Selasa, 04 Februari 2025

Tafsir surah Al-Jinn

بسم الله الرحمن الرحيم

Surah ini adalah surah yang ke 72 dalam Al-Qur'an, termasuk surah “Al-Mufashal” dan turun sebelum hijrah (Makkiyah).

Jin adalah makhluk Allah yang ciptakan dari api.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ} [الرحمن: 15]

Dan Dia menciptakan jin dari nyala api. [Ar-Rahman: 15]

Ø  Dari Aisyah radiyallahu 'anha; Rasulullah bersabda:

«خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ» [صحيح مسلم]

Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disebutkan pada kalian (tanah)". [Shahih Muslim]

Sebab turunnya surah ini:

'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

" انْطَلَقَ النَّبِيُّ ﷺ فِي طَائِفَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ، وَقَدْ حِيلَ بَيْنَ الشَّيَاطِينِ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ، وَأُرْسِلَتْ عَلَيْهِمُ الشُّهُبُ، فَرَجَعَتِ الشَّيَاطِينُ إِلَى قَوْمِهِمْ، فَقَالُوا: مَا لَكُمْ؟ فَقَالُوا: حِيلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ، وَأُرْسِلَتْ عَلَيْنَا الشُّهُبُ، قَالُوا: مَا حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ إِلَّا شَيْءٌ حَدَثَ، فَاضْرِبُوا مَشَارِقَ الأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا، فَانْظُرُوا مَا هَذَا الَّذِي حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ، فَانْصَرَفَ أُولَئِكَ الَّذِينَ تَوَجَّهُوا نَحْوَ تِهَامَةَ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ وَهُوَ بِنَخْلَةَ عَامِدِينَ إِلَى سُوقِ عُكَاظٍ، وَهُوَ يُصَلِّي بِأَصْحَابِهِ صَلاَةَ الفَجْرِ، فَلَمَّا سَمِعُوا القُرْآنَ اسْتَمَعُوا لَهُ، فَقَالُوا: هَذَا وَاللَّهِ الَّذِي حَالَ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ خَبَرِ السَّمَاءِ، فَهُنَالِكَ حِينَ رَجَعُوا إِلَى قَوْمِهِمْ، وَقَالُوا: يَا قَوْمَنَا {إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا، يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ، فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا} [الجن: 2]، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَلَى نَبِيِّهِ ﷺ: {قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الجِنِّ} [الجن: 1] وَإِنَّمَا أُوحِيَ إِلَيْهِ قَوْلُ الجِنِّ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Nabi bersama sekelompok sahabat berangkat menuju pasar 'Ukazh. Saat itu telah ada penghalang antara setan dan berita-berita langit dimana telah dikirim kabut kepada setan sebagai penghalang. Maka setan-setan kembali menemui kaumnya, lalu kaumnya berkata, "Apa yang terjadi dengan kalian?" Setan-setan tersebut menjawab, "Telah ada penghalang antara kami dan berita-berita langit dengan dikirimnya kabut." Kaumnya berkata, "Tidak ada penghalang antara kalian dan berita-berita langit kecuali telah ada sesuatu yang terjadi. Pergilah kalian ke seluruh penjuru timur bumi dan baratnya, lalu perhatikanlah apa penghalang yang ada antara kalian dan berita-berita langit!" Maka berangkatlah setan-setan yang ada di Tihamah untuk mendatangi Nabi dan para sahabat Beliau yang sedang berada di pasar 'Ukazh. Saat itu beliau dan para sahabat sedang melaksanakan salat fajar. Ketika setan-setan itu mendengar Al-Qur'an, mereka menyimaknya dengan baik hingga mereka pun berkata, "Demi Allah, inilah yang menjadi penghalang antara kalian dan berita-berita langit." Dan perkataan ini pula yang disampaikan ketika mereka kembali kepada kaum mereka. Lantas mereka berkata kepada kaumnya, "Wahai kaum kami, {sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan. (Yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami) ' [Al-Jin: 1-2]. Maka kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya : {Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al-Qur'an)} [Al-Jin: 1] Yakni diwahyukan kepada beliau perkataan jin." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ayat pertama:

{قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا} [الجن: 1]

Katakanlah (Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan),” lalu mereka berkata, “Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur'an),

 Jin mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan penuh adab padahal mereka diciptakan dari apa yang berpotensi berbuat keburukan. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا} [الأحقاف: 29]

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Muhammad) serombongan jin yang mendengarkan (bacaan) Al-Qur'an, maka ketika mereka menghadiri (pembacaan)nya mereka berkata, “Diamlah kalian (untuk mendengarkannya)!” [Al-Ahqaf: 29]

Lihat: Adab membaca Al-Qur'an

Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi diutus juga kepada bangsa jin. Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا} [الفرقان: 1]

Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia). [Al-Furqaan:1]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" فُضِّلْتُ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ: ... وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً " [صحيح مسلم]

"Aku diberi keutamaan atas para nabi dengan enam hal: …, dan aku diutus kepada makhluk seluruhnya". [Shahih Muslim]

Celaan bagi manusia yang kafir dan tidak mau mendengarkan dan beriman terhadap Al-Qur’an.

Apakah Nabi melihat jin pada waktu itu?

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:

مَا قَرَأَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَلَى الْجِنِّ وَمَا رَآهُمُ [صحيح مسلم]

"Rasulullah tidak membaca di hadapan jin, dan tidak melihat mereka. [Shahih Muslim]

Apakah Nabi mengetahui kalau jin mendengarkan bacaannya?

Pada surah ini, Nabi tidak mengetahuinya. Sedangkan di waktu yang lain Nabi mengetahui keberadaan mereka. Alqamah berkata, 'Aku bertanya Ibnu Mas'ud, 'Apakah salah seorang dari kalian hadir bersama Rasulullah pada malam jin?' Dia menjawab:

لَا، وَلَكِنَّا كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَفَقَدْنَاهُ فَالْتَمَسْنَاهُ فِي الْأَوْدِيَةِ وَالشِّعَابِ. فَقُلْنَا: اسْتُطِيرَ أَوِ اغْتِيلَ. قَالَ: فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ فَلَمَّا أَصْبَحْنَا إِذَا هُوَ جَاءٍ مِنْ قِبَلَ حِرَاءٍ. قَالَ: فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ فَقَدْنَاكَ فَطَلَبْنَاكَ فَلَمْ نَجِدْكَ فَبِتْنَا بِشَرِّ لَيْلَةٍ بَاتَ بِهَا قَوْمٌ. فَقَالَ: «أَتَانِي دَاعِي الْجِنِّ فَذَهَبْتُ مَعَهُ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِمُ الْقُرْآنَ» قَالَ: فَانْطَلَقَ بِنَا فَأَرَانَا آثَارَهُمْ وَآثَارَ نِيرَانِهِمْ وَسَأَلُوهُ الزَّادَ فَقَالَ: " لَكُمْ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِي أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ لَحْمًا وَكُلُّ بَعْرَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «فَلَا تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ» [صحيح مسلم]

'Tidak, akan tetapi kami pernah pada suatu malam bersama Rasulullah, lalu kami kehilangan beliau sehingga kami mencarinya di lembah dan setapak jelan ke gunung. Maka kami berkata, 'Jin membawanya pergi atau membunuhnya secara sembunyi-sembunyi.' Maka kami bermalam dengan malam yang jelek yang para sahabat turut bersama melalui malam itu. Pada pagi harinya, tiba-tiba beliau datang dari arah Hira.' Perawi berkata, "Kami berkata, 'Wahai Rasulullah, kami telah kehilanganmu, lalu mencarimu, maka kami tidak mendapatkanmu hingga kami bermalam pada malam yang jelek yang para sahabat turut bersama melalui malam-malam itu.' Beliau menjawab, 'Seorang dai dari kalangan jin mendatangiku, maka aku pergi bersamanya, lalu aku membaca Al-Qur'an di hadapan mereka.' Perawi berkata, 'Lalu beliau beranjak pergi bersama kami untuk menunjukkan jejak-jejak mereka dan jejak perapian mereka. Dan mereka meminta kepadanya bekal, maka beliau bersabda, 'Kamu mendapatkan setiap tulang yang disebutkan nama Allah atasnya (ketika disembelih), yang mana di tangan kalian lebih banyak menjadi daging dan setiap kotoran hewan adalah makanan untuk hewan tunggangan kalian.' Lalu Rasulullah bersabda, 'Maka janganlah kalian beristinja dengan keduanya (maksudnya kotoran hewan dan tulang), karena keduanya adalah makanan saudara kalian.'" [Shahih Muslim]

Ayat kedua-kelima:

{يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا (2) وَأَنَّهُ تَعَالَى جَدُّ رَبِّنَا مَا اتَّخَذَ صَاحِبَةً وَلَا وَلَدًا (3) وَأَنَّهُ كَانَ يَقُولُ سَفِيهُنَا عَلَى اللَّهِ شَطَطًا (4) وَأَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَنْ تَقُولَ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا} [الجن: 2 - 5]

(yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami, dan sesungguhnya Mahatinggi keagungan Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak beranak. Dan sesungguhnya orang yang bodoh di antara kami dahulu selalu mengucapkan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah, dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jin itu tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah,

Al-Qur’an menunjukkan kepada kebenaran. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{قَالُوا يَاقَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنْزِلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ} [الأحقاف: 30]

Mereka (Jin) berkata, “Wahai kaum kami! Sungguh, kami telah mendengarkan Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan setelah Musa, membenarkan (kitab-kitab) yang datang sebelumnya, membimbing kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.” [Al-Ahqaf: 30]

Lihat: Keistimewaan Al-Qur'an

Mengatakan bahwa Allah punya anak dan istri adalah kedustaan terhadap Allah ta’aalaa. Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ هُوَ الْغَنِيُّ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ إِنْ عِنْدَكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ بِهَذَا أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (68) قُلْ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ} [يونس: 68، 69]

Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata, “Allah mempunyai anak.” Mahasuci Dia, Dialah Yang Mahakaya; milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kamu tidak mempunyai alasan kuat tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan tentang Allah apa yang kamu tidak ketahui? Katakanlah, “Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.” [Yunus: 68-69]

{أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ} [الأنعام: 101]

Bagaimana (mungkin) Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. [Al-An'am: 101]

Lihat: Tafsir surah Al-Ikhlash

Menghukumi sesuatu itu halal atau haram tanpa dalil adalah kedustaan terhadap Allah ta’aalaa. Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ} [النحل: 116]

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. [An-Nahl: 116]

Lihat: Bahaya ucapan; Berdusta terhadap Allah

Ayat keenam:

{وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا} [الجن: 6]

dan sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari jin, tetapi mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat.

Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata ketika menafsirkan ayat ini:

"كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَبِيتُ أَحَدُهُمْ بِالْوَادِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَيَقُولُ: أَعُوذُ بِعَزِيزِ هَذَا الْوَادِي، فَزَادَهُمْ ذَلِكَ إِثْمًا" [تفسير الطبري]

"Dahulu beberapa orang jika bermalam di suatu lembah pada masa Jahiliyah mereka berkata: Aku berlindung kepada jin penguasa lembah ini! Maka jin tersebut menambah dosa mereka dengan perbuatannya itu" [Tafsir Ath-Thabariy]

Ø  Qatadah -rahimahullah- juga berkata ketika menafsirkan ayat ini:

"ذُكِرَ لَنَا أَنَّ هَذَا الْحَيَّ مِنَ الْعَرَبِ كَانُوا إِذَا نَزَلُوا بِوَادٍ قَالُوا: نَعُوذُ بِأَعَزِّ أَهْلِ هَذَا الْمَكَانِ؛ قَالَ اللَّهُ: {فَزَادُوهُمْ رَهَقًا} [الجن: 6] أَيْ إِثْمًا، وَازْدَادَتِ الْجِنُّ عَلَيْهِمْ بِذَلِكَ جَرَاءَةً" [تفسير الطبري]

"Disiebutkan kepada kami bahwasanya penduduka kampung ini dari kaum 'Arab dahulu mereka jika singgah di suatu lembah mereka berdo'a: Kami berlindung kepada jin paling kuat penghuni tempat ini! Maka Allah berfirman: {Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan} [Al-Jin: 6] Maksudnya: Menambah dosa, dan jin tersebut bertambah berani dan jahat kepada mereka dengan do'anya tersebut". [Tafsir Ath-Thabariy]

Lihat: Syarah Kitab tauhid bab (16);Minta pertolongan kepada malaikat dan jin adalah syirik

Ayat ini adalah dalil larangan meminta kepada jin. Adapun Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang memerintah jin, maka ini adalah kekhususan yang Allah berikan kepadanya. Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَمَنْ يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ (12) يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ} [سبأ: 12، 13]

Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya pada waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya pada waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). [Saba': 12-13]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi bersabda:

«إِنَّ عِفْرِيتًا مِنَ الجِنِّ تَفَلَّتَ عَلَيَّ البَارِحَةَ لِيَقْطَعَ عَلَيَّ الصَّلاَةَ، فَأَمْكَنَنِي اللَّهُ مِنْهُ، فَأَرَدْتُ أَنْ أَرْبِطَهُ إِلَى سَارِيَةٍ مِنْ سَوَارِي المَسْجِدِ حَتَّى تُصْبِحُوا وَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ كُلُّكُمْ، فَذَكَرْتُ قَوْلَ أَخِي سُلَيْمَانَ: {رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي}"، فَرَدَّهُ خَاسِئًا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Sesungguhnya 'Ifrit dari bangsa Jin baru saja menggagguku untuk memutus salatku tapi Allah memenangkan aku atasnya, dan aku berkehendak untuk mengikatnya di salah satu tiang masjid, sehingga diwaktu Subuh, setiap kalian dapat melihatnya. Namun aku teringat ucapan saudaraku Sulaiman 'alaihissalam ketika berdoa: {Ya Rabb, anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak akan dimiliki oleh seorangpun setelah aku} [Shad: 35]. Kemudian beliau mengusirnya dalam keadaan hina." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ayat ketujuh:

{وَأَنَّهُمْ ظَنُّوا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ أَحَدًا} [الجن: 7]

Dan sesungguhnya mereka (jin) mengira seperti kamu (orang musyrik Mekah) yang juga mengira bahwa Allah tidak akan membangkitkan kembali siapa pun (pada hari Kiamat).

Lihat beberapa dalil akan adanya kebangkitan pada hari kiamat dalam Tafsir Surah An-Naba’

Ayat kedelapan-kesembilan:

{وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا (8) وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا} [الجن: 8، 9]

Dan sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami (jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang siapa (mencoba) mencuri dengar (seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah api yang mengintai (untuk membakarnya).

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Sesungguhnya Nabiyullah bersabda:

" إِذَا قَضَى اللَّهُ الأَمْرَ فِي السَّمَاءِ، ضَرَبَتِ المَلاَئِكَةُ بِأَجْنِحَتِهَا خُضْعَانًا لِقَوْلِهِ، كَأَنَّهُ سِلْسِلَةٌ عَلَى صَفْوَانٍ، فَإِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا لِلَّذِي قَالَ: الحَقَّ، وَهُوَ العَلِيُّ الكَبِيرُ، فَيَسْمَعُهَا مُسْتَرِقُ السَّمْعِ، وَمُسْتَرِقُ السَّمْعِ هَكَذَا بَعْضُهُ فَوْقَ بَعْضٍ - وَوَصَفَ سُفْيَانُ بِكَفِّهِ فَحَرَفَهَا، وَبَدَّدَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ - فَيَسْمَعُ الكَلِمَةَ فَيُلْقِيهَا إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، ثُمَّ يُلْقِيهَا الآخَرُ إِلَى مَنْ تَحْتَهُ، حَتَّى يُلْقِيَهَا عَلَى لِسَانِ السَّاحِرِ أَوِ الكَاهِنِ، فَرُبَّمَا أَدْرَكَ الشِّهَابُ قَبْلَ أَنْ يُلْقِيَهَا، وَرُبَّمَا أَلْقَاهَا قَبْلَ أَنْ يُدْرِكَهُ، فَيَكْذِبُ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ، فَيُقَالُ: أَلَيْسَ قَدْ قَالَ لَنَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا: كَذَا وَكَذَا، فَيُصَدَّقُ بِتِلْكَ الكَلِمَةِ الَّتِي سَمِعَ مِنَ السَّمَاءِ " [صحيح البخاري]

"Apabila Allah menetapkan satu perkara di atas langit maka para malaikat mengepakkan sayap-sayap mereka karena tunduk kepada firman-Nya, seakan-akan rantai yang berada di atas batu besar. Apabila hati mereka telah menjadi stabil, mereka berkata; 'Apa yang difirmankan Rabb kalian?' Mereka menjawab; 'Al-Haq, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.' Jin-jin pencuri berita mendengarkannya, (mereka bersusun-susun) sebagian di atas sebagian yang lainnya -Sufyan menggambarkan dengan telapak tangannya kemudian ia memiringkannya dan menyilangkan di antara jari-jemarinya-. Mereka mencuri dengar kalimat lalu menyampaikannya kepada yang berada di bawahnya, kemudian yang lain menyampaikannya kepada yang berada di bawahnya, hingga disampaikan kepada lisan tukang sihir atau dukun. Bisa jadi jin itu diterjang bintang sebelum menyampaikannya, dan bisa jadi mereka tidak diterjang oleh bintang sehingga dapat menyampaikannya, kemudian dicampur dengan seratus kebohongan. Maka kalimat yang didengar bisa sesuai dengan yang dari langit." [Shahih Bukhari]

Ø  'Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Seorang sahabat Nabi dari kalangan Anshar bercerita kepadaku;

أَنَّهُمْ بَيْنَمَا هُمْ جُلُوسٌ لَيْلَةً مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ رُمِيَ بِنَجْمٍ فَاسْتَنَارَ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «مَاذَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، إِذَا رُمِيَ بِمِثْلِ هَذَا؟» قَالُوا: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، كُنَّا نَقُولُ وُلِدَ اللَّيْلَةَ رَجُلٌ عَظِيمٌ، وَمَاتَ رَجُلٌ عَظِيمٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «فَإِنَّهَا لَا يُرْمَى بِهَا لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنْ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى اسْمُهُ، إِذَا قَضَى أَمْرًا سَبَّحَ حَمَلَةُ الْعَرْشِ، ثُمَّ سَبَّحَ أَهْلُ السَّمَاءِ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، حَتَّى يَبْلُغَ التَّسْبِيحُ أَهْلَ هَذِهِ السَّمَاءِ الدُّنْيَا» ثُمَّ قَالَ: " الَّذِينَ يَلُونَ حَمَلَةَ الْعَرْشِ لِحَمَلَةِ الْعَرْشِ: مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ فَيُخْبِرُونَهُمْ مَاذَا قَالَ: قَالَ فَيَسْتَخْبِرُ بَعْضُ أَهْلِ السَّمَاوَاتِ بَعْضًا، حَتَّى يَبْلُغَ الْخَبَرُ هَذِهِ السَّمَاءَ الدُّنْيَا، فَتَخْطَفُ الْجِنُّ السَّمْعَ فَيَقْذِفُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ، وَيُرْمَوْنَ بِهِ، فَمَا جَاءُوا بِهِ عَلَى وَجْهِهِ فَهُوَ حَقٌّ، وَلَكِنَّهُمْ يَقْرِفُونَ فِيهِ وَيَزِيدُونَ " [صحيح مسلم]

Bahwa pada suatu malam ketika mereka sedang duduk-duduk bersama Rasulullah ,  tiba-tiba mereka dijatuhi bintang (meteor) yang bersinar. Maka Rasulullah bertanya kepada mereka: 'Apa yang kalian katakan pada masa jahiliah apabila dijatuhi bintang seperti ini? ' Jawab mereka; 'Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu. Dahulu kami berkomentar; 'Malam ini telah lahir orang yang besar dan telah meninggal orang yang besar pula.' Maka Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya bintang (meteor) itu tidak jatuh karena meninggalnya seseorang dan tidak pula karena lahirnya seseorang. Tetapi Rabb kita, yang nama-Nya penuh berkah dan Mahatinggi, apabila Dia memutuskan suatu urusan, maka bertasbihlah pemikul 'Arasy, kemudian bertasbih pula penduduk langit setelah mereka, sehingga tasbih mereka terdengar pula oleh penduduk langit dunia ini. Kemudian orang-orang yang dekat pemikul 'Arasy berkata kepada mereka; 'Apa yang telah difirmankan Rabb kalian? ' Lalu mereka ceritakan apa yang telah difirmankan Allah. Maka penduduk langit yang lainnya pun saling mencari kabar tersebut sesama mereka, sehingga berita itu sampai pula kepada penduduk langit dunia ini. Berita itu tertangkap oleh bangsa jin, lalu dibisikkannya kepada pemimpin-pemimpin mereka, tetapi mereka dilempar karenanya. Maka apa yang disampaikannya menurut berita yang sebenarnya, itu benar. Tetapi biasanya mereka bohong dan beritanya mereka tambah-tambah.' [Shahih Muslim]

Ayat kesepuluh:

{وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا} [الجن: 10]

Dan sesungguhnya kami (jin) tidak mengetahui (adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan baginya.

Adab kaum jin yang menyandarkan kebaikan kepada Allah dan tidak menyandarkan keburukan padaNya.

Dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah apabila memulai shalat beliau bertakbir kemudian mengucapkan (do'a iftitah):

" ...  لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ ... " [صحيح مسلم]

“ … Aku siap untuk menjalankan perintah-Mu dan taat kepada-Mu. Semua kebaikan ada di tangan-Mu dan kejelekan tidak kembali (disandarkan) kepada-Mu. ... " [Shahih Muslim]

Jin tidak mengetahui perkara gaib, Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ} [سبأ: 14]

Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan. [Saba': 14]

Ayat kesebelas-kelimabelas:

{وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا (11) وَأَنَّا ظَنَنَّا أَنْ لَنْ نُعْجِزَ اللَّهَ فِي الْأَرْضِ وَلَنْ نُعْجِزَهُ هَرَبًا (12) وَأَنَّا لَمَّا سَمِعْنَا الْهُدَى آمَنَّا بِهِ فَمَنْ يُؤْمِنْ بِرَبِّهِ فَلَا يَخَافُ بَخْسًا وَلَا رَهَقًا (13) وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُونَ وَمِنَّا الْقَاسِطُونَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا (14) وَأَمَّا الْقَاسِطُونَ فَكَانُوا لِجَهَنَّمَ حَطَبًا} [الجن: 11-15]

Dan sesungguhnya di antara kami (jin) ada yang saleh dan ada (pula) kebalikannya. Kami menempuh jalan yang berbeda-beda. Dan sesungguhnya kami (jin) telah menduga, bahwa kami tidak akan mampu melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di bumi dan tidak (pula) dapat lari melepaskan diri (dari)-Nya. Dan sesungguhnya ketika kami (jin) mendengar petunjuk (Al-Qur'an), kami beriman kepadanya. Maka barangsiapa beriman kepada Tuhan, maka tidak perlu ia takut rugi atau berdosa. Dan di antara kami ada yang Islam dan ada yang menyimpang dari kebenaran. Siapa yang Islam, maka mereka itu telah memilih jalan yang lurus. Dan adapun yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi bahan bakar bagi neraka Jahanam.”

Jin juga diperintahkan beribadah kepada Allah ta’aalaa. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ} [الذاريات: 56]

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. [Adz-Dzariyaat:56]

Sekuat-kuatnya jin, mereka tidak mampu keluar dari kekuasaan Allah ta’aalaa. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

" إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ، فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ، وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ، فَلَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ، وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ " [صحيح مسلم]

Jika seseorang masuk rumahnya lalu menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, setan berkata kepada temannya: "Tidak ada tempat menginap dan makan malam untuk kalian". Dan jika ia masuk rumah lalu tidak meyebut nama Allah ketika masuk, setan berkata: "Kalian mendapatkan penginapan", dan jika ia tidak menyebut nama Allah ketika makan, setan berkata: "Kalian mendapatkan penginapan dan makan malam". [Sahih Muslim]

Lihat: Tafsir surah Ar-Rahman ayat 33; “Tidak ada yang bisa keluar dari kekuasaan Allah”

Ayat keenambelas-ketujuhbelas:

{وَأَلَّوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا (16) لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا} [الجن: 16، 17]

Dan sekiranya mereka tetap berjalan di atas jalan itu, niscaya Kami akan mencurahkan kepada mereka air yang cukup. Dengan (cara) itu Kami hendak menguji mereka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan Tuhannya (Al-Qur’an), niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang sangat berat.

Ada dua penafsiran maknaالطريقة pada ayat ini:

1.       Jalan yang lurus yaitu Islam, mereka akan mendapatkan kenikmatan dan diuji dengan kenikmatan tersebut.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ} [الأعراف: 96]

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [Al-A'raaf:96]

2.       Jalan kesesatan dan kekufuran; Mereka mendapatkan kenikmatan sebagai ujian dan istidraj.

Dari 'Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

"  إِذَا رَأَيْتَ اللهَ يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ، فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ "

“Jika kalian melihat Allah memberi seorang hamba kenikmatan dunia yang diinginkannya sementara ia melakukan maksiat, maka ketahuilah sesungguhnya itu cuma istidraaj (pancingan)”.

Kemudian Rasulullah membaca firman Allah ...

{فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ} [الأنعام: 44]

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. [Al-An'am:44] [Musnad Ahmad: Sahih]

Ayat kedelapanbelas-keduapuluh:

{وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا (18) وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا (19) قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَدًا} [الجن: 18 - 20]

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu menyembah apa pun di dalamnya selain Allah. Dan sesungguhnya ketika hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (melaksanakan salat), mereka itu berdesakan mengerumuninya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.”

Seluruh muka bumi adalah mesjid, tidak boleh meminta kepada selain Allah ta’aalaa. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah  bersabda:

"  أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: ...، وَجُعِلَتْ لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، ... " [صحيح البخاري ومسلم]

“Aku diberi lima perkara yang tidak diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku: …, dan dijadikan untukku bumi sebagai mesjid dan alat bersuci (pengganti air) … ". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Syarah Kitab tauhid bab (13); Diantara bentuk syirik, isti’adzah (minta perlindungan) kepada selain Allah

Siapakah yang berdesakan mengerumuni Nabi ?

1)      Mereka adalah para jin yang antusias mendengarkan bacaan Al-Qur’an dari Nabi .

2)      Mereka adalah para sahabat Nabi yang antusian mengambil teladan darinya .

3)      Mereka adalah orang-orang kafir dari kalangan jin dan manusia yang ingin mengalangi da’wah Nabi .

Ayat keduapuluhsatu-keduapuluhtiga:

{قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا رَشَدًا (21) قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا (22) إِلَّا بَلَاغًا مِنَ اللَّهِ وَرِسَالَاتِهِ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا} [الجن: 21 - 23]

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan kebaikan kepadamu.” Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya. (Aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia akan mendapat (azab) neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.”

Nabi tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari Allah, apalagi orang lain. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{قُل لَّا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ} [يونس: 49]

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". [Yunus: 49]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

«يَا بَنِي كَعْبِ بْنِ لُؤَيٍّ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، يَا بَنِي مُرَّةَ بنِ كَعْبٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، يَا بَنِي عَبْدِ شَمْسٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، يَا بَنِي هَاشِمٍ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنَ النَّارِ، يَا فَاطِمَةُ، أَنْقِذِي نَفْسَكِ مِنَ النَّارِ، فَإِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا، غَيْرَ أَنَّ لَكُمْ رَحِمًا سَأَبُلُّهَا بِبَلَالِهَا» [صحيح مسلم]

“Wahai Bani (anak cucu) Ka'b bin Lu'aiy .. selamatkanlah diri kalian dari neraka, wahai Bani Murrah bin Ka'b .. selamatkanlah diri kalian dari neraka, wahai Bani Abdi Syams .. selamatkanlah diri kalian dari neraka, wahai Bani Abdi Manaf .. selamatkanlah diri kalian dari neraka, wahai Bani Hasyim .. selamatkanlah diri kalian dari neraka, wahai Bani Abdi Al-Muthalib .. selamatkanlah diri kalian dari neraka, wahai Fatimah .. selamatkanlah dirimu dari neraka, karena sesungguhnya aku tidak memiliki kuasa untuk kalian di sisi Allah sedikit pun, hanya saja kalian punya hubungan kerabat denganku, aku akan menyambungnya sebagaimana mestinya". [Sahih muslim]

Yang kekal di neraka hanya orang kafir, musyrik, dan munafiq. Adapun pelaku maksiat selainnya dari orang beriman, maka akan mendapatkan ampunan. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ} [النساء: 48]

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. [An-Nisaa: 48 dan 116]

Ayat keduapuluhempat-keduapuluhtujuh:

{حَتَّى إِذَا رَأَوْا مَا يُوعَدُونَ فَسَيَعْلَمُونَ مَنْ أَضْعَفُ نَاصِرًا وَأَقَلُّ عَدَدًا (24) قُلْ إِنْ أَدْرِي أَقَرِيبٌ مَا تُوعَدُونَ أَمْ يَجْعَلُ لَهُ رَبِّي أَمَدًا (25) عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (26) إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا} [الجن: 24 - 27]

Sehingga apabila mereka melihat (azab) yang diancamkan kepadanya, maka mereka akan mengetahui siapakah yang lebih lemah penolongnya dan lebih sedikit jumlahnya. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak mengetahui, apakah azab yang diancamkan kepadamu itu sudah dekat ataukah Tuhanku menetapkan waktunya masih lama.” Dia Mengetahui yang gaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang gaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya.

Allah ta’aalaa akan memberikan pertolongan kepada orang beriman di dunia dan di akhirat. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ} [غافر: 51]

Sesungguhnya Kami akan menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari tampilnya para saksi (hari Kiamat). [Gafir: 51]

Nabi dan para malaikat tidak mengetahui perkara gaib kecuali yang Allah sampaikan kepadanya. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ} [الأعراف: 188]

Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak kuasa mendatangkan manfaat maupun menolak mudarat bagi diriku kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sekiranya aku mengetahui yang gaib, niscaya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan tidak akan ditimpa bahaya. Aku hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” [Al-A'raf: 188]

Ø  Ketika Jibril ‘alaihissalam bertanya tentang hari kiamat, Rasulullah menjawab:

"مَا المَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ" [صحيح البخاري ومسلم]

"  Tidaklah yang ditanya tentang itu lebih tau dari pada yang bertanya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Siapa yang mengaku telah mengetahui perkara gaib atau mempercayainya maka ia telah kafir. Dari Abu Hurairah dan Al-Hasan -radhiyallahu 'anhuma-; Rasulullah bersabda:

" مَنْ أَتَى كَاهِنًا، أَوْ عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ " [مسند أحمد: حسن]

"  Barangsiapa yang mendatangi tukan sihir atau peramal dan membenarkan perkataannya, berarti ia telah kafir tehadap apa yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad". [Musnad Ahmad: Hasan]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (26); Dukun (tukang ramal) dan sejenisnya

Ayat keduapuluhdelapan:

{لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا} [الجن: 28]

Agar Dia mengetahui bahwa rasul-rasul itu sungguh telah menyampaikan risalah Tuhannya, sedang (ilmu-Nya) meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.

Maknya ayat ini:

a.       Agar Muhammad mengetahui bahwa para Rasul sebelumnya telah menyampaikan risalah Tuhannya.

b.       Agar Muhammad mengetahui bahwa para malaikat telah menyampaikan risalah Tuhannya.

c.       Agar kaum musyrikin mengetahui bahwa para Rasul telah menyampaikan risalah Tuhannya.

d.       Agar Allah mengetahui untuk memberi balasan, sedangkan Allah telah mengetahui segala sesuatu sebelum terjadi. Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ} [آل عمران: 140]

Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim. [Ali 'Imran: 140]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Tafsir surah “Al-Kafirun” - Tafsir surah Al-Kautsar - Tafsir surah Al-Lahab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...