Senin, 26 Desember 2022

Syarah Kitab Tauhid bab (59); Larangan berprasangka buruk terhadap Allah

بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 ayat yang menunjukkan larangan berprasangka buruk terhadap Allah ‘azza wajalla.

a.       Firman Allah ta’aalaa:

{يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ الْأَمْرِ مِن شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ} [آل عمران: 154]

Mereka (kaum munafiq) berprasangka yang tidak benar terhadap Allah, seperti sangkaan jahiliyah, mereka berkata: "Apakah ada bagi kita sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?” Katakanlah: "Sungguh urusan itu seluruhnya di Tangan Allah”. [Ali Imran: 154]

b.       Firman Allah ta’aalaa:

{وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا} [الفتح: 6]

“Dan supaya dia mengadzab orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik perempuan, dan orang-orang Musyrik laki laki dan orang-orang musyrik perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah, mereka akan mendapat giliran (keburukan) yang amat buruk, dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah seburuk-buruk tempat kembali.” [Al-Fath: 6]

Ibnu Qayyim –rahimahullah- dalam menafsirkan ayat yang pertama mengatakan: “Prasangka di sini maksudnya adalah bahwa Allah subhanah tidak akan memberikan pertolongan-Nya (kemenangan) kepada Rasul-Nya, dan bahwa agama yang beliau bawa akan lenyap.”

Dan ditafsirkan pula: “bahwa apa yang menimpa beliau bukanlah dengan takdir (ketentuan) dan hikmah (kebijaksanaan) Allah.”

Jadi prasangka di sini ditafsirkan dengan tiga penafsiran:

Pertama: Mengingkari adanya hikmah Allah.

Kedua: Mengingkari takdir-Nya.

Ketiga: Mengingkari bahwa agama yang dibawa Rasulullah akan disempurnakan dan dimenangkan Allah atas semua agama.

Inilah prasangka buruk yang dilakukan oleh orang-orang munafik dan orang-orang musyrik yang terdapat dalam surat Al-Fath.

Perbuatan ini disebut dengan prasangka buruk, karena prasangka yang demikian tidak layak untuk Allah subhanah, tidak patut terhadap  keagungan dan kebesaran Allah, tidak sesuai dengan kebijaksanaan-Nya, Puji-Nya, dan janji-Nya yang pasti benar.

Oleh karena itu, barangsiapa yang berprasangka bahwa Allah akan memenangkan kebatilan atas kebenaran, disertai dengan lenyapnya kebenaran; atau berprasangka bahwa apa yang terjadi ini bukan karena Qadha dan takdir Allah; atau mengingkari adanya suatu hikmah yang besar sekali dalam takdir-Nya, yang dengan hikmah-Nya Allah berhak untuk dipuji; bahkan mengira bahwa yang terjadi hanya sekedar kehendak-Nya saja tanpa ada hikmah-Nya, maka inilah prasangka orang orang kafir, yang mana bagi mereka inilah Neraka “Wail”.

Dan kebanyakan manusia melakukan prasangka buruk kepada Allah, baik dalam hal yang berkenaan dengan diri mereka sendiri, ataupun dalam hal yang berkenaan dengan orang lain, bahkan tidak ada  orang yang selamat dari prasangka buruk ini, kecuali orang yang benar-benar mengenal Allah, Asma dan sifat-Nya, dan mengenal kepastian adanya hikmah dan keharusan adanya puji bagi-Nya sebagai konsekwensinya.

Maka orang yang berakal dan yang cinta kepada dirinya sendiri, hendaklah memperhatikan masalah ini, dan bertaubatlah kepada Allah, serta memohon maghfirah-Nya atas prasangka buruk yang dilakukannya terhadap Allah.

Apabila anda selidiki, siapapun orangnya pasti akan anda dapati pada dirinya sikap menyangkal dan mencemoohkan takdir Allah, dengan mengatakan hal tersebut semestinya begini dan begitu, ada yang sedikit sangkalannya dan ada juga yang banyak. Dan silahkan periksalah diri anda sendiri, apakah anda bebas dari sikap tersebut?

فَإَنْ تَنْجُ مِنْهَا تَنْجُ مِنْ ذِيْ عَظِيْمَةٍ   وَإْلاَّ فَإِنِّيْ لاَ إِخَالَكَ نَاجِيًا

“Jika anda selamat dari sikap tersebut, maka anda selamat dari malapetaka yang besar, jika tidak, sungguh aku kira anda tidak akan selamat.”

Dari 2 ayat di atas, syekh –rahimahullah- menyebutkan 4 poin penting:

1.      Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali Imran.

Ayat pertama menunjukkan bahwa barangsiapa yang berprasangka bahwa Allah akan memberikan kemenangan yang terus-menerus kepada kebatilan, disertai dengan lenyapnya kebenaran, maka dia telah berprasangka yang tidak benar kepada Allah dan prasangka ini adalah prasangka orang-orang Jahiliyah; menunjukkan pula bahwa segala sesuatu itu ada di Tangan Allah, terjadi dengan qadha dan qadar-Nya serta pasti ada hikmah-Nya; dan menunjukkan bahwa berbaik sangka kepada Allah adalah termasuk kewajiban tauhid.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ} [الحج: 40]

Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. [Al-Hajj: 40]

2.      Penjelasan tentang ayat dalam surat Al-Fath.

Ayat kedua menunjukkan kewajiban berbaik sangka kepada Allah dan larangan berprasangka buruk kepada-Nya; dan menunjukkan bahwa prasangka buruk kepada Allah adalah perbuatan orang-orang munafik dan musyrik yang mendapat ancaman siksa yang sangat keras.

Kewajiban berprasangka baik kepada Allah ‘azza wajalla

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda: Allah ta'aalaa berfirman (hadits qudsi):

«أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُم» [صحيح البخاري ومسلم]

"Aku sesuai prasangka hambak-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya di saat ia mengingat-Ku, maka jika ia menyebut-Ku dalam hatinya, Aku pun akan menyebutnya pada diri-Ku, dan jika ia menyebut-Ku pada keramaian, maka Aku akan menyebutnya pada keramaian yang lebih baik dari mereka". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Jabir radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Nabi bersabda tiga hari sebelum beliau wafat:

«لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ» [صحيح مسلم]

"Jangalah salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali ia berbaik sangka kepada Allah." [Shahih Muslim]

3.      Disebutkan bahwa prasangka buruk itu banyak sekali macamnya.

Diantaranya:

1)      Mengaggap bahwa Allah -subhanahu- punya sekutu.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ شُرَكَاءَ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ} [يونس: 66]

"Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga”. [Yunus:66]

2)      Menganggap Allah tidak akan menolong orang yang pembela agamanya.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا} [الفتح: 12]

Bahkan (semula) kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin sekali-kali tidak akan kembali lagi kepada keluarga mereka selama-lamanya dan dijadikan terasa indah yang demikian itu di dalam hatimu, dan kamu telah berprasangka dengan prasangka yang buruk, karena itu kamu menjadi kaum yang binasa.  [Al-Fath: 12]

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (9) إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (10) هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا} [الأحزاب: 9 - 11]

Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat olehmu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat. [Al-Ahzab: 9 - 11]

{مَنْ كَانَ يَظُنُّ أَنْ لَنْ يَنْصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ لْيَقْطَعْ فَلْيَنْظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ} [الحج: 15]

Barangsiapa menyangka bahwa Allah tidak akan menolongnya (Muhammad) di dunia dan di akhirat, maka hendaklah dia merentangkan tali ke langit-langit, lalu menggantung (diri), kemudian pikirkanlah apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya. [Al-Hajj: 15]

3)      Berprasangka buruk terhadap takdir Allah 'azza wajalla.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ (148) قُلْ فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ فَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ} [الأنعام: 148، 149]

Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang sesuatu apapun." Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan (akan kehendak kauniyah Allah) sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?" Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta. Katakanlah: "Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya". [Al-An'am: 148-149]

Lihat: Manfaat beriman kepada takdir

4)      Berprasangka bahwa Allah tidak mengetahui maksiat yang mereka lakukan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ (22) وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [فصلت: 22، 23]

Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu* bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka kepada Tuhanmu, dia Telah membinasakan kamu, Maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. [Fushilat: 22-23]

*Mereka itu berbuat dosa dengan terang-terangan karena mereka menyangka bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan mereka dan mereka tidak mengetahui bahwa pendengaran, penglihatan dan kulit mereka akan menjadi saksi di akhirat kelak atas perbuatan mereka.

5)      Berprasangka bahwa Allah tidak akan sanggup membinasakannya.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِأَوَّلِ الْحَشْرِ مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ الرُّعْبَ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ فَاعْتَبِرُوا يَاأُولِي الْأَبْصَارِ} [الحشر: 2]

Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung halamannya pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun menyangka benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan (siksaan) kepada mereka dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah menanamkan rasa takut ke dalam hati mereka; sehingga memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangannya sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan! [Al-Hasyr: 2]

6)      Berprasangka bahwa Allah tidak akan membangkitkan seorangpun di hari kiamat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَأَنَّهُمْ ظَنُّوا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ أَحَدًا} [الجن: 7]

Dan sesungguhnya mereka (jin) mengira seperti kamu (orang musyrik Mekah) yang juga mengira bahwa Allah tidak akan membangkitkan kembali siapa pun (pada hari Kiamat). [Al-Jinn: 7]

{وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ} [القصص: 39]

Dan dia (Fir‘aun) dan bala tentaranya berlaku sombong, di bumi tanpa alasan yang benar, dan mereka mengira bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. [Al-Qasas: 39]

7)      Berprasangka bahwa Allah tidak memberikannya rezki yang pantas.

Sufyan Ats-Tsauriy (161H) rahimahullah:

"لَيْسَ لِلشَّيْطَانِ سِلَاحٌ مثل خَوْفِ الْفَقْرِ فَإِذَا قَبِلَ ذَلِكَ مِنْهُ أَخَذَ في الْبَاطِلِ وَمَنَعَ مِنْ الْحَقِّ وَتَكَلَّمَ بِالْهَوَى وَظَنَّ بِرَبِّهِ ظَنَّ سُوءٍ" [إحياء علوم الدين للغزالي]

“Tidak ada senjata setan (menggoda manusia yang ampuh) seperti rasa takut akan kemiskinan, jika perasaan itu diterima (merasuki hati seseorang) maka ia akan melakukan kebatilan, menolak kebenaran, berbicara dengan hawa nafsu, dan berprasangka terhadap Rabb-nya dengan prasangka buruk”. [Ihya' ulumuddin karya Al-Gazaliy]

4.      Penjelasan bahwa tidak ada yang bisa selamat dari prasangka buruk ini kecuali orang yang mengenal Asma’ dan sifat Allah, serta mengenal dirinya sendiri.

Al-Hasan Al-Bashriy -rahimahullah- berkata:

" إِنَّ قَوْمًا أَلْهَتْهُمْ أَمَانِيُّ الْمَغْفِرَةِ حَتَّى خَرَجُوا مِنَ الدُّنْيَا وَلَيْسَتْ لَهُمْ حَسَنَةٌ، يَقُولُ: إِنِّي لَحَسَنُ الظَّنِّ بِرَبِّي، وَكَذَبَ لَوْ أَحْسَنَ الظَّنَّ بِرَبِّهِ لَأَحْسَنَ الْعَمَلَ " [الوجل والتوثق بالعمل لابن أبي الدنيا]

"Satu kaum dilalaikan oleh angan-angan ampunan sampai ia keluar dari duni (mati) tanpa melakukan kebaikan, ia mengatakan: Aku berbaik sangka kepada Rabbku! Dan ia telah berdusta (dengan ucapannya itu), seandainya ia berbaik sangka kepada Rabbnya maka tentu ia akan beramal dengan baik". [Al-Wajal karya Ibnu Abi Ad-Dunya]

Ø  Ia juga berkata:

«إِنَّ الْمُؤْمِنَ أَحْسَنَ الظَّنَّ بِرَبِّهِ، فَأَحْسَنَ الْعَمَلَ، وَإِنَّ الْمُنَافِقَ أَسَاءَ الظَّنَّ بِرَبِّهِ، فَأَسَاءَ الْعَمَلَ» [مصنف ابن أبي شيبة]

"Seorang mu'min berbaik sangka kepada Rabbnya maka ia beramal dengan baik, sedangkan seorang munafiq berburuk sangka kepada Rabbnya sehingga ia buruk amalanya". [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (58); Larangan mencaci maki angin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...