بسم
الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab –rahimahullah- menyebutkan 1 ayat, 2 hadits, dan 1 atsar:
Firman Allah subhanahu
wata’aalaa:
{وَلَئِنْ
سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ
أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ
بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ
مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ
الْمُتَوَكِّلُونَ} [الزمر:
38]
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada
mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka
menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku
tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan
kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan
kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka
dapat menahan rahmatNya? Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku".
Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. [Az-Zumar:38]
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْصَرَ عَلَى عَضُدِ رَجُلٍ حَلْقَةً، أُرَاهُ قَالَ مِنْ
صُفْرٍ، فَقَالَ: " وَيْحَكَ مَا هَذِهِ؟ " قَالَ: مِنَ الْوَاهِنَةِ؟
قَالَ: " أَمَا إِنَّهَا لَا تَزِيدُكَ إِلَّا وَهْنًا انْبِذْهَا عَنْكَ؛
فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا "
Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
melihat lengan seorang lelaki yang memakai gelang dari kuningan, lalu beliau
bersabda: "Celakalah kamu, apa maksud dari gelang ini?"
Orang tersbut menjawab; "Ini untuk
mengobati penyakit wahinah!
Beliau bersabda: "Ketahuilah sesungguhnya
benda ini tidak akan menambahmu melainkan kesengsaraan,
lepaskanlah ia darimu! Sebab kalau kamu mati dan benda itu masih melekat
padamu, maka kamu tidak akan beruntung selamanya."
Syekh berkata: “Diriwayatkan oleh Ahmad
dengan sanad yang tidak mengapa (hasan).”
Hadits ini dilemahkan
oleh syekh Albaniy rahimahullah 3/101 no.1029.
2. Uqbah bin Amir radhiyallahu
'anhu berkata: Saya mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ تَعَلَّقَ
تَمِيمَةً، فَلَا أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ، وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً، فَلَا وَدَعَ
اللَّهُ لَهُ»
"Barangsiapa menggantungkan “tamimah”
(jimat) niscaya Allah tidak akan menyempurnakannya untuknya. Dan barangsiapa
mengantungkan “wada'ah” (sejenis rumah kerang/siput) maka Allah akan
menelantarkan baginya." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Dalam riwayat lain:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ إِلَيْهِ رَهْطٌ، فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ
وَاحِدٍ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَايَعْتَ تِسْعَةً وَتَرَكْتَ هَذَا؟ قَالَ:
«إِنَّ عَلَيْهِ تَمِيمَةً» فَأَدْخَلَ يَدَهُ فَقَطَعَهَا، فَبَايَعَهُ، وَقَالَ:
«مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ»
Bahwa ada serombongan orang datang menemui
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau membaiat sembilan
orang dari mereka dan menahan satu orang. Maka para sahabat pun bertanya,
"Wahai Rasulullah, engkau baiat sembilan orang dan engkau biarkan orang
ini!"
Beliau menjawa: "Orang itu mengenakan
jimat."
Beliau kemudian memasukkan tangannya dan
memutus jimat orang tersebut, kemudian beliau membaiatnya dan bersabda:
"Barangisapa yang menggantungkan jimat maka ia telah berbuat syirik."
[Musnad Ahmad: Hasan]
·
‘Azrah rahimahullah
berkata:
" دَخَلَ حُذَيْفَةُ
عَلَى مَرِيضٍ فَرَأَى فِي عَضُدِهِ سَيْرًا فَقَطَعَهُ أَوِ انْتَزَعَهُ، ثُمَّ
قَالَ: {وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ} "
[يوسف: 106]
“Hudzaifah
menemui seorang yang sakit dan melihat di lengannya jimat maka ia memutuskannya
atau melepaskannya, kemudian membaca: {Dan sebahagian besar dari mereka
tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah
(dengan sembahan-sembahan lain)}”. [Yusuf: 106] [Tafsir Ibnu Abi Hatim
7/2208 no.12040]
Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 11 poin penting:
1)
Ancaman keras bagi yang memakai
gelang logam, benang, atau sejenisnya untuk meghilangkan bencana atau
mencegahnya.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ
دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ
دُعَائِهِمْ غَافِلُون} [الأحقاف: 5]
Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan
selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa) nya sampai hari kiamat dan
mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? [Al-Ahqaaf:5]
Lihat: Bahaya perbuatan syirik
2)
Seorang sahabat Nabi seandainya mati
dan ia memakai jimat maka ia tidak akan selamat, dan ada bukti untuk perkataan
sahabat ini bahwa syirik kecil lebih besar dosanya dari semua dosa besar.
Abdullah
bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu
berkata:
«لَأَنْ أَحْلِفَ
بِاللَّهِ كَاذِبًا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَحْلِفَ بِغَيْرِهِ، وَأَنَا
صَادِقٌ»
“Aku
bersumpah dengan nama Allah dalam keadaan dusta lebih aku pilih daripada
bersumpah dengan selain Allah dan aku dalam keadaan jujur”. [Mushannaf Ibnu Abi
Syaibah: Shahih]
3)
Tidak
ada udzur (alasan) dalam kebodohan (ketidak-tahuan).
Beberapa
dalil yang menunjukkan adanya udzur bagi
yang tidak tahu dalam masalah kekufuran dan kesyirikan:
a. Semua dalil yang
menunjukkan bahwa ada udzur bagi orang yang keliru.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا} " قَالَ: نَعَمْ "
(Mereka
berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau
kami tersalah".
[Al-Baqarah: 286]
Allah
berfirman: "Iya aku kabulkan". [Shahih Muslim]
Ø Dari Abi Dzar
Al-Gifariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ قَدْ تَجَاوَزَ عَنْ
أُمَّتِي الْخَطَأَ، وَالنِّسْيَانَ، وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku
sesuatu yang dilakukan karena salah (tidak sengaja), lupa, dan sesuatu yang
dipaksakan kepadanya". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
b. Semua dalil yang
menunjukkan bahwa Allah tidak menghukum hambanya kecuali sudah mengetahuinya.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى
نَبْعَثَ رَسُولًا} [الإسراء: 15]
Dan
Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. [Al-Israa': 15]
{رُّسُلًا مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ
لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ
اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا} [النساء: 165]
(Mereka
Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya
rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [An-Nisaa': 165]
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ
قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّى يُبَيِّنَ لَهُمْ مَا يَتَّقُونَ} [التوبة: 115]
Dan
Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi
petunjuk kepada mereka sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus
mereka jauhi. [At-Taubah:115]
c. Dalil khusus yang
menunjukkan adanya udzur bagi yang tidak tahu masalah kekufuran dan kesyirikan.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
كَانَ رَجُلٌ يُسْرِفُ عَلَى نَفْسِهِ
فَلَمَّا حَضَرَهُ الْمَوْتُ قَالَ لِبَنِيهِ إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي
ثُمَّ اطْحَنُونِي ثُمَّ ذَرُّونِي فِي الرِّيحِ فَوَاللَّهِ لَئِنْ قَدَرَ
عَلَيَّ رَبِّي لَيُعَذِّبَنِّي عَذَابًا مَا عَذَّبَهُ أَحَدًا فَلَمَّا مَاتَ
فُعِلَ بِهِ ذَلِكَ فَأَمَرَ اللَّهُ الْأَرْضَ فَقَالَ اجْمَعِي مَا فِيكِ مِنْهُ
فَفَعَلَتْ فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ فَقَالَ مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ قَالَ
يَا رَبِّ خَشْيَتُكَ فَغَفَرَ لَهُ [صحيح البخاري
ومسلم]
Ada
seorang laki-laki yang melampaui batas terhadap dirinya (banyak melakukan
dosa), ketika maut akan datang menjemput ia berwasiat kepada anak-anaknya:
"Jika aku mati maka bakarlah jasadku kemudian haluskan kemudian taburkan pada
angin kencang, karena demi Allah jika Allah mampu membangkitkan aku maka Ia
akan menyiksaku dengan siksaan yang tidak pernah ditimpakan pada seseorangpun."
Maka ketika ia mati, anaknya melaksanakan wasiat bapaknya. Lalu Allah
memerintahkan bumi: "Kumpulkan debu orang itu yang ada padamu". Maka
tiba-tiba orang itu bangkit, lalu Allah bertanya padanya: "Apa yang
mendorongmu memberi wasiat seperti itu?" Ia menjawa: "Ya Tuhanku ..
karena aku takut pada-Mu". Maka Allah mengampuninya. [Sahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Allah subhanahu
wata'aalaa berfirman:
{وَجَاوَزْنَا بِبَنِي
إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ
لَهُمْ قَالُوا يَامُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ
إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ (138) إِنَّ هَؤُلَاءِ مُتَبَّرٌ مَا هُمْ فِيهِ
وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (139) قَالَ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِيكُمْ
إِلَهًا وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ} [الأعراف:
138 - 140]
Dan
Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai
kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata:
"Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka
mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya
kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".
Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan
batal apa yang seIalu mereka kerjakan. Musa menjawab: "Patutkah aku
mencari Tuhan untuk kamu yang selain dari pada Allah, padahal Dialah yang telah
melebihkan kamu atas segala umat. [Al-A’raaf: 138-140]
Ø Dari Abu Waqid
Al-Laitsiy radhiyallahu 'anhu:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا خَرَجَ إِلَى حُنَيْنٍ مَرَّ بِشَجَرَةٍ
لِلْمُشْرِكِينَ يُقَالُ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ يُعَلِّقُونَ عَلَيْهَا
أَسْلِحَتَهُمْ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ
كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: " سُبْحَانَ اللَّهِ هَذَا كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى {اجْعَلْ
لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ} [الأعراف: 138] وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
لَتَرْكَبُنَّ سُنَّةَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ "
Saat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa Sallam pergi ke Hunain, beliau
melintasi sebuah pepohonan kaum musyrikin bernama Dzat Anwath, mereka biasa
menggantungkan persenjataan mereka di pohon itu, para sahabat berkata: Wahai
Rasulullah, buatkan kami Dzat Anwath seperti milik mereka.
Lalu
Nabi shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Subhaanallaah, ini
seperti yang dikatakan kaum Musa: {Buatkan kami ilah seperti ilah-ilah
mereka}. demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, kalian akan melakukan
perilaku-perilaku orang sebelum kalian." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu 'anhuma berkata,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" يَدْرُسُ
الْإِسْلَامُ كَمَا يَدْرُسُ وَشْيُ الثَّوْبِ، حَتَّى لَا يُدْرَى مَا صِيَامٌ،
وَلَا صَلَاةٌ، وَلَا نُسُكٌ، وَلَا صَدَقَةٌ، وَلَيُسْرَى عَلَى كِتَابِ اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ فِي لَيْلَةٍ، فَلَا يَبْقَى فِي الْأَرْضِ مِنْهُ آيَةٌ، وَتَبْقَى
طَوَائِفُ مِنَ النَّاسِ الشَّيْخُ الْكَبِيرُ وَالْعَجُوزُ، يَقُولُونَ:
أَدْرَكْنَا آبَاءَنَا عَلَى هَذِهِ الْكَلِمَةِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،
فَنَحْنُ نَقُولُهَا "
"(Ajaran)
Islam akan terkikis sebagaimana hiasan baju yang terkikis sehingga tidak di
ketahui apa itu puasa, apa itu shalat, apa itu ibadah dan apa itu sedekah, dan
akan ditanggalkan Kitabullah di malam hari, sehingga tidak tersisa di muka bumi
satu ayat pun. Yang tersisa adalah beberapa kelompok manusia yang telah lanjut
usia dan lemah, mereka berkata, 'Kami menemui bapak-bapak kami di atas kalimat
'Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah', maka kami
mengucapkannya."
Shilah
berkata kepadanya, "Kalimat LA ILAAHA ILLALLAH tidak cukup bagi
mereka, karena mereka tidak tahu apa itu shalat, apa itu puasa, apa itu ibadah
dan apa itu sedekah."
Maka
Hudzaifah berpaling darinya, namun dia mengulanginya sampai tiga kali, dan pada
kali ketiganya Hudzaifah berbalik kepadanya dan berkata, "Wahai Shilah,
kalimat itu telah menyelamatkan mereka dari neraka." Ia mengucapkannya
sebanyak tiga kali. [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
4)
Jimat tidak akan memberi manfaat
saat dipakai bahkan hanya memberi keburukan, karena sabdanya: “Benda ini
tidak akan menambahmu melainkan kesengsaraan”.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَدْعُو مِنْ دُونِ
اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ
الْبَعِيدُ (12) يَدْعُو لَمَنْ ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِنْ نَفْعِهِ لَبِئْسَ
الْمَوْلَى وَلَبِئْسَ الْعَشِيرُ} [الحج: 12، 13]
Ia
menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak
(pula) memberi manfaat kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.
Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudharatnya lebih dekat dari manfaatnya.
Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat kawan. [Al-Hajj: 12-13]
{وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا
تَبَارًا} [نوح: 28]
"Dan janganlah Engkau tambahkan bagi
orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". [Nuuh:28]
Ø Dari 'Uqbah bin
'Amir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
" إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي
الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ
اسْتِدْرَاجٌ "
“Jika
kalian melihat Allah memberi seorang hamba kenikmatan dunia yang diinginkannya
sementara ia melakukan maksiat, maka ketahuilah sesungguhnya itu cuma istidraaj
(pancingan)”.
Kemudian
Rasulullah membaca firman Allah
...
{فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ
فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}
Maka
tatkala mereka melupakan peringatan yang Telah diberikan kepada mereka, kamipun
membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka
bergembira dengan apa yang Telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka
dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
[Al-An'am:44] [Musnad Ahmad: Sahih]
5)
Mengingkari dengan tegas bagi orang
yang melakukan perbuatan ini.
Dari
Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa dari kalian yang melihat
kemungkaran maka perbaikilah dengan tanganmu, kalau kamu tidak mampu maka
dengan lidahmu, kalau kamu tidak bisa maka dengan hatimu, dan itu adalah
selemah-lemahnya iman". [Sahih Muslim]
6)
Ucapan jelas bahwa orang yang
menggantungakan harapannya kepada sesuatu maka urusannya akan diserahkan
padanya.
Isa bin Abdirrahman bin Abi Laila berkata;
Suatu ketika aku menjenguk Abdullah bin Ukaim Abu Ma'bad Al-Juhaniy radhiyallahu'anhu
dan wajahnya berwarna kemerahan karena sakit, lantas kami pun berkata,
"Tidakkah engkau menggantungkan sesuatu (di lehermu untuk
menyembuhkanmu)."
Ia menjawab, "Kematian lebih dekat (baik)
dari itu." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
«مَنْ
تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ»
"Barang siapa yang menggantungkan
sesuatu (jampi atau mantra) di badannya, maka Allah akan membiarkannya dengan
jampi-jampinya." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
7)
Ucapan jelas bahwa orang yang
memakai jimat maka ia telah syirik.
Syirik
ada dua tingkatan:
1.
Sirik akbar (bersar) keluar
dari Islam, jika ia meyakini bahwa jimat tersebut dengan sendirinya bisa
mendatangkan manfaat atau mencegah mudharat.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا
لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ
الظَّالِمِينَ (106) وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا
هُوَ، وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ، يُصِيبُ بِهِ مَنْ
يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ، وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ} [يونس:
106-107]
Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula)
memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian)
itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim. Jika
Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu,
maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Yunus: 106-107]
2.
Syirik ashgar (kecil) tidak
mengeluarkan dari Islam, jia ia meyakini bahwa jimat tersebut adalah sebab agar
Allah menjauhkan ia dari keburukan atau mendatangkan kebaikan.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا
لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ
اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا
فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [يونس: 18]
Dan
mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata:
"Mereka itu adalah pemberi syafa'at (perantara) kepada kami di sisi
Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang
tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci
Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). [Yunus:18]
{وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ
أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى} [الزمر: 3]
Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah
mereka melainkan supaya mereka mendekatkan (wasilah) kami kepada Allah dengan
sedekat- dekatnya".
[Az-Zumar:3]
8)
Memakai benang jimat untuk penyakit
demam masuk kategori syirik.
9)
Bacaan ayat Hudzaifah menunjukkan
bahwa sahabat Nabi menjadikan dalil ayat tentang syirik besar dalam masalah
syirik kecil, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu ‘Abbas pada ayat surah
Al-Baqarah.
Ibnu
‘Abbas radhiyallahu'anhuma
ketika menafsirkan firman Allah subhanahu wata'aalaa:
{فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُون} [البقرة: 22]
Karena
itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. [Al-Baqarah:22]
Ibnu
‘Abbas berkata:
الأَنْدَادُ هُوَ الشِّرْكُ أَخْفَى
مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ عَلَى صَفَاةٍ سَوْدَاءَ، فِي ظُلْمَةِ اللَّيْلِ. وَهُوَ
أَنْ يَقُولَ: وَاللَّهِ، وَحَيَاتِكَ يَا فُلانَةُ، وَحَيَاتِي. وَيَقُولُ:
لَوْلا كَلْبُهُ هَذَا لأَتَانَا اللُّصُوصُ، وَلَوْلا الْبَطُّ فِي الدَّارِ
لأَتَى اللُّصُوصُ. وَقَوْلُ الرَّجُلِ لِصَاحِبِهِ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ،
وَقَوْلُ الرَّجُلِ: لَوْلا اللَّهُ وَفُلَانٌ. لَا تَجْعَلْ فِيهَا فلان، فَإِنَّ
هَذَا كُلَّهُ بِهِ شِرْكٌ.
Sekutu
bagi Allah adalah syirik yang lebih halus dari langkah semut di atas batu licin
yang hitam dalam kegelapan malam, yaitu seperti seorang mengatakan: “Demi
Allah, dan demi kehidupanmu wahai Fulanah, dan demi kehidupanku”. Dan
mengatakan: “Seandainya bukan karena anjingnya ini maka pencuri akan mendatangi
kita, dan seandainya bukan karena bebek di rumah ini maka pencuri akan datang”.
Dan perkataan seseorang kepada temannya: “Apa yang Allah kehendaki dan yang
engkau kehendaki”. Dan perkaaan seseorang: “Andai bukan karena Allah dan si
Fulan”. Jangan engkau menggandengan kata “si Fulan”, karena semua itu termasuk
syirik. [Tafsir Ibnu Abi Hatim: Hasan]
10)
Menggantungkan kerang (batu laut) sebagai
penangkal ‘ain termasuk syirik.
11)
Mendo’akan orang yang menggantungkan
jimat agar Allah tidak menyempurnakan perbuatannya, dan yang memakai jimat kerang
agar Allah menelantarkan ia, maksudnya Allah meninggalkannya.
Sama
seperti orang yang mengumumkan barang hilang atau jugalan di masjid, dido’akan
agar barangnya tidak ditemukan dan jualannya tidak untung.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«مَنْ سَمِعَ رَجُلًا يَنْشُدُ
ضَالَّةً فِي الْمَسْجِدِ فَلْيَقُلْ: لَا رَدَّهَا اللهُ عَلَيْكَ فَإِنَّ
الْمَسَاجِدَ لَمْ تُبْنَ لِهَذَا» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang mendengar seseorang
mengumumkan barang hilang di masjid, hendaklah dia mendoakan, 'Semoga Allah
tidak mengembalikannya kepadamu', karena masjid bukan dibangun untuk ini."
[Sahih Muslim]
Dalam
riwayat lain:
" إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ
أَوْ يَبْتَاعُ فِي المَسْجِدِ، فَقُولُوا: لَا أَرْبَحَ اللَّهُ تِجَارَتَكَ
" [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Jika kalian melihat orang menjual atau
membeli di dalam masjid, maka katakanlah; Semoga Allah tidak memberi keuntungan
kepada barang daganganmu." [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Wallahu
a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...