Sabtu, 11 Januari 2020

Syarah Kitab tauhid bab (7); Diantara bentuk syirik, memakai gelang logam, benang, dan sejenisnya untuk menghilangkan bencana atau mencegahnya

بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini syekh Muhammad bin Abdil Wahhab –rahimahullah- menyebutkan 1 ayat, 2 hadits, dan 1 atsar:
Firman Allah subhanahu wata’aalaa:
{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ} [الزمر: 38]
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya? Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. [Az-Zumar:38]
1.       Hadits Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu;
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْصَرَ عَلَى عَضُدِ رَجُلٍ حَلْقَةً، أُرَاهُ قَالَ مِنْ صُفْرٍ، فَقَالَ: " وَيْحَكَ مَا هَذِهِ؟ " قَالَ: مِنَ الْوَاهِنَةِ؟ قَالَ: " أَمَا إِنَّهَا لَا تَزِيدُكَ إِلَّا وَهْنًا انْبِذْهَا عَنْكَ؛ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِيَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَدًا "
Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melihat lengan seorang lelaki yang memakai gelang dari kuningan, lalu beliau bersabda: "Celakalah kamu, apa maksud dari gelang ini?"
Orang tersbut menjawab; "Ini untuk mengobati penyakit wahinah!
Beliau bersabda: "Ketahuilah sesungguhnya benda ini tidak akan menambahmu melainkan kesengsaraan, lepaskanlah ia darimu! Sebab kalau kamu mati dan benda itu masih melekat padamu, maka kamu tidak akan beruntung selamanya."
Syekh berkata: “Diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad yang tidak mengapa (hasan).”
Hadits ini dilemahkan oleh syekh Albaniy rahimahullah 3/101 no.1029.
2.       Uqbah bin Amir radhiyallahu 'anhu berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيمَةً، فَلَا أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ، وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً، فَلَا وَدَعَ اللَّهُ لَهُ»
"Barangsiapa menggantungkan “tamimah” (jimat) niscaya Allah tidak akan menyempurnakannya untuknya. Dan barangsiapa mengantungkan “wada'ah” (sejenis rumah kerang/siput) maka Allah akan menelantarkan baginya." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Dalam riwayat lain:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ إِلَيْهِ رَهْطٌ، فَبَايَعَ تِسْعَةً وَأَمْسَكَ عَنْ وَاحِدٍ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، بَايَعْتَ تِسْعَةً وَتَرَكْتَ هَذَا؟ قَالَ: «إِنَّ عَلَيْهِ تَمِيمَةً» فَأَدْخَلَ يَدَهُ فَقَطَعَهَا، فَبَايَعَهُ، وَقَالَ: «مَنْ عَلَّقَ تَمِيمَةً فَقَدْ أَشْرَكَ»
Bahwa ada serombongan orang datang menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau membaiat sembilan orang dari mereka dan menahan satu orang. Maka para sahabat pun bertanya, "Wahai Rasulullah, engkau baiat sembilan orang dan engkau biarkan orang ini!"
Beliau menjawa: "Orang itu mengenakan jimat."
Beliau kemudian memasukkan tangannya dan memutus jimat orang tersebut, kemudian beliau membaiatnya dan bersabda: "Barangisapa yang menggantungkan jimat maka ia telah berbuat syirik." [Musnad Ahmad: Hasan]
·         ‘Azrah rahimahullah berkata:
" دَخَلَ حُذَيْفَةُ عَلَى مَرِيضٍ فَرَأَى فِي عَضُدِهِ سَيْرًا فَقَطَعَهُ أَوِ انْتَزَعَهُ، ثُمَّ قَالَ: {وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ} " [يوسف: 106]
“Hudzaifah menemui seorang yang sakit dan melihat di lengannya jimat maka ia memutuskannya atau melepaskannya, kemudian membaca: {Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain)}”. [Yusuf: 106] [Tafsir Ibnu Abi Hatim 7/2208 no.12040]
Dari ayat dan hadits di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 11 poin penting:
1)      Ancaman keras bagi yang memakai gelang logam, benang, atau sejenisnya untuk meghilangkan bencana atau mencegahnya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَنْ لَا يَسْتَجِيبُ لَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَهُمْ عَنْ دُعَائِهِمْ غَافِلُون} [الأحقاف: 5]
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa) nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? [Al-Ahqaaf:5]
2)      Seorang sahabat Nabi seandainya mati dan ia memakai jimat maka ia tidak akan selamat, dan ada bukti untuk perkataan sahabat ini bahwa syirik kecil lebih besar dosanya dari semua dosa besar.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:
«لَأَنْ أَحْلِفَ بِاللَّهِ كَاذِبًا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَحْلِفَ بِغَيْرِهِ، وَأَنَا صَادِقٌ»
“Aku bersumpah dengan nama Allah dalam keadaan dusta lebih aku pilih daripada bersumpah dengan selain Allah dan aku dalam keadaan jujur”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: Shahih]
3)      Tidak ada udzur (alasan) dalam kebodohan (ketidak-tahuan).
Beberapa dalil yang menunjukkan adanya udzur bagi yang tidak tahu dalam masalah kekufuran dan kesyirikan:
a.       Semua dalil yang menunjukkan bahwa ada udzur bagi orang yang keliru.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا} " قَالَ: نَعَمْ "
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah". [Al-Baqarah: 286]
Allah berfirman: "Iya aku kabulkan". [Shahih Muslim]
Ø  Dari Abi Dzar Al-Gifariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ قَدْ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ، وَالنِّسْيَانَ، وَمَا اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku sesuatu yang dilakukan karena salah (tidak sengaja), lupa, dan sesuatu yang dipaksakan kepadanya". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
b.      Semua dalil yang menunjukkan bahwa Allah tidak menghukum hambanya kecuali sudah mengetahuinya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا} [الإسراء: 15]
Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. [Al-Israa': 15]
{رُّسُلًا مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا} [النساء: 165]
(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [An-Nisaa': 165]
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِلَّ قَوْمًا بَعْدَ إِذْ هَدَاهُمْ حَتَّى يُبَيِّنَ لَهُمْ مَا يَتَّقُونَ} [التوبة: 115]
Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, sesudah Allah memberi petunjuk kepada mereka sehingga dijelaskan-Nya kepada mereka apa yang harus mereka jauhi. [At-Taubah:115]
c.       Dalil khusus yang menunjukkan adanya udzur bagi yang tidak tahu masalah kekufuran dan kesyirikan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كَانَ رَجُلٌ يُسْرِفُ عَلَى نَفْسِهِ فَلَمَّا حَضَرَهُ الْمَوْتُ قَالَ لِبَنِيهِ إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي ثُمَّ اطْحَنُونِي ثُمَّ ذَرُّونِي فِي الرِّيحِ فَوَاللَّهِ لَئِنْ قَدَرَ عَلَيَّ رَبِّي لَيُعَذِّبَنِّي عَذَابًا مَا عَذَّبَهُ أَحَدًا فَلَمَّا مَاتَ فُعِلَ بِهِ ذَلِكَ فَأَمَرَ اللَّهُ الْأَرْضَ فَقَالَ اجْمَعِي مَا فِيكِ مِنْهُ فَفَعَلَتْ فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ فَقَالَ مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ قَالَ يَا رَبِّ خَشْيَتُكَ فَغَفَرَ لَهُ [صحيح البخاري ومسلم]
Ada seorang laki-laki yang melampaui batas terhadap dirinya (banyak melakukan dosa), ketika maut akan datang menjemput ia berwasiat kepada anak-anaknya: "Jika aku mati maka bakarlah jasadku kemudian haluskan kemudian taburkan pada angin kencang, karena demi Allah jika Allah mampu membangkitkan aku maka Ia akan menyiksaku dengan siksaan yang tidak pernah ditimpakan pada seseorangpun." Maka ketika ia mati, anaknya melaksanakan wasiat bapaknya. Lalu Allah memerintahkan bumi: "Kumpulkan debu orang itu yang ada padamu". Maka tiba-tiba orang itu bangkit, lalu Allah bertanya padanya: "Apa yang mendorongmu memberi wasiat seperti itu?" Ia menjawa: "Ya Tuhanku .. karena aku takut pada-Mu". Maka Allah mengampuninya. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ لَهُمْ قَالُوا يَامُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ (138) إِنَّ هَؤُلَاءِ مُتَبَّرٌ مَا هُمْ فِيهِ وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (139) قَالَ أَغَيْرَ اللَّهِ أَبْغِيكُمْ إِلَهًا وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ} [الأعراف: 138 - 140]
Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)". Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang seIalu mereka kerjakan. Musa menjawab: "Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain dari pada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat. [Al-A’raaf: 138-140]
Ø  Dari Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu 'anhu:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا خَرَجَ إِلَى حُنَيْنٍ مَرَّ بِشَجَرَةٍ لِلْمُشْرِكِينَ يُقَالُ لَهَا: ذَاتُ أَنْوَاطٍ يُعَلِّقُونَ عَلَيْهَا أَسْلِحَتَهُمْ، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " سُبْحَانَ اللَّهِ هَذَا كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ} [الأعراف: 138] وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَرْكَبُنَّ سُنَّةَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ "
Saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa Sallam pergi ke Hunain, beliau melintasi sebuah pepohonan kaum musyrikin bernama Dzat Anwath, mereka biasa menggantungkan persenjataan mereka di pohon itu, para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, buatkan kami Dzat Anwath seperti milik mereka.
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Subhaanallaah, ini seperti yang dikatakan kaum Musa: {Buatkan kami ilah seperti ilah-ilah mereka}. demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, kalian akan melakukan perilaku-perilaku orang sebelum kalian." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø  Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu 'anhuma berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" يَدْرُسُ الْإِسْلَامُ كَمَا يَدْرُسُ وَشْيُ الثَّوْبِ، حَتَّى لَا يُدْرَى مَا صِيَامٌ، وَلَا صَلَاةٌ، وَلَا نُسُكٌ، وَلَا صَدَقَةٌ، وَلَيُسْرَى عَلَى كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِي لَيْلَةٍ، فَلَا يَبْقَى فِي الْأَرْضِ مِنْهُ آيَةٌ، وَتَبْقَى طَوَائِفُ مِنَ النَّاسِ الشَّيْخُ الْكَبِيرُ وَالْعَجُوزُ، يَقُولُونَ: أَدْرَكْنَا آبَاءَنَا عَلَى هَذِهِ الْكَلِمَةِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَنَحْنُ نَقُولُهَا "
"(Ajaran) Islam akan terkikis sebagaimana hiasan baju yang terkikis sehingga tidak di ketahui apa itu puasa, apa itu shalat, apa itu ibadah dan apa itu sedekah, dan akan ditanggalkan Kitabullah di malam hari, sehingga tidak tersisa di muka bumi satu ayat pun. Yang tersisa adalah beberapa kelompok manusia yang telah lanjut usia dan lemah, mereka berkata, 'Kami menemui bapak-bapak kami di atas kalimat 'Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah', maka kami mengucapkannya."
Shilah berkata kepadanya, "Kalimat LA ILAAHA ILLALLAH tidak cukup bagi mereka, karena mereka tidak tahu apa itu shalat, apa itu puasa, apa itu ibadah dan apa itu sedekah."
Maka Hudzaifah berpaling darinya, namun dia mengulanginya sampai tiga kali, dan pada kali ketiganya Hudzaifah berbalik kepadanya dan berkata, "Wahai Shilah, kalimat itu telah menyelamatkan mereka dari neraka." Ia mengucapkannya sebanyak tiga kali. [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
4)      Jimat tidak akan memberi manfaat saat dipakai bahkan hanya memberi keburukan, karena sabdanya: “Benda ini tidak akan menambahmu melainkan kesengsaraan”.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُ وَمَا لَا يَنْفَعُهُ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ (12) يَدْعُو لَمَنْ ضَرُّهُ أَقْرَبُ مِنْ نَفْعِهِ لَبِئْسَ الْمَوْلَى وَلَبِئْسَ الْعَشِيرُ} [الحج: 12، 13]
Ia menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat kepadanya. Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. Ia menyeru sesuatu yang sebenarnya mudharatnya lebih dekat dari manfaatnya. Sesungguhnya yang diserunya itu adalah sejahat-jahat kawan. [Al-Hajj: 12-13]
{وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا تَبَارًا} [نوح: 28]
"Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan". [Nuuh:28]
Ø  Dari 'Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ "
“Jika kalian melihat Allah memberi seorang hamba kenikmatan dunia yang diinginkannya sementara ia melakukan maksiat, maka ketahuilah sesungguhnya itu cuma istidraaj (pancingan)”.
Kemudian Rasulullah membaca firman Allah ...
{فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ}
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang Telah diberikan kepada mereka, kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang Telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. [Al-An'am:44] [Musnad Ahmad: Sahih]
5)      Mengingkari dengan tegas bagi orang yang melakukan perbuatan ini.
Dari Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa dari kalian yang melihat kemungkaran maka perbaikilah dengan tanganmu, kalau kamu tidak mampu maka dengan lidahmu, kalau kamu tidak bisa maka dengan hatimu, dan itu adalah selemah-lemahnya iman". [Sahih Muslim]
6)      Ucapan jelas bahwa orang yang menggantungakan harapannya kepada sesuatu maka urusannya akan diserahkan padanya.
Isa bin Abdirrahman bin Abi Laila berkata; Suatu ketika aku menjenguk Abdullah bin Ukaim Abu Ma'bad Al-Juhaniy radhiyallahu'anhu dan wajahnya berwarna kemerahan karena sakit, lantas kami pun berkata, "Tidakkah engkau menggantungkan sesuatu (di lehermu untuk menyembuhkanmu)."
Ia menjawab, "Kematian lebih dekat (baik) dari itu." Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
«مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ»
"Barang siapa yang menggantungkan sesuatu (jampi atau mantra) di badannya, maka Allah akan membiarkannya dengan jampi-jampinya." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

7)      Ucapan jelas bahwa orang yang memakai jimat maka ia telah syirik.
Syirik ada dua tingkatan:
1.       Sirik akbar (bersar) keluar dari Islam, jika ia meyakini bahwa jimat tersebut dengan sendirinya bisa mendatangkan manfaat atau mencegah mudharat.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ (106) وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ، وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ، يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ، وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ} [يونس: 106-107]
Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Yunus: 106-107]
2.       Syirik ashgar (kecil) tidak mengeluarkan dari Islam, jia ia meyakini bahwa jimat tersebut adalah sebab agar Allah menjauhkan ia dari keburukan atau mendatangkan kebaikan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ} [يونس: 18]
Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at (perantara) kepada kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu). [Yunus:18]
{وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى} [الزمر: 3]
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan (wasilah) kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". [Az-Zumar:3]
8)      Memakai benang jimat untuk penyakit demam masuk kategori syirik.
9)      Bacaan ayat Hudzaifah menunjukkan bahwa sahabat Nabi menjadikan dalil ayat tentang syirik besar dalam masalah syirik kecil, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu ‘Abbas pada ayat surah Al-Baqarah.
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu'anhuma ketika menafsirkan firman Allah subhanahu wata'aalaa:
{فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُون} [البقرة: 22]
Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. [Al-Baqarah:22]
Ibnu ‘Abbas berkata:
الأَنْدَادُ هُوَ الشِّرْكُ أَخْفَى مِنْ دَبِيبِ النَّمْلِ عَلَى صَفَاةٍ سَوْدَاءَ، فِي ظُلْمَةِ اللَّيْلِ. وَهُوَ أَنْ يَقُولَ: وَاللَّهِ، وَحَيَاتِكَ يَا فُلانَةُ، وَحَيَاتِي. وَيَقُولُ: لَوْلا كَلْبُهُ هَذَا لأَتَانَا اللُّصُوصُ، وَلَوْلا الْبَطُّ فِي الدَّارِ لأَتَى اللُّصُوصُ. وَقَوْلُ الرَّجُلِ لِصَاحِبِهِ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ، وَقَوْلُ الرَّجُلِ: لَوْلا اللَّهُ وَفُلَانٌ. لَا تَجْعَلْ فِيهَا فلان، فَإِنَّ هَذَا كُلَّهُ بِهِ شِرْكٌ.
Sekutu bagi Allah adalah syirik yang lebih halus dari langkah semut di atas batu licin yang hitam dalam kegelapan malam, yaitu seperti seorang mengatakan: “Demi Allah, dan demi kehidupanmu wahai Fulanah, dan demi kehidupanku”. Dan mengatakan: “Seandainya bukan karena anjingnya ini maka pencuri akan mendatangi kita, dan seandainya bukan karena bebek di rumah ini maka pencuri akan datang”. Dan perkataan seseorang kepada temannya: “Apa yang Allah kehendaki dan yang engkau kehendaki”. Dan perkaaan seseorang: “Andai bukan karena Allah dan si Fulan”. Jangan engkau menggandengan kata “si Fulan”, karena semua itu termasuk syirik. [Tafsir Ibnu Abi Hatim: Hasan]
10)  Menggantungkan kerang (batu laut) sebagai penangkal ‘ain termasuk syirik.
11)  Mendo’akan orang yang menggantungkan jimat agar Allah tidak menyempurnakan perbuatannya, dan yang memakai jimat kerang agar Allah menelantarkan ia, maksudnya Allah meninggalkannya.
Sama seperti orang yang mengumumkan barang hilang atau jugalan di masjid, dido’akan agar barangnya tidak ditemukan dan jualannya tidak untung.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ سَمِعَ رَجُلًا يَنْشُدُ ضَالَّةً فِي الْمَسْجِدِ فَلْيَقُلْ: لَا رَدَّهَا اللهُ عَلَيْكَ فَإِنَّ الْمَسَاجِدَ لَمْ تُبْنَ لِهَذَا» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang mendengar seseorang mengumumkan barang hilang di masjid, hendaklah dia mendoakan, 'Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu', karena masjid bukan dibangun untuk ini." [Sahih Muslim]
Dalam riwayat lain:
" إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ أَوْ يَبْتَاعُ فِي المَسْجِدِ، فَقُولُوا: لَا أَرْبَحَ اللَّهُ تِجَارَتَكَ " [سنن الترمذي: صححه الألباني]
"Jika kalian melihat orang menjual atau membeli di dalam masjid, maka katakanlah; Semoga Allah tidak memberi keuntungan kepada barang daganganmu." [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...