Kamis, 30 Januari 2020

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (46) Puasa anak kecil

بسم الله الرحمن الرحيم
A.    Penjelasan pertama.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ صَوْمِ الصِّبْيَانِ
“Bab: Puasa anak kecil”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang anjuran melatih anak kecil untuk berpuasa dengan menyebutkan satu atsar dari Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu, dan satu hadits dari Ar-Rubai’ binti Mu’awwidz radhiyallahu ‘anhuma.
Imam Bukhari berkata:
وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لِنَشْوَانٍ فِي رَمَضَانَ: «وَيْلَكَ، وَصِبْيَانُنَا صِيَامٌ، فَضَرَبَهُ»
“Dan Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada orang yang mabuk di siang hari bulan Ramadhan: “Celakalah engkau (karena tidak berpuasa), sedangkan anak kecil kami berpuasa”, kemudian Umar mencambuknya”.
Takhrij atsar Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu:
Diriwayatkan oleh Ibnu Al-Ja’d rahimahullah dalam Musnad-nya halaman 101, ia berkata:
أنا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي سِنَانٍ قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي الْهُذَيْلِ، أَنَّ عُمَرَ، أُتِيَ بِرَجُلٍ قَدْ أَفْطَرَ فِي رَمَضَانَ، فَلَمَّا رُفِعَ إِلَيْهِ عَثَرَ، فَقَالَ: «عَلَى وَجْهِكَ أَوْ بِوَجْهِكَ وَصِبْيَانُنَا صِيَامٌ؟ فَضَرَبَهُ الْحَدَّ، وَكَانَ إِذَا غَضِبَ عَلَى إِنْسَانٍ سَيَّرَهُ إِلَى الشَّامِ، فَسَيَّرَهُ إِلَى الشَّامِ»
Syu’bah memberitakan kepada kami, dari Abu Sinan, ia berkata: Aku mendengar Abdullah bin Abi Al-Hudzail, bahwasanya Umar didatangkan kepadanya seorang yang tidak berpuasa di bulan Ramadhan, ketika dihadapkan kepadanya, Umar mencambuknya dan berkata: “Dengan wajahmu (tidak malu berbuka di siang hari Ramadhan) sedangkan anak kecil kami berpuasa?”
Maka Umar mencambuknya sebagai hukuman, dan ia jika marah kepada seseorang, ia mengasingkannya ke negri Syam, maka Umar mengasingkannya ke Syam.
Ø  Diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqiy rahimahullah dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubra” 8/557 no. 17545:
عن سُفْيَان، عَنْ أَبِي سِنَانٍ الشَّيْبَانِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي الْهُذَيْلِ، قَالَ: أُتِيَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ بِشَيْخٍ قَدْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ , فَجَلَدَهُ ثَمَانِينَ , وَنَفَاهُ إِلَى الشَّامِ , وَجَعَلَ يَقُولُ لِلْمَنْخَرَيْنِ: أَفِي شَهْرِ رَمَضَانَ , وَوُلْدَانِنَا صِيَامٌ , أَوْ صِبْيَانُنَا صِيَامٌ؟
Dari Sufyan, dari Abi Sinan Asy-Syaibaniy, dari Abdillah bin Abi Al-Hudzair, ia berkata: Didantangkan kepada Umar seorang yang sudah tua telah minum arak di bulan Ramadhan, maka ia mencambuknya 80 kali, dan mengasingkannya ke Syam, dan ia berkata di muka orang tersebut: “Apakakah pantas engkau minum arak di siang bulan Ramadhan sedangkan anak kecil kami berpuasa?”
B.     Penjelasan kedua.
Hadits Ar-Rubai’ binti Mu’awwidz radhiyallahu ‘anhuma, Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1859 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ [بن مسرهد]، حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ المُفَضَّلِ، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ ذَكْوَانَ [أبو الحسين المدني]، عَنِ الرُّبَيِّعِ بِنْتِ مُعَوِّذٍ، قَالَتْ: أَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الأَنْصَارِ: «مَنْ أَصْبَحَ مُفْطِرًا، فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ وَمَنْ أَصْبَحَ صَائِمًا، فَليَصُمْ»، قَالَتْ: فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا، وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ العِهْنِ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الإِفْطَارِ
1859 - Telah menceritakan kepada kami Musaddad [bin Musarhad], telah menceritakan kepada kami Bisyir bin Al-Mufadhdhal, telah menceritakan kepada kami Khalid bin Dzakwan [Abu Al-Husain Al-Madaniy], dari Ar-Rubai' binti Mu'awwidz berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengirim utusan ke kampung Kaum Anshar pada siang hari 'Asyura (untuk menyampaikan): "Bahwa siapa yang tidak berpuasa sejak pagi hari maka dia harus berpuasa pada sisa harinya ini, dan siapa yang sudah berpuasa sejak pagi hari maka hendaklah dia melanjutkan puasanya".
Dia (Ar-Rubai' binti Mu'awwidz) berkata; "Setelah itu kami selalu berpuasa dan kami juga mendidik anak-anak kecil kami untuk berpuasa, dan kami sediakan untuk mereka semacam alat permainan terbuat dari bulu domba, apabila seorang dari mereka ada yang menangis meminta makan maka kami beri dia permainan itu. Demikianlah terus kami lakukan hingga tiba waktu berbuka".
Penjelasan singkat hadits ini:
1.      Ar-Rubai’ binti Mu’awwidz Al-Anshariyah An-Najjariyah radhiyallahu ‘anhuma.
Bapak dan pamannya juga sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang ikut pada perang Badar dan termasuk yang membunuh Abu Jahl.
'Abdur Rahman bin 'Auf radhiyallahu ‘anhu berkata;
بَيْنَا أَنَا وَاقِفٌ فِي الصَّفِّ يَوْمَ بَدْرٍ، فَنَظَرْتُ عَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي، فَإِذَا أَنَا بِغُلاَمَيْنِ مِنَ الأَنْصَارِ - حَدِيثَةٍ أَسْنَانُهُمَا، تَمَنَّيْتُ أَنْ أَكُونَ بَيْنَ أَضْلَعَ مِنْهُمَا - فَغَمَزَنِي أَحَدُهُمَا فَقَالَ: يَا عَمِّ هَلْ تَعْرِفُ أَبَا جَهْلٍ؟ قُلْتُ: نَعَمْ، مَا حَاجَتُكَ إِلَيْهِ يَا ابْنَ أَخِي؟ قَالَ: أُخْبِرْتُ أَنَّهُ يَسُبُّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَئِنْ رَأَيْتُهُ لاَ يُفَارِقُ سَوَادِي سَوَادَهُ حَتَّى يَمُوتَ الأَعْجَلُ مِنَّا، فَتَعَجَّبْتُ لِذَلِكَ، فَغَمَزَنِي الآخَرُ، فَقَالَ لِي مِثْلَهَا، فَلَمْ أَنْشَبْ أَنْ نَظَرْتُ إِلَى أَبِي جَهْلٍ يَجُولُ فِي النَّاسِ، قُلْتُ: أَلاَ إِنَّ هَذَا صَاحِبُكُمَا الَّذِي سَأَلْتُمَانِي، فَابْتَدَرَاهُ بِسَيْفَيْهِمَا، فَضَرَبَاهُ حَتَّى قَتَلاَهُ، ثُمَّ انْصَرَفَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَخْبَرَاهُ فَقَالَ: «أَيُّكُمَا قَتَلَهُ؟»، قَالَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا: أَنَا قَتَلْتُهُ، فَقَالَ: «هَلْ مَسَحْتُمَا سَيْفَيْكُمَا؟»، قَالاَ: لاَ، فَنَظَرَ فِي السَّيْفَيْنِ، فَقَالَ: «كِلاَكُمَا قَتَلَهُ، سَلَبُهُ لِمُعَاذِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الجَمُوحِ»، وَكَانَا مُعَاذَ ابْنَ عَفْرَاءَ، وَمُعَاذَ بْنَ عَمْرِو بْنِ الجَمُوحِ
"Ketika aku berada di barisan pasukan pada perang Badar, aku melihat ke kanan dan kiriku ternyata nampak ada dua orang anak dari Kaum Anshar yang masih sangat muda dan aku berharap berada di antara yang lebih kuat dari keduanya. Salah seorang darinya menarikku seraya berkata; "Wahai paman, apakah paman mengenal Abu Jahal?".
Aku jawab; "Ya. Tapi apa kepentinganmu dengannya wahai anak saudaraku?".
Dia berkata; "Aku mendapat kabar bahwa dia menghina Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya aku melihatnya pasti tidak akan berpisah jasadku dengan jasadnya sampai siapa diantara kami yang menemui ajalnya lebih dahulu ".
Aku menjadi kagum dengan keberaniannya. Lalu anak yang satunya lagi menarikku lalu berkata kepadaku seperti yang dikatakan saudaranya tadi. Tidak lama kemudian aku melihat Abu Jahal bolak-balik di tengah-tengan pasukan, lalu kukatakan kepada kedua anak tadi; "Itu dia orang yang tadi kalian tanyakan kepadaku?".
Maka keduanya bersigap menyerbu dengan menghunus pedang masing-masing lalu keduanya menebas Abu Jahal hingga tewas. Kemudian keduanya mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mengabarkannya, maka Beliau bertanya; "Siapa diantara kalian berdua yang membunuhnya?".
Maka masing-masing dari keduanya menjawab; "Akulah yang membunuhnya".
Beliau bertanya lagi; "Apakah kalian sudah membersihkan pedang kalian?".
Keduanya menjawab; "Belum".
Maka Beliau melihat pedang keduanya lalu berkata: "Kalau begitu, kalian berdua yang telah membunuhnya dan salabnya (harta benda yang melekat pada tubuh musuh saat dibunuh) untuk Mu'adz bin 'Amru bin Al Jamuh". Kedua anak itu namanya Mu'adz bin 'Afra' dan Mu'adz bin 'Amru bin Al Jamuh". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa keduanya adalah Mu’adz dan Mu’awwidz anak ‘Afraa’:
Anas radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda pada waktu perang Badr:
«مَنْ يَنْظُرُ مَا صَنَعَ أَبُو جَهْلٍ»
"Siapakah yang sanggup mengabarkan kepadaku keadaan Abu Jahal?"
Maka Ibnu Mas'ud berangkat, dan didapatinya Abu Jahal telah dipukul rubuh oleh dua anak Afra' (Mu’adz dan Mu’awwidz) hingga tidak berdaya. Lalu dia berkata, "Apakah kau Abu Jahl?",
Abu Jahal menjawab, "Apakah ada orang yang lebih mulia dari orang yang kalian bunuh?"
Abu Jahal mengatakan, "Andaisaja aku tidak di bunuh oleh anak seorang petani." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguknya ketika mulai serumah dengan suaminya sebagai bentuk silaturahim.
Ar-Rubai’ binti Mu’awwidz bin ‘Afraa’ radhiyallahu ‘anhuma berkata:
جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَدَخَلَ حِينَ بُنِيَ عَلَيَّ، فَجَلَسَ عَلَى فِرَاشِي كَمَجْلِسِكَ مِنِّي، فَجَعَلَتْ جُوَيْرِيَاتٌ لَنَا، يَضْرِبْنَ بِالدُّفِّ وَيَنْدُبْنَ مَنْ قُتِلَ مِنْ آبَائِي يَوْمَ بَدْرٍ، إِذْ قَالَتْ إِحْدَاهُنَّ: وَفِينَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ، فَقَالَ: «دَعِي هَذِهِ، وَقُولِي بِالَّذِي كُنْتِ تَقُولِينَ» [صحيح البخاري]
Suatu ketika, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang saat aku membangun mahligai rumah tangga (menikah). Lalu beliau duduk di atas kasurku, sebagaimana posisi dudukmu dariku. Kemudian para budak-budak wanita pun memukul rebana dan mengenang keistimewaan-keistimewaan prajurit yang gugur pada saat perang Badar. Lalu salah seorang dari mereka pun berkata, "Dan di tengah-tengah kita ada seorang Nabi, yang mengetahui apa yang akan terjadi esok hari."
Maka beliau bersabda: "Tinggalkanlah ungkapan ini, dan katakanlah seperti apa yang kalian katakan sebelumnya." [Shahih Bukhari]
Ikut dalam peperangan membantu prajurit
Ar-Rubayyi' binti Mu'awwidz radhiyallahu ‘anhuma berkata:
«كُنَّا نَغْزُو مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَسْقِي القَوْمَ، وَنَخْدُمُهُمْ، وَنَرُدُّ الجَرْحَى وَالقَتْلَى إِلَى المَدِينَةِ»
"Kami ikut berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dimana kami memberi minum pasukan, melayani mereka, dan membawa pulang yang terluka dan yang gugur ke Madinah". [Shahih Bukhari]
Dalam riwayat lain:
«كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَسْقِي وَنُدَاوِي الجَرْحَى، وَنَرُدُّ القَتْلَى إِلَى المَدِينَةِ»
"Kami ikut bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam (dalam peperangan) dimana kami memberi minum pasukan, mengobati yang terluka, dan membawa pulang yang gugur ke Madinah". [Shahih Bukhari]
Ar-Rubai’ binti Mu’awwidz wafat tahun pada masa Khilafah Abdul Malik sekitar tahun 70 hijriyah, dan beliau berumur panjang.
2.      Anjuran berpuasa di hari ‘Asyura’ (10 Muharram).
Dari Abu Qatadah radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ [صحيح مسلم]
"Puasa di hari Asyura', aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa setahun sebelumnya". [Sahih Muslim]
3.      Hukum berpuasa di hari ‘Asyura’.
Ulama berselisih pendapat tentang hukum puasa ‘Asyuraa’,
Pendapat pertama: Awalnya puasa Asyura' hukumnya wajib kemudian di-nasakh menjadi sunnah.
Pendapat kedua: Sejak awal sampai sekarang, puasa Asyurah hanya sunnah dan bukan wajib.
Pendapat ketiga: Awalnya puasa Asyura disunnahkan, kemudian tidak lagi.
Lihat penjelasan lengkapnya di sini: Bab (21) Jika berniat puasa di siang hari
4.      Anjuran melatih anak untuk berpuasa dan ibadah lainnya.
Dalam riwayat lain, Ar-Rubai’ binti Mu’awwidz bin ‘Afraa’ radhiyallahu ‘anhuma berkata:
أَرْسَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَدَاةَ عَاشُورَاءَ إِلَى قُرَى الْأَنْصَارِ، الَّتِي حَوْلَ الْمَدِينَةِ: «مَنْ كَانَ أَصْبَحَ صَائِمًا، فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ، وَمَنْ كَانَ أَصْبَحَ مُفْطِرًا، فَلْيُتِمَّ بَقِيَّةَ يَوْمِهِ» فَكُنَّا، بَعْدَ ذَلِكَ نَصُومُهُ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا الصِّغَارَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللهُ، وَنَذْهَبُ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ الْعِهْنِ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهَا إِيَّاهُ عِنْدَ الْإِفْطَارِ " [صحيح مسلم]
Suatu pagi di hari 'Asyura`, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengirim petugas ke perkampungan orang Anshar yang berada di sekitar Madinah, untuk menyampaikan pengumuman; "Siapa yang berpuasa sejak pagi hari, hendaklah ia menyempurnakan puasanya, dan siapa yang tidak berpuasa hendaklah ia puasa sejak mendengar pengumuman ini."
Semenjak itu, kami berpuasa di hari 'Asyura`, dan kami suruh pula anak-anak kecil kami, insya Allah. Kami bawa mereka ke Masjid dan kami buatkan mereka main-mainan dari bulu. Apabila ada yang menangis minta makan, kami berikan setelah waktu berbuka tiba. [Shahih Muslim]
5.      Umur berapa anak kecil dilatih berpuasa?
Ulama berselisih dalam hal ini:
Pendapat pertama: Ketika sudah dianggap mampu.
Pendapat kedua: Ketika berumur 7 atau 10 tahun sama seperti shalat.
Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ [سنن أبي داود: صححه الألباني]
"Perintahkanlah anakmu shalat ketika mereka berumu tujuh tahun, dan pukul mereka jika meninggalkan shalat ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka". [Sunan Abi Daud: Sahih]
6.      Apakah anak kecil yang belum balig mendapat pahala dari ibadahnya?
Ulama berselisih pendapat dalam hal ini:
Pendapat pertama: Pahala hanya untuk kedua orang tuanya.
Pendapat kedua: Pahala untuk si anak.
Adapun kedua orang tuanya juga mendapat pahala jika mereka yang mengajarkannya.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata;
رَفَعَتِ امْرَأَةٌ صَبِيًّا لَهَا، فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَلِهَذَا حَجٌّ؟ قَالَ: «نَعَمْ، وَلَكِ أَجْرٌ»
Ada seorang wanita yang menggendong anak kecil lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah anak kecil ini boleh menunaikan haji."
Beliau menjawab: "Ya, dan kamu juga mendapatkan pahala." [Shahih Muslim]
Ø  Dari Abu Mas'ud Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ» [صحيح مسلم]
"Barangsiapa yang menunjuki seseorang pada suatu kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti pahala yang melakukannya (atas petunjuknya)". [Sahih Muslim]
7.      Yang paling utama diajarkan untuk anak kecil adalah tentang akidah yang benar.
Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Suatu hari aku duduk di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
«يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوْ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ»
"Wahai bocah, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat, jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, jagalah Allah kau akan mendapati-Nya di hadapanmu, jika kau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika kau minta bantuan maka mintalah kepada Allah, ketahuilah .. sesungguhnya jika semua umat sepakat untuk memberimu suatu yang bermanfaat, mereka tidak akan memberimu kecuali sesuatu yang sudah ditakdirkan Allah untukmu, dan seandainya mereka sepakat untuk mencelakaimu dengan sesuatu, mereka tidak akan bisa mencelakaimu kecuali sesuatu yang sudah ditakdirkan Allah kepadamu, pena telah diangkat dan lembaran telah kering. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...