Rabu, 10 Januari 2024

Mengenal jembatan shirathal mustaqim

بسم الله الرحمن الرحيم

Kewajiban beriman kepada hari akhir.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{بَلِ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ فِي الْعَذَابِ وَالضَّلَالِ الْبَعِيد} [سبأ: 8]

Tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh. [Saba':8]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Jibril bertanya kepada Rasululah : Beri tahu kepadaku tentang Iman?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

"أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ"

“Engkau meyakini tentang Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab suci-Nya, para Rasul-Nya, hari kiamat, dan meyakini adanya takdir yang baik dan yang buruk". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (2) Umar; Jibril bertanya tentang iman, islam, ihsan, dan kiamat

Diantar perkara yang dilalui pada hari akhirat adalah meniti titian “shirathal”.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ (22) مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ} [الصافات: 22 - 23]

(Diperintahkan kepada malaikat), “Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah, selain Allah, lalu tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka. [Ash-Shaffat: 22-23]

{وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا (71) ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا} [مريم: 71، 72] 

Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (neraka) dalam keadaan berlutut. [Maryam: 71-72]

Ø  Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu berkata: Kami bertanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ القِيَامَةِ؟ قَالَ: «هَلْ تُضَارُونَ فِي رُؤْيَةِ الشَّمْسِ وَالقَمَرِ إِذَا كَانَتْ صَحْوًا؟»، قُلْنَا: لاَ، قَالَ: «فَإِنَّكُمْ لاَ تُضَارُونَ فِي رُؤْيَةِ رَبِّكُمْ يَوْمَئِذٍ، إِلَّا كَمَا تُضَارُونَ فِي رُؤْيَتِهِمَا» ثُمَّ قَالَ: " يُنَادِي مُنَادٍ: لِيَذْهَبْ كُلُّ قَوْمٍ إِلَى مَا كَانُوا يَعْبُدُونَ، فَيَذْهَبُ أَصْحَابُ الصَّلِيبِ مَعَ صَلِيبِهِمْ، وَأَصْحَابُ الأَوْثَانِ مَعَ أَوْثَانِهِمْ، وَأَصْحَابُ كُلِّ آلِهَةٍ مَعَ آلِهَتِهِمْ، حَتَّى يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ، مِنْ بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ، وَغُبَّرَاتٌ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ، ثُمَّ يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ تُعْرَضُ كَأَنَّهَا سَرَابٌ، فَيُقَالُ لِلْيَهُودِ: مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللَّهِ، فَيُقَالُ: كَذَبْتُمْ، لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ وَلاَ وَلَدٌ، فَمَا تُرِيدُونَ؟ قَالُوا: نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا، فَيُقَالُ: اشْرَبُوا، فَيَتَسَاقَطُونَ فِي جَهَنَّمَ، ثُمَّ يُقَالُ لِلنَّصَارَى: مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ فَيَقُولُونَ: كُنَّا نَعْبُدُ المَسِيحَ ابْنَ اللَّهِ، فَيُقَالُ: كَذَبْتُمْ، لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ، وَلاَ وَلَدٌ، فَمَا تُرِيدُونَ؟ فَيَقُولُونَ: نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا، فَيُقَالُ: اشْرَبُوا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي جَهَنَّمَ، حَتَّى يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ، فَيُقَالُ لَهُمْ: مَا يَحْبِسُكُمْ وَقَدْ ذَهَبَ النَّاسُ؟ فَيَقُولُونَ: فَارَقْنَاهُمْ، وَنَحْنُ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَيْهِ اليَوْمَ، وَإِنَّا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي: لِيَلْحَقْ كُلُّ قَوْمٍ بِمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ، وَإِنَّمَا نَنْتَظِرُ رَبَّنَا، قَالَ: فَيَأْتِيهِمُ الجَبَّارُ فِي صُورَةٍ غَيْرِ صُورَتِهِ الَّتِي رَأَوْهُ فِيهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمْ، فَيَقُولُونَ: أَنْتَ رَبُّنَا، فَلاَ يُكَلِّمُهُ إِلَّا الأَنْبِيَاءُ، فَيَقُولُ: هَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ آيَةٌ تَعْرِفُونَهُ؟ فَيَقُولُونَ: السَّاقُ، فَيَكْشِفُ عَنْ سَاقِهِ، فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ، وَيَبْقَى مَنْ كَانَ يَسْجُدُ لِلَّهِ رِيَاءً وَسُمْعَةً، فَيَذْهَبُ كَيْمَا يَسْجُدَ، فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا وَاحِدًا. ثُمَّ يُؤْتَى بِالْجَسْرِ فَيُجْعَلُ بَيْنَ ظَهْرَيْ جَهَنَّمَ، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الجَسْرُ؟ قَالَ: " مَدْحَضَةٌ مَزِلَّةٌ، عَلَيْهِ خَطَاطِيفُ وَكَلاَلِيبُ، وَحَسَكَةٌ مُفَلْطَحَةٌ لَهَا شَوْكَةٌ عُقَيْفَاءُ، تَكُونُ بِنَجْدٍ، يُقَالُ لَهَا: السَّعْدَانُ، المُؤْمِنُ عَلَيْهَا كَالطَّرْفِ وَكَالْبَرْقِ وَكَالرِّيحِ، وَكَأَجَاوِيدِ الخَيْلِ وَالرِّكَابِ، فَنَاجٍ مُسَلَّمٌ، وَنَاجٍ مَخْدُوشٌ، وَمَكْدُوسٌ فِي نَارِ جَهَنَّمَ، حَتَّى يَمُرَّ آخِرُهُمْ يُسْحَبُ سَحْبًا "  [صحيح البخاري ومسلم]

"Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat?" Nabi balik bertanya, "Apakah kalian merasa kesulitan melihat matahari dan bulan ketika terang benderang?" Kami menjawab, "Tidak." Nabi meneruskan, "Begitulah nanti kalian tidak akan kesulitan melihat Rabb kalian ketika itu, kecuali sebagaimana kesulitan kalian melihat keduanya." Kemudian beliau melanjutkan, "Lantas ada seorang penyeru menyerukan, "Hendaklah setiap kaum pergi menemui sesembahannya!" Maka pemuja salib akan pergi bersama salib mereka, pemuja patung akan menemui patung-patung mereka, dan setiap pemuja Tuhan-Tuhan yang lain akan bersama Tuhan-Tuhan mereka hingga tinggal orang-orang yang menyembah Allah, entah itu yang baik maupun yang durhaka beserta Ahlul Kitab terdahulu. Kemudian didatangkanlah neraka Jahannam dan dibentangkan, seolah-olah seperti fatamorgana, lantas orang-orang Yahudi ditanya, "Apa yang dahulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Kami dahulu menyembah 'Uzair anak Allah." Lalu ada suara, "Kalian dusta! Allah sama sekali tidak mempunyai pasangan dan tidak pula anak." Lalu apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin Engkau beri kami minuman!" Lantas ada suara, "Minumlah kalian!" Lalu mereka berjatuhan di neraka Jahanam. Kemudian orang-orang Nasrani diseru, "Apa yang dahulu kalian sembah?" Mereka menjawab, "Kami dahulu menyembah Isa Al Masih, anak Allah." Mereka dijawab, "Kalian semua dusta! Allah sama sekali tidak mempunyai pasangan atau bahkan anak, lalu apa yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Kami ingin agar Engkau memberi kami minuman!" Lalu dijawab, "Minumlah kalian!" Dan langsung mereka berjatuhan di neraka Jahanam hingga tersisa orang-orang yang menyembah Allah, baik itu yang taat maupun yang durhaka. Mereka ditanya, "Apa yang menyebabkan kalian tertahan padahal seluruh manusia sudah pada pergi?" Mereka menjawab, "Kami memisahkan diri dari mereka dan kami sangat membutuhkan-Nya saat ini, kami dengar ada penyeru yang menyerukan, "Hendaklah setiap kaum menemui apa yang mereka sembah! Dan sungguh kami sedang menunggu-nunggu Tuhan kami." Beliau melanjutkan, "Lantas Allah (Al Jabbar) mendatangi mereka dengan bentuk yang belum pernah mereka lihat pertama kali. Lalu Allah berfirman: 'Akulah Tuhan kalian.' Mereka menjawab, 'Engkau adalah Rabb kami, dan tidak ada yang berani mengajak-Nya bicara selain para nabi. Allah kembali berfirman, 'Bukankah diantara kalian dan Allah ada tanda yang mana kalian mengetahuinya? ' Mereka menjawab, 'Ya, yaitu betis, ' Maka Allah pun menyingkap betis-Nya sehingga setiap mukmin bersujud kepada-Nya. Lalu tersisalah orang-orang yang sujud kepada Allah karena riya dan sum'ah sehingga ia pergi sujud dan punggungnya kembali menjadi satu bagian. “Kemudian titian (jembatan) Jahanam didatangkan dan dipasanglah di antara dua tepi jahanam. Kami bertanya, 'Wahai Rasulullah, memang jembatan Jahanam tersebut misterinya apa?' Nabi menjawab, 'Jembatan itu bisa menggelincirkan, menjatuhkan, ada pengait-pengait besi, ada duri-duri yang lebar dan tajam, durinya membengkok yang terbuat dari kayu berduri namanya Sa'dan (kayu berduri tajam). Orang mukmin ada yang melewatinya sedemikian cepat, ada yang bagaikan kedipan mata, ada yang bagaikan kilat, ada yang bagaikan angin, dan ada yang bagaikan kuda-kuda pilihan. Ada yang bagaikan penunggang kuda, ada yang selamat dengan betul-betul terselamatkan, namun ada juga yang selamat setelah tercabik-cabik oleh besi-besi pengait itu, atau terlempar karenanya di neraka Jahanam, hingga manusia yang terakhir kali melewatinya dengan terseret seret”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Abu Sa’id radhiyallahu 'anhu berkata:

«بَلَغَنِي أَنَّ الْجِسْرَ أَدَقُّ مِنَ الشَّعْرَةِ، وَأَحَدُّ مِنَ السَّيْفِ» [صحيح مسلم]

“Telah sampai kepadaku bahwasanya titian tersebut lebih halus dari rambut, dan lebih tajam dari pedang”. [Shahih Muslim]

Ø  Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang firman Allah 'azza wa jalla:

{يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ} [إبراهيم: 48]

Pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. [Ibrahim: 48]

Lalu di mana manusia pada saat itu, ya Rasulullah?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«عَلَى الصِّرَاطِ» [صحيح مسلم]

"Di atas titian shirath". [Shahih Muslim]

Ø  Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu; Seorang pendeta Yahudi datang kepada Nabi dan bertanya:

أَيْنَ يَكُونُ النَّاسُ يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ : «هُمْ فِي الظُّلْمَةِ دُونَ الْجِسْرِ» [صحيح مسلم]

Dimanakah manusia berada pada hari ketika bumi diganti dengan bumi dan langit yang lain?’ Rasulullah menjawab, “Mereka berada dalam kegelapan sebelum shirath (jembatan).” [Shahih Muslim]

Lihat: Perjalanan setelah kematian

Tafsir “Shiratal Mustaqim

“Shiratal mustaqim” ada dua macam:

Pertama: Shiratal mustaqim secara makna di dunia, yaitu jalan agama Allah ta’aalaa.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ} [الأنعام: 161]

Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang musyrik". [Al-An'am: 161]

{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} [الفاتحة: 6، 7]

"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nasharni)". [Al-Fatihah: 6 - 7]

{وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ، وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا} [النساء: 69]

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. [An-Nisaa': 69]

Ø  Seorang yang pernah mendengar Nabi ketika di wadi Al-Qura, saat itu beliau sedang berada di atas kudanya. Beliau ditanya oleh seorang laki-laki dari Bulqin. Katanya,

يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: «هَؤُلَاءِ الْمَغْضُوبُ عَلَيْهِمْ»، وَأَشَارَ إِلَى الْيَهُودِ، قَالَ: فَمَنْ هَؤُلَاءِ؟ قَالَ: «هَؤُلَاءِ الضَّالُّونَ» يَعْنِي النَّصَارَى [مسند أحمد: إسناده صحيح]

"Wahai Rasulullah, siapakah mereka." Beliau menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang di murkai" -sambil menunjuk ke arah orang-orang Yahudi- Dia bertanya lagi, "Lalu, siapakah orang-orang itu?" Beliau menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang sesat." Yaitu, orang-orang Nasrani. [Musnad Ahmad: Sanadnya shahih]

Lihat: Jalan keselamatan "Subulussalam"; Tafsir surah Al-Maidah ayat 15-17

Kedua: Shiratal Mustaqim yang nyata di akhirat, berupa jembatan yang membentang di atas neraka, lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.

Jembatan ini dinamai shiratal mustaqim, karena orang yang bisa melaluinya hanya orang yang berjalan di atasnya sewaktu di dunia.

Dari Abu Hurairah dan Hudzaifah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«وَتُرْسَلُ الْأَمَانَةُ وَالرَّحِمُ، فَتَقُومَانِ جَنَبَتَيِ الصِّرَاطِ يَمِينًا وَشِمَالًا، فَيَمُرُّ أَوَّلُكُمْ كَالْبَرْقِ» قَالَ: قُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي أَيُّ شَيْءٍ كَمَرِّ الْبَرْقِ؟ قَالَ: «أَلَمْ تَرَوْا إِلَى الْبَرْقِ كَيْفَ يَمُرُّ وَيَرْجِعُ فِي طَرْفَةِ عَيْنٍ؟ ثُمَّ كَمَرِّ الرِّيحِ، ثُمَّ كَمَرِّ الطَّيْرِ، وَشَدِّ الرِّجَالِ، تَجْرِي بِهِمْ أَعْمَالُهُمْ وَنَبِيُّكُمْ قَائِمٌ عَلَى الصِّرَاطِ يَقُولُ: رَبِّ سَلِّمْ سَلِّمْ، حَتَّى تَعْجِزَ أَعْمَالُ الْعِبَادِ، حَتَّى يَجِيءَ الرَّجُلُ فَلَا يَسْتَطِيعُ السَّيْرَ إِلَّا زَحْفًا»، قَالَ: «وَفِي حَافَتَيِ الصِّرَاطِ كَلَالِيبُ مُعَلَّقَةٌ مَأْمُورَةٌ بِأَخْذِ مَنِ اُمِرَتْ بِهِ، فَمَخْدُوشٌ نَاجٍ، وَمَكْدُوسٌ فِي النَّارِ» وَالَّذِي نَفْسُ أَبِي هُرَيْرَةَ بِيَدِهِ إِنَّ قَعْرَ جَهَنَّمَ لَسَبْعُونَ خَرِيفًا [صحيح مسلم]

“Kemudian diutuslah amanah dan silaturrahim hingga keduanya berdiri di kedua tepi shirath (jembatan), kanan dan kiri. Lalu orang yang paling cepat dari kalian saat melewati shirath adalah seperti kilat." Aku (Abu Hurairah) berkata, 'Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, secepat kilat bagaimana maksud tuan?' Beliau menjawab, 'Tidakkah kamu melihat bagaimana kilat itu berlalu dan kembali lagi dengan sekejap mata?' Kemudian yang kedua secepat embusan angin, lalu secepat burung terbang, lalu ada juga orang yang berlari dengan kencang di atasnya disebabkan oleh amal kebajikannya. Ketika itu Nabi kalian berdiri di dekat shirath, dan selalu mendoakan, "Wahai Rabb-ku, selamatkanlah dia, selamatkanlah dia." Sampai pada hamba-hamba yang amalannya sangat sedikit, hingga ada seorang lelaki yang datang dan tidak dapat menapaki shirath itu kecuali dengan merangkak, sedang pada kedua sisinya terdapat rangkaian besi tajam yang tergantung dan akan mengambil setiap orang yang diperintahkan untuk diambil, hingga ada orang yang selamat tapi tubuhnya tercabik-cabik, dan ada pula orang yang akhirnya terlempar ke dalam api neraka. (Abu Hurairah) Dan Demi Dzat yang jiwa Abu Hurairah ada di tangan-Nya, sesungguhnya dasarnya neraka itu dapat dicapai dengan perjalanan tujuh puluh tahun lamanya". [Shahih Muslim]

Ø  As-Suddiy –rahimahullah- berkata, Aku pernah bertanya kepada Murrah Al-Hamdany tentang firman Allah {Dan tidak ada seorangpun dari padamu melainkan mendatangi neraka itu} [Maryam: 71] lalu ia menceritakan padaku bahwa Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu mengisahkan kepada mereka, ia berkata, Rasulullah bersabda,

«يَرِدُ النَّاسُ النَّارَ ثُمَّ يَصْدُرُونَ مِنْهَا بِأَعْمَالِهِمْ، فَأَوَّلُهُمْ كَلَمْحِ البَرْقِ، ثُمَّ كَالرِّيحِ، ثُمَّ كَحُضْرِ الفَرَسِ، ثُمَّ كَالرَّاكِبِ فِي رَحْلِهِ، ثُمَّ كَشَدِّ الرَّجُلِ، ثُمَّ كَمَشْيِهِ». [سنن الترمذي: صحيح]

"Manusia akan mendatangi neraka, kemudian ia melaluinya dikarenakan amalnya, adapun yang paling awal diantara mereka secepat kilat, lalu seperti angin, kemudian seperti larinya kuda, kemudian seperti seorang yang menunggangi tunggangan, kemudian seperti seseorang yang berlari, kemudian seperti (seseorang yang) berjalan." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Jadikan amalan kita bernilai ibadah

Yang pertama melewati titian shirath, dan beratnya keadaan pada saat itu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«وَيُضْرَبُ الصِّرَاطُ بَيْنَ ظَهْرَيْ جَهَنَّمَ، فَأَكُونُ أَنَا وَأُمَّتِي أَوَّلَ مَنْ يُجِيزُهَا، وَلاَ يَتَكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ إِلَّا الرُّسُلُ، وَدَعْوَى الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ: اللَّهُمَّ سَلِّمْ سَلِّمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Dan dibentangkan titian shirat (pada hari kiamat) di atas neraka jahannam lalu aku dan umatku yang pertama kali melaluinya, dan tidak ada yang berbicara pada hari itu kecuali para Rasul, dan do’a para Rasul pada hari itu: Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah!". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Keistimewaan Umat Islam

Ulama salaf khawatir terhadap titian shirath.

Diriwayatkan dari Abi Maisarah ‘Amr bin Syarahil rahimahullah;

كَانَ إِذَا آوَى إِلَى فِرَاشِهِ بَكَى، ثُمَّ قَالَ: «لَيْتَ أُمِّي لَمْ تَلِدْنِي»، قِيلَ: لِمَ، قَالَ: «لِأَنَّا أُخْبِرْنَا أَنَّا وَارِدُوهَا وَلَمْ نُخْبَرْ أَنَّا صَادِرُوهَا» [مصنف ابن أبي شيبة]

“Bahwasanya jika ia beranjak ke pembaringannya ia menangis, kemudian berkata: “Andai saja ibuku tidak melahirkanku”. Ditanyakan kepadanya: Kenapa? Ia menjawab: “Karena dikabarkan kepada kita bahwasanya kita akan meniti titian di atas neraka dan tidak dikabarkan kapada kita bahwa kita akan melewatinya (dengan selamat)”. [Mushannaf karya Ibnu Abi Syaibah]

Ø  Hasan Al-Bashriy rahimahullah berkata:

" كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ ، إِذَا الْتَقَوْا يَقُولُ الرَّجُلُ لِصَاحِبِهِ: هَلْ أَتَاكَ أَنَّكَ وَارِدٌ؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: هَلْ أَتَاكَ أَنَّكَ خَارِجٌ مِنْهَا؟ فَيَقُولُ: لَا، فَيَقُولُ: فَفِيمَ الضَّحِكُ إِذًا؟ " [مصنف ابن أبي شيبة]

“Dahulu para sahabat Rasullllah jika saling bertemu maka seseorang berkata kepada sahabatnya: Apakah datang berita kepadamu bahwa engkau akan meniti titian di atas neraka? Maka ia menjawab: Iya. Lalu orang itu berkata lagi: Apakah datang berita kepadamu bahwasanya engkau akan keluar darinya? Maka ia menjawab: Tidak. Maka orang itu berkata: Lalu dalam perkara apa engkau tertawa?”. [Mushannaf karya Ibnu Abi Syaibah]

Ø  Mujahid rahimahullah berkata:

كُنْتُ عِنْدَ ابْنِ عَبَّاسٍ، فَأَتَاهُ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أَبُو رَاشِدٍ، وَهُوَ نَافِعُ بْنُ الْأَزْرَقِ، فَقَالَ لَهُ: يَا ابْنَ عَبَّاسٍ أَرَأَيْتَ قَوْلَ اللَّهِ {وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا} [مريم: 71] قَالَ: «أَمَّا أَنَا وَأَنْتُ يَا أَبَا رَاشِدٍ فَسَنَرِدُهَا، فَانْظُرْ هَلْ نَصْدُرُ عَنْهَا أَمْ لَا» [تفسير الطبري]

Suatu hari aku berada di sisi Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu 'anhuma-, lalu datang kepadanya seseorang yang bernama Abu Rasyid yaitu Nafi’ bin Al-Azraq, lalu bertanya kepadanya: Wahai Ibnu ‘Abbas, apa pendapatmu tentang firman Allah {Dan tidak ada seorangpun dari padamu melainkan mendatangi neraka itu} [Maryam: 71]? Ibnu ‘Abbas menjawab: Adapun saya dan engkau wahai Abu Rasyid maka kita akan memasukinya, maka perhatikanlah apakah kita akan keluar darinya atau tidak”. [Tafsir Ath-Thabariy]

Cahaya yang menuntun untuk melewati shirath

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) يَوْمَ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ لِلَّذِينَ آمَنُوا انْظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِنْ نُورِكُمْ قِيلَ ارْجِعُوا وَرَاءَكُمْ فَالْتَمِسُوا نُورًا فَضُرِبَ بَيْنَهُمْ بِسُورٍ لَهُ بَابٌ بَاطِنُهُ فِيهِ الرَّحْمَةُ وَظَاهِرُهُ مِنْ قِبَلِهِ الْعَذَابُ (13) يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ قَالُوا بَلَى وَلَكِنَّكُمْ فَتَنْتُمْ أَنْفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّى جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ (14) فَالْيَوْمَ لَا يُؤْخَذُ مِنْكُمْ فِدْيَةٌ وَلَا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مَأْوَاكُمُ النَّارُ هِيَ مَوْلَاكُمْ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ} [الحديد: 12 - 15]

Pada hari engkau akan melihat orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, betapa cahaya mereka bersinar di depan dan di samping kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang agung.” Pada hari orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, “Tunggulah kami! Kami ingin mengambil cahayamu.” (Kepada mereka) dikatakan,  ”Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).” Lalu di antara mereka dipasang dinding (pemisah) yang berpintu. Di sebelah dalam ada rahmat dan di luarnya hanya ada azab. Orang-orang munafik memanggil orang-orang mukmin, “Bukankah kami dahulu bersama kamu?” Mereka menjawab, “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri, dan hanya menunggu, meragukan (janji Allah) dan ditipu oleh angan-angan kosong sampai datang ketetapan Allah; dan penipu (setan) datang memperdaya kamu tentang Allah. Maka pada hari ini tidak akan diterima tebusan dari kamu maupun dari orang-orang kafir. Tempat kamu di neraka. Itulah tempat berlindungmu, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.” [Al-Hadiid: 12-15]

{يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [التحريم: 8]

Pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." [At-Tahriim:8]

Ø  Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma ditanya tentang melewati titian di akhirat (Al-Wuruud). Maka dia menjawab:

نَجِيءُ نَحْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَنْ كَذَا وَكَذَا، انْظُرْ أَيْ ذَلِكَ فَوْقَ النَّاسِ؟ قَالَ: فَتُدْعَى الْأُمَمُ بِأَوْثَانِهَا، وَمَا كَانَتْ تَعْبُدُ، الْأَوَّلُ فَالْأَوَّلُ، ثُمَّ يَأْتِينَا رَبُّنَا بَعْدَ ذَلِكَ، فَيَقُولُ: مَنْ تَنْظُرُونَ؟ فَيَقُولُونَ: نَنْظُرُ رَبَّنَا، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمْ، فَيَقُولُونَ: حَتَّى نَنْظُرَ إِلَيْكَ، فَيَتَجَلَّى لَهُمْ يَضْحَكُ، قَالَ: فَيَنْطَلِقُ بِهِمْ وَيَتَّبِعُونَهُ، وَيُعْطَى كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْهُمْ مُنَافِقًا، أَوْ مُؤْمِنًا نُورًا، ثُمَّ يَتَّبِعُونَهُ، وَعَلَى جِسْرِ جَهَنَّمَ كَلَالِيبُ وَحَسَكٌ، تَأْخُذُ مَنْ شَاءَ اللهُ، ثُمَّ يُطْفَأُ نُورُ الْمُنَافِقِينَ، ثُمَّ يَنْجُو الْمُؤْمِنُونَ، فَتَنْجُو أَوَّلُ زُمْرَةٍ وُجُوهُهُمْ كَالْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ سَبْعُونَ أَلْفًا لَا يُحَاسَبُونَ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ كَأَضْوَأِ نَجْمٍ فِي السَّمَاءِ، ثُمَّ كَذَلِكَ [صحيح مسلم]

"Kita dibangkitkan pada hari kiamat begini dan begini. Lihatlah! Apa itu di atas manusia? Lalu dipanggillah umat-umat dengan berhalanya, dan sesuatu yang mereka sembah dahulu, secara berturutan. Setelah itu, Rabb kita datang kepada kita lalu berfirman, 'Siapakah yang kalian tunggu?' Maka mereka pun menjawab, 'Kami menunggu Rabb kami.' Allah berfirman, 'Akulah Rabb kamu.' Mereka berkata, 'Sehingga kami melihat-Mu dulu.' Tampaklah pada mereka Rabb tertawa." Jabir melanjutkan, 'Lalu Allah membawa mereka, dan mereka pun mengikuti-Nya. Setiap seorang di antara mereka baik munafik atau mukmin akan diberi Cahaya. Kemudian mereka mengikuti cahaya tersebut melalui jembatan Neraka Jahanam. Di atasnya terdapat besi-besi pengait dan berduri yang merenggut siapa saja yang dikehendaki oleh Allah. Kemudian cahaya orang-orang munafik padam, sedangkan orang-orang mukmin selamat. Selamatlah rombongan pertama yang terpancar pada wajah mereka bagaikan bulan purnama sejumlah tujuh puluh ribu orang tanpa dihisab. Kemudian orang-orang berikutnya seperti terangnya bintang-bintang di langit, kemudian demikianlah seterusnya. [Shahih Muslim]

Ø  Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"فَيُعْطَوْنَ نُورَهُمْ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ، فَمِنْهُمْ مَنْ يُعْطَى نُورَهُ مِثْلَ الْجَبَلِ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُعْطَى نُورَهُ فَوْقَ ذَلِكَ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُعْطَى نُورَهُ مِثْلَ النَّخْلَةِ بِيَمِينِهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُعْطَى دُونَ ذَلِكَ بِيَمِينِهِ حَتَّى يَكُونَ آخِرُ ذَلِكَ مَنْ يُعْطَى نُورَهُ عَلَى إِبْهَامِ قَدَمِهِ يُضِيءُ مَرَّةً، وَيُطْفِئُ مَرَّةً، فَإِذَا أَضَاءَ قَدَمُهُ، وَإِذَا طُفِئَ قَامَ، فَيَمُرُّ وَيَمُرُّونَ عَلَى الصِّرَاطِ وَالصِّرَاطُ كَحَدِّ السَّيْفِ دَحْضُ مَزِلَّةٍ فَيُقَالُ: انْجُوا عَلَى قَدْرِ نُورِكُمْ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَمُرُّ كَانْقِضَاضِ الْكَوْكَبِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَمُرُّ كَالطَّرْفِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَمُرُّ كَالرِّيحِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَمُرُّ كَشَدِّ الرَّجُلِ، وَيَرْمُلُ رَمَلًا، فَيَمُرُّونَ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ، حَتَّى يَمُرَّ الَّذِي نُورُهُ عَلَى إِبْهَامِ قَدَمِهِ، يَجُرُّ يَدًا وَيُعَلِّقُ يَدًا وَيَجُرُّ رِجْلًا وَيُعَلِّقُ رِجْلًا وَتَضْرِبُ جَوَانِبَهُ النَّارُ، قَالَ: فَيَخْلَصُوا فَإِذَا خَلَصُوا قَالُوا: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي نَجَّانَا مِنْكِ بَعْدَ الَّذِي أَرَانَاكِ لَقَدْ أَعْطَانَا اللَّهُ مَا لَمْ يُعْطِ أَحَدًا " [المستدرك على الصحيحين للحاكم: صحيح]

“Kemudian mereka diberikan cahaya sesuai dengan kadar amalan mereka, ada yang diberi cahaya sebesar gunung di hadapannya, ada yang diberi lebih besar dari itu, ada yang diberi cahaya sebesar pohon kurma di kanannya, dan ada yang diberi lebih kecil dari itu di kanannya, sampai yang terakhir ada yang diberi cahaya sebersar ibu jari kakinya, kadang menyala dan kadang padam, jika kakinya menyala ia berjalan, dan jika padam ia tinggal berdiri, lalu mereka melewati shirath. Dan shirath itu setajam pedang licin dan menggelincirkan, lalu dikatakan kepada mereka: Menyelamatkan dirilah kalian sesuai kadar cahaya kalian! Maka di antara mereka ada yang berlalu seperti jatuhnya bintang, ada yang berlalu seperti kedipan mata, ada yang berlalu seperti angin, ada yang berlalu seperti laki-laki yang berlari, dan ada yang berlari-lari kecil, mereka berlalu sesuai kadar amalan mereka, sampai berlalu orang yang cahayanya sebesar ibu jari kakinya, satu tangannya tergelincir dan satunya menggantung, satu kakinya terjulur dan satu kakinya menggantung, sisinya terlahap api. Kemudian meleka semua selamat, setelah mereka selamat mereka berkata: Segala puji bagi Allah yang menyelamatkan kami darimu (neraka) setelah apa yang kami rasakan, Allah telah memebri kami apa yang tidak diberikan kepada seseorang pun”. [Al-Mustadrak karya Al-Hakim: Shahih]

Orang yang selamat melalui titian shirath

Diantaranya:

1)      Orang beriman dan bertakwa.

2)      Sahabat yang membai’at Nabi di bawah pohon Hudaibiyah.

Dari Ummu Mubasysyir radhiyallahu 'anha; Bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah bersabda di rumah Hafshah:

«لَا يَدْخُلُ النَّارَ، إِنْ شَاءَ اللهُ، مِنْ أَصْحَابِ الشَّجَرَةِ أَحَدٌ، الَّذِينَ بَايَعُوا تَحْتَهَا» قَالَتْ: بَلَى، يَا رَسُولَ اللهِ؟! فَانْتَهَرَهَا، فَقَالَتْ حَفْصَةُ: {وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا} [مريم: 71] فَقَالَ النَّبِيُّ : «قَدْ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: {ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا} [مريم: 72]» [صحيح مسلم]

“Insya Allah tidak akan masuk ke dalam neraka seorang pun dari orang-orang yang turut serta berbaiat di bawah pohon." Hafshah berkata; 'Memangnya benar seperti itu ya Rasulullah?' Rasulullah menegur Hafshah yang berkata seperti itu. Lalu Hafshah membacakan ayat yang ang berbunyi; {Tak seorang pun darimu melainkan akan mendatangi neraka itu} [Maryam: 71]. Kemudian Rasulullah bersabda: 'Bukankah Allah 'azza wajalla telah berfirman: {Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut}' [Maryam: 72] [Shahih Muslim]

Lihat: Keutamaan Sahabat Rasulullah

3)      Orang yang wafat tiga orang dari anaknya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لاَ يَمُوتُ لِمُسْلِمٍ ثَلاَثَةٌ مِنَ الوَلَدِ، فَيَلِجَ النَّارَ، إِلَّا تَحِلَّةَ القَسَمِ» قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ البخاري: {وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا} [مريم: 71]

"Tidaklah seorang muslim yang mati 3 anaknya kemudian masuk neraka, kecuali (sesaat di atas titian shirath) untuk memenuhi sumpah Allah". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Imam Bukhari mengatakan: Yaitu firman Allah: {Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu}. [Maryam:71]

Hadits palsu tentang shalat di malam pertama bulan Rajab.

Diriwayatkan oleh Ibnu Al-Jauziy dalam kitabnya "Al-Maudhu'aat" 2/123, dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"مَنْ صَلَّى الْمَغْرِبَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ ثُمَّ صَلَّى بَعْدَهَا عِشْرِينَ رَكْعَةً، يَقْرَأُ فِي كل رَكْعَة بِفَاتِحَة الْكتاب وَ{قل هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} مَرَّةً، وَيُسَلِّمُ فِيهِنَّ عَشْرَ تَسْلِيمَاتٍ، أَتَدْرُونَ مَا ثَوَابُهُ؟ فَإِنَّ الرُّوحَ الأَمِينَ جِبْرِيلَ عَلَّمَنِي ذَلِكَ. قُلْنَا: اللَّهُ ورَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: حَفِظَهُ اللَّهُ فِي نَفْسِهِ وَمَالِهِ وَأَهْلِهِ وَوَلَدِهِ وَأُجِيرَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَجَازَ عَلَى الصِّرَاطِ كَالْبَرْقِ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلا عَذَابٍ".

“Barangsiapa yang shalat magrib di malam pertama bulan Rajab kemudian ia salat sesudahnya 20 raka'at, membaca di setiap raka'at surah “Al-Fatihah” dan “Al-Ikhlash” satu kali, dan salam sebanyak 10 kali, tahukah kalian apa pahalanya? Sesungguhnya "Ar-Ruh Al-Amiin" Jibril mengajarkannya kepadaku!” Sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu! Rasulullah menjawab: “Allah akan menjaga dirinya, hartanya, keluarganya, dan anaknya. Dibebaskan dari siksa kubur, dan akan melewati titian shirath secepat kilat tampa perhitungan dan siksaan”.

Ibnu Al-Jauziy mengatakan: Hadits ini palsu, kebanyakan perawinya tidak diketahui.

[Lihat: "Tabyiin Al-'ajab bimaa warada fii fadhli Rajab" karya Ibnu Hajar hal.30, "Al-La'ali' Al-Mashnu'ah" (kumpulan hadits palsu) karya As-Suyuthiy 2/55, "Tanziih Asy-Syari'ah" (kumpulan hadits palsu) karya Ibnu 'Iraaq 2/89, "Al-Fawaid Al-Majmu'ah" (kumpulan hadits palsu) karya Asy-Syaukaniy hal.47]

Lihat: Shalat di bulan Rajab

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Iman kepada malaikat - Manfaatkan 5 hal sebelum datang 5 hal - Kitab Ar-Riqaq, bab 39-40; Tanda hari kiamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...