بسم
الله الرحمن الرحيم
A. Penjelasan pertama.
Bab ke-42,
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
بَابٌ: مَتَى يَحِلُّ فِطْرُ
الصَّائِمِ
“Bab: Kapan orang yang berpuasa boleh berbuka?”
Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan
batas waktu berakhirnya puasa seseorang yaitu ketika matahari tenggelam, beliau
menyebutkan satu atsar dari Abu Sa’id Al-Khudriy dan dua hadits dari Umar
bin Khathab dan Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu ‘anhum.
وَأَفْطَرَ أَبُو سَعِيدٍ الخُدْرِيُّ
حِينَ غَابَ قُرْصُ الشَّمْسِ
“Dan Abu Sa’id Al-Khudriy berbuka ketika lingkaran matahari telah
hilang”.
Takhrij atsar Abi
Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu:
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah rahimahullah dalam
Mushannaf-nya 2/278 no.8949, ia berkata:
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ عَبْدِ
الْوَاحِدِ بْنِ أَيْمَنَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: «دَخَلْتُ
عَلَيْهِ، فَأَفْطَرَ عَلَى عِرْقٍ، وَإِنِّي أَرَى الشَّمْسَ لَمْ تَغْرُبْ»
Waki’
menceritakan kepada kami, dari Abdul Wahid bin Aeman, dari bapaknya, dari Abi
Sa’id, ia berkata: “Aku datang menemui Abu Sa’id dan ia berbuka dengan kurma
padahal aku melihat cahaya matahari belum tenggelam.”
B. Penjelasan kedua.
Hadits
Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1853 - حَدَّثَنَا الحُمَيْدِيُّ [عبد
الله بن الزبير]، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عيينة]، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ
عُرْوَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي، يَقُولُ: سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ عُمَرَ بْنِ
الخَطَّابِ، عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ مِنْ هَا هُنَا،
وَأَدْبَرَ النَّهَارُ مِنْ هَا هُنَا، وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ فَقَدْ أَفْطَرَ
الصَّائِمُ»
1853 - Telah
menceritakan kepada kami Al-Humaidiy [Abdullah bin Az-Zubair], telah
menceritakan kepada kami Sufyan [bin ‘Uyainah], telah menceritakan kepada kami
Hisyam bin 'Urwah, ia berkata: Aku mendengar bapakku berkata: Aku mendengar
'Ashim bin 'Umar bin Al-Khaththab, dari bapaknya radhiyallahu 'anhu
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika malam telah datang dari sana dan siang
telah berlalu dari sana serta matahari telah tenggelam, maka orang yang
berpuasa sudah boleh berbuka ".
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Umar bin Khathab radhiyallahu
‘anhu.
Lihat
di sini: Keistimewaan Umar bin Khathab
2.
Menjelaskan sesuatu dengan isyarat
yang bisa dipahami.
3.
Anjuran mempercepat berbuka puasa.
Lihat
dua bab setelah ini.
4.
Apakah matahari bergerak atau hanya
diam tidak bergerak?
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى}
[الرعد:
2] [لقمان: 29] [فاطر: 13] [الزمر: 5]
Dan (Allah) menundukkan matahari dan bulan. masing-masing beredar
(berjalan) hingga waktu yang ditentukan. [Ar-Ra’ad:2]
{وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ} [الأنبياء: 33]
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya. [Al-Anbiyaa’:33]
Ø Dari Abi
Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bertanya kepada Abi Dzar ketika matahari tenggelam:
«أَتَدْرِي أَيْنَ تَذْهَبُ؟»
“Apakah engkau tahu kemana perginya
matahari?”
Abu Dzar menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui!
Beliau bersabda:
" فَإِنَّهَا تَذْهَبُ حَتَّى تَسْجُدَ تَحْتَ
العَرْشِ، فَتَسْتَأْذِنَ فَيُؤْذَنُ لَهَا وَيُوشِكُ أَنْ تَسْجُدَ، فَلاَ يُقْبَلَ
مِنْهَا، وَتَسْتَأْذِنَ فَلاَ يُؤْذَنَ لَهَا يُقَالُ لَهَا: ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ
جِئْتِ، فَتَطْلُعُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: {وَالشَّمْسُ تَجْرِي
لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ العَزِيزِ العَلِيمِ} [يس: 38] "
“Sesungguhnya ia pergi
sampai ia sujud di bawah ‘Arsy, kemudian ia meminta izin (untuk terbit) maka ia
diberi izin, dan sudah dekat waktunya ia sujud namun tidak diterima sujudnya,
dan ia meminta izin namun tidak diberi izin, dikatakan kepadanya: Kembalilah
dari arah engkau datang! Maka ia pun terbit dari tempat tenggelamnya (barat). Maka
demikianlah firman Allah ta’aalaa: {Dan matahari berjalan di tempat
peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui}.
[Yaasiin:38]” [Shahih Bukhari dan Muslim]
C. Penjelasan ketiga.
Hadits
Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu ‘anhuma, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1854 - حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ [بن شاهين
بن الحارث] الوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا خَالِدٌ [ابن عبد الله الواسطي]، عَنِ
الشَّيْبَانِيِّ [سليمان أبي إسحاق]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ وَهُوَ صَائِمٌ، فَلَمَّا غَرَبَتِ الشَّمْسُ قَالَ لِبَعْضِ
القَوْمِ: «يَا فُلاَنُ قُمْ فَاجْدَحْ لَنَا»، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ
أَمْسَيْتَ؟ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا» قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَلَوْ
أَمْسَيْتَ؟ قَالَ: «انْزِلْ، فَاجْدَحْ لَنَا»، قَالَ: إِنَّ عَلَيْكَ نَهَارًا،
قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، فَنَزَلَ فَجَدَحَ لَهُمْ، فَشَرِبَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: «إِذَا رَأَيْتُمُ اللَّيْلَ قَدْ
أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ»
1854 - Telah
menceritakan kepada kami Ishaq [bin Syahin bin Al-Harits] Al-Wasithiy, telah
menceritakan kepada kami Khalid [bin Abdillah Al-Wasithiy], dari Asy-Syaibaniy
[Sulaiman Abu Ishaq], dari 'Abdullah bin Abi Awfa radhiyallahu 'anhu
berkata; Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
dalam suatu perjalanan dan Beliau berpuasa. Ketika matahari terbenam, Beliau
berkata kepada sebagian rombongan; "Wahai fulan, bangun dan siapkanlah
minuman buat kami".
Orang
yang disuruh itu berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita menunggu
hingga malam?".
Beliau
berkata: "Turunlah dan siapkan minuman buat kami".
Orang
itu berkata, lagi: "Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita menunggu hingga malam?".
Beliau
berkata, lagi: "Turunlah dan siapkan minuman buat kami".
Orang
itu berkata, lagi: "Sekarang masih terang".
Beliau
kembali berkata: "Turunlah dan siapkan minuman buat kami".
Maka
orang itu turun lalu menyiapkan minuman buat mereka. Setelah minum lalu Nabi shallallahu
'alaihi wasallam berkata: "Apabila kalian telah melihat malam
sudah datang dari arah sana maka orang yang puasa sudah boleh berbuka ".
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Hadits
ini telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada kitab Puasa, bab (33) Berpuasa dan berbuka saat bepergian jauh,
melalui jalur 'Ali bin 'Abdullah bin Al-Madiniy, dari Sufyan bin ‘Uyainah, dari
Abu Ishaq Asy-Syaibaniy.
Dan
akan diriwayatkan pada dua bab berikutnya:
Bab
(43) Berbuka dengan apa yang ada seperti air dan selainnya, melalui jalur Musaddad,
dari 'Abdul Wahid, dari Asy-Syaibaniy.
Dan
Bab (44) Menyegerakan berbuka, melalui jalur Ahmad bin Yunus, dari Abu Bakar Ibnu
‘Ayyasy, dari Sulaiman Asy-Syaibaniy.
2)
Biografi
Ibnu Abi Aufa radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat biografinya di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
3)
Siapa
sahabat yang diperintahkan untuk membuat minuman dalam hadits ini?
Ada
dua kemungkinan:
Yang pertama: Ia adalah Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu karena
dzahir hadits ini adalah kejadian yang sama dengan hadits yang diriwayatkan
oleh Umar bin Khathab sebelumnya.
Umar
bin Khathab berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku:
«إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ وَأَدْبَرَ
النَّهَارُ وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ أَفْطَرَ الصَّائِمُ» [صحيح
ابن خزيمة]
"Jika
malam telah datang, siang telah berlalu, dan matahari telah tenggelam, maka
orang yang berpuasa sudah boleh berbuka ". [Shahih Ibnu Khuzaimah]
Kemungkinan kedua: Ia adalah
Bilal bin Abi Rabah radhiyallahu 'anhu,
sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain:
Abdullah
bin Abu Aufa radhiyallahu
'anhuma berkata;
سِرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ صَائِمٌ، فَلَمَّا غَرَبَتِ الشَّمْسُ، قَالَ:
«يَا بِلَالُ، انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَوْ
أَمْسَيْتَ؟ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ
عَلَيْكَ نَهَارًا، قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، فَنَزَلَ فَجَدَحَ، فَشَرِبَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: «إِذَا رَأَيْتُمُ
اللَّيْلَ قَدْ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ»، وَأَشَارَ
بِأُصْبُعِهِ قِبَلَ الْمَشْرِقِ [سنن أبي داود:
صحيح]
Kami
berjalan bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sementara
beliau sedang berpuasa, kemudian tatkala matahari telah tenggelam beliau
berkata; “Wahai Bilal, turun dan aduklah (sawiq)
untuk kami”. Ia berkata; wahai Rasulullah, seandainya anda menunggu hingga
masuk sore hari dengan sempurna! Beliau berkata: "Turun dan aduklah untuk
kami!" Ia berkata; wahai Rasulullah, sesungguhnya anda masih berada pada
siang hari. Beliau berkata: "Turun dan aduklah untuk kami!" Kemudian
ia turun dan mengaduk. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
minum kemudian bersabda: "Apabila kalian melihat malam telah datang dari
sini, maka orang yang berpuasa telah berbuka." Beliau menunjuk dengan
jarinya ke arah timur. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Dalam
riwayat lain:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ وَهُوَ صَائِمٌ، فَدَعَا صَاحِبَ شَرَابِهِ
بِشَرَابٍ، فَقَالَ صَاحِبُ شَرَابِهِ: لَوْ
أَمْسَيْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، ثُمَّ دَعَاهُ، فَقَالَ لَهُ: لَوْ أَمْسَيْتَ.
ثَلَاثًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا جَاءَ
اللَّيْلُ مِنْ هَاهُنَا، فَقَدْ حَلَّ الْإِفْطَارُ» [مسند
أحمد]
Suatu
ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berada dalam suatu
perjalanan, yang pada saat itu beliau berpuasa, kemudian beliau meminta minuman
kepada pembuat minumannya. Maka pembuat
minuman itu pun berkata: "Wahai Rasulullah, sekiranya Anda bisa menunggu
agak sore." Ia mengulanginya hingga tiga kali. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Jika malam telah tiba dari tempat ini,
waktu ifthar (berbuka puasa) telah masuk." [Musnad Ahmad]
Dan
Bilal yang lebih dikenal banyak melayani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
[Fathul Bari karya Ibnu Hajar 4/231]
Lihat biografi Bilal di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
4) Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam berbuka saat matahari tenggelam sekalipun cahayanya masih terlihat
terang.
5) Hadits ini menunjukkan anjuran menyegerakan berbuka.
Lihat
dua bab setelah ini.
6) Mengingatkan seorang ulama ketika ada kemungkinan
melakukan kekeliruan.
7) Boleh membantah jika ada yang dirasa mengganjal di hati
sampai tiga kali.
Dari
Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma;
كَانَ صلى الله عليه وسلم لَا
يُرَاجِعُ بَعْدَ الْمَرَّةِ الثَّالِثَةِ [مسند
أحمد: صحيح]
“Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam tidak ditanyai ulang setelah yang ketiga
kalinya”. [Musnad Ahmad Shahih]
8) Perintah syar’iy lebih kuat dari pada panca indra.
9) Akal tidak bisa menghakimi syari’at.
Bab ke-43, Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
بَابٌ: يُفْطِرُ بِمَا تَيَسَّرَ مِنَ
المَاءِ، أَوْ غَيْرِهِ
“Bab: Berbuka dengan apa yang ada seperti air dan selainnya”.
Dalam
bab ini, imam Bukhari menjelaskan anjuran berbuka dengan apa yang ada dan mudah
didapatkan sekalipun hanya dengan seteguk air. Dan ia kembali meriwayatkan
hadits Ibnu Abi Aufaa radhiyallahu 'anhuma melalui jalur lain
dari gurunya, ia berkata:
1855 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ [بن
مسرهد]، حَدَّثَنَا عَبْدُ الوَاحِدِ [بن زياد العبدي]، حَدَّثَنَا
الشَّيْبَانِيُّ سُلَيْمَانُ، قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سِرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ صَائِمٌ، فَلَمَّا غَرَبَتِ الشَّمْسُ قَالَ: «انْزِلْ
فَاجْدَحْ لَنَا»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ أَمْسَيْتَ؟ قَالَ: «انْزِلْ
فَاجْدَحْ لَنَا»، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ عَلَيْكَ نَهَارًا، قَالَ:
«انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا»، فَنَزَلَ فَجَدَحَ ثُمَّ قَالَ: «إِذَا رَأَيْتُمُ
اللَّيْلَ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ» وَأَشَارَ
بِإِصْبَعِهِ قِبَلَ المَشْرِقِ
1855 - Telah
menceritakan kepada kami Musaddad [bin Musarhad], telah menceritakan kepada
kami 'Abdul Wahid [bin Ziyad Al-‘Abdiy], telah menceritakan kepada kami
Asy-Syaibaniy Sulaiman berkata, aku mendengar 'Abdullah bin Abu Awfa radhiyallahu
'anhu berkata; Kami pernah bepergian Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, ketika itu Beliau berpuasa. Ketika matahari terbenam, Beliau
berkata: "Turunlah, dan siapkanlah minuman (sawiq dari tepung) buat
kami".
Orang
yang disuruh itu berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita menunggu
hingga malam".
Beliau
berkata: "Turunlah dan siapkan minuman buat kami".
Orang
itu berkata, lagi: "Sekarang masih siang".
Beliau
berkata, lagi: "Turunlah dan siapkan minuman buat kami"."
Maka
orang itu turun lalu menyiapkan minuman buat mereka. Setelah minum lalu Nabi shallallahu
'alaihi wasallam berkata: "Apabila kalian telah melihat malam
sudah datang dari arah sana maka orang yang puasa sudah boleh berbuka ".
Beliau
memberi isyarat dengan jari Beliau ke arah timur.
1)
Hadits ini menunjukkan
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka dengan minuman.
Yaitu Sawiiq السويق makanan khas Arab,
terbuat dari tepung (biasanya gandum) dijadikan bubur (tidak terlalu encer dan
tdk terlalu kental), jika ingin rasanya asin maka disiram dengan kuah daging yang
berlemak, jika ingin manis disiram dengan susu dan dimakan dengan kurma, madu,
atau manis-manisan lainnya.
2)
Anjuran berbuka dengan
kurma.
Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata:
«كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ
أَنْ يُصَلِّيَ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ، فَعَلَى تَمَرَاتٍ، فَإِنْ لَمْ
تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam berbuka dengan beberapa ruthab (kurma basah) sebelum melakukan
shalat, jika tidak dengan air maka dengan beberapa kurma (yang sudah
dikeringkan), dan apabila tidak ada kurma maka beliau meneguk air beberapa
kali. [Sunan Abi Daud:
Shahih]
3)
Makan didahulukan dari shalat
Magrib jika makanan sudah dihidangkan dan khawatir akan mengganggu kekhusyu’an
shalat.
Dari
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
«إِذَا وُضِعَ عَشَاءُ أَحَدِكُمْ
وَأُقِيمَتِ الصَّلاَةُ، فَابْدَءُوا بِالعَشَاءِ وَلاَ يَعْجَلْ حَتَّى يَفْرُغَ
مِنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Jika makan malam seseorang dari kalian sudah
dihidangkan kemudian iqamah untuk shalat dikumandangkan, maka mulailah dengan
makan malam, dan jangan terburu-buru sampai ia selesai dari makannya".
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Aisyah radhiyallahu
'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَامِ،
وَلَا هُوَ يُدَافِعُهُ الْأَخْبَثَانِ» [صحيح
مسلم]
"Tidak sepurnah shalat ketika telah hadir
hidangan makanan, dan tidak pula ketika ia menahan buang hajat". [Sahih
Muslim]
E. Penjelasan kelima.
Bab ke-44,
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ
تَعْجِيلِ الإِفْطَارِ
“Bab: Menyegerakan berbuka”
Dalam bab ini, Imam Bukhari menyebutkan dua hadits
dari Sahl bin Sa’ad dan Ibnu Abi Aufa radhiyallahu 'anhum yang menunjukkan
anjuran menyegerakan berbuka.
Hadits pertama: Hadits Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy radhiyallahu 'anhuma, imam Bukhari rahimahullah berkata:
1856 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ [التِّنِّيسي]، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ [بن
أنس]، عَنْ أَبِي حَازِمٍ [سلمة بن دينار المدني]، عَنْ سَهْلِ بْنِ
سَعْدٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «لاَ
يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الفِطْرَ»
1856 - Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf
[At-Tinnisiy], telah mengabarkan kepada kami Malik [bin Anas], dari Abu Hazim [Salamah
bin Dinar Al-Madaniy], dari Sahal bin Sa'ad bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Senantiasa
manusia berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka".
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy radhiyallahu
' anhuma.
Lihat biografinya di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Hadits ini menunjukkan anjuran
menyegerakan berbuka.
Dari
Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّا مَعْشَرَ الْأَنْبِيَاءِ
أُمِرْنَا بِتَعْجِيلِ فِطْرِنا، وَتَأْخِيرِ سُحُورِنا، وَوَضَعِ أيمَانِنَا
عَلَى شمائِلِنا فِي الصَّلَاةِ» [المعجم الكبير
للطبراني: صحيح]
"Sesungguhnya kami para Nabi diperintahkan
untuk menyegerakan waktu berbuka kami, mengakhirkan sahur kami, dan meletakkan
tangan kanan kami di atas tangan kiri ketika shalat". [Al-Mu'jam Al-Kabiir
karya Ath-Thabaraniy: Sahih]
Ø Abu 'Athiyyah -rahimahullah-
berkata; Saya dan Masruq menemui Aisyah radhiyallahu 'anha,
kemudian kami pun berkata;
يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ، رَجُلَانِ
مِنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَحَدُهُمَا
«يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ»، وَالْآخَرُ يُؤَخِّرُ
الْإِفْطَارَ وَيُؤَخِّرُ الصَّلَاةَ، قَالَتْ: أَيُّهُمَا الَّذِي يُعَجِّلُ
الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ؟ " قَالَ: قُلْنَا عَبْدُ اللهِ يَعْنِي
ابْنَ مَسْعُودٍ قَالَتْ: «كَذَلِكَ كَانَ يَصْنَعُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [صحيح مسلم]
“Wahai
Ummul Mukminin, ada dua sahabat Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
yang satu menyegerakan berbuka dan shalat, sementara yang lain mengakhirkan
berbuka dan shalat."
Maka
Aisyah pun bertanya, "Siapa yang menyegerakan berbuka dan shalat?"
Kami
menjawab, "Abdullah, yakni Ibnu Mas'ud."
Ia
berkata: "Seperti itulah yang diperbuat oleh Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam." [Shahih Muslim]
Ø Anas radhiyallahu 'anhu berkata:
«مَا رَأَيْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَطُّ صَلَّى صَلَاةَ الْمَغْرِبِ
حَتَّى يُفْطِرَ، وَلَوْ عَلَى شَرْبَةٍ مِنْ مَاءٍ» [صحيح
ابن حبان]
“Aku
tidak perna melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendirikan shalat Magrib
sampai ia berbuka, sekalipun hanya minum air”. [Shahih Ibnu Hibban]
Ø Ummi Hakim binti
Wada’ radhiyallahu 'anha
berkata; Aku mendengar Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«عَجّلُوا الْإِفْطَارَ وَأَخّرُوا
السُّحُورَ» [المعجم الكبير للطبراني: حسن لغيره]
“Segerakanlah
berbuka, dan akhirkanlah sahur”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Hasan
ligairih]
3. Kebaikan yang dimaksud, bisa
berupa kebaikan dunia dan akhirat.
Dalam riwayat lain; dari Sahal bin Sa'ad radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لَا تَزَالُ
أُمَّتِي عَلَى سُنَّتِي مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُّجُومَ»
“Umatku senantiasa berada di atas sunnahku selama mereka tidak
menunggu munculnya bintang untuk berbuka”. [Shahih Ibnu Khuzaimah]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam berkata:
«لَا
يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ، لِأَنَّ الْيَهُودَ،
وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُونَ» [سنن أبي داود: حسن]
"Agama ini akan senantiasa nampak selama
orang-orang (kaum muslimin) menyegerakan berbuka, karena orang-orang yahudi dan
Nasrani menundanya." [Sunan Abi Daud: Hasan]
F. Penjelasan keenam.
Hadits kedua: Hadits Ibnu Abi Aufa radhiyallahu ‘anhuma,
imam Bukhari rahimahullah berkata:
1958 -
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ [بن عبد الله] بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ [بن عياش]، عَنْ
سُلَيْمَانَ
[الشيباني]، عَنِ ابْنِ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ،
قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ،
فَصَامَ حَتَّى أَمْسَى قَالَ لِرَجُلٍ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لِي» قَالَ: لَوِ
انْتَظَرْتَ حَتَّى تُمْسِيَ؟ قَالَ: «انْزِلْ فَاجْدَحْ لِي، إِذَا رَأَيْتَ
اللَّيْلَ قَدْ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ»
Telah
menceritakan kepada kami Ahmad [bin Abdilah] bin Yunus,
telah menceritakan kepada kami Abu Bakar [Ibnu ‘Ayyasy], dari Sulaiman
[Asy-Syaibaniy], dari Ibnu Abu Awfa radhiyallahu 'anhu
berkata; Aku pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam
suatu perjalanan, ketika itu Beliau berpuasa. Hingga ketika sampai pada waktu
petang, Beliau berkata kepada seseorang: "Turunlah, dan siapkanlah
minuman untukku".
Orang
yang disuruh itu berkata: "Bagaimana jika anda menunggu hingga malam".
Beliau
berkata: "Turunlah dan siapkan minuman buat aku. Apabila kamu telah
melihat malam sudah datang dari arah sana maka orang yang puasa sudah boleh
berbuka ".
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Hadits ini menunjukkan
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyegerakan berbuka.
2)
Tetap harus berhati-hati
menentukan masuknya waktu berbuka untuk menyegerakannya.
Wallahu
a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...