Kamis, 21 Desember 2023

Kitab Ar-Riqaq, bab 41; Siapa yang suka perjumpaan Allah

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"بَابٌ: مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ"

“Bab: Siapa yang suka perjumpaan Allah maka Allah pun suka dengan perjumpaan dengannya”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa diantara sebab ketenangan hati adalah senantiasa rindu berjumpa dengan Allah subhanahu wata’aalaa sehingga Allah pun senang berjumpa dengannya, sebagaimana diriwayatkan dari ‘Ubadah bin Ash-Shamith, Abu Musa Al-Asy’ariy dan Aisyah radhiyallahu ‘anhum.

A.    Hadits ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6507 - حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ [بن المنهال البصري]، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ [بن يحيى]، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ» قَالَتْ عَائِشَةُ أَوْ بَعْضُ أَزْوَاجِهِ: إِنَّا لَنَكْرَهُ المَوْتَ، قَالَ: «لَيْسَ ذَاكِ، وَلَكِنَّ المُؤْمِنَ إِذَا حَضَرَهُ المَوْتُ بُشِّرَ بِرِضْوَانِ اللَّهِ وَكَرَامَتِهِ، فَلَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ، فَأَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ وَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَإِنَّ الكَافِرَ إِذَا حُضِرَ بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَعُقُوبَتِهِ، فَلَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَهَ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ، كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ»

Telah menceritakan kepada kami Hajjaj, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammam [bin Yahya], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas, dari Ubadah bin Shamit, dari Nabi , beliau bersabda: "Barangsiapa yang mencintai perjumpaan dengan Allah, niscaya Allah pun mencintai perjumpaan dengannya. Sebaliknya, barangsiapa yang membenci perjumpaan dengan Allah, Allah pun membenci perjumpaan dengannya." 'Aisyah atau sebagian istri beliau berkomentar: "Bukankah kita juga tidak menginginkan kematian?" Nabi lantas bersabda, "Bukan begitu maksudnya, namun maksud yang benar adalah bila ajal seorang mukmin menjemputnya, ia akan diberi kabar gembira dengan keridaan Allah dan karamah-Nya, sehingga tak ada sesuatu apapun yang lebih ia cintai daripada apa yang ada di hadapannya, lantas ia mencintai untuk berjumpa dengan Allah, dan Allah pun mencintai berjumpa dengannya. Sebaliknya, bila ajal menjemut orang kafir, ia akan diberi kabar buruk dengan azab Allah dan hukuman-Nya, sehingga tidak ada yang lebih ia cemaskan daripada apa yang ada di hadapannya, lantas ia membenci berjumpa dengan Allah, dan Allah pun membenci berjumpa dengannya."

اخْتَصَرَهُ أَبُو دَاوُدَ [الطيالسي]، وَعَمْرٌو [بن مرزوق]، عَنْ شُعْبَةَ. وَقَالَ سَعِيدٌ [بن أبي عَرُوْبَة]، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ زُرَارَةَ [بن أوفى]، عَنْ سَعْدٍ [بن هشام بن عامر]، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ .

Abu Daud [Ath-Thayalisiy] dan 'Amru [bin Marzuq] meringkasnya dari Syu'bah. Sementara Said [bin Abi ‘Arubah] mengatakan dari Qatadah, dari Zurarah [bin Aufa], dari Sa'ad [bin Hisyam bin ‘Amir], dari 'Aisyah, dari Nabi .

B.     Hadits Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6508 - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ العَلاَءِ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ [حماد بن أسامة]، عَنْ بُرَيْدٍ [بن عبد الله بن أبي بٌردة]، عَنْ أَبِي بُرْدَةَ [عامر بن أبي موسى عبد الله بن قيس]، عَنْ أَبِي مُوسَى، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ»

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al-'Ala', ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah [Hammad bin Usamah], dari Buraid [bin Abdillah bin Abi Burdah], dari Abu Burdah ['Amir bin Abi Musa Abdillah bin Qais], dari Abu Musa dari Nabi , beliau bersabda, "Barang siapa yang mencintai perjumpaan dengan Allah, senantiasa Allah mencintai perjumpaannya. Sebaliknya, barang siapa yang membenci perjumpaan dengan Allah, Allah pun membenci perjumpaannya.

Penjelasan singkat dua hadits di atas:

1.      Biografi ‘Ubadah bin Ash-Shamith radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Biografi Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

3.      Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Lihat: Aisyah binti Abi Bakr dan keistimewaannya

4.      Lafadz hadits Aisyah diriwayatkan oleh imam Muslim dalam “Ash-Shahih” melalui jalur Sa’id bin Abi ‘Arubah.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ، أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ، كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ» فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللهِ أَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ؟ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ، فَقَالَ: «لَيْسَ كَذَلِكِ، وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ، أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ، فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللهِ وَسَخَطِهِ، كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ، وَكَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ»

"Barangsiapa yang mencintai pertemua dengan Allah maka Allah akan mencintai pertemuan dengannya, dan barangsiapa yang membenci pertemuan dengan Allah maka Allah akan membenci pertemuan dengannya". Aisyah bertanya: Wahai Nabi Allah, apakah yang dimaksud adalah rasa benci pada kematian? Padahal kami semua benci dengan kematian! Rasulullah menjawab: "  Bukan yang demikian, akan tetapi seorang mukmin jika diberi berita gembira akan rahmat Allah, ridha, dan surga-Nya maka ia mencintai pertemuan dengan Allah. Sedangkan orang kafir jika diberi berita tentang siksaan Allah dan murka-Nya maka ia membenci pertemuan dengan Allah dan Allah pun membenci pertemuan dengannya". [Shahih Muslim]

5.      Hadits ini juga diriwayatkan dari beberapa sahabat lain.

Diantaranya:

a)       Hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah bersabda,

" قَالَ اللَّهُ: إِذَا أَحَبَّ عَبْدِي لِقَائِي أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ، وَإِذَا كَرِهَ لِقَائِي كَرِهْتُ لِقَاءَهُ " [صحيح البخاري]

"Allah berfirman: 'Jika hamba-Ku mencintai perjumpaan terhadap-Ku, maka Aku menyukai berjumpa kepadanya, sebaliknya jika hamba-Ku tidak suka berjumpa dengan-Ku, maka Aku juga tidak suka berjumpa dengannya." [Shahih Bukhari]

b)      Hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, Rasulullah bersabda:

«مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ، أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ، كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ» ، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ. قَالَ: «لَيْسَ ذَاكَ كَرَاهِيَةَ الْمَوْتِ، وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ الْبَشِيرُ مِنَ اللَّهِ، بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ، فَلَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَكُونَ قَدْ لَقِيَ اللَّهَ، فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ، أَوِ الْكَافِرَ، إِذَا حُضِرَ جَاءَهُ بِمَا هُوَ صَائِرٌ إِلَيْهِ مِنَ الشَّرِّ، أَوْ مَا يَلْقَاهُ مِنَ الشَّرِّ، فَكَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ، وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ» [مسند أحمد: صحيح]

"Barang siapa senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya. Dan barang siapa tidak senang bertemu dengan Allah, maka Allah tidak senang bertemu dengannya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, kami semua tidak menyukai kematian?" Rasulullah bersabda, "Bukan itu yang aku maksud, namun seorang yang beriman apabila menghadapi sakaratul maut, maka seorang pemberi kabar gembira utusan Allah datang menghampirinya seraya menunjukkan tempat kembalinya, hingga tidak ada sesuatu yang lebih dia sukai kecuali bertemu dengan Allah. Lalu Allah pun suka bertemu dengannya. Adapun orang yang banyak berbuat dosa, atau orang kafir, apabila telah menghadapi sakaratul maut, maka datang seseorang dengan menunjukkan tempat kembalinya yang buruk, atau apa yang akan dijumpainya berupa keburukan. Maka itu membuatnya tidak suka bertemu Allah, hingga Allah pun tidak suka bertemu dengannya." [Musnad Ahmad: Shahih]

c)       Hadits dari seorang sahabat -radhiyallahu 'anhu- yang pernah mendengar Rasulullah bersabda:

«مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ، أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ. وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ» قَالَ: فَأَكَبَّ الْقَوْمُ يَبْكُونَ، فَقَالَ: «مَا يُبْكِيكُمْ؟» فَقَالُوا: إِنَّا نَكْرَهُ الْمَوْتَ، قَالَ: " لَيْسَ ذَلِكَ، وَلَكِنَّهُ إِذَا حَضَرَ: {فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ، فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ} [الواقعة: 89] فَإِذَا بُشِّرَ بِذَلِكَ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ، وَاللَّهُ لِلِقَائِهِ أَحَبُّ {وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ، فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ} [الواقعة: 92] " قَالَ عَطَاءٌ وَفِي قِرَاءَةِ ابْنِ مَسْعُودٍ: «ثُمَّ تَصْلِيَةُ جَحِيمٍ، فَإِذَا، بُشِّرَ بِذَلِكَ يَكْرَهُ لِقَاءَ اللَّهِ، وَاللَّهُ لِلِقَائِهِ أَكْرَهُ» [مسند أحمد: حسن]

"Barang siapa mencintai untuk berjumpa dengan Allah, maka Allah mencintai perjumpaan dengannya. Dan barang siapa membenci untuk berjumpa dengan Allah, maka Allah akan membenci perjumpaan-Nya dengannya." Lalu orang-orang pun menelungkup dan menangis. Maka beliau bertanya, "Apa yang menyebabkan kalian menangis?" mereka menjawab, "Sesungguhnya kami membenci kematian." Beliau bersabda, "Bukan itu maksudnya, akan tetapi saat kematian itu datang. '{Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka ia akan memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan} ' [Al-Waaqi'ah: 89]. Maka saat ia diberi kabar gembira tentangnya, ia akan mencintai perjumpaannya dengan Allah, dan Allah mencintai perjumpaan dengannya. '{Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat. Maka dia mendapat hidangan air yang mendidih}' [Al-Waaqi'ah: 92-92]. Atha` berkata, "Dalam qira`ah Ibnu Mas'ud, "Kemudian Tashliayatu Jahim (api yang bergejolak). Maka jika ia diberi kabar tentangnya, ia akan membenci perjumpaan Allah, dan Allah pun lebih membenci perjumpaan dengannya." [Musnad Ahmad: Hasan]

6.      Siapa yang senang bertemu Allah maka Allah senang bertemu dengannya.

Aisyah radhiyallahu'anha berkata:

"إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى إِذَا أَرَادَ بِعَبْدٍ خَيْرًا قَيَّضَ لَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ مَلَكًا يُسَدِّدُهُ وَيُبَشِّرُهُ، حَتَّى يَمُوتَ وَهُوَ عَلَى خَيْرِ مَا كَانَ، وَيَقُولُ النَّاسُ: مَاتَ فُلَانٌ عَلَى خَيْرِ مَا كَانَ، فَإِذَا حَضَرَ وَرَأَى ثَوَابَهُ مِنَ الْجَنَّةِ، فَجَعَلَ يَتَهَوَّعُ نَفْسَهُ، وَدَّ لَوْ خَرَجَتْ نَفْسُهُ، فَذَلِكَ حِينَ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ شَرًّا قَيَّضَ لَهُ شَيْطَانًا قَبْلَ مَوْتِهِ بِعَامٍ، فَجَعَلَ يَفْتِنُهُ وَيُضِلُّهُ حَتَّى يَمُوتَ عَلَى شَرِّ مَا كَانَ، وَيَقُولُ النَّاسُ: مَاتَ فُلَانٌ عَلَى شَرِّ مَا كَانَ، فَإِذَا حَضَرَ وَرَأَى مَنْزِلَهُ مِنَ النَّارِ، فَجَعَلَ يَبْتَلِعُ نَفْسَهُ أَنْ تَخْرُجَ، هُنَاكَ حِينَ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ" [الشريعة للآجري]

“Sesungguhnya Allah ta’aalaa jika menginginkan pada seorang hamba kebaikan, Allah menjadikan untuknya Malaikat sebelum kematiannya untuk meneguhkan dan memberinya berita gembira, sehingga ia wafat dalam keadaan yang terbaik dan manusia berkata: “Si Fulan wafat dalam kebaikan!”. Dan jika datang kematian dan ia melihat pahalanya di surga, ia seperti ingin memuntahkan ruhnya dan berharap keluar. Hal itu ketika ia mencintai bertemu dengan Allah dan Allah juga mencintai bertemu dengannya. Dan jika Allah menginginkan keburukan pada seorang hamba maka Allah menjadikan untuknya setan setahun sebelum ia wafat, yang akan menjadikannya berputus asa dan menyesatkannya sampai ia mati dalam keadaan yang terburuk, dan manusia berkata: “Si Fulan mati dalam keadaan buruk!” Maka jika kematian tiba dan ia melihat tempatnya di neraka, ia berusaha menelan ruhnya agar tidak keluar, saat itulah ia benci bertemu dengan Allah dan Allah benci bertemu dengannya”. [Asy-Syari’ah karya Al-Ajurriy] 

7.      Orang beriman senang bertemu Allah karena mendambakan karuniah dari Allah di akhirat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا} [الكهف: 110]

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". [Al-Kahf:110]

8.      Orang kafir tidak senang bertemu dengan Allah karena takut dengan azab yang menantinya di akhirat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا ائْتِ بِقُرْآنٍ غَيْرِ هَذَا أَوْ بَدِّلْهُ قُلْ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أُبَدِّلَهُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِي إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَى إِلَيَّ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ} [يونس: 15]

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: "Datangkanlah Al-Quran yang lain dari ini atau gantilah dia". Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)". [Yunus: 15]

{وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ أَوْ نَرَى رَبَّنَا لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا كَبِيرًا} [الفرقان: 21]

Berkatalah orang-orang yang tidak mengharap pertemuan(nya) dengan Kami: "Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?" Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka (sombong) dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman". [Al-Furqan: 21]

9.      Ancaman bagi orang yang tidak berharap bertemu Allah 'azza wajalla.

Diantaranya:

a.      Dibiarkan dalam kesesatan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ فَنَذَرُ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ} [يونس: 11]

Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan (pada diri mereka), pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka. [Yunus:11]

b.      Siksaan api neraka.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ (7) أُولَئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [يونس: 7، 8]

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. [Yunus: 7-8]

10.  Takut mati ada dua jenis:

Pertama: Takut mati karena naluri manusiawi yang tidak ingin membahayakan dirinya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu; Rasulullah bersabda:

«لاَ يَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ وَلاَ يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ وَإِنَّهُ لاَ يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلاَّ خَيْرًا» [صحيح مسلم]

"Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian, dan jangan berdo'a untuk mati sebelum ajalnya datang, sesungguhnya jika seseorang dari kalian mati maka terputuslah amalannya, dan sesungguhnya tidak bertambah umur seorang mu'min kecuali kebaikan". [Shahih Muslim]

Kedua: Takut mati karena kecintaan berlebihan terhadap dunia.

Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا»، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: «بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ»، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: «حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ»

"Sudah dekat masanya umat-umat (kafir) saling mengajak untuk membinasakan kalian sebagaimana orang yang mau makan saling mengajak menuju hidangannya". Seorang bertanya: Apakah karena kami sedikit pada waktu itu? Rasulullah mejawab: "Bahkan kalian pada waktu itu banyak akan tetapi kalian lemah seperti buih di lautan, dan Allah mencabut dari hati musuh-musuh kalian rasa gentar kepadamu dan Allah menamkan pada hati kalian sifat "Al-Wahan"." Seseorang bertanya: Ya Rasulullah, apa itu "al-wahn"? Rasulullah menjawab: "Cinta dunia dan takut mati". [Sunan Abu Daud: Shahih]

11.  Dalil kaidah “الجزاء من جنس العمل” Seseorang mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya.

Lihat: Menabur dan menuai

C.     Hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6509 - حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، عَنْ عُقَيْلٍ [بن خالد الأيلي]، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ المُسَيِّبِ، وَعُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، فِي رِجَالٍ مِنْ أَهْلِ العِلْمِ: أَنَّ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَقُولُ وَهُوَ صَحِيحٌ: «إِنَّهُ لَمْ يُقْبَضْ نَبِيٌّ قَطُّ حَتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الجَنَّةِ، ثُمَّ يُخَيَّرُ» فَلَمَّا نَزَلَ بِهِ وَرَأْسُهُ عَلَى فَخِذِي غُشِيَ عَلَيْهِ سَاعَةً، ثُمَّ أَفَاقَ فَأَشْخَصَ بَصَرَهُ إِلَى السَّقْفِ، ثُمَّ قَالَ: «اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الأَعْلَى» قُلْتُ: إِذًا لاَ يَخْتَارُنَا، وَعَرَفْتُ أَنَّهُ الحَدِيثُ الَّذِي كَانَ يُحَدِّثُنَا بِهِ، قَالَتْ: فَكَانَتْ تِلْكَ آخِرَ كَلِمَةٍ تَكَلَّمَ بِهَا النَّبِيُّ ﷺ قَوْلُهُ: «اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الأَعْلَى»

Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Bukair, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari Uqail [bin Khalid Al-Ailiy], dari Ibnu Syihab, ia berkata: Telah memberitakan kepadaku Sa'id bin Musayyab dan 'Urwah bin Zubair di hadapan beberapa pemuka ahlul 'ilmi, bahwasanya 'Aisyah istri Nabi mengatakan 'Rasulullah pernah bersabda ketika beliau sehat, "Tak seorang Nabi pun diwafatkan selain diperlihatkan tempat tinggalnya di surga, kemudian ia disuruh memilih (untuk tetap hidup di dunia atau wafat)." Tatkala beliau sakit dan kepalanya berada di pahaku, beliau pingsan beberapa saat, kemudian sadar dan membelalakkan pandangannya keatap, kemudian berujar, "Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasih yang tertinggi." Aku berkata dalam hati; Ini berarti beliau tidak lagi memilih untuk tetap bersama kami, dan Aisyah paham bahwa itu adalah ucapan yang beliau perdengarkan kepada kami. Lanjut Aisyah, itulah akhir ucapan yang Nabi katakan, yaitu, "Ya Allah, pertemukanlah aku dengan kekasihku yang tertinggi."

Penjelasan singkat hadits di atas:

1)      Keistimewaan Aisyah dimana Rasulullah wafat dalam pangkuannya.

Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Sesungguhnya Rasulullah meminta saat beliau sakit yang mana beliau wafat karenanya:

«أَيْنَ أَنَا غَدًا؟ أَيْنَ أَنَا غَدًا؟»

“Dimana saya besok? Di mana saya besok (tinggal di rumah istrinya)?”

Beliau menginginkan hari tinggalnya di rumah Aisyah, maka istri-istrinya mengizinkannya untuk tinggal di mana saja beliau suka, maka beliau tinggal di rumah Aisyah sampai beliau wafat.

Aisyah berkata: Maka Rasulullah wafat pada hari giliranku, di rumahku. Kemudian Allah mencabut ruhnya dan sungguh kepala beliau berada di antara leher dan daguku, dan liurnya bercampur dengan liurku. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Sifat mulia ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

2)      Rasulullah pingsang karena beratnya beban sakaratul maut.

Anas radhiyallahu 'anhu berkata;

لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ، فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلاَمُ: وَا كَرْبَ أَبَاهُ، فَقَالَ لَهَا: «لَيْسَ عَلَى أَبِيكِ كَرْبٌ بَعْدَ اليَوْمِ»، فَلَمَّا مَاتَ قَالَتْ: يَا أَبَتَاهُ، أَجَابَ رَبًّا دَعَاهُ، يَا أَبَتَاهْ، مَنْ جَنَّةُ الفِرْدَوْسِ، مَأْوَاهْ يَا أَبَتَاهْ إِلَى جِبْرِيلَ نَنْعَاهْ

Tatkala sakit Nabi semakin parah hingga beliau hampir pingsan, Fatimah 'alaihassalam berkata, "Wahai betapa parahnya sakit ayahku! Nabi bersabda kepadanya; "Ayahmu tidak akan sakit parah lagi setelah hari ini". Dan tatkala Nabi telah wafat, Fatimah berkata; 'Wahai ayahku yang telah memenuhi panggilan Rabb-nya, 'wahai ayahku yang surga firdaus adalah tempat kembalinya, wahai ayahku yang kepada Jibril 'alaihissalam kami memberitahukan kematiannya. [Diriwayatkan oleh Bukhari]

Lihat: Syarah Riyadhushalihin Bab (03) Sabar, hadits keempat

3)      Setiap Nabi –‘alaihimussalam- diberi pilihan ketika ajal menjemput.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أُرْسِلَ مَلَكُ الْمَوْتِ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَلَمَّا جَاءَهُ صَكَّهُ فَفَقَأَ عَيْنَهُ، فَرَجَعَ إِلَى رَبِّهِ فَقَالَ: أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لَا يُرِيدُ الْمَوْتَ، قَالَ فَرَدَّ اللهُ إِلَيْهِ عَيْنَهُ وَقَالَ: ارْجِعْ إِلَيْهِ، فَقُلْ لَهُ: يَضَعُ يَدَهُ عَلَى مَتْنِ ثَوْرٍ، فَلَهُ، بِمَا غَطَّتْ يَدُهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ، سَنَةٌ، قَالَ: أَيْ رَبِّ ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: ثُمَّ الْمَوْتُ، قَالَ: فَالْآنَ [صحيح مسلم]

Malaikat maut diutus kepada Musa 'alaihissalam, ketika malaikat datang, Musa memukulnya sampai matanya tercabut. Lalu malaikat maut kembali kepada Tuhannya dan berkata: Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang tidak ingin mati! Kemudian Allah megembalikan matanya dan berkata: Kembalilah kepadanya dan katakan kepadanya untuk metakkan tangannya di atas kulit sapi, maka untuknya setiapa helai rambut yang tertutupi oleh tangannya satu tahun. Musa berkata: Ya Rabb, kemudian setelah itu apa? Allah menjawab: Kemudian mati! Musa berkata: Kalau begitu, sekarang saja. [Shahih Bukhari dan Muslim]

4)      Kerinduan Rasulullah bertemu dengan Allah.

Abu Sa'id Al-Khudriy -radhiyallahu 'anhu- berkata: Nabi menyampaikan khuthbahnya:

«إِنَّ اللَّهَ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ»، فَبَكَى أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَقُلْتُ فِي نَفْسِي مَا يُبْكِي هَذَا الشَّيْخَ؟ إِنْ يَكُنِ اللَّهُ خَيَّرَ عَبْدًا بَيْنَ الدُّنْيَا وَبَيْنَ مَا عِنْدَهُ، فَاخْتَارَ مَا عِنْدَ اللَّهِ، فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ هُوَ العَبْدَ، وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ أَعْلَمَنَا

"Sesungguhnya Allah telah menawarkan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya. Kemudian hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah." Maka tiba-tiba Abu Bakr Ash-Shidiq -radhiyallahu 'anhu- menangis. Aku berpikir dalam hati, apa yang membuat orang tua ini menangis, hanya karena Allah menawarkan kepada seorang hamba untuk memilih antara dunia dan apa yang ada di sisi-Nya lalu hamba tersebut memilih apa yang ada di sisi Allah?" Dan ternyata Rasulullah adalah yang dimaksud hamba tersebut. Dan Abu Bakr adalah orang yang paling memahami isyarat itu. [Shahih Bukhari]

5)      Allah ‘azza wajalla berada di atas segala makhlukNya.

Lihat: Allah di atas semua makhluk

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 39-40; Tanda hari kiamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...