بسم الله الرحمن
الرحيم
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
"بَابُ العَمَلِ
الَّذِي يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ"
“Bab:
Amalan yang diniati mencari wajah Allah ta’aalaa”
Dalam
bab ini, imam Bukhari ingin memperjelas bab sebelumnya bahwasanya Allah 'azza wajalla telah
memberi udzur kepada orang yang umurnya sudah sampai 60 tahun, tapi Allah ta'aalaa tidak
menutup pintu rahmat baginya selama ia mentauhidkan Allah dan tidak
menyekutukanNya dengan sesuatu pun.
Kemudian
imam Bukhari menyebutkan dalam bab ini satu hadits mu’allaq dari Sa’d
bin Abi Waqqash, dan 2 hadits muttashil dari ‘Itban bin Malik
dan Abu Hurairah radhiyallahu ta’aalaa ‘anhum.
A. Hadits Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
"فِيهِ سَعْدٌ"
“Dalam
masalah ini diriwayatkan hadits dari Sa’ad”.
Hadits
yang dimaksud oleh Imam Bukhari adalah hadits yang telah ia riwayatkan dengan sanad
yang bersambung sebelumnya di beberapa kitab, diantaranya: “Manaqibul Anshar”,
kitab “Al-Magaziy”, dan kitab “Ad-Da’awaat”; Sa’ad bin Abi
Waqqash –radhiyallahu ‘anhu- berkata:
عَادَنِي
النَّبِيُّ ﷺ عَامَ حَجَّةِ
الوَدَاعِ مِنْ مَرَضٍ أَشْفَيْتُ مِنْهُ عَلَى المَوْتِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، بَلَغَ بِي مِنَ الوَجَعِ مَا تَرَى، وَأَنَا ذُو مَالٍ، وَلاَ يَرِثُنِي
إِلَّا ابْنَةٌ لِي وَاحِدَةٌ، أَفَأَتَصَدَّقُ بِثُلُثَيْ مَالِي؟ قَالَ: «لاَ»،
قَالَ: فَأَتَصَدَّقُ بِشَطْرِهِ؟ قَالَ: «الثُّلُثُ يَا سَعْدُ، وَالثُّلُثُ
كَثِيرٌ، إِنَّكَ أَنْ تَذَرَ ذُرِّيَّتَكَ أَغْنِيَاءَ، خَيْرٌ مِنْ أَنْ
تَذَرَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ وَلَسْتَ بِنَافِقٍ نَفَقَةً
تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللَّهِ، إِلَّا آجَرَكَ اللَّهُ بِهَا حَتَّى اللُّقْمَةَ
تَجْعَلُهَا فِي فِي امْرَأَتِكَ» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أُخَلَّفُ بَعْدَ
أَصْحَابِي؟ قَالَ: «إِنَّكَ لَنْ تُخَلَّفَ، فَتَعْمَلَ عَمَلًا تَبْتَغِي بِهَا
وَجْهَ اللَّهِ إِلَّا ازْدَدْتَ بِهِ دَرَجَةً وَرِفْعَةً، وَلَعَلَّكَ تُخَلَّفُ
حَتَّى يَنْتَفِعَ بِكَ أَقْوَامٌ، وَيُضَرَّ بِكَ آخَرُونَ، اللَّهُمَّ أَمْضِ
لِأَصْحَابِي هِجْرَتَهُمْ، وَلاَ تَرُدَّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ، لَكِنِ
البَائِسُ سَعْدُ ابْنُ خَوْلَةَ». يَرْثِي لَهُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَنْ تُوُفِّيَ بِمَكَّةَ
"Nabi ﷺ menjengukku pada waktu haji wada' (tahun
10 hijriyah) ketika aku sakit yang tidak menyebabkan kematian. Aku berkata,
"Wahai Rasulullah, aku rasakan sakitku semakin parah. Begaimana pendapat
Anda, aku memiliki banyak harta namun aku tidak memiliki orang yang akan
mewarisinya kecuali satu anak perempuanku. Apakah aku boleh menyedekahkan dua
pertiga hartaku?" Beliau menjawab, "Tidak." Dia berkata,
"Apakah boleh aku bersedekah seperduanya?" Beliau menjawab,
"Sepertiga, wahai Sa'ad. Dan sepertiga itu sudah banyak. Sesungguhnya bila
kamu meninggalkan keturunanmu dalam keadaan berkecukupan itu lebih baik
daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin, lalu mereka mengemis
meminta-minta kepada manusia. Dan tidaklah kamu menafkahkan suatu nafaqah
(harta) semata-mata mencari wajah Allah melainkan Allah pasti akan
memberimu balasannya, sekalipun satu suap makanan yang kamu berikan pada mulut
istrimu." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah aku diberi umur
panjang setelah sahabat-shahabatku? Beliau bersabda, "Tidaklah sekali-kali
engkau diberi umur panjang lalu kamu beramal shalih melainkan akan bertambah
derajat dan kemuliaanmu. Dan semoga kamu diberi umur panjang sehingga
orang-orang dapat mengambil manfaat dari dirimu dan juga mungkin dapat
mendatangkan madlorot bagi kaum yang lain. Ya Allah sempurnakanlah pahala
hijrah sahabat-shahabatku dan janganlah Engkau kembalikan mereka ke
belakang." Namun Sa'ad bin Khaulah membuat Rasulullah ﷺ
bersedih karena dia meningal di Makkah."
Nb: Hadits Sa’ad bin Abi Waqqash; Bersedekah sepertiga harta
B. Hadits ‘Itban bin Malik Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
6422-6423 - حَدَّثَنَا مُعَاذُ
بْنُ أَسَدٍ [المروزي]، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ [بن المبارك]، أَخْبَرَنَا
مَعْمَرٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: أَخْبَرَنِي مَحْمُودُ بْنُ الرَّبِيعِ -
وَزَعَمَ مَحْمُودٌ أَنَّهُ عَقَلَ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ، وَقَالَ: وَعَقَلَ مَجَّةً
مَجَّهَا مِنْ دَلْوٍ، كَانَتْ فِي دَارِهِمْ - قَالَ: سَمِعْتُ عِتْبَانَ بْنَ
مَالِكٍ الأَنْصارِيَّ، ثُمَّ أَحَدَ بَنِي سَالِمٍ، قَالَ: غَدَا عَلَيَّ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ ،
فَقَالَ: " لَنْ يُوَافِيَ عَبْدٌ يَوْمَ القِيَامَةِ، يَقُولُ: لاَ إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ، إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ
النَّارَ "
Telah
menceritakan kepada kami Mu'adz bin Asad [Al-Marwaziy], ia berkata: Telah
mengabarkan kepada kami Abdullah [bin Al-Mubarak], ia berkata: Telah
mengabarkan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhriy, dia berkata: Telah mengabarkan
kepadaku Mahmud bin Ar-Rabi' - dan Mahmud mengaku bahwa dia ingat Rasulullah ﷺ,
Az-Zuhriy berkata, "Dan dia (Mahmud) pernah mengingat air yang beliau
semprotkan (melalui mulut) dari ember ketika berada di rumah mereka (kaumnya)-
dia berkata: Saya mendengar 'Itban bin Malik Al-Anshariy -dia adalah
salah seorang dari Bani Salim- dia berkata, 'Rasulullah ﷺ
pernah menemuiku di pagi hari, lalu beliau bersabda, 'Tidak akan pernah merasa
cukup pada hari kiamat kelak, seorang hamba mengucapkan 'Laa ilaaha
illallah' dengan mengharap wajah Allah, melainkan Allah akan mengharamkan
neraka atasnya.'"
Hadits
ini telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara utuh dalam kitab “Ash-Shalaat”,
bab “Al-Masajid fiil Buyuut”, kitab “At-Tahajjud” bab “Shalatun Nawafil
Jama’atan”, dan kitab “Al-Ath’imah” bab “Al-Khazirah”; Dari 'Itban bin Malik
–radhiyallahu ‘anhu-:
أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ ﷺ،
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ أَنْكَرْتُ بَصَرِي، وَأَنَا أُصَلِّي
لِقَوْمِي فَإِذَا كَانَتِ الأَمْطَارُ سَالَ الوَادِي الَّذِي بَيْنِي
وَبَيْنَهُمْ، لَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ آتِيَ مَسْجِدَهُمْ فَأُصَلِّيَ بِهِمْ،
وَوَدِدْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَّكَ تَأْتِينِي فَتُصَلِّيَ فِي بَيْتِي،
فَأَتَّخِذَهُ مُصَلًّى، قَالَ: فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «سَأَفْعَلُ إِنْ
شَاءَ اللَّهُ» قَالَ عِتْبَانُ: فَغَدَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ وَأَبُو بَكْرٍ حِينَ ارْتَفَعَ
النَّهَارُ، فَاسْتَأْذَنَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَأَذِنْتُ لَهُ، فَلَمْ يَجْلِسْ
حَتَّى دَخَلَ البَيْتَ، ثُمَّ قَالَ: «أَيْنَ تُحِبُّ أَنْ أُصَلِّيَ مِنْ
بَيْتِكَ» قَالَ: فَأَشَرْتُ لَهُ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنَ البَيْتِ، فَقَامَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ فَكَبَّرَ، فَقُمْنَا فَصَفَّنَا فَصَلَّى
رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ، قَالَ وَحَبَسْنَاهُ عَلَى خَزِيرَةٍ صَنَعْنَاهَا
لَهُ، قَالَ: فَآبَ فِي البَيْتِ، رِجَالٌ مِنْ أَهْلِ الدَّارِ ذَوُو عَدَدٍ،
فَاجْتَمَعُوا، فَقَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ: أَيْنَ مَالِكُ بْنُ الدُّخَيْشِنِ أَوِ
ابْنُ الدُّخْشُنِ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: ذَلِكَ مُنَافِقٌ لاَ يُحِبُّ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: " لاَ تَقُلْ ذَلِكَ، أَلاَ تَرَاهُ
قَدْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يُرِيدُ بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ "
قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّا نَرَى وَجْهَهُ
وَنَصِيحَتَهُ إِلَى المُنَافِقِينَ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "فَإِنَّ
اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،
يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ"
Dia
pernah menemui Rasulullah ﷺ seraya mengatakan, "Wahai Rasulullah,
pandanganku sudah buruk sedang aku ini sering memimpin salat kaumku. Apabila
turun hujan, maka air menggenangi lembah yang menghalangi antara aku dan
mereka, sehingga aku tidak bisa pergi ke masjid untuk memimpin salat. Aku
menginginkan engkau mengunjungi aku lalu salat di rumahku yang akan aku jadikan
sebagai tempat salat." Mahmud berkata, "Kemudian Rasulullah ﷺ
bersabda kepadanya, "Aku akan lakukan insya Allah." 'Itban berkata,
"Maka berangkatlah Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar ketika siang hari, beliau
lalu meminta izin lalu aku mengizinkannya, dan beliau tidak duduk hingga beliau
masuk ke dalam rumah. Kemudian beliau bersabda, "Mana tempat di rumahmu
yang kau inginkan untuk aku pimpin salat." Maka aku tunjukkan tempat di
sisi rumah. Nabi ﷺ lalu berdiri dan takbir. Sementara kami berdiri membuat shaf di
belakang beliau, beliau salat dua rakaat kemudian salam." 'Itban
melanjutkan, "Lalu kami suguhkan makanan dari daging yang kami masak untuk
beliau. Maka berkumpullah warga desa di rumahku dalam jumlah yang banyak. Salah
seorang dari mereka lalu berkata, "Mana Malik bin Ad-Dukhaisyin atau Ibnu
Ad Dukhsyun?" beberapa orang menjawab, "Dia seorang munafik, iatidak
mencintai Allah dan rasul-Nya." Maka Rasulullah ﷺ
pun bersabda, "Janganlah kamu ucapkan seperti itu. Bukankah kamu tahu dia
telah mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH dengan mengharap wajah Allah?" Orang
itu menjawab, "Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu." 'Itban berkata,
"Kami lihat pandangan dan nasihat beliau itu untuk kaum munafikin.
Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka
bagi orang yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH dengan mengharap ridha
Allah?"
Lihat:
Syarah Kitab Tauhid bab (2): Keutamaan tauhid dan yang menghapuskan dosa-dosa
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi Ma’mud bin Ar-Rabii’ bin
Suraqah, Abu Nu’aim Al-Anshariy Al-Khazrajiy radhiyallahu ‘anhu.
Ia
lahir tahun 4 hijriyah, melihat dan mengingat Nabi ﷺ
saat ia berumur empat atau lima tahun. Ia wafat tahun 99 hijriyah dengan umur
93 tahun. Kebanyakan hadits yang ia riwayatkan dari sahabat Nabi ﷺ.
2.
Biografi ‘Itban bin Malik bin
‘Amr Al-Anshariy Al-Khzrajiy As-Salimy radhiyallahu ‘anhu.
Ia
seorang sahabat Rasulullah ﷺ yang pernah ikut perang Badar dari
kalangan Anshar, ia mengalami kebutaan di masa Nabi ﷺ,
dan wafat di Madinah pada pertengahan kekhalifahan Mu’awiyah radhiyallahu
‘anhu.
3.
Keringanan shalat fardhu di rumah
jika ada halangan.
Lihat: Udzur untuk tidak shalat berjama’ah di mesjid
4.
Ucapan “insyaallah” ketika
merencanakan sesuatu.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَا تَقُولَنَّ
لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا (23) إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ} [الكهف: 23، 24]
Dan
jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, "Aku pasti
melakukan itu besok pagi," kecuali (dengan mengatakan), "Insya
Allah." [Al-Kahf: 23 -
24]
Ø Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
" قَالَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ
عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ: لَأَطُوفَنَّ اللَّيْلَةَ بِمِائَةِ امْرَأَةٍ، تَلِدُ
كُلُّ امْرَأَةٍ غُلاَمًا يُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، فَقَالَ لَهُ المَلَكُ:
قُلْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ، فَلَمْ يَقُلْ وَنَسِيَ، فَأَطَافَ بِهِنَّ، وَلَمْ
تَلِدْ مِنْهُنَّ إِلَّا امْرَأَةٌ نِصْفَ إِنْسَانٍ " قَالَ النَّبِيُّ ﷺ:
"لَوْ قَالَ: إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمْ يَحْنَثْ، وَكَانَ أَرْجَى
لِحَاجَتِهِ"
Sulaiman
bin Dawud 'Alaihimassalam berkata, "Pada malam ini, aku benar-benar
akan menggilir seratus orang isteri, sehingga setiap wanita akan melahirkan
seorang anak yang berjihad di jalan Allah." Lalu Malaikat pun berkata padanya,
"Katakanlah Insya Allah." Namun ternyata ia tidak mengatakannya dan
lupa. Kemudian ia pun menggilir pada malam itu, namun tak seorang pun dari
mereka yang melahirkan, kecuali seorang wanita yang berbentuk setengah manusia.
Nabi ﷺ bersabda: "Sekiranya ia mengatakan Insya Allah niscaya ia
tidak akan membatalkan sumpahnya, dan juga hajatnya akan terkabulkan."
[Shahih Bukhari]
5.
Boleh membawa teman ketika diundang
jika tuan rumah mengizinkan.
6.
Keutamaan Abu Bakr –radhiyallahu ‘anhu-
yang selalu mendampingi Rasulullah ﷺ.
Lihat: Keistimewaan Abu Bakr Ash-Shiddiiq
7.
Minta izin kepada tuan rumah ketika
ingin masuk, duduk atau shalat di rumahnya.
Lihat:
Adab bertamu dalam Islam
8.
Hadits ini dijadikan dalil bahwa
Nabi ﷺ pernah melakukan shalat Dhuha.
Lihat:
Syarah hadits tentang shalat dhuha
9.
Boleh sesekali shalat sunnah secara berjama’ah.
Dari
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya neneknya yang
bernama Mulaikah mengundang Rasulullah ﷺ untuk makan makanan yang ia buat untuknya,
maka Rasulullah memakannya kemudian berkata:
«قُومُوا فَلِأُصَلِّ لَكُمْ»
"Bangkitlah kalian, lalu aku shalat bersama
kalian!"
Anas
berkata:
فَقُمْتُ إِلَى حَصِيرٍ لَنَا، قَدِ
اسْوَدَّ مِنْ طُولِ مَا لُبِسَ، فَنَضَحْتُهُ بِمَاءٍ، فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ،
وَصَفَفْتُ وَاليَتِيمَ وَرَاءَهُ، وَالعَجُوزُ مِنْ وَرَائِنَا، فَصَلَّى لَنَا
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ انْصَرَفَ [صحيح البخاري ومسلم]
"Kemudian
aku mengambil tikar kami yang sudah menghitam karena sudah lama dipakai, lalu
aku memercikkannya dengan air, lalu Rasulullah ﷺ berdiri dan aku mendirikan shaf bersama
seorang anak yatim di belakangnya, dan perempuan tua di belakang kami, lalu
Rasululah ﷺ shalat bersama kami dua raka'at kemudian pergi". [Sahih
Bukhari dan Muslim]
10.
Menghidangkan makanan untuk tamu.
Lihat:
Adab menerima tamu dalam Islam
11.
Menanyakan keadaan saudara seiman.
Lihat: Hadits Handzalah: “Sesaat dan sesaat” (moderasi beragama)
12.
Larangan mengkalim munafiq atau
kafir kepada seseorang secara person.
Dari
Ibnu Umar radiallahu 'anhuma, Rasulullah ﷺ
bersabda:
«إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ
فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا»
"Jika seseorang mengkafirkan saudaranya maka pengkafiran
tersebut akan mengenai salah satu dari keduannya". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ø Dari Tsabit bin Adh
Dhahhak radiallahu 'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«مَنْ رَمَى مُؤْمِنًا
بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Barangsiapa
menuduh seorang mukmin dengan kekafiran, maka dia seperti membunuhnya."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
13.
Ikhlash karena Allah ta’aalaa
adalah syarat utama diterimanya amal ibadah.
Lihat: Syarah Riyadhushalihin Bab (01) Ikhlash
14.
Penetapan sifat “Wajah” bagi Allah ‘azza
wajalla yang tidak sama dengan makhluk.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَا تَدْعُ مَعَ
اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا
وَجْهَهُ} [القصص: 88]
Janganlah
kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun yang lain. Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa,
kecuali wajah Allah.
[Al-Qashash:88]
Lihat: Kaedah nama dan sifat Allah
15.
Buruknya menyerupai sifat orang
munafiq dan bergaul dengannya.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَقَدْ نَزَّلَ
عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا
وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ
غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ
وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا} [النساء:
140]
Dan
sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al-Quran bahwa apabila kamu
mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang
kafir dan munafiq), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka
mengganti pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat
demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan
mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam. [An-Nisaa': 140]
Ø Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ
مِنْهُمْ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia
bagian dari mereka." [Sunan Abi Daud: Sahih]
Lihat: Hadits tentang sifat Nifaq dan Munafiq
16.
Keutamaan kalimat tauhid.
Lihat: Keutamaan Tauhid
17.
Menghukumi seseorang secara dzahirnya
saja.
Usamah
bin Zaid radhiyallahu
'anhu berkata:
بَعَثَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي
سَرِيَّةٍ، فَصَبَّحْنَا الْحُرَقَاتِ مِنْ جُهَيْنَةَ، فَأَدْرَكْتُ رَجُلًا
فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، فَطَعَنْتُهُ فَوَقَعَ فِي نَفْسِي مِنْ
ذَلِكَ، فَذَكَرْتُهُ لِلنَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «أَقَالَ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَقَتَلْتَهُ؟» قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّمَا
قَالَهَا خَوْفًا مِنَ السِّلَاحِ، قَالَ: «أَفَلَا شَقَقْتَ عَنْ قَلْبِهِ حَتَّى
تَعْلَمَ أَقَالَهَا أَمْ لَا؟» فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَيَّ حَتَّى
تَمَنَّيْتُ أَنِّي أَسْلَمْتُ يَوْمَئِذٍ
Rasulullah ﷺ
mengutuskan kami dalam suatu pasukan. Suatu pagi kami sampai di Al-Huraqat,
yakni suatu tempat di daerah Juhainah. Kemudian aku berjumpa seorang lelaki,
lelaki tersebut lalu mengucakan LAA ILAAHA ILLAALLAHU (Tidak ada tuhan
yang berhak disembah selain Allah), namun aku tetap menikamnya. Lalu aku merasa
ada ganjalan dalam diriku karena hal tersebut, sehingga kejadian tersebut aku
ceritakan kepada Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ
lalu bertanya: 'Kenapa kamu membunuh orang yang telah mengucapkan Laa Ilaaha
Illaahu? ' Aku menjawab, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya lelaki itu
mengucap demikian karena takutkan ayunan pedang." "Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu
tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau tidak?" Rasulullah
terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku hingga menyebabkan aku berandai-andai
bahwa aku baru masuk Islam saat itu." [Shahih Muslim]
Ø Dari Abu Sa'id
Al-Khudry radhiyallahu 'anhu:
بَعَثَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ مِنَ اليَمَنِ بِذُهَيْبَةٍ فِي
أَدِيمٍ مَقْرُوظٍ، لَمْ تُحَصَّلْ مِنْ تُرَابِهَا، قَالَ: فَقَسَمَهَا بَيْنَ
أَرْبَعَةِ نَفَرٍ، بَيْنَ عُيَيْنَةَ بْنِ بَدْرٍ، وَأَقْرَعَ بْنِ حابِسٍ،
وَزَيْدِ الخَيْلِ، وَالرَّابِعُ: إِمَّا عَلْقَمَةُ، وَإِمَّا عَامِرُ بْنُ الطُّفَيْلِ،
فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ: كُنَّا نَحْنُ أَحَقَّ بِهَذَا مِنْ هَؤُلاَءِ!،
قَالَ: فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ ﷺ فَقَالَ: «أَلاَ تَأْمَنُونِي وَأَنَا
أَمِينُ مَنْ فِي السَّمَاءِ، يَأْتِينِي خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً»،
قَالَ: فَقَامَ رَجُلٌ غَائِرُ العَيْنَيْنِ، مُشْرِفُ الوَجْنَتَيْنِ، نَاشِزُ
الجَبْهَةِ، كَثُّ اللِّحْيَةِ، مَحْلُوقُ الرَّأْسِ، مُشَمَّرُ الإِزَارِ،
فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اتَّقِ اللَّهَ!، قَالَ: «وَيْلَكَ، أَوَلَسْتُ
أَحَقَّ أَهْلِ الأَرْضِ أَنْ يَتَّقِيَ اللَّهَ» قَالَ: ثُمَّ وَلَّى الرَّجُلُ،
قَالَ خَالِدُ بْنُ الوَلِيدِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلاَ أَضْرِبُ عُنُقَهُ؟
قَالَ: «لاَ، لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ يُصَلِّي» فَقَالَ خَالِدٌ: وَكَمْ مِنْ
مُصَلٍّ يَقُولُ بِلِسَانِهِ مَا لَيْسَ فِي قَلْبِهِ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
«إِنِّي لَمْ أُومَرْ أَنْ أَنْقُبَ عَنْ قُلُوبِ النَّاسِ وَلاَ أَشُقَّ
بُطُونَهُمْ»
Ali
bin Abu Thalib mengirimkan sebatang emas yang belum diangkat dari cetakannya
kepada Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ
membagikannya kepada empat orang: 'Uyainah bin Badr, Aqra bin Habis, Zaid Al
Khail, dan yang keempat adalah Alqamah atau 'Amir bin Thufail. Melihat hal itu,
salah seorang sahabatnya berkata; "Kami lebih berhak atas emas tersebut
daripada orang-orang ini." Ketika kabar itu didengar Rasulullah ﷺ, Rasulullah ﷺ bersabda: 'Tidakkah kalian mempercayaiku
padahal aku adalah orang yang terpercaya dari langit (surga)? Aku menerima
kabar dari langit, pagi hari maupun sore hari.' Tiba-tiba seorang laki-laki
dengan mata cekung, tulang pipi cembung, dahi menonjol, berjanggut lebat,
berkepala gundul dan melipat kain sarungnya, ia berdiri dan berkata; 'Ya
Rasulullah! Takutlah kepada Allah.' Rasulullah menjawab: "Celakalah
engkau, bukankah aku yang lebih pantas menjadi penghuni dunia yang paling
bertakwa kepada Allah?" Kemudian orang tersebut pergi, dan Khalid bin
Walid berkata: Ya Rasulullah, bagaimana kalau aku penggal leher orang tersebut?
Rasulullah berkata: "Jangan, siapa tau ia juga mendirikan shalat".
Khalid berkata: Berapa banyak ornag yang shalat, mengucapkan sesuatu yang tidak
sesuai dengan hatinya. Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya aku tidak
diperintahkan untuk memeriksa hati manusia, dan tidak pula untuk membelah
perutnya". [Shahih Bukhari dan Muslim]
C. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
6424 - حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ [الإسكندراني]، عَنْ
عَمْرٍو [بن أبي عمرو مولى المطلب]، عَنْ سَعِيدٍ المَقْبُرِيِّ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: " يَقُولُ اللَّهُ
تَعَالَى: مَا لِعَبْدِي المُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ، إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ
مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ، إِلَّا الجَنَّةُ "
Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami
Ya'qub bin Abdurrahman [Al-Iskandaraniy], dari 'Amru [bin Abi ‘Amr maula
Al-Muthalib], dari Sa'id Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah ﷺ bersabda: "Allah Ta'ala berfirman: "Tidak ada
balasan yang sesuai di sisi-Ku bagi hamba-Ku yang beriman, jika Kucabut nyawa
orang yang dicintainya di dunia, lalu ia rida dan bersabar, melainkan baginya
surga.'"
Nb: Hadits ini telah dijelaskan dalam Syarah Riyadhushalihin, Bab (3): Sabar, hadits kedelapan
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...