بسم الله الرحمن الرحيم
Dalam bab ini, syekh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullah menyebutkan 2 ayat yang menunjukkan larangan berprasangka buruk terhadap Allah ‘azza
wajalla.
a. Firman Allah ta’aalaa:
{يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ
الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَل لَّنَا مِنَ الْأَمْرِ مِن شَيْءٍ قُلْ إِنَّ
الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ} [آل عمران: 154]
Mereka (kaum munafiq) berprasangka yang
tidak benar terhadap Allah, seperti sangkaan jahiliyah, mereka berkata: "Apakah
ada bagi kita sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?” Katakanlah: "Sungguh
urusan itu seluruhnya di Tangan Allah”. [Ali Imran: 154]
b. Firman Allah ta’aalaa:
{وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ
وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ
ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ
وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا} [الفتح:
6]
“Dan supaya dia mengadzab orang-orang
munafik laki-laki dan orang-orang munafik perempuan, dan orang-orang Musyrik
laki laki dan orang-orang musyrik perempuan yang mereka itu berprasangka
buruk terhadap Allah, mereka akan mendapat giliran (keburukan) yang amat buruk,
dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka
Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah seburuk-buruk tempat kembali.” [Al-Fath:
6]
Ibnu Qayyim –rahimahullah- dalam
menafsirkan ayat yang pertama mengatakan: “Prasangka di sini maksudnya adalah
bahwa Allah subhanah tidak akan memberikan pertolongan-Nya (kemenangan)
kepada Rasul-Nya, dan bahwa agama yang beliau bawa akan lenyap.”
Dan ditafsirkan pula: “bahwa apa yang
menimpa beliau bukanlah dengan takdir (ketentuan) dan hikmah (kebijaksanaan)
Allah.”
Jadi prasangka di sini ditafsirkan
dengan tiga penafsiran:
Pertama:
Mengingkari adanya hikmah Allah.
Kedua:
Mengingkari takdir-Nya.
Ketiga:
Mengingkari bahwa agama yang dibawa Rasulullah ﷺ akan disempurnakan dan dimenangkan Allah atas semua
agama.
Inilah prasangka buruk yang dilakukan oleh
orang-orang munafik dan orang-orang musyrik yang terdapat dalam
Perbuatan ini disebut dengan prasangka
buruk, karena prasangka yang demikian tidak layak untuk Allah subhanah,
tidak patut terhadap keagungan dan
kebesaran Allah, tidak sesuai dengan kebijaksanaan-Nya, Puji-Nya, dan janji-Nya
yang pasti benar.
Oleh karena itu, barangsiapa yang
berprasangka bahwa Allah akan memenangkan kebatilan atas kebenaran, disertai
dengan lenyapnya kebenaran; atau berprasangka bahwa apa yang terjadi ini bukan
karena Qadha dan takdir Allah; atau mengingkari adanya suatu hikmah yang besar
sekali dalam takdir-Nya, yang dengan hikmah-Nya Allah berhak untuk dipuji;
bahkan mengira bahwa yang terjadi hanya sekedar kehendak-Nya saja tanpa ada
hikmah-Nya, maka inilah prasangka orang orang kafir, yang mana bagi mereka
inilah Neraka “Wail”.
Dan kebanyakan manusia melakukan prasangka
buruk kepada Allah, baik dalam hal yang berkenaan dengan diri mereka sendiri, ataupun
dalam hal yang berkenaan dengan orang lain, bahkan tidak ada orang yang selamat dari prasangka buruk ini,
kecuali orang yang benar-benar mengenal Allah, Asma dan sifat-Nya, dan mengenal
kepastian adanya hikmah dan keharusan adanya puji bagi-Nya sebagai
konsekwensinya.
Maka orang yang berakal dan yang cinta
kepada dirinya sendiri, hendaklah memperhatikan masalah ini, dan bertaubatlah
kepada Allah, serta memohon maghfirah-Nya atas prasangka buruk yang
dilakukannya terhadap Allah.
Apabila anda selidiki, siapapun orangnya
pasti akan anda dapati pada dirinya sikap menyangkal dan mencemoohkan takdir
Allah, dengan mengatakan hal tersebut semestinya begini dan begitu, ada yang
sedikit sangkalannya dan ada juga yang banyak. Dan silahkan periksalah diri
anda sendiri, apakah anda bebas dari sikap tersebut?
فَإَنْ تَنْجُ مِنْهَا تَنْجُ مِنْ ذِيْ عَظِيْمَةٍ وَإْلاَّ فَإِنِّيْ لاَ إِخَالَكَ نَاجِيًا
“Jika anda selamat dari sikap tersebut,
maka anda selamat dari malapetaka yang besar, jika tidak, sungguh aku kira anda
tidak akan selamat.”
Dari 2 ayat di atas, syekh –rahimahullah-
menyebutkan 4 poin penting:
1.
Penjelasan tentang ayat dalam surat Ali Imran.
Ayat pertama menunjukkan
bahwa barangsiapa yang berprasangka bahwa Allah akan memberikan kemenangan yang
terus-menerus kepada kebatilan, disertai dengan lenyapnya kebenaran, maka dia
telah berprasangka yang tidak benar kepada Allah dan prasangka ini adalah
prasangka orang-orang Jahiliyah; menunjukkan pula bahwa segala sesuatu itu ada
di Tangan Allah, terjadi dengan qadha dan qadar-Nya serta pasti ada hikmah-Nya;
dan menunjukkan bahwa berbaik sangka kepada Allah adalah termasuk kewajiban
tauhid.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ
مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ} [الحج:
40]
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang
yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha
Perkasa. [Al-Hajj: 40]
2.
Penjelasan tentang ayat dalam surat Al-Fath.
Ayat kedua
menunjukkan kewajiban berbaik sangka kepada Allah dan larangan berprasangka
buruk kepada-Nya; dan menunjukkan bahwa prasangka buruk kepada Allah adalah
perbuatan orang-orang munafik dan musyrik yang mendapat ancaman siksa yang
sangat keras.
Kewajiban berprasangka baik kepada Allah
‘azza wajalla
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
Allah ta'aalaa berfirman (hadits qudsi):
«أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا
مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي
وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُم» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Aku sesuai prasangka
hambak-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya di saat ia mengingat-Ku, maka jika ia
menyebut-Ku dalam hatinya, Aku pun akan menyebutnya pada diri-Ku, dan jika ia
menyebut-Ku pada keramaian, maka Aku akan menyebutnya pada keramaian yang lebih
baik dari mereka". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Jabir radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar
Nabi ﷺ bersabda tiga hari
sebelum beliau wafat:
«لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ
عَزَّ وَجَلَّ» [صحيح مسلم]
"Jangalah salah seorang dari
kalian meninggal dunia kecuali ia berbaik sangka kepada Allah." [Shahih
Muslim]
3.
Disebutkan bahwa prasangka buruk itu banyak sekali
macamnya.
Diantaranya:
1)
Mengaggap bahwa Allah -subhanahu- punya sekutu.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمَا يَتَّبِعُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ شُرَكَاءَ
إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ} [يونس:
66]
"Dan orang-orang yang menyeru
sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). mereka tidak
mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga”.
[Yunus:66]
2)
Menganggap Allah tidak akan menolong orang yang pembela
agamanya.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{بَلْ ظَنَنْتُمْ أَنْ
لَنْ يَنْقَلِبَ الرَّسُولُ وَالْمُؤْمِنُونَ إِلَى أَهْلِيهِمْ أَبَدًا وَزُيِّنَ
ذَلِكَ فِي قُلُوبِكُمْ وَظَنَنْتُمْ ظَنَّ السَّوْءِ وَكُنْتُمْ قَوْمًا بُورًا} [الفتح: 12]
Bahkan (semula) kamu menyangka bahwa Rasul dan
orang-orang mukmin sekali-kali tidak akan kembali lagi kepada keluarga mereka
selama-lamanya dan dijadikan terasa indah yang demikian itu di dalam hatimu,
dan kamu telah berprasangka dengan prasangka yang buruk, karena itu kamu
menjadi kaum yang binasa.
[Al-Fath: 12]
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا
نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُودٌ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ
رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا (9)
إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ
الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ
الظُّنُونَا (10) هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا
شَدِيدًا} [الأحزاب: 9 - 11]
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah
akan nikmat Allah (yang telah dikaruniakan) kepadamu ketika bala tentara datang
kepadamu, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang
tidak dapat terlihat olehmu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Yaitu)
ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika
penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka
yang bukan-bukan terhadap Allah. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan
digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang dahsyat. [Al-Ahzab: 9 - 11]
{مَنْ كَانَ يَظُنُّ أَنْ
لَنْ يَنْصُرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ فَلْيَمْدُدْ بِسَبَبٍ إِلَى
السَّمَاءِ ثُمَّ لْيَقْطَعْ فَلْيَنْظُرْ هَلْ يُذْهِبَنَّ كَيْدُهُ مَا يَغِيظُ}
[الحج: 15]
Barangsiapa menyangka bahwa Allah tidak akan
menolongnya (Muhammad) di dunia dan di akhirat, maka hendaklah dia merentangkan
tali ke langit-langit, lalu menggantung (diri), kemudian pikirkanlah apakah
tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya. [Al-Hajj: 15]
3)
Berprasangka buruk terhadap takdir Allah 'azza wajalla.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{سَيَقُولُ الَّذِينَ أَشْرَكُوا لَوْ شَاءَ
اللَّهُ مَا أَشْرَكْنَا وَلَا آبَاؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِنْ شَيْءٍ كَذَلِكَ
كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَّى ذَاقُوا بَأْسَنَا قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ
مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ
أَنْتُمْ إِلَّا تَخْرُصُونَ (148) قُلْ فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ فَلَوْ
شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ} [الأنعام: 148، 149]
Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan,
akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak
kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang
sesuatu apapun." Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah
mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah:
"Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan (akan kehendak kauniyah Allah)
sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada Kami?" Kamu tidak mengikuti
kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.
Katakanlah: "Allah mempunyai hujjah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia
menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya".
[Al-An'am: 148-149]
Lihat: Manfaat beriman kepada takdir
4)
Berprasangka bahwa Allah tidak mengetahui maksiat yang
mereka lakukan.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ
عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ
أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ (22) وَذَلِكُمْ
ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ
الْخَاسِرِينَ} [فصلت: 22، 23]
Kamu sekali-sekali tidak dapat
bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu kepadamu*
bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu
kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka
kepada Tuhanmu, dia Telah membinasakan kamu, Maka jadilah kamu termasuk
orang-orang yang merugi. [Fushilat: 22-23]
*Mereka itu berbuat dosa dengan
terang-terangan karena mereka menyangka bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan
mereka dan mereka tidak mengetahui bahwa pendengaran, penglihatan dan kulit
mereka akan menjadi saksi di akhirat kelak atas perbuatan mereka.
5)
Berprasangka bahwa Allah tidak akan sanggup
membinasakannya.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{هُوَ الَّذِي أَخْرَجَ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِأَوَّلِ الْحَشْرِ
مَا ظَنَنْتُمْ أَنْ يَخْرُجُوا وَظَنُّوا أَنَّهُمْ مَانِعَتُهُمْ حُصُونُهُمْ
مِنَ اللَّهِ فَأَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ حَيْثُ لَمْ يَحْتَسِبُوا وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ
الرُّعْبَ يُخْرِبُونَ بُيُوتَهُمْ بِأَيْدِيهِمْ وَأَيْدِي الْمُؤْمِنِينَ
فَاعْتَبِرُوا يَاأُولِي الْأَبْصَارِ} [الحشر: 2]
Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di
antara Ahli Kitab dari kampung halamannya pada saat pengusiran yang pertama. Kamu
tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun menyangka
benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah;
maka Allah mendatangkan (siksaan) kepada mereka dari arah yang tidak mereka
sangka-sangka. Dan Allah menanamkan rasa takut ke dalam hati mereka; sehingga
memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangannya sendiri dan tangan orang-orang
mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang
yang mempunyai pandangan! [Al-Hasyr: 2]
6)
Berprasangka bahwa Allah tidak akan membangkitkan
seorangpun di hari kiamat.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَأَنَّهُمْ ظَنُّوا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ
أَحَدًا} [الجن: 7]
Dan sesungguhnya mereka (jin) mengira seperti
kamu (orang musyrik Mekah) yang juga mengira bahwa Allah tidak akan
membangkitkan kembali siapa pun (pada hari Kiamat). [Al-Jinn: 7]
{وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ
وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ} [القصص: 39]
Dan dia (Fir‘aun) dan bala tentaranya berlaku
sombong, di bumi tanpa alasan yang benar, dan mereka mengira bahwa mereka tidak
akan dikembalikan kepada Kami. [Al-Qasas: 39]
7)
Berprasangka bahwa Allah tidak memberikannya rezki yang
pantas.
Sufyan Ats-Tsauriy (161H) rahimahullah:
"لَيْسَ لِلشَّيْطَانِ سِلَاحٌ مثل خَوْفِ الْفَقْرِ فَإِذَا
قَبِلَ ذَلِكَ مِنْهُ أَخَذَ في الْبَاطِلِ وَمَنَعَ مِنْ الْحَقِّ وَتَكَلَّمَ
بِالْهَوَى وَظَنَّ بِرَبِّهِ ظَنَّ سُوءٍ" [إحياء علوم الدين
للغزالي]
“Tidak ada senjata setan (menggoda manusia
yang ampuh) seperti rasa takut akan kemiskinan, jika perasaan itu diterima
(merasuki hati seseorang) maka ia akan melakukan kebatilan, menolak kebenaran,
berbicara dengan hawa nafsu, dan berprasangka terhadap Rabb-nya dengan
prasangka buruk”. [Ihya' ulumuddin karya Al-Gazaliy]
4.
Penjelasan bahwa tidak ada yang bisa selamat dari prasangka
buruk ini kecuali orang yang mengenal Asma’ dan sifat Allah, serta mengenal
dirinya sendiri.
Al-Hasan Al-Bashriy -rahimahullah-
berkata:
" إِنَّ قَوْمًا أَلْهَتْهُمْ أَمَانِيُّ الْمَغْفِرَةِ حَتَّى
خَرَجُوا مِنَ الدُّنْيَا وَلَيْسَتْ لَهُمْ حَسَنَةٌ، يَقُولُ: إِنِّي لَحَسَنُ
الظَّنِّ بِرَبِّي، وَكَذَبَ لَوْ أَحْسَنَ الظَّنَّ بِرَبِّهِ لَأَحْسَنَ
الْعَمَلَ " [الوجل والتوثق بالعمل لابن أبي الدنيا]
"Satu kaum dilalaikan oleh
angan-angan ampunan sampai ia keluar dari duni (mati) tanpa melakukan kebaikan,
ia mengatakan: Aku berbaik sangka kepada Rabbku! Dan ia telah berdusta (dengan
ucapannya itu), seandainya ia berbaik sangka kepada Rabbnya maka tentu ia akan
beramal dengan baik". [Al-Wajal karya Ibnu Abi Ad-Dunya]
Ø Ia juga
berkata:
«إِنَّ الْمُؤْمِنَ أَحْسَنَ الظَّنَّ بِرَبِّهِ، فَأَحْسَنَ
الْعَمَلَ، وَإِنَّ الْمُنَافِقَ أَسَاءَ الظَّنَّ بِرَبِّهِ، فَأَسَاءَ
الْعَمَلَ» [مصنف ابن أبي شيبة]
"Seorang mu'min berbaik sangka kepada Rabbnya maka ia beramal dengan baik, sedangkan seorang munafiq berburuk sangka kepada Rabbnya sehingga ia buruk amalanya". [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Kitab Tauhid bab (58); Larangan mencaci maki angin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...