu Beliau bersabda: "Tidaklah keberadan kalian di
hadapan manusia melainkan bagaikan bulu hitam pada kulit sapi jantan putih atau
bagaikan bulu putih yang ada pada kulit sapi jantan hitam". [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Ø Umar radhiyallahu 'anhu berkata:
كُنْتُ أَنَا وَجَارٌ لِي مِنَ
الأَنْصَارِ فِي بَنِي أُمَيَّةَ بْنِ زَيْدٍ وَهِيَ مِنْ عَوَالِي المَدِينَةِ وَكُنَّا
نَتَنَاوَبُ النُّزُولَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
يَنْزِلُ يَوْمًا وَأَنْزِلُ يَوْمًا، فَإِذَا نَزَلْتُ جِئْتُهُ بِخَبَرِ ذَلِكَ
اليَوْمِ مِنَ الوَحْيِ وَغَيْرِهِ، وَإِذَا نَزَلَ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ،
فَنَزَلَ صَاحِبِي الأَنْصَارِيُّ يَوْمَ نَوْبَتِهِ، فَضَرَبَ بَابِي ضَرْبًا
شَدِيدًا، فَقَالَ: أَثَمَّ هُوَ؟ فَفَزِعْتُ فَخَرَجْتُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: قَدْ
حَدَثَ أَمْرٌ عَظِيمٌ. قَالَ: فَدَخَلْتُ عَلَى حَفْصَةَ فَإِذَا هِيَ تَبْكِي،
فَقُلْتُ: طَلَّقَكُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟
قَالَتْ: لاَ أَدْرِي، ثُمَّ دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقُلْتُ وَأَنَا قَائِمٌ: أَطَلَّقْتَ نِسَاءَكَ؟ قَالَ: «لاَ»
فَقُلْتُ: اللَّهُ أَكْبَرُ [صحيح البخاري ومسلم]
Aku
dan tetanggaku dari Anshar berada di desa Banu Umayyah bin Zaid dia termasuk
orang kepercayaan di Madinah, kami saling bergantian menimba ilmu dari Rasul shallallahu
'alaihi wasallam, sehari aku yang menemui Beliau shallallahu 'alaihi wasallam
dan hari lain dia yang menemui Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, Jika
giliranku tiba, aku menanyakan seputar wahyu yang turun hari itu dan perkara
lainnya. Dan jika giliran tetanggaku tiba, ia pun melakukan hal yang sama.
Ketika hari giliran tetanggaku tiba, dia datang kepadaku dengan mengetuk
pintuku dengan sangat keras, seraya berkata: "Apakah dia ada di sana?"
Maka aku kaget dan keluar menemuinya. Dia berkata: "Telah terjadi
persoalan yang gawat!". Umar berkata: "Aku pergi menemui Hafshah, dan
ternyata dia sedang menangis, aku bertanya kepadanya: "Apakah Rasul shallallahu
'alaihi wasallam menceraikanmu?" Hafshah menjawab: "Aku tidak
tahu". Maka aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sambil
berdiri aku tanyakan: "Apakah engkau menceraikan istri-istri engkau?"
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak". Maka aku
ucapkan: "Allah Maha Besar". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu
'alaihi wasallam berangkat menuju Khaibar dan Beliau mendatanginya di malam
hari. Dan Beliau apabila mendatangi suatu kaum di malam hari Beliau tidak
langsung menyerang mereka hingga menunggu datangnya waktu Subuh. Ketika tiba
waktu Subuh, orang-orang Yahudi keluar dengan membawa sekop-sekop dan keranjang
mereka. Tatkala melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, mereka
berkata: "Muhammad. Demi Allah Muhammad dan pasukannya".
Maka
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اللَّهُ أَكْبَرُ،
خَرِبَتْ خَيْبَرُ إِنَّا إِذَا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْمٍ، فَسَاءَ صَبَاحُ
المُنْذَرِينَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Allahu
Akbar, hancurlah Khaibar. Sesungguhnya kami apabila mendatangi perkampungan
suatu kaum, maka amat buruklah pagi hari yang dialami orang-orang yang
diperingatkan tersebut". [Shahih Bukhari dan Muslim]
14. Kaidah “Mencegah kemungkinan
terjadinya keburukan”.
Mu'adz bin Jabal radhiallahu
'anhu berkata:
كُنْتُ
رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ
فَقَال: َ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِه، ِ وَمَا حَقُّ
الْعِبَادِ عَلَى اللَّه؟ ِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَالَ: فَإِنَّ
حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا،
وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ
شَيْئًا. فَقُلْت: ُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاس؟ َ قَال:
َ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا
"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu
'alaihi wasallam di atas seekor keledai yang diberi nama 'Ufair lalu Beliau
bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya
dan apa hak para hamba atas Allah?"
Aku jawab: "Allah dan Rasul-Nya yang
lebih tahu".
Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak
Allah atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah
seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun".
Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah,
apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?"
Beliau menjawab: "Jangan kamu
beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja". [Shahih
Bukhari dan Muslim]
15. Larangan menyerupai kaum Jahiliyah.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"
أَبْغَضُ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ ثَلاَثَةٌ: مُلْحِدٌ فِي الحَرَمِ، وَمُبْتَغٍ
فِي الإِسْلاَمِ سُنَّةَ الجَاهِلِيَّةِ، وَمُطَّلِبُ دَمِ امْرِئٍ بِغَيْرِ حَقٍّ
لِيُهَرِيقَ دَمَهُ " [صحيح
البخاري]
"Manusia yang paling dibenci oleh Allah ada tiga: (1) Yang
melakukan kejahatan di kota Haram (Mekah), (2) yang melakukan dalam Islam
amalan Jahiliyah, dan (3) yang menuntut darah seseorang tanpa hak untuk
ditumpahkan darahnya". [Sahih Bukhari]
16. Marah ketika mendidik.
Abu Mas'ud Al-Anshariy radhiyallahu ‘ahu berkata:
جَاءَ رَجُلٌ
إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي
لَأَتَأَخَّرُ عَنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ مِنْ أَجْلِ فُلَانٍ، مِمَّا يُطِيلُ بِنَا، فَمَا رَأَيْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَضِبَ فِي مَوْعِظَةٍ قَطُّ أَشَدَّ
مِمَّا غَضِبَ يَوْمَئِذٍ فَقَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ
مُنَفِّرِينَ، فَأَيُّكُمْ أَمَّ النَّاسَ، فَلْيُوجِزْ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِهِ
الْكَبِيرَ، وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ» [صحيح مسلم]
Seseorang datang kepada Rasulullah dan berkata: “Sesungguhnya
aku meninggalkan shalat Subuh (berjama’ah) karena si Fulan yang terlalu panjang
bacaannya”.
Maka aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah pada saat menasehati
seperti marahnya hari itu, kemudian beliau bersabda: "Wahai sekalia
manusia, sesungguhnya ada dari kalian yang membuat orang lari (dari ajaran
Islam), maka siapapun dari kalian yang menjadi imam bagi orang-orang, maka
hendaklah ia mempersingkat, karena dibelakangnya (makmum) ada orang tua, orang
lemah, dan yang punya hajat." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Jangan MARAH
17. Kaidah umum pada sabda Nabi: (إنها السنن)
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{سُنَّةَ اللَّهِ فِي
الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا} [الأحزاب: 62]
Sebagai
sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu),
dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah. [Al-Ahzab: 62]
{سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ
مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا} [الفتح: 23]
Sebagai
suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan
menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. [Al-Fath: 23]
{فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ
تَبْدِيلًا وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلًا} [فاطر:
43]
Maka
sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan
sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. [Fathir: 43]
18. Ini salah satu tanda kenabian,
karena terjadi seperti yang dikabarkan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَا
كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ
رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ} [آل
عمران: 179]
Dan Allah sekali-kali tidak akan
memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa
yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. [Ali 'Imran:179]
{عَالِمُ
الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ
رَسُولٍ} [الجن:
26، 27]
(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang
ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. [Al-Jin: 26 - 27]
19. Semua yang yang dicela oleh Allah
pada Yahudi dan Nashrani adalah celaan untuk kita juga.
Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَتَتَّبِعُنَّ
سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ
سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya kalian akan mengikuti perilaku
orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sesiku demi sesiku,
sampai sekalipun mereka masuk ke lubang biawak kalianpun akan mengikuti mereka".
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah mereka
kaum Yahudi dan Nashrani?
Rasulullah menjawab: "Siapa lagi kalau
bukan mereka?" [Sahih Bukhari dan Muslim]
20. Suatu yang tetap pada mereka
bahwasanya urusan ibadah dibangun atas perintah, maka ini menjadi peringatan
akan masalah takdir. Adapun tentang “Siapa Tuhanmu” maka ini sudah jelas,
adapun tentang “Siapa Nabimu” maka diketahui dari pemberitaan tentang hal gaib.
Dan adapun tentang “Apa agamamu” maka diambil dari ucapan mereka: (اجعل لنا إلهاً) إلخ., “Buatkan kami Ilaah, … “. Sampai akhir ayat.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{أَمْ
لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ} [الشورى: 21]
Apakah mereka mempunyai
sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan (menetapkan hukum) untuk
mereka agama yang tidak diizinkan Allah? [Asy-Syuuraa:21]
Ø Dari Aisyah ummul mu'miniin radhiyallahu 'anha;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ
أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح البخاري]
"Barangsiapa yang mengada-ada suatu dalam urusan kami
(ibadah) yang bukan bagian darinya, maka hal itu tertolak". [Sahih
Bukhari]
Dalam riwayat:
«مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan (ibadah)
yang bukan ajaran kami maka hal itu tertolak". [Sahih Muslim]
21. Perilaku Ahli Kitab tercela seperti
perilaku orang musyrik.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ} [البينة: 6]
Sesungguhnya orang-orang yang kafir
yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam,
mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.
[Al-Bayyinah:6]
22. Orang yang beralih dari satu kebatilan
yang ia yakini tidak terjamin bahwa dalam hatinya masih tersisa dari kebiasaan
tersebut, karena ucapan mereka: ونحن حدثاء عهد بكفر.
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma
berkata: Saat kami berada dalam satu perjalanan perang, seorang dari kaum
Muhajirin mengusir seorang dari kaum Anshar. Maka orang Anshar itu berkata:
Wahai kaum Anshar! Dan orang Muhajir itu berkata: Wahai kaum Muhajirin! Ketika
mendengarnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya:
«مَا
بَالُ دَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ»
“Ada apa dengan panggilan Jahiliyah ini?”
Mereka menjawab: Mereka menjawab: Ya
Rasulullah seorang dari kaum Muhajirin memukul pantat seorang dari kaum Anshar.
Maka Rasulullah bersabda:
«دَعُوهَا
فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ» [صحيح
البخاري ومسلم]
“Tinggalkan panggilan seperti itu, karena
itu sangat busuk”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...