Rabu, 22 Januari 2020

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (42), (43) dan (44) Tentang berbuka puasa

بسم الله الرحمن الرحيم
A.    Penjelasan pertama.
Bab ke-42, Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابٌ: مَتَى يَحِلُّ فِطْرُ الصَّائِمِ
“Bab: Kapan orang yang berpuasa boleh berbuka?”
Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan batas waktu berakhirnya puasa seseorang yaitu ketika matahari tenggelam, beliau menyebutkan satu atsar dari Abu Sa’id Al-Khudriy dan dua hadits dari Umar bin Khathab dan Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu ‘anhum.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
وَأَفْطَرَ أَبُو سَعِيدٍ الخُدْرِيُّ حِينَ غَابَ قُرْصُ الشَّمْسِ
“Dan Abu Sa’id Al-Khudriy berbuka ketika lingkaran matahari telah hilang”.
Takhrij atsar Abi Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu:
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah rahimahullah dalam Mushannaf-nya 2/278 no.8949, ia berkata:
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ أَيْمَنَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: «دَخَلْتُ عَلَيْهِ، فَأَفْطَرَ عَلَى عِرْقٍ، وَإِنِّي أَرَى الشَّمْسَ لَمْ تَغْرُبْ»
Waki’ menceritakan kepada kami, dari Abdul Wahid bin Aeman, dari bapaknya, dari Abi Sa’id, ia berkata: “Aku datang menemui Abu Sa’id dan ia berbuka dengan kurma padahal aku melihat cahaya matahari belum tenggelam.”
B.     Penjelasan kedua.
Hadits Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1853 - حَدَّثَنَا الحُمَيْدِيُّ [عبد الله بن الزبير]، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عيينة]، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي، يَقُولُ: سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ، عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ مِنْ هَا هُنَا، وَأَدْبَرَ النَّهَارُ مِنْ هَا هُنَا، وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ»
1853 - Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidiy [Abdullah bin Az-Zubair], telah menceritakan kepada kami Sufyan [bin ‘Uyainah], telah menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Urwah, ia berkata: Aku mendengar bapakku berkata: Aku mendengar 'Ashim bin 'Umar bin Al-Khaththab, dari bapaknya radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika malam telah datang dari sana dan siang telah berlalu dari sana serta matahari telah tenggelam, maka orang yang berpuasa sudah boleh berbuka ".
Penjelasan singkat hadits ini:
1.      Biografi Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.
2.      Menjelaskan sesuatu dengan isyarat yang bisa dipahami.
3.      Anjuran mempercepat berbuka puasa.
Lihat dua bab setelah ini.
4.      Apakah matahari bergerak atau hanya diam tidak bergerak?
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى} [الرعد: 2] [لقمان: 29] [فاطر: 13] [الزمر: 5]
Dan (Allah) menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar (berjalan) hingga waktu yang ditentukan. [Ar-Ra’ad:2]
{وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ} [الأنبياء: 33]
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. [Al-Anbiyaa’:33]
Ø  Dari Abi Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abi Dzar ketika matahari tenggelam:
«أَتَدْرِي أَيْنَ تَذْهَبُ؟»
“Apakah engkau tahu kemana perginya matahari?”
Abu Dzar menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui!
Beliau bersabda:
" فَإِنَّهَا تَذْهَبُ حَتَّى تَسْجُدَ تَحْتَ العَرْشِ، فَتَسْتَأْذِنَ فَيُؤْذَنُ لَهَا وَيُوشِكُ أَنْ تَسْجُدَ، فَلاَ يُقْبَلَ مِنْهَا، وَتَسْتَأْذِنَ فَلاَ يُؤْذَنَ لَهَا يُقَالُ لَهَا: ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَطْلُعُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: {وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ العَزِيزِ العَلِيمِ} [يس: 38] "
“Sesungguhnya ia pergi sampai ia sujud di bawah ‘Arsy, kemudian ia meminta izin (untuk terbit) maka ia diberi izin, dan sudah dekat waktunya ia sujud namun tidak diterima sujudnya, dan ia meminta izin namun tidak diberi izin, dikatakan kepadanya: Kembalilah dari arah engkau datang! Maka ia pun terbit dari tempat tenggelamnya (barat). Maka demikianlah firman Allah ta’aalaa: {Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui}. [Yaasiin:38]” [Shahih Bukhari dan Muslim]
C.     Penjelasan ketiga.
Hadits Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu ‘anhuma, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1854 - حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ [بن شاهين بن الحارث] الوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ [ابن عبد الله الواسطي]، عَنِ الشَّيْبَانِيِّ [سليمان أبي إسحاق]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ وَهُوَ صَائِمٌ، فَلَمَّا غَرَبَتِ الشَّمْسُ قَالَ لِبَعْضِ القَوْمِ: «يَا فُلاَنُ قُمْ فَاجْدَحْ لَنَا»، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ أَمْسَيْتَ؟ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا» قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَلَوْ أَمْسَيْتَ؟ قَالَ: «انْزِلْ، فَاجْدَحْ لَنَا»، قَالَ: إِنَّ عَلَيْكَ نَهَارًا، قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، فَنَزَلَ فَجَدَحَ لَهُمْ، فَشَرِبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: «إِذَا رَأَيْتُمُ اللَّيْلَ قَدْ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ»
1854 - Telah menceritakan kepada kami Ishaq [bin Syahin bin Al-Harits] Al-Wasithiy, telah menceritakan kepada kami Khalid [bin Abdillah Al-Wasithiy], dari Asy-Syaibaniy [Sulaiman Abu Ishaq], dari 'Abdullah bin Abi Awfa radhiyallahu 'anhu berkata; Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan dan Beliau berpuasa. Ketika matahari terbenam, Beliau berkata kepada sebagian rombongan; "Wahai fulan, bangun dan siapkanlah minuman buat kami".
Orang yang disuruh itu berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita menunggu hingga malam?".
Beliau berkata: "Turunlah dan siapkan minuman buat kami".
Orang itu berkata, lagi: "Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita menunggu hingga malam?".
Beliau berkata, lagi: "Turunlah dan siapkan minuman buat kami".
Orang itu berkata, lagi: "Sekarang masih terang".
Beliau kembali berkata: "Turunlah dan siapkan minuman buat kami".
Maka orang itu turun lalu menyiapkan minuman buat mereka. Setelah minum lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Apabila kalian telah melihat malam sudah datang dari arah sana maka orang yang puasa sudah boleh berbuka ".
Penjelasan singkat hadits ini:
1)      Hadits ini telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada kitab Puasa, bab (33) Berpuasa dan berbuka saat bepergian jauh, melalui jalur 'Ali bin 'Abdullah bin Al-Madiniy, dari Sufyan bin ‘Uyainah, dari Abu Ishaq Asy-Syaibaniy.
Dan akan diriwayatkan pada dua bab berikutnya:
Bab (43) Berbuka dengan apa yang ada seperti air dan selainnya, melalui jalur Musaddad, dari 'Abdul Wahid, dari Asy-Syaibaniy.
Dan Bab (44) Menyegerakan berbuka, melalui jalur Ahmad bin Yunus, dari Abu Bakar Ibnu ‘Ayyasy, dari Sulaiman Asy-Syaibaniy.
2)      Biografi Ibnu Abi Aufa radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat biografinya di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
3)      Siapa sahabat yang diperintahkan untuk membuat minuman dalam hadits ini?
Ada dua kemungkinan:
Yang pertama: Ia adalah Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu karena dzahir hadits ini adalah kejadian yang sama dengan hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin Khathab sebelumnya.
Umar bin Khathab berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku:
«إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ وَأَدْبَرَ النَّهَارُ وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ أَفْطَرَ الصَّائِمُ» [صحيح ابن خزيمة]
"Jika malam telah datang, siang telah berlalu, dan matahari telah tenggelam, maka orang yang berpuasa sudah boleh berbuka ". [Shahih Ibnu Khuzaimah]
Kemungkinan kedua: Ia adalah Bilal bin Abi Rabah radhiyallahu 'anhu, sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain:
Abdullah bin Abu Aufa radhiyallahu 'anhuma berkata;
سِرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ صَائِمٌ، فَلَمَّا غَرَبَتِ الشَّمْسُ، قَالَ: «يَا بِلَالُ، انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَوْ أَمْسَيْتَ؟ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ عَلَيْكَ نَهَارًا، قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، فَنَزَلَ فَجَدَحَ، فَشَرِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: «إِذَا رَأَيْتُمُ اللَّيْلَ قَدْ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ»، وَأَشَارَ بِأُصْبُعِهِ قِبَلَ الْمَشْرِقِ [سنن أبي داود: صحيح]
Kami berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sementara beliau sedang berpuasa, kemudian tatkala matahari telah tenggelam beliau berkata; “Wahai Bilal, turun dan aduklah (sawiq) untuk kami”. Ia berkata; wahai Rasulullah, seandainya anda menunggu hingga masuk sore hari dengan sempurna! Beliau berkata: "Turun dan aduklah untuk kami!" Ia berkata; wahai Rasulullah, sesungguhnya anda masih berada pada siang hari. Beliau berkata: "Turun dan aduklah untuk kami!" Kemudian ia turun dan mengaduk. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam minum kemudian bersabda: "Apabila kalian melihat malam telah datang dari sini, maka orang yang berpuasa telah berbuka." Beliau menunjuk dengan jarinya ke arah timur. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Dalam riwayat lain:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ وَهُوَ صَائِمٌ، فَدَعَا صَاحِبَ شَرَابِهِ بِشَرَابٍ، فَقَالَ صَاحِبُ شَرَابِهِ: لَوْ أَمْسَيْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، ثُمَّ دَعَاهُ، فَقَالَ لَهُ: لَوْ أَمْسَيْتَ. ثَلَاثًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا جَاءَ اللَّيْلُ مِنْ هَاهُنَا، فَقَدْ حَلَّ الْإِفْطَارُ» [مسند أحمد]
Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berada dalam suatu perjalanan, yang pada saat itu beliau berpuasa, kemudian beliau meminta minuman kepada pembuat minumannya. Maka pembuat minuman itu pun berkata: "Wahai Rasulullah, sekiranya Anda bisa menunggu agak sore." Ia mengulanginya hingga tiga kali. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika malam telah tiba dari tempat ini, waktu ifthar (berbuka puasa) telah masuk." [Musnad Ahmad]
Dan Bilal yang lebih dikenal banyak melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. [Fathul Bari karya Ibnu Hajar 4/231]
Lihat biografi Bilal di sinihttps://umar-arrahimy.blogspot.com/
4)      Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka saat matahari tenggelam sekalipun cahayanya masih terlihat terang.
5)      Hadits ini menunjukkan anjuran menyegerakan berbuka.
Lihat dua bab setelah ini.
6)      Mengingatkan seorang ulama ketika ada kemungkinan melakukan kekeliruan.
7)      Boleh membantah jika ada yang dirasa mengganjal di hati sampai tiga kali.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma;
كَانَ صلى الله عليه وسلم لَا يُرَاجِعُ بَعْدَ الْمَرَّةِ الثَّالِثَةِ [مسند أحمد: صحيح]
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak ditanyai ulang setelah yang ketiga kalinya”. [Musnad Ahmad Shahih]
8)      Perintah syar’iy lebih kuat dari pada panca indra.
9)      Akal tidak bisa menghakimi syari’at.


Bab ke-43, Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابٌ: يُفْطِرُ بِمَا تَيَسَّرَ مِنَ المَاءِ، أَوْ غَيْرِهِ
“Bab: Berbuka dengan apa yang ada seperti air dan selainnya”.
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan anjuran berbuka dengan apa yang ada dan mudah didapatkan sekalipun hanya dengan seteguk air. Dan ia kembali meriwayatkan hadits Ibnu Abi Aufaa radhiyallahu 'anhuma melalui jalur lain dari gurunya, ia berkata:
1855 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ [بن مسرهد]، حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَاحِدِ [بن زياد العبدي]، حَدَّثَنَا الشَّيْبَانِيُّ سُلَيْمَانُ، قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سِرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ صَائِمٌ، فَلَمَّا غَرَبَتِ الشَّمْسُ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ أَمْسَيْتَ؟ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ عَلَيْكَ نَهَارًا، قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، فَنَزَلَ فَجَدَحَ ثُمَّ قَالَ: «إِذَا رَأَيْتُمُ اللَّيْلَ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ» وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ قِبَلَ المَشْرِقِ
1855 - Telah menceritakan kepada kami Musaddad [bin Musarhad], telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahid [bin Ziyad Al-‘Abdiy], telah menceritakan kepada kami Asy-Syaibaniy Sulaiman berkata, aku mendengar 'Abdullah bin Abu Awfa radhiyallahu 'anhu berkata; Kami pernah bepergian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ketika itu Beliau berpuasa. Ketika matahari terbenam, Beliau berkata: "Turunlah, dan siapkanlah minuman (sawiq dari tepung) buat kami".
Orang yang disuruh itu berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita menunggu hingga malam".
Beliau berkata: "Turunlah dan siapkan minuman buat kami".
Orang itu berkata, lagi: "Sekarang masih siang".
Beliau berkata, lagi: "Turunlah dan siapkan minuman buat kami"."
Maka orang itu turun lalu menyiapkan minuman buat mereka. Setelah minum lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Apabila kalian telah melihat malam sudah datang dari arah sana maka orang yang puasa sudah boleh berbuka ".
Beliau memberi isyarat dengan jari Beliau ke arah timur.
1)      Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka dengan minuman.
Yaitu Sawiiq السويق makanan khas Arab, terbuat dari tepung (biasanya gandum) dijadikan bubur (tidak terlalu encer dan tdk terlalu kental), jika ingin rasanya asin maka disiram dengan kuah daging yang berlemak, jika ingin manis disiram dengan susu dan dimakan dengan kurma, madu, atau manis-manisan lainnya.
2)      Anjuran berbuka dengan kurma.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ، فَعَلَى تَمَرَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berbuka dengan beberapa ruthab (kurma basah) sebelum melakukan shalat, jika tidak dengan air maka dengan beberapa kurma (yang sudah dikeringkan), dan apabila tidak ada kurma maka beliau meneguk air beberapa kali. [Sunan Abi Daud: Shahih]
3)      Makan didahulukan dari shalat Magrib jika makanan sudah dihidangkan dan khawatir akan mengganggu kekhusyu’an shalat.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا وُضِعَ عَشَاءُ أَحَدِكُمْ وَأُقِيمَتِ الصَّلاَةُ، فَابْدَءُوا بِالعَشَاءِ وَلاَ يَعْجَلْ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Jika makan malam seseorang dari kalian sudah dihidangkan kemudian iqamah untuk shalat dikumandangkan, maka mulailah dengan makan malam, dan jangan terburu-buru sampai ia selesai dari makannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ، وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ» [صحيح مسلم]
"Tidak sepurnah shalat ketika telah hadir hidangan makanan, dan tidak pula ketika ia menahan buang hajat". [Sahih Muslim]
E.     Penjelasan kelima.
Bab ke-44, Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ تَعْجِيلِ الإِفْطَارِ
“Bab: Menyegerakan berbuka”
Dalam bab ini, Imam Bukhari menyebutkan dua hadits dari Sahl bin Sa’ad dan Ibnu Abi Aufa radhiyallahu 'anhum yang menunjukkan anjuran menyegerakan berbuka.
Hadits pertama: Hadits Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy radhiyallahu 'anhuma, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1856 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ [التِّنِّيسي]، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ [بن أنس]، عَنْ أَبِي حَازِمٍ [سلمة بن دينار المدني]، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الفِطْرَ»
1856 - Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf [At-Tinnisiy], telah mengabarkan kepada kami Malik [bin Anas], dari Abu Hazim [Salamah bin Dinar Al-Madaniy], dari Sahal bin Sa'ad bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Senantiasa manusia berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka".
Penjelasan singkat hadits ini:
1.      Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy radhiyallahu ' anhuma.
Lihat biografinya di sinihttps://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.      Hadits ini menunjukkan anjuran menyegerakan berbuka.
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّا مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ أُمِرْنَا بِتَعْجِيلِ فِطْرِنا، وَتَأْخِيرِ سُحُورِنا، وَوَضَعِ أيمَانِنَا عَلَى شمائِلِنا فِي الصَّلَاةِ» [المعجم الكبير للطبراني: صحيح]
"Sesungguhnya kami para Nabi diperintahkan untuk menyegerakan waktu berbuka kami, mengakhirkan sahur kami, dan meletakkan tangan kanan kami di atas tangan kiri ketika shalat". [Al-Mu'jam Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy: Sahih]
Ø  Abu 'Athiyyah -rahimahullah- berkata; Saya dan Masruq menemui Aisyah radhiyallahu 'anha, kemudian kami pun berkata;
يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ، رَجُلَانِ مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَحَدُهُمَا «يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ»، وَالْآخَرُ يُؤَخِّرُ الْإِفْطَارَ وَيُؤَخِّرُ الصَّلَاةَ، قَالَتْ: أَيُّهُمَا الَّذِي يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ؟ " قَالَ: قُلْنَا عَبْدُ اللهِ يَعْنِي ابْنَ مَسْعُودٍ قَالَتْ: «كَذَلِكَ كَانَ يَصْنَعُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [صحيح مسلم]
“Wahai Ummul Mukminin, ada dua sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yang satu menyegerakan berbuka dan shalat, sementara yang lain mengakhirkan berbuka dan shalat."
Maka Aisyah pun bertanya, "Siapa yang menyegerakan berbuka dan shalat?"
Kami menjawab, "Abdullah, yakni Ibnu Mas'ud."
Ia berkata: "Seperti itulah yang diperbuat oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." [Shahih Muslim]
Ø  Anas radhiyallahu 'anhu berkata:
«مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَطُّ صَلَّى صَلَاةَ الْمَغْرِبِ حَتَّى يُفْطِرَ، وَلَوْ عَلَى شَرْبَةٍ مِنْ مَاءٍ» [صحيح ابن حبان]
“Aku tidak perna melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendirikan shalat Magrib sampai ia berbuka, sekalipun hanya minum air”. [Shahih Ibnu Hibban]
Ø  Ummi Hakim binti Wada’ radhiyallahu 'anha berkata; Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«عَجّلُوا الْإِفْطَارَ وَأَخّرُوا السُّحُورَ» [المعجم الكبير للطبراني: حسن لغيره]
“Segerakanlah berbuka, dan akhirkanlah sahur”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Hasan ligairih]
3.      Kebaikan yang dimaksud, bisa berupa kebaikan dunia dan akhirat.
Dalam riwayat lain; dari Sahal bin Sa'ad radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَزَالُ أُمَّتِي عَلَى سُنَّتِي مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُّجُومَ»
“Umatku senantiasa berada di atas sunnahku selama mereka tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka”. [Shahih Ibnu Khuzaimah]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata:
«لَا يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ، لِأَنَّ الْيَهُودَ، وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُونَ» [سنن أبي داود: حسن]
"Agama ini akan senantiasa nampak selama orang-orang (kaum muslimin) menyegerakan berbuka, karena orang-orang yahudi dan Nasrani menundanya." [Sunan Abi Daud: Hasan]
F.     Penjelasan keenam.
Hadits kedua: Hadits Ibnu Abi Aufa radhiyallahu ‘anhuma, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1958 - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ [بن عبد الله] بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ [بن عياش]، عَنْ سُلَيْمَانَ [الشيباني]، عَنِ ابْنِ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ، فَصَامَ حَتَّى أَمْسَى قَالَ لِرَجُلٍ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لِي» قَالَ: لَوِ انْتَظَرْتَ حَتَّى تُمْسِيَ؟ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لِي، إِذَا رَأَيْتَ اللَّيْلَ قَدْ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ»
Telah menceritakan kepada kami Ahmad [bin Abdilah] bin Yunus, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar [Ibnu ‘Ayyasy], dari Sulaiman [Asy-Syaibaniy], dari Ibnu Abu Awfa radhiyallahu 'anhu berkata; Aku pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, ketika itu Beliau berpuasa. Hingga ketika sampai pada waktu petang, Beliau berkata kepada seseorang: "Turunlah, dan siapkanlah minuman untukku".
Orang yang disuruh itu berkata: "Bagaimana jika anda menunggu hingga malam".
Beliau berkata: "Turunlah dan siapkan minuman buat aku. Apabila kamu telah melihat malam sudah datang dari arah sana maka orang yang puasa sudah boleh berbuka ".
Penjelasan singkat hadits ini:
1)      Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyegerakan berbuka.
2)      Tetap harus berhati-hati menentukan masuknya waktu berbuka untuk menyegerakannya.
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...