Senin, 22 Januari 2024

Kitab Ar-Riqaq, bab 42; Sakaratul maut

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"بَابُ سَكَرَاتِ المَوْتِ"

“Bab: Sakaratul maut

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan seputar kematian karena jika seseorang senantiasa mengingat mati maka ia tidak akan terlalu terbebani dengan perkara dunia dan lebih banyak menyibukkan diri dengan persiapan akhiratnya.

Ada enam hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam bab ini, tiga diantaranya dari Aisyah, dan satu hadits masing-masing dari Abu Qatadah, Anas, dan Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhum.

A.    Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha yang pertama.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6510 - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدِ بْنِ مَيْمُونٍ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ سَعِيدٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِي [عَبد الله بن عُبيد الله] ابْن أَبِي مُلَيْكَةَ، أَنَّ أَبَا عَمْرٍو ذَكْوَانَ مَوْلَى عَائِشَةَ، أَخْبَرَهُ: أَنَّ عَائِشَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، كَانَتْ تَقُولُ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ رَكْوَةٌ - أَوْ عُلْبَةٌ فِيهَا مَاءٌ، يَشُكُّ عُمَرُ - فَجَعَلَ يُدْخِلُ يَدَيْهِ فِي المَاءِ، فَيَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ، وَيَقُولُ: «لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ» ثُمَّ نَصَبَ يَدَهُ فَجَعَلَ يَقُولُ: «فِي الرَّفِيقِ الأَعْلَى» حَتَّى قُبِضَ وَمَالَتْ يَدُهُ.

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin 'Ubaid bin maimun, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus, dari Umar bin Sa'id, ia mengatakan: Telah meberitakan kepadaku [Abdullah bin ‘Ubaidillah] Ibnu Abi Mulaikah, bahwasanya Amru bin Dzakwan pembantu 'Aisyah memberitakan kepadanya bahwa 'Aisyah radhiallahu'anha mengatakan; Di depan Rasulullah ada kantong kulit atau bejana berisi air -Umar ragu kepastiannya--, lantas beliau masukkan kedua tangannya dalam air dan beliau usap wajahnya dengan keduanya dan beliau ucapkan, "Laa-ilaaha-illallah, sungguh kematian diriingi sekarat, sungguh kematian diriingi sekarat, " kemudian beliau julurkan tangannya dan berseru, "Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku yang tertinggi, " hingga akhirnya beliau wafat dan tangannya dalam keadaan miring.

قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ [البخاري]: «العُلْبَةُ مِنَ الخَشَبِ، وَالرَّكْوَةُ مِنَ الأَدَمِ»

Abu Ubaidullah [Al-Bukhari] mengatakan: 'Al-‘Ulbah adalah bejana kayu sedangkan Ar-Rakwah adalah kantung air dari kulit.'

Nb: Sebagian lafadz hadits ini sudah dijelaskan pada bab sebelumnya.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Mengucapkan “lailaaha illallah” ketika mendapati sesuatu yang sulit.

Zainab bint Jahsy radhiyallahu 'anha; Rasulullah datang kepadanya dalam keadaan kaget dan berkata:

«لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فُتِحَ اليَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ» وَحَلَّقَ بِإِصْبَعِهِ الإِبْهَامِ وَالَّتِي تَلِيهَا، قَالَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ جَحْشٍ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ: «نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah, celakalah org Arab dari keburukan yang sudah dekat, telah dibuka hari ini dinding yg mengurung Ya'juj dan Ma'juj seperti ini". Rasulullah melingkarkan ibu jarinya dengan telunjuk. Zainab bertanya: Ya Rasulullah, apakah kami akan dibinasakan padahal diantara kami ada orang-orang yang salih? Rasulullah menjawab: "Iya, jika keburukan (maksiat) sudah banyak". [Sahih Bukhari dan Muslim]

2.      Beratnya beban kematian.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ} [ق: 19]

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. [Qaaf: 19]

Ø  Aisyah radhiyallahu'anha berkata:

«مَا أَغْبِطُ أَحَدًا بِهَوْنِ مَوْتٍ بَعْدَ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ شِدَّةِ مَوْتِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Aku tidak iri terhadap seseorang karena mudahnya kematian dia setelah melihat sulitnya kematian Rasulullah ." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Dari Buraidah radhiyallahu'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«المُؤْمِنُ يَمُوتُ بِعَرَقِ الجَبِينِ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Orang beriman meninggal dunia dengan keringat di dahi (karena beratnya kematian)". [Sunan Tirmidzi: Sahih]

B.     Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha yang kedua.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6511 - حَدَّثَنِي صَدَقَةُ [بن الفضل المروزي]، أَخْبَرَنَا عَبْدَةُ [بن سليمان]، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: كَانَ رِجَالٌ مِنَ الأَعْرَابِ جُفَاةً، يَأْتُونَ النَّبِيَّ فَيَسْأَلُونَهُ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَكَانَ يَنْظُرُ إِلَى أَصْغَرِهِمْ فَيَقُولُ: «إِنْ يَعِشْ هَذَا لاَ يُدْرِكْهُ الهَرَمُ حَتَّى تَقُومَ عَلَيْكُمْ سَاعَتُكُمْ»، قَالَ هِشَامٌ: يَعْنِي مَوْتَهُمْ

Telah menceritakan kepadaku Shadaqah [bin Al-Fadhl Al-Marwaziy], ia berkata: Telah memberitakan kepada kami 'Abdah [bin Sulaiman], dari Hisyam, dari Ayahnya, dari 'Aisyah mengatakan, Ada beberapa laki-laki Arab Badui yang keras perangainya mendatangi Nabi , mereka bertanya kepada beliau kapan kematian terjadi? Kontan beliau melihat yang paling muda diantara mereka sembari mengatakan, "Jika anak ini hidup, niscaya belum ia lanjut usia, hingga telah kalian temui kiamat kalian”. Hisyam berkata: “Yaitu kematian kalian."

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Sikap Arab badui yang sering kasar dan acuh.

2)      Sebab hari kiamat dinamai “As-Sa’ah” yang berarti sesaat.

Pertama: Karena cepatnya perhitungan hari kiamat. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{ثُمَّ رُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ أَلَا لَهُ الْحُكْمُ وَهُوَ أَسْرَعُ الْحَاسِبِينَ} [الأنعام: 62]

Kemudian mereka (hamba-hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. Ketahuilah bahwa segala hukum (pada hari itu) ada pada-Nya. Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat. [Al-An'am: 62]

Kedua: Karena cepatnya hari kiamat itu terjadi. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ} [الأحقاف: 35]

Mereka merasa seolah-olah mereka tinggal (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari. [Al-Ahqaf: 35]

3)      Dalam riwayat lain disebutkan nama anak tersebut yaitu Muhammad dari suku Azdi Syanu’ah sekutu Anshar, pelayan Al-Mugirah bin Syu’bah, dan sebaya dengan Anas bin Malik.

Anas radhiyallahu 'anhu berkata:

أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللهِ : مَتَى تَقُومُ السَّاعَةُ؟ وَعِنْدَهُ غُلَامٌ مِنَ الْأَنْصَارِ، يُقَالُ لَهُ مُحَمَّدٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : «إِنْ يَعِشْ هَذَا الْغُلَامُ، فَعَسَى أَنْ لَا يُدْرِكَهُ الْهَرَمُ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ» [صحيح مسلم]

Anas seseorang bertanya kepada Rasulullah kapan terjadinya kiamat dan di dekatnya ada anak kecil dari Anshar bernama Muhammad, beliau menjawab, "Bila anak ini masih hidup, mungkin ia tidak sampai tua hingga kiamat terjadi." [Shahih Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain;

فَسَكَتَ رَسُولُ اللهِ هُنَيْهَةً، ثُمَّ نَظَرَ إِلَى غُلَامٍ بَيْنَ يَدَيْهِ مِنْ أَزْدِ شَنُوءَةَ، فَقَالَ: «إِنْ عُمِّرَ هَذَا، لَمْ يُدْرِكْهُ الْهَرَمُ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ» قَالَ: قَالَ أَنَسٌ: ذَاكَ الْغُلَامُ مِنْ أَتْرَابِي يَوْمَئِذٍ [صحيح مسلم]

Rasulullah terdiam sejenak lalu melihat anak kecil dari Azd Syanu`ah yang ada di depan beliau, beliau menjawab, "Bila anak ini masih hidup, ia tidak sampai tua hingga kiamat terjadi." Anas berkata: Anak itu sebayaku saat itu. [Shahih Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain;

مَرَّ غُلَامٌ لِلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ، وَكَانَ مِنْ أَقْرَانِي، فَقَالَ النَّبِيُّ : «إِنْ يُؤَخَّرْ هَذَا، فَلَنْ يُدْرِكَهُ الْهَرَمُ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ» [صحيح مسلم]

Pelayan Al-Mughirah bin Syu'bah, sebayaku, melintasi lalu Nabi bersabda, "Bila anak ini panjang umur, ia tidak sampai tua hingga kiamat terjadi." [Shahih Muslim]

4)      Para sahabat banyak menanyakan tentang hari kiamat.

Diantara sebabnya:

a.       Karena sering mendengarkannya saat disebutkan dalam Al-Qur’an.

b.      Karena takut akan kedatangannya.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ قَرِيبٌ (17) يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ أَلَا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ} [الشورى: 17، 18]

Dan tahukah kamu, boleh jadi hari kiamat itu (sudah) dekat? Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa Sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. [Asy-Syuuraa: 17-18]

c.       Agar mereka bisa mempersiapkan diri.

Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata; Saya bersama dengan Rasulullah , tiba-tiba datang seorang laki-laki Anshar kepada beliau, lalu dia mengucapkan salam kepada Nabi dan bertanya:

أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: «أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ» [سنن ابن ماجه: حسن]

"Orang mukmin yang bagaimanakah yang paling bijak?" Beliau menjawab, "Orang yang paling banyak mengingat kematian, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian, merekalah orang-orang yang bijak." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]

5)      Kematian seseorang adalah kiamat baginya.

'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Nabi shalat Isya bersama kami di akhir hayatnya. Setelah selesai memberi salam beliau berdiri dan bersabda:

«أَرَأَيْتَكُمْ لَيْلَتَكُمْ هَذِهِ، فَإِنَّ رَأْسَ مِائَةِ سَنَةٍ مِنْهَا، لاَ يَبْقَى مِمَّنْ هُوَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ أَحَدٌ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidakkah kalian perhatikan malam kalian ini? Sesungguhnya pada penghujung seratus tahun darinya tidak akan tersisa seorangpun dari muka bumi ini." [Shahih Bukhari dan Muslim]

6)      Rasulullah menjawab satu pertanyaan dengan jawaban yang beragam karena menyesuaikan jawaban dengan kondisi si penanya.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ ﷺ عَنِ السَّاعَةِ، فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: «وَمَاذَا أَعْدَدْتَ لَهَا». قَالَ: لاَ شَيْءَ، إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ﷺ، فَقَالَ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ». قَالَ أَنَسٌ: فَمَا فَرِحْنَا بِشَيْءٍ، فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِيِّ ﷺ: «أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ» قَالَ أَنَسٌ: «فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِيَّ ﷺ وَأَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّي إِيَّاهُمْ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ»

Seorang Sahabat bertanya kepada Rasulullah : Kapan hari kiamat tiba? Rasulullah balik bertanya: "Apa yang sudah engkau persiapkan untuk menghadapinya?" Sahabat tersebut menjawab: Tidak ada yang spesial, kecuali cintaku kepada Allah dan Rasul-Nya .  Rasulullah bersabda: "Engkau akan bersama siapa yang kau cinta di akhirat nanti". Anas berkata: Tidak pernah kami gembira seperti kegembiraan kami mendengar sabda Rasulullah ini. Anas berkata: Sesungguhnya aku mencintai Rasulullah ,  Abu Bakr, dan Umar, dan berharap bisa bersama mereka di akhirat dengan cintaku kepada mereka sekalipun amalanku tidak seperti dengan amalan mereka. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:

بَيْنَمَا النَّبِيُّ ﷺ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ القَوْمَ، جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُحَدِّثُ، فَقَالَ بَعْضُ القَوْمِ: سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ. وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ لَمْ يَسْمَعْ، حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ: «أَيْنَ - أُرَاهُ - السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ» قَالَ: هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»، قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: «إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ»

Ketika Nabi berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya, "Kapan datangnya hari kiamat?" Namun Nabi tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata, "Beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu, " Dan ada pula sebagian yang mengatakan, "Bahwa beliau tidak mendengar perkataannya." Hingga akhirnya Nabi menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata, "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?" Orang itu berkata, "Saya wahai Rasulullah!". Maka Nabi bersabda, "Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat". Orang itu bertanya, "Bagaimana hilangnya amanat itu?" Nabi menjawab, "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat". [Shahih Bukhari]

Lihat: Kitab Ilmu bab 2; Siapa yang ditanya suatu ilmu sedangkan ia sedang sibuk dalam pembicaraannya

C.     Hadits Abu Qatadah bin Rib’iy Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6512 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ [بن أبي أويس]، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ، عَنْ مَعْبَدِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِي قَتَادَةَ بْنِ رِبْعِيٍّ الأَنْصَارِيِّ، أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ، فَقَالَ: «مُسْتَرِيحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا المُسْتَرِيحُ وَالمُسْتَرَاحُ مِنْهُ؟ قَالَ: «العَبْدُ المُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ، وَالعَبْدُ الفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ العِبَادُ وَالبِلاَدُ، وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ»

Telah menceritakan kepada kami Ismail [bin Abi Uwais], ia mengatakan: Telah menceritakan kepadaku Malik, dari Muhammad bin Amru bin Halhalah, dari Ma'bad bin Ka'b bin Malik, dari Abu Qatadah bin Rib'iy Al-Anshariy, ia menceritakan bahwasanya Rasulullah pernah dilewati jenazah, kemudian beliau bersabda, "Telah tiba gilirannya seorang mendapat kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman." Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, apa maksud Anda ada orang mendapat kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman?' Jawab Nabi, "Seorang hamba yang mukmin akan memperoleh kenyamanan dari kelelahan dunia dan kesulitan-kesulitannya menuju rahmat Allah, sebaliknya hamba yang jahat, manusia, negara, pepohonan atau hewan menjadi nyaman karena kematiannya."

6513 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا يَحْيَى [القطان]، عَنْ عَبْدِ رَبِّهِ بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَلْحَلَةَ، حَدَّثَنِي ابْنُ كَعْبٍ، عَنْ أَبِي قَتَادَةَ، عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: «مُسْتَرِيحٌ وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ، المُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ»

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya [Al-Qathan], dari Abdurabbih bin Sa'id, dari Muhammad bin Amru bin Halhalah, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Ibnu Ka'b, dari Abu Qatadah, dari Nabi , bersabda, "Telah tiba giliran seseorang memperoleh kenyamanan atau yang lain menjadi nyaman. Seorang mukmin, dialah yang memperoleh kenyamanan itu."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Qatadah bin Rib'iy Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu.

Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah “Al-Harits”, ada yang mengatakan “Amr”, dan ada yang mengatakan “An-Nu’man”. Beliau ikut pada perang Uhud dan peperangan lainnya bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Wafat tahun 45 H di Madinah.

2.      Sesekali memberi nasehat ketika ada jenazah.

3.      Menanyakan sesuatu yang tidak dipahami.

4.      Dunia penuh dengan beban ujian.

5.      Orang beriman merasakan ketenangan setelah kematiannya.

6.      Orang fajir dengan keburukannya adalah bagian dari beban ujian dunia.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ} [آل عمران: 186]

Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan. [Ali 'Imran: 186]

7.      Orang fajir akan merasakan beban kehidupan akhirat.

8.      Berbuat baik bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada negri, tanaman, dan hewan.

Berbuat baik kepada negri dengan tidak merusaknya dan tidak melakukan maksiat di atasnya karena maksiat menyebabkan kerusan negri.

9.      Hubungan hadits ini dengan bab ini.

Sakaratul maut akan menimpa siapa saja, baik itu orang yang beriman dan taat atau kafir pelaku maksiat. Jika ia beriman maka akan menghapuskan dosa-dosanya atau mengangkat derajatnya.

Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu berkata:

"مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِينِ، تَبْقَى عَلَيْهِ الْبَقِيَّةُ مِنَ الذُّنُوبِ، فَيُحَارَفُ بِهَا عِنْدَ الْمَوْتِ، أَيْ: يُقَايَسُ بِهَا، فَتَكُونُ كَفَّارَةً لِذُنُوبِهِ". [شرح السنة للبغوي]

“Kematian seorang mu’min dengan keringat di dahi, tersisa darinya dosa-dosa maka dibalas dengan ketika wafat sehingga menjadi penghapus dosa-dosanya”. [Syahussunnah karya Al-Bagawiy]

Ø  Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullah berkata:

«مَا أُحِبُّ أَنْ تُهَوَّنَ عَلَيَّ سَكَرَاتُ الْمَوْتِ إِنَّهُ آخِرُ مَا يُكَفَّرُ بِهِ عَنِ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ» [الزهد لأحمد بن حنبل]

“Aku tidak suka diringankan untukku sakaratul maut, sesungguhnya itu adalah akhir dari sesuatu yang menghapuskan dosa-dosa dari seorang muslim”. [Az-Zuhd karya Ahmad bin Hambal]

D.    Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6514 - حَدَّثَنَا الحُمَيْدِيُّ [عبد الله بن الزبير]، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عيينة]، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ، سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : " يَتْبَعُ المَيِّتَ ثَلاَثَةٌ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ: يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ "

Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidiy [Abdullah bin Az-Zubair], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [bin ‘Uyainah], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abu Bakar bin Amru bin Hazm, ia mendengar Anas bin Malik menuturkan, Rasulullah bersabda, "Mayyit diiringi tiga hal, yang dua akan kembali sedang yang satu terus menyertainya, ia diiringi oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Harta dan keluarganya akan kembali, sedang amalnya akan terus tetap bersamanya."

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Syarah Riyadhushalihin Bab (11) Mujahadah, hadits kesepuluh

E.     Hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6515 - حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ [محمد بن الفضل]، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : " إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمْ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ، غُدْوَةً وَعَشِيًّا، إِمَّا النَّارُ وَإِمَّا الجَنَّةُ، فَيُقَالُ: هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى تُبْعَثَ إِلَيْهِ "

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'man [Muhammad bin Al-Fadhl], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, dari Ayyub, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar radhiallahu'anhuma, ia berkata: Rasulullah bersabda: "Jika salah seorang di antara kalian meninggal, huniannya akan diperlihatkan di waktu pagi dan sore hari, baik itu neraka ataupun surga. Lantas dikatakan kepadanya: 'Ini adalah hunianmu kelak hingga engkau dibangkitkan kembali untuknya."

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Biografi Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2)      Kedudukan surga atau nereka bagi setiap orang sudah ditetapkan oleh Allah ta’aalaa.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata:

كَانَ النَّبِيُّ فِي جَنَازَةٍ، فَأَخَذَ شَيْئًا فَجَعَلَ يَنْكُتُ بِهِ الأَرْضَ، فَقَالَ: «مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنَ النَّارِ، وَمَقْعَدُهُ مِنَ الجَنَّةِ» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَفَلاَ نَتَّكِلُ عَلَى كِتَابِنَا، وَنَدَعُ العَمَلَ؟ قَالَ: «اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ، أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ، وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ»، ثُمَّ قَرَأَ: {فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى (5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (6) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (7) وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى} [الليل: 5 - 10]

Suatu hari Rasulullah menghadiri jenazah, dan beliau mengambil sesuatu dan mengkorek-korek tanah lalu bersabda: " Tidaklah seseorang dari kalian kecuali telah dicatat tempatnya di neraka atau di surga". Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana kalau kita pasrah saja dengan takdir kita dan meninggalkan usaha? Rasulullah bersabda: " Berusahalah, karena segala sesuatunya akan berjalan mudah sesuai dengan takdirnya. Adapun orang yang bahagia akan dimudahkan baginya jalan kebahagiaan, dan adapun orang yang susah akan dimudahkan baginya jalan kesusahan". Kemudian Rasulullah membaca firman Allah: {Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), maka kami akan memudahkan baginya jalan kemudahan (kebaikan). Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kami akan memudahkan baginya jalan kesusahan (keburukan)}. [Al-Lail: 5 - 10] [Shahih Al-Bukhari]

3)      Seorang akan melihat kedudukannya di surga atau nereka ketika wafat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لاَ يَدْخُلُ أَحَدٌ الجَنَّةَ إِلَّا أُرِيَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ، لِيَزْدَادَ شُكْرًا، وَلاَ يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ إِلَّا أُرِيَ مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ لَوْ أَحْسَنَ، لِيَكُونَ عَلَيْهِ حَسْرَةً» [صحيح البخاري]

“Seorang tidak akan masuk surga sehingga diperlihatkan kepadanya tempat duduknya di neraka andai dia berbuat keburukan agar menambah rasa syukurnya. Dan seseorang tidak akan masuk neraka sehingga diperlihatkan kepadanya tempat duduknya di surga andai dia berbuat baik, agar menjadi penyesalan baginya”. [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Anas radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" العَبْدُ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ، وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ، أَتَاهُ مَلَكَانِ، فَأَقْعَدَاهُ، فَيَقُولاَنِ لَهُ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ مُحَمَّدٍ ؟ فَيَقُولُ: أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَيُقَالُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الجَنَّةِ " [صحيح البخاري ومسلم]

“Apabila jenazah sudah diletakkan dalam kuburnya, sementara teman-temannya sudah berpaling dan pergi meninggalkannya, ia benar-benar dapat mendengar langkah sendal-sendal mereka. Kemudian datang kepdanya dua Malikat yang akan mendudukkannya seraya berkata: Apa tanggapanmu mengenai lelaki ini, Muhammad? Lantas jenazah itu menjawab: Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Kemudian dikatakan kepadanya: Lihatlah tempat dudukmu di neraka yang mana Allah telah menggantikan untukmu dengan tempat duduk di surga”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

F.     Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha yang ketiga.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6516 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الجَعْدِ، أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: قَالَ النَّبِيُّ : «لاَ تَسُبُّوا الأَمْوَاتَ، فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا»

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Ja'd, ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu'bah, dari Al-A'masy, dari Mujahid, dari 'Aisyah mengatakan, Nabi bersabda, "Janganlah kalian mencaci orang yang telah mati, sebab mereka telah menghadapi apa yang mereka lakukan."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Larangan mencaci orang yang sudah wafat.

Kecuali jika dimaksudkan untuk memperingatkan dan menjauhkan manusia dari sifat buruknya.

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:

" قَالَ أَبُو لَهَبٍ عَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ لِلنَّبِيِّ : تَبًّا لَكَ سَائِرَ اليَوْمِ فَنَزَلَتْ: {تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ} [المسد: 1] " [صحيح البخاري]

“Abu Lahab yang dilaknat Allah berkata kepada Nabi : Celaka kamu sepanjang hari ini. Maka turun ayat {Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa} [Al-Masad: 1] [Shahih Bukhari]

2.      Memberi maaf kepada orang yang sudah wafat.

3.      Keutamaan pujian kepada orang yang wafat.

Abu Al-Aswad –rahimahullah- berkata:

قَدِمْتُ المَدِينَةَ وَقَدْ وَقَعَ بِهَا مَرَضٌ، فَجَلَسْتُ إِلَى عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَمَرَّتْ بِهِمْ جَنَازَةٌ، فَأُثْنِيَ عَلَى صَاحِبِهَا خَيْرًا، فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَجَبَتْ، ثُمَّ مُرَّ بِأُخْرَى فَأُثْنِيَ عَلَى صَاحِبِهَا خَيْرًا، فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: وَجَبَتْ، ثُمَّ مُرَّ بِالثَّالِثَةِ فَأُثْنِيَ عَلَى صَاحِبِهَا شَرًّا، فَقَالَ: وَجَبَتْ، فَقَالَ أَبُو الأَسْوَدِ: فَقُلْتُ: وَمَا وَجَبَتْ يَا أَمِيرَ المُؤْمِنِينَ؟ قَالَ: قُلْتُ كَمَا قَالَ النَّبِيُّ : «أَيُّمَا مُسْلِمٍ، شَهِدَ لَهُ أَرْبَعَةٌ بِخَيْرٍ، أَدْخَلَهُ اللَّهُ الجَنَّةَ» فَقُلْنَا: وَثَلاَثَةٌ، قَالَ: «وَثَلاَثَةٌ» فَقُلْنَا: وَاثْنَانِ، قَالَ: «وَاثْنَانِ» ثُمَّ لَمْ نَسْأَلْهُ عَنِ الوَاحِدِ

"Aku pernah berkunjung ke kota Madinah saat sedang berjangkitnya penyakit. Saat aku sedang duduk dekat 'Umar bin Al Khaththab radhiyallahu 'anhu tiba-tiba ada jenazah yang lewat di hadapan mereka lalu mereka menyanjungnya dengan kebaikan. Maka 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata,: "Pasti baginya". Tak lama kemudian lewat jenazah yang lain lalu jenazah itu pun disanjung dengan kebaikan. Maka 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata, lagi: "Pasti baginya". Kemudian lewat jenazah yang ketiga lalu jenazah itu disebut dengan keburukan, maka 'Umar radhiyallahu 'anhu pun berkata,: "Pasti baginya". Berkata, Abu Al Aswad; maka aku bertanya: "Apa yang dimaksud pasti baginya, wahai Amirul mukminin?". Maka dia berkata: "Aku mengatakannya seperti yang dikatakan oleh Nabi : "Bilamana seorang muslim (meninggal dunia) lalu disaksikan (disanjung) oleh empat orang muslim lainnya dengan kebaikan maka pasti Allah akan memasukakannya ke dalam surga". Maka kami bertanya kepadanya: "Bagaimana kalau tiga orang muslim?". Dia menjawab; "Juga oleh tiga orang". Kami berkata lagi: "Bagaimana kalau dua orang muslim?". Dia menjawab; "Juga oleh dua orang". Dan kami tidak menanyakannya lagi bagaimana kalau satu orang". [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Anas radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَشْهَدُ لَهُ أَرْبَعَةٌ أَهْلُ أَبْيَاتٍ مِنْ جِيرَانِهِ الْأَدْنَيْنَ، إِلَّا قَالَ: قَدْ قَبِلْتُ عِلْمَكُمْ فِيهِ، وَغَفَرْتُ لَهُ مَا لَا تَعْلَمُونَ "

"Tidak ada seorang muslim yang meninggal kemudian ada empat tetangga rumah dekatnya yang datang kepadanya, melainkan Allah akan berfirman: sungguh Aku telah menerima amalnya dengan kehadiran kalian dan aku mengampuninya dengan apa yang kalian tidak tahu." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

4.      Bahaya celaan manusia ketika seorang wafat.

Anas bin Malik radiyallahu 'anhu berkata:

مَرُّوا بِجَنَازَةٍ، فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا خَيْرًا، فَقَالَ النَّبِيُّ : «وَجَبَتْ» ثُمَّ مَرُّوا بِأُخْرَى فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا شَرًّا، فَقَالَ: «وَجَبَتْ» فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: مَا وَجَبَتْ؟ قَالَ: «هَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا، فَوَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ، وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا، فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ، أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِي الأَرْضِ»

Suatu hari para sahabat melewati satu jenazah kemudian mereka menyebutnya dengan kebaikan. Maka Rasulullah bersabda: "Wajabat!" (telah berhak). Kemudian mereka melewati satu jenazah lalu mereka menyebutnya dengan keburukan. Maka Rasulullah bersabda: "Wajabat!" Lalu Umar bin Khattab bertanya: Apa itu "wajabat"? Rasulullah menjawab: "Yang pertama kalian menyebutnya dengan kebaikan maka ia berhak mendapatkan surga, dan yang kedua kalian menyebutnya dengan keburukan maka ia berhak mendapatkan neraka, kalian adalah para saksi Allah di bumi". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 41; Siapa yang suka perjumpaan Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...