Jumat, 17 Januari 2020

Syarah Kitab tauhid bab (9); Orang yang mengharap berkah dari pohon atau batu dan sejenisnya

بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini syekh Muhammad bin Abdil Wahhab –rahimahullah- menyebutkan 1 ayat dan 1 hadits:
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى (19) وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى (20) أَلَكُمُ الذَّكَرُ وَلَهُ الْأُنْثَى (21) تِلْكَ إِذًا قِسْمَةٌ ضِيزَى (22) إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنْ رَبِّهِمُ الْهُدَى} [النجم: 19 - 23]
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-‘Uzza, dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah (patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah)nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka. [An-Najm: 19-23]
Ø  Dari Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu 'anhu:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا خَرَجَ إِلَى حُنَيْنٍ مَرَّ بِشَجَرَةٍ لِلْمُشْرِكِينَ يُقَالُ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ يُعَلِّقُونَ عَلَيْهَا أَسْلِحَتَهُمْ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " سُبْحَانَ اللَّهِ هَذَا كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ} [الأعراف: 138] وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَرْكَبُنَّ سُنَّةَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ " [رواه الترمذي وصححه]
Saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi ke Hunain, beliau melintasi sebuah pepohonan kaum musyrikin bernama “Dzat Anwath”, mereka biasa menggantungkan persenjataan mereka di pohon itu, para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, buatkan kami “Dzat Anwath” seperti milik mereka!
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Subhaanallaah, ini seperti yang dikatakan kaum Musa: Buatkan kami ilah seperti ilah-ilah mereka. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian akan melakukan perilaku-perilaku orang sebelum kalian." [Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dan ia menshahihkannya]

1.      Tafsir ayat surah An-Najm.
Kata “ اللات “ Al-Laat, dibaca dengan dua versi: (1) Dengan ditasydid huruf taa’, isim fail dari kata “ اللتّ “, berhala ini asalnya adalah patung seorang yang suka membuat makanan untuk orang yang menunaikan ibadah haji, setelah wafat orang-orang mereka duduk dekat kuburnya kemudian dibuatkan patung.
(2) Huruf taa’nya tidak ditasydid, pecahan kata dari lafadz Jalalah “Allah”, mereka menamai dengannya satu berhala milik penduduk Thaif dan orang Arab sekitarnya.
Dan kata “ العزى “ Al-‘Uzza, bentuk muannats dari kata “ أعزّ “ A’azz, ia adalah berhala yang disembah oleh Quraisy dan Bani Kinanah, diambil dari nama Allah “Al-‘Aziz”, ia adalah pohon kurma yang berada di antara Mekka dan Thaif.
Dan kata “ مناة “ Manaah, diambil dari kata “ المنان “, atau dari kata “ منى “ karena banyaknya darah sembelihan yang ditumpahkan di sana. Berhala ini berada diantara Mekka dan Madinah milik kabilah Hudzail dan Khuza’ah, begitu pula Aus dan Khazraj mengagungkannya dan memulai hajinya dari sana.
Tiga berhala ini disembah dengan anggapan bisa memberi berkah, dengan mendatangkan kebaikan atau menolak keburukan.
2.      Mengetahui gambaran apa yang mereka minta.
Yaitu, meminta sesuatu untuk diambil berkah darinya.
3.      Adanya mereka tidak melakukan (hanya sekedar meminta).
Kalau memintah sudah dianggap sebagai kesyirikan, maka melakukannya lebih terlarang lagi.
4.      Adanya mereka bermaksud untuk taqarrub kepada Allah dengan hal tersebut karena anggapan mereka bahwasanya Allah mencintai hal tersebut.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [يونس: 18]
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at (perantara) kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). [Yunus:18]
{وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى} [الزمر: 3]
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan (wasilah) kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". [Az-Zumar:3]
5.      Bahwasanya mereka tidak tahu akan hal ini, maka selain mereka (sahabat Nabi) lebih besar kemungkinan tidak tahu.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ [صحيح البخاري ومسلم]
"Manusia yang paling baik adalah orang yang hidup di masaku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
6.      Mereka telah memiliki kebaikan dan janji ampunan yang tidak dimiliki selain mereka.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [التوبة: 100]
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. [At-Taubah:100]
7.      Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memberi udzur bagi mereka, bahkan membantah mereka dengan sabdanya:  (الله أكبر، إنها السنن، لتتبعن سنن من كان قبلكم)
Nabi menyikapi tegas hal ini dengan tiga penekanan.
Dalam riwayat lain, Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu 'anhu berkata:
لَمَّا افْتَتَحَ رَسُولُ اللَّهِ مَكَّةَ خَرَجَ بِنَا مَعَهُ قِبَلَ هَوَازِنَ، حَتَّى مَرَرْنَا عَلَى سِدْرَةِ الْكُفَّارِ، سِدْرَةٌ يَعْكِفُونَ حَوْلَهَا وَيَدْعُونَهَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  «اللَّهُ أَكْبَرُ، إِنَّهَا السُّنَنُ هَذَا كَمَا قَالَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ لِمُوسَى {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ، قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ} [الأعراف: 138]، ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّكُمْ لَتَرْكَبُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ [صحيح ابن حبان]
Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membebaskan kota Mekkah, beliau berangkat bersama kami menuju Hawazan, sampai kami melintasi sebuah pepohonan kaum kafir, pada pohon tersebut mereka duduk di sekelilingnya dan mereka memberinya nama “Dzat Anwath”, kami berkata: Wahai Rasulullah, buatkan kami “Dzat Anwath” seperti “Dzat Anwath” milik mereka!
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allahu akbar, ini adalah sunnatullah, ini seperti yang dikatakan kaum Bani Israil kepada Musa: {"Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu Ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)"}. [Al-A'raaf:138]. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sungguh kalian akan melakukan perilaku-perilaku orang sebelum kalian." [Shahih Ibnu Hibban]
8.      Masalah ini adalah masalah besar, dan ini yang dimaksudkan: Bahwasanya Nabi mengabarkan bahwa permintaan mereka itu sama seperti permintaan Bani Israil ketika mereka berkata kepada Musa:(اجْعَل لَّنَا إِلَهًا)  ”Buatkan kami Ilaah!”
9.      Menafikan hal ini adalah makna “Laa ilaaha illallah”, namun hal ini sangat halus dan samar bagi mereka.
10.  Bahwasanya Nabi bersumpah ketika berfatwa, dan beliau tidak bersumpah kecuali untuk maslahat.
Berbeda dengan kebanyakan manusia yang hanya bergurau dengan sumpahnya, Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{لَا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الْأَيْمَانَ} [المائدة: 89]
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja. [Al-Maidah:89]
11.  Syirik itu ada yang besar dan ada yang kecil, karena mereka tidak murtad dengan permintaan ini.
Dari Mahmud bin Labiid radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"  إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ "
"Sesungguhnya di antara yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syirik kecil."
Sahabat bertanya: Apa itu syirik kecil?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
" الرِّيَاءُ، يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ: اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً " [مسند أحمد: حسن]
“Riya, Allah 'azza wajalla berkata kepada mereka pada hari kiamat di saat manusia mendapat balasan dari amalannya: "Pergilah kalian pada orang-orang yang kau lakukan ibadah deminya di dunia, lihatlah apakah mereka bisa memberimu imbalan?". [Musnad Ahmad: Hasan]
12.  Ucapa mereka: (ونحن حدثاء عهد بكفر) menunjukkan bahwa selain mereka mengetahui hal tersebut.
Dalam riwayat lain, Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu 'anhu berkata:
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحُنَيْنٍ وَنَحْنُ حَدِيثُو عَهْدٍ بِكُفْرٍ فَمَرَرْنَا عَلَى شَجَرَةٍ يَضَعُ الْمُشْرِكُونَ عَلَيْهَا أَسْلِحَتَهُمْ يُقَالُ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقَالَ: " اللَّهُ أَكْبَرُ قُلْتُمْ كَمَا قَالَ أَهْلُ الْكِتَابِ لِمُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ} [الأعراف: 138] " ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّكُمْ سَتَرْكَبُونَ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ» [مسند أبي داود الطيالسي]
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di Hunain, dan saat itu kami baru saja meninggalkan kekufuran, lalu kami melintasi sebuah pepohonan yang kaum musyrik meletakkan senjata mereka di atasnya, pohon tersebut diberi nama “Dzat Anwath”. Maka kami berkata: Wahai Rasulullah, buatkan kami “Dzat Anwath” seperti “Dzat Anwath” milik mereka!
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allahu akbar, kalian mengatakan seperti yang dikatakan ahli kitab kepada Musa: {"Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)"}. [Al-A'raaf:138]. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh kalian akan melakukan perilaku-perilaku orang sebelum kalian." [Sunan Abi Daud Ath-Thayalisiy]
13.  Bertakbir ketika heran, berbeda dengan orang yang memakruhkannya.
Dari Abu Sa'id Al Khudriy radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنِّي أَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الجَنَّةِ " فَكَبَّرْنَا، فَقَالَ: «أَرْجُو أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الجَنَّةِ» فَكَبَّرْنَا، فَقَالَ: «أَرْجُو أَنْ تَكُونُوا نِصْفَ أَهْلِ الجَنَّةِ» فَكَبَّرْنَا، فَقَالَ: «مَا أَنْتُمْ فِي النَّاسِ إِلَّا كَالشَّعَرَةِ السَّوْدَاءِ فِي جِلْدِ ثَوْرٍ أَبْيَضَ، أَوْ كَشَعَرَةٍ بَيْضَاءَ فِي جِلْدِ ثَوْرٍ أَسْوَدَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku berharap kalian menjadi di antara seperempat ahlu surga". Maka kami bertakbir. Kemudian Beliau bersabda lagi: "Aku berharap kalian menjadi di antara sepertiga ahlu surga". Maka kami bertakbir lagi. Kemudian Beliau bersabda lagi: "Aku berharap kalian menjadi di antara setengah ahlu surga". Maka kami bertakbir sekali lagi. Lalu Beliau bersabda: "Tidaklah keberadan kalian di hadapan manusia melainkan bagaikan bulu hitam pada kulit sapi jantan putih atau bagaikan bulu putih yang ada pada kulit sapi jantan hitam". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Umar radhiyallahu 'anhu berkata:
كُنْتُ أَنَا وَجَارٌ لِي مِنَ الأَنْصَارِ فِي بَنِي أُمَيَّةَ بْنِ زَيْدٍ وَهِيَ مِنْ عَوَالِي المَدِينَةِ وَكُنَّا نَتَنَاوَبُ النُّزُولَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَنْزِلُ يَوْمًا وَأَنْزِلُ يَوْمًا، فَإِذَا نَزَلْتُ جِئْتُهُ بِخَبَرِ ذَلِكَ اليَوْمِ مِنَ الوَحْيِ وَغَيْرِهِ، وَإِذَا نَزَلَ فَعَلَ مِثْلَ ذَلِكَ، فَنَزَلَ صَاحِبِي الأَنْصَارِيُّ يَوْمَ نَوْبَتِهِ، فَضَرَبَ بَابِي ضَرْبًا شَدِيدًا، فَقَالَ: أَثَمَّ هُوَ؟ فَفَزِعْتُ فَخَرَجْتُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: قَدْ حَدَثَ أَمْرٌ عَظِيمٌ. قَالَ: فَدَخَلْتُ عَلَى حَفْصَةَ فَإِذَا هِيَ تَبْكِي، فَقُلْتُ: طَلَّقَكُنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتْ: لاَ أَدْرِي، ثُمَّ دَخَلْتُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ وَأَنَا قَائِمٌ: أَطَلَّقْتَ نِسَاءَكَ؟ قَالَ: «لاَ» فَقُلْتُ: اللَّهُ أَكْبَرُ [صحيح البخاري ومسلم]
Aku dan tetanggaku dari Anshar berada di desa Banu Umayyah bin Zaid dia termasuk orang kepercayaan di Madinah, kami saling bergantian menimba ilmu dari Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, sehari aku yang menemui Beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan hari lain dia yang menemui Beliau shallallahu 'alaihi wasallam, Jika giliranku tiba, aku menanyakan seputar wahyu yang turun hari itu dan perkara lainnya. Dan jika giliran tetanggaku tiba, ia pun melakukan hal yang sama. Ketika hari giliran tetanggaku tiba, dia datang kepadaku dengan mengetuk pintuku dengan sangat keras, seraya berkata: "Apakah dia ada di sana?" Maka aku kaget dan keluar menemuinya. Dia berkata: "Telah terjadi persoalan yang gawat!". Umar berkata: "Aku pergi menemui Hafshah, dan ternyata dia sedang menangis, aku bertanya kepadanya: "Apakah Rasul shallallahu 'alaihi wasallam menceraikanmu?" Hafshah menjawab: "Aku tidak tahu". Maka aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sambil berdiri aku tanyakan: "Apakah engkau menceraikan istri-istri engkau?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Tidak". Maka aku ucapkan: "Allah Maha Besar". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Anas radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berangkat menuju Khaibar dan Beliau mendatanginya di malam hari. Dan Beliau apabila mendatangi suatu kaum di malam hari Beliau tidak langsung menyerang mereka hingga menunggu datangnya waktu Subuh. Ketika tiba waktu Subuh, orang-orang Yahudi keluar dengan membawa sekop-sekop dan keranjang mereka. Tatkala melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, mereka berkata: "Muhammad. Demi Allah Muhammad dan pasukannya".
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اللَّهُ أَكْبَرُ، خَرِبَتْ خَيْبَرُ إِنَّا إِذَا نَزَلْنَا بِسَاحَةِ قَوْمٍ، فَسَاءَ صَبَاحُ المُنْذَرِينَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Allahu Akbar, hancurlah Khaibar. Sesungguhnya kami apabila mendatangi perkampungan suatu kaum, maka amat buruklah pagi hari yang dialami orang-orang yang diperingatkan tersebut". [Shahih Bukhari dan Muslim]
14.  Kaidah “Mencegah kemungkinan terjadinya keburukan”.
Mu'adz bin Jabal radhiallahu 'anhu berkata:
كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَال: َ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِه، ِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّه؟ ِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَالَ: فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. فَقُلْت: ُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاس؟ َ قَال: َ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا
"Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di atas seekor keledai yang diberi nama 'Ufair lalu Beliau bertanya: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?"
Aku jawab: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu".
Beliau bersabda: "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun".
Lalu aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?"
Beliau menjawab: "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja". [Shahih Bukhari dan Muslim]
15.  Larangan menyerupai kaum Jahiliyah.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" أَبْغَضُ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ ثَلاَثَةٌ: مُلْحِدٌ فِي الحَرَمِ، وَمُبْتَغٍ فِي الإِسْلاَمِ سُنَّةَ الجَاهِلِيَّةِ، وَمُطَّلِبُ دَمِ امْرِئٍ بِغَيْرِ حَقٍّ لِيُهَرِيقَ دَمَهُ " [صحيح البخاري]
"Manusia yang paling dibenci oleh Allah ada tiga: (1) Yang melakukan kejahatan di kota Haram (Mekah), (2) yang melakukan dalam Islam amalan Jahiliyah, dan (3) yang menuntut darah seseorang tanpa hak untuk ditumpahkan darahnya". [Sahih Bukhari]
16.  Marah ketika mendidik.
Abu Mas'ud Al-Anshariy radhiyallahu ‘ahu berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنِّي لَأَتَأَخَّرُ عَنْ صَلَاةِ الصُّبْحِ مِنْ أَجْلِ فُلَانٍ، مِمَّا يُطِيلُ بِنَا، فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَضِبَ فِي مَوْعِظَةٍ قَطُّ أَشَدَّ مِمَّا غَضِبَ يَوْمَئِذٍ فَقَالَ: «يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ مِنْكُمْ مُنَفِّرِينَ، فَأَيُّكُمْ أَمَّ النَّاسَ، فَلْيُوجِزْ فَإِنَّ مِنْ وَرَائِهِ الْكَبِيرَ، وَالضَّعِيفَ وَذَا الْحَاجَةِ» [صحيح مسلم]
Seseorang datang kepada Rasulullah dan berkata: “Sesungguhnya aku meninggalkan shalat Subuh (berjama’ah) karena si Fulan yang terlalu panjang bacaannya”.
Maka aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah pada saat menasehati seperti marahnya hari itu, kemudian beliau bersabda: "Wahai sekalia manusia, sesungguhnya ada dari kalian yang membuat orang lari (dari ajaran Islam), maka siapapun dari kalian yang menjadi imam bagi orang-orang, maka hendaklah ia mempersingkat, karena dibelakangnya (makmum) ada orang tua, orang lemah, dan yang punya hajat." [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Jangan MARAH
17.  Kaidah umum pada sabda Nabi: (إنها السنن)
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا} [الأحزاب: 62]
Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati peubahan pada sunnah Allah. [Al-Ahzab: 62]
{سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا} [الفتح: 23]
Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. [Al-Fath: 23]
{فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلًا وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلًا} [فاطر: 43]
Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. [Fathir: 43]
18.  Ini salah satu tanda kenabian, karena terjadi seperti yang dikabarkan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ} [آل عمران: 179]
Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. [Ali 'Imran:179]
{عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ} [الجن: 26، 27]
(Dia adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya. [Al-Jin: 26 - 27]
19.  Semua yang yang dicela oleh Allah pada Yahudi dan Nashrani adalah celaan untuk kita juga.
Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya kalian akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sesiku demi sesiku, sampai sekalipun mereka masuk ke lubang biawak kalianpun akan mengikuti mereka".
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah mereka kaum Yahudi dan Nashrani?
Rasulullah menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka?" [Sahih Bukhari dan Muslim]
20.  Suatu yang tetap pada mereka bahwasanya urusan ibadah dibangun atas perintah, maka ini menjadi peringatan akan masalah takdir. Adapun tentang “Siapa Tuhanmu” maka ini sudah jelas, adapun tentang “Siapa Nabimu” maka diketahui dari pemberitaan tentang hal gaib. Dan adapun tentang “Apa agamamu” maka diambil dari ucapan mereka:  (اجعل لنا إلهاً) إلخ., Buatkan kami Ilaah, … “. Sampai akhir ayat.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ} [الشورى: 21]
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan (menetapkan hukum) untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? [Asy-Syuuraa:21]
Ø  Dari Aisyah ummul mu'miniin radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح البخاري]
"Barangsiapa yang mengada-ada suatu dalam urusan kami (ibadah) yang bukan bagian darinya, maka hal itu tertolak". [Sahih Bukhari]
Dalam riwayat:
«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan (ibadah) yang bukan ajaran kami maka hal itu tertolak". [Sahih Muslim]
21.  Perilaku Ahli Kitab tercela seperti perilaku orang musyrik.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ} [البينة: 6]
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. [Al-Bayyinah:6]
22.  Orang yang beralih dari satu kebatilan yang ia yakini tidak terjamin bahwa dalam hatinya masih tersisa dari kebiasaan tersebut, karena ucapan mereka: ونحن حدثاء عهد بكفر.
Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma berkata: Saat kami berada dalam satu perjalanan perang, seorang dari kaum Muhajirin mengusir seorang dari kaum Anshar. Maka orang Anshar itu berkata: Wahai kaum Anshar! Dan orang Muhajir itu berkata: Wahai kaum Muhajirin! Ketika mendengarnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya:
«مَا بَالُ دَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ»
“Ada apa dengan panggilan Jahiliyah ini?
Mereka menjawab: Mereka menjawab: Ya Rasulullah seorang dari kaum Muhajirin memukul pantat seorang dari kaum Anshar.
Maka Rasulullah bersabda:
«دَعُوهَا فَإِنَّهَا مُنْتِنَةٌ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Tinggalkan panggilan seperti itu, karena itu sangat busuk”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...