بسم الله الرحمن
الرحيم
Ayat pertama; Firman Allah ta’aalaa:
{وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا
مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَاماً} [الفرقان:74]
Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” [Al-Furqan: 74]
Penjelasan
singkat ayat ini:
1.
Berdo’a agar diberi keluarga yang
baik.
{رَبِّ
اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ
دُعَاءِ}
“Ya Tuhanku,
jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, Ya
Tuhan kami, perkenankanlah doaku". [Ibrahim:
40 - 41]
{رَبِّ أَوْزِعْنِي
أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ
أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ
إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ}
“Ya Tuhanku,
tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan
kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada
anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri". [Al-Ahqaaf:15]
Lihat: Do'a dalam Al-Qur'an
2.
Berdo’a agar dijadikan pemimpin dan
panutan dalam kebaikan.
Allah subhanahu
wata'aalaa berfirman:
{وَاِذِ ابْتَلاى
اِبْراهٍمَ رَبُّهً بِكَلِماتٍ فَاَتَمَّهُنَّ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ
اِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّالِمِيْنَ} [البقرة: 124]
Dan (ingatlah),
ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya
dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan
engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia." Dia (Ibrahim) berkata,
"Dan (juga) dari anak cucuku?" Allah berfirman, "(Benar, tetapi)
janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim." [Al-Baqarah: 124]
Lihat: Meneladani kesabaran Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
Ayat kedua; Firman Allah ta’aalaa:
{وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ
بِأَمْرِنَا} [الأنبياء: 73]
Kami telah menjadikan mereka itu (Ishak
dan Ya'qub) sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami.
[Al-Anbiyaa':73]
Penjelasan
singkat ayat ini:
1)
Kepemimpinan dan kedudukan mulia tidak akan didapatkan
kecuali dengan bersabar atas segala rintangan dan cobaan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا
صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُون} [السجدة: 24]
Dan kami jadikan di antara mereka itu
pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka
sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami. [As-Sajdah:24]
2)
Pemimpin yang baik adalah yang senantiasa mengikuti
pentunjuk Allah dan RasulNya.
Lihat: Pemimpin yang baik dan yang buruk
Hadits pertama:
1/171- عَنْ أَبَي عَمروٍ جَرير بنِ عبدِ
اللَّه رضي اللَّه عنه، قال: كُنَّا في صَدْر النَّهارِ عِنْد رسولِ اللَّه
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم فَجاءهُ قوْمٌ عُرَاةٌ مُجْتابي النِّمار أَو
الْعَباءِ. مُتَقلِّدي السُّيوفِ عامَّتُهمْ من مضر، بَلْ كُلُّهُمْ مِنْ مُضرَ،
فَتمعَّر وجهُ رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، لِما رَأَى بِهِمْ مِنْ
الْفَاقة، فدخلَ ثُمَّ خَرَجَ، فَأَمر بِلالاً فَأَذَّن وأَقَامَ، فَصلَّى ثُمَّ
خَطبَ، فَقالَ: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ} إِلَى آخِرِ الآية: {إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيباً}، وَالآيةُ الأُخْرَى الَّتِي في آخر الْحشْرِ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ} "تَصدَّق
رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ مِنْ دِرْهَمهِ مِنْ ثَوْبِهِ مِنْ صَاع بُرِّه مِنْ صَاعِ
تَمرِه" حَتَّى قَالَ: "وَلوْ بِشقِّ تَمْرةٍ" فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ
الأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كادتْ كَفُّهُ تَعجزُ عَنْهَا، بَلْ قَدْ عَجزتْ، ثُمَّ
تَتابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْميْنِ مِنْ طَعامٍ وَثيابٍ، حتَّى رَأَيْتُ
وجْهَ رسولِ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم، يَتهلَّلُ كَأَنَّهُ مذْهَبَةٌ،
فَقَالَ رسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: "مَنْ سَنَّ في
الإِسْلام سُنةً حَسنةً فَلَهُ أَجْرُهَا، وأَجْرُ منْ عَملَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ
مِنْ غَيْرِ أَنْ ينْقُصَ مِنْ أُجُورهِمْ شَيءٌ، ومَنْ سَنَّ في الإِسْلامِ
سُنَّةً سيَّئةً كَانَ عَليه وِزْرها وَوِزرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بعْده مِنْ
غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزارهمْ شَيْءٌ" رواه مسلم.
Dari Abi ‘Amr Jarir bin Abdillah radhiyallahu
'anhu, ia berkata: Pada suatu pagi, ketika kami berada dekat Rasulullah ﷺ, tiba-tiba datang segerombongan orang
tanpa sepatu, dan berpaiakan selembar kain yang diselimutkan ke badan mereka
sambil menyandang pedang. Kebanyakan mereka, mungkin seluruhnya berasal dari
suku Mudhar. Ketika melihat mereka, wajah Rasulullah ﷺ
terharu lantaran kemiskinan mereka. Beliau masuk ke rumahnya dan keluar lagi. Maka
disuruhnya Bilal azan dan iqamah, sesudah itu beliau salat. Sesudah salat,
beliau berpidato. Beliau membacakan firman Allah, {Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri…,}
hingga akhir ayat, {Sesungguhnya Allah selalu mengawasi kalian} kemudian
ayat yang terdapat dalam surah Al Hasyr, {Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah…,}.
Mendengar khotbah Nabi ﷺ itu, serta merta
seorang laki-laki menyedekahkan dinar dan dirhamnya, pakaiannya, satu sha'
gandum, satu sha' kurma sehingga Nabi ﷺ
bersabda, "Meskipun hanya dengan setengah biji kurma." Maka datang
pula seorang laki-laki Anshar membawa sekantong yang hampir tak tergenggam oleh
tangannya, bahkan tidak terangkat. Demikianlah, akhirnya orang-orang lain pun
mengikuti pula memberikan sedekah mereka, sehingga kelihatan olehku sudah
terkumpul dua tumpuk makanan dan pakaian, sehingga kelihatan olehku wajah
Rasulullah ﷺ berubah menjadi
bersinar bagaikan emas. Maka Rasulullah ﷺ
pun bersabda, "Barang siapa yang memulai mengerjakan perbuatan baik dalam
Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mencontoh perbuatan
itu, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang memulai
kebiasaan buruk, maka dia akan mendapatkan dosanya, dan dosa orang yang
mengikutinya dengan tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun." [Shahih
Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Biografi
Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Boleh
menyampaikan khutbah/nasehat setelah shalat.
Zaid bin Khalid Al-Juhainiy radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memimpin kami
shalat Shubuh di Hudaibiyyah pada suatu malam sehabis turun hujan. Selesai
shalat beliau menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda:
"هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ
رَبُّكُمْ؟"
"Tahukah kalian apa yang sudah
difirmankan oleh Rabb kalian?"
Orang-orang menjawab: "Allah dan
rasul-Nya lebih mengetahui."
Beliau lalu bersabda:
"أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي
وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ،
فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: بِنَوْءِ كَذَا
وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي مُؤْمِنٌ بِالكَوْكَبِ" [صحيح البخاري ومسلم]
"Allah berfirman: 'Di pagi ini ada
hamba-hamba Ku yang menjadi Mukmin kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Orang
yang berkata, 'Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya',
maka dia adalah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun
yang berkata, 'Hujan turun disebabkan bintang ini dan itu', maka dia telah
kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang'." [Sahih Bukhari dan
Muslim]
3. Mengawali
khutbah dengan ayat tentang perintah bertaqwa.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
'anhu berkata:
" عَلَّمَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَةَ الْحَاجَةِ أَنِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِهِ مِنْ شُرُورِ
أَنْفُسِنَا، مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا
هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا {اتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا} [النساء: 1] {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ} [آل عمران: 102] {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا} [الأحزاب: 71] [سنن أبي داود: صحيح]
Rasulullah ﷺ
telah mengajarkan kepada khotbah hajah, yaitu: (Segala puji bagi Allah, kami
memuji dan memohon pertolongan serta ampunan kepada-Nya, dan berlindung kepada
Allah dari keburukan diri kita, barang siapa yang Allah beri petunjuk maka
tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka
tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba serta rasul-Nya.
Hai orang-orang yang beriman, {bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu}
[An-Nisaa’: 1] {Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam} [Ali ‘Imran: 102] {Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya ia
telah mendapat kemenangan yang besar}. [Al-Ahzab: 71] [Sunan Abi Daud:
Shahih]
4. Anjuran
bersedekah semampunya.
Dari Adiy bin Hatim radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَإِنْ لَمْ تَجِدْ
فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Jauhilah neraka walau hanya
bersedekah dengan sepotong kurma, kalau tidak dapat maka dengan perkataan yang
baik". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Keutamaan zakat, infaq, dan sedekah dalam As-Sunnah
5. Menampakkan
sedekah agar menjadi teladan.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا
وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ
سَيِّئَاتِكُمْ} [البقرة: 271]
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka
itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu. [Al-Baqarah:271]
6. Keutamaan
memberi teladan yang baik dan bahaya memberi teladan yang buruk.
Dari Watsilah bin Al-Asqa' radhiyallahu
'anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ
أَجْرُهَا مَا عَمِلَ بِهِ فِي حَيَاتِهِ وَبَعْدَ مَمَاتِهِ حَتَّى تتْركَ،
وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعَلَيْهِ إِثْمُهَا حَتَّى تتْركَ، وَمَنْ مَاتَ
مُرَابِطًا جَرَى عليه عمل الْمُرَابِطِ حَتَّى يُبْعَثَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» [رواه
الطبراني]
"Barangsiapa dapat memberikan suri
tauladan yang baik, maka ia diberi pahalanya sebanyak yang diperoleh
orang-orang yang mengamalkannya selama hidupnya dan setelah matinya sampai ia
tinggalkan. Dan barangsiapa memberikan suri tauladan yang buruk, maka ia diberi
dosanya sampai ia meninggalkannya. Dan barangsiapa yang wafat dalam keadaan
menjaga perbatasan maka berlaku padanya amalan orang yang menjaga di perbatasan
sampai ia dibangkitkan pada hari kiamat' [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy]
Hadits kedua:
2/172-وعن ابن مسعودٍ رضي اللَّه عنه
أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "لَيْسَ مِنْ نفْسٍ
تُقْتَلُ ظُلماً إِلاَّ كَانَ عَلَى ابنِ آدمَ الأوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دمِهَا
لأَنَّهُ كَان أَوَّل مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ" متفقٌ عَلَيهِ.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu
'anhu; Bahwasanya Nabi ﷺ bersabda,
"Tidaklah seseorang dibunuh secara zalim, melainkan anak Adam yang pertama
turut menanggung dosanya." Adakalanya Sufyan menyebutkan dengan redaksi,
"Menanggung dosa darah yang ditumpahkan, sebab dialah yang pertama-tama
melakukan (dosa pembunuhan)." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Biografi Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2)
Larangan membunuh manusia yang haram darahnya ditumpahkan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ
خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا
عَظِيمًا} [النساء: 93]
Dan barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan
Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar
baginya. [An-Nisaa': 93]
Ø Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu berkata: Aku
pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ:
كُفْرٌ بَعْدَ إِسْلَامٍ، أَوْ زِنًا بَعْدَ إِحْصَانٍ، أَوْ قَتْلُ نَفْسٍ
بِغَيْرِ نَفْسٍ "
"Tidak halal darah seorang
muslim kecuali karena tiga hal; kafir setelah beriman, zina setelah nikah, dan
membunuh jiwa orang lain." [Sunan Abi Daud: Shahih]
3)
Anak Adam yang pertama memberi teladan dalam membunuh
secara dzalim.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ
نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ
أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (27) لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ
يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي
أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ (28) إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي
وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ
(29) فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ
الْخَاسِرِينَ (30) فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْضِ لِيُرِيَهُ
كَيْفَ يُوَارِي سَوْءَةَ أَخِيهِ قَالَ يَاوَيْلَتَا أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ
مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِي فَأَصْبَحَ مِنَ
النَّادِمِينَ} [المائدة: 27 - 31]
Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya
kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan
kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan
dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti
membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal)
dari orang yang bertakwa.” ”Sungguh, jika engkau (Qabil) menggerakkan tanganmu
kepadaku untuk membunuhku, aku tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh alam.” ”Sesungguhnya aku
ingin agar engkau kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu
sendiri, maka engkau akan menjadi penghuni neraka; dan itulah balasan bagi
orang yang zalim.” Maka nafsu (Qabil) mendorongnya untuk membunuh saudaranya,
kemudian dia pun (benar-benar) membunuhnya, maka jadilah dia termasuk orang
yang rugi. Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk
diperlihatkan kepadanya (Qabil). Bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat
saudaranya. Qabil berkata, “Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat
seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?”
Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal. [Al-Ma'idah: 27-31]
4)
Dampak buruk sifat hasad.
Dari Az-Zubair bin Al 'Awwam radhiyallahu
'anhu; Nabi ﷺbersabda:
"دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الأُمَمِ قَبْلَكُمْ: الحَسَدُ
وَالبَغْضَاءُ، هِيَ الحَالِقَةُ، لَا أَقُولُ تَحْلِقُ الشَّعَرَ وَلَكِنْ
تَحْلِقُ الدِّينَ" [سنن الترمذي: حسن]
“Penyakit umat-umat sebelum kalian merayap mendatangi kalian;
hasad dan kebencian, itu memangkas. Aku tidak mengatakan memangkas rambut tapi
memangkas agama." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Lihat: Hadits “Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara”
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Riyadhushalihin Bab (18): Larangan bid’ah dan perkara baru dalam agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...