Minggu, 09 Februari 2020

Hadits Ibnu Buhainah, Al-Mugirah, dan Anas; Sujud Sahwi ketika meninggalkan tasyahhud awal

بسم الله الرحمن الرحيم
A.    Hadits Abdullah Ibnu Buhainah
Dari Abdullah Ibnu Buhainah radhiyallahu 'anhuma:
«أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى بِهِمُ الظَّهْرَ، فَقَامَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ لَمْ يَجْلِسْ، فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ حَتَّى إِذَا قَضَى الصَّلاَةَ وَانْتَظَرَ النَّاسُ تَسْلِيمَهُ كَبَّرَ وَهُوَ جَالِسٌ، فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ، ثُمَّ سَلَّمَ» [صحيح البخاري]
“Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah shalat Dzuhur bersama mereka, lalu beliau berdiri pada dua rakaat yang pertama dan tidak duduk (untuk tasyahud), dan orang-orang ikut berdiri. Sehingga ketika shalat akan selesai, dan orang-orang menanti salamnya, beliau bertakbir dalam posisi duduk, lalu sujud dua kali sebelum salam, setelah itu baru beliau salam." [Shahih Bukhari]
Dalam riwayat lain:
«يُكَبِّرُ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ، قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ، وَسَجَدَهُمَا النَّاسُ مَعَهُ، مَكَانَ مَا نَسِيَ مِنَ الْجُلُوسِ» [صحيح مسلم]
“Beliau membaca takbir setiap kali sujud dalam keadaan duduk, sebelum salam. Orang-orang ikut pula sujud bersama-sama dengan beliau, yaitu pengganti tasyahud awal yang terlupa." [Shahih Muslim]
1.      Abdullah Ibnu Buhainah –radhiyallahu ‘anhuma-.
Nama lengkapnya: Abdullah bin Malik bin Al-Qisyb, Abu Muhammad Al-Azdiy radhiyallahu 'anhu.
Buhainah –radhiyallahu ‘anha- adalah nama ibunya putri dari Al-Harits bin Al-Muthalib, ada yang mengatakan nama ibu dari bapaknya.
Beliau termasuk sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang terdahulu masuk Islam. Wafat di akhir masa pemerintahan Mu’awiyah sekitar tahun 54 atau 58 H.
2.      Tidak tasyahhud awal karena lupa diganti dengan sujud sahwi dua kali sebelum salam.
3.      Tasyahhud awal bukan rukun shalat karena bisa digantikan dengan sujud sahwi.
4.      Tasyahhud awal hukumnya wajib, dengan dalil:
a)       Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkannya kepada orang yang keliru dalam shalatnya.
Dari Rifa’ah bin Rafi’ radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam kisah tersebut:
«فَإِذَا جَلَسْتَ فِي وَسَطِ الصَّلَاةِ فَاطْمَئِنَّ، وَافْتَرِشْ فَخِذَكَ الْيُسْرَى ثُمَّ تَشَهَّدْ، ثُمَّ إِذَا قُمْتَ فَمِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى تَفْرُغَ مِنْ صَلَاتِكَ» [سنن أبي داود: حسن]
“Apabila kamu duduk di tengah mengerjakan shalat, maka tenangkanlah dirimu dan duduklah di atas paha kirimu, kemudian bacalah tasyahud. Setelah itu, apabila kamu berdiri, kerjakanlah seperti itu pula, sehingga kamu selesai dari shalat." [Sunan Abi Daud: Hasan]
b)      Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga memerintahkan ketika lupa tasyahud awal dan teringat sebelum sempurna berdiri pada raka’at ketiga, untuk kembali duduk dan tasyahhud. Namun jika teringat setelah berdiri tegak, maka tidak boleh kembali duduk. Sebagaimana dalam hadits Al-Mugirah bin Syu’bah radhiyallahu 'anhu yang akan datang.
c)       Sujud sahwi tidak dilakukan kecuali meninggalkan yang wajib.
5.      Bertakbir untuk setiap satu sujud sahwi dan ketika bangkit.
Abdullah Ibnu Buhainah radhiyallahu 'anhuma berkata:
«صَلَّى بِنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَامَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ، فَمَضَى فِي صَلاَتِهِ، فَلَمَّا قَضَى صَلاَتَهُ انْتَظَرَ النَّاسُ تَسْلِيمَهُ، فَكَبَّرَ وَسَجَدَ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ، ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ، ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَسَلَّمَ» [صحيح البخاري]
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat mengimami kami dan berdiri setelah dua rakaat pertama sebelum duduk, beliau teruskan shalatnya. Selesai beliau mendirikan shalatnya, para sahabat menunggu-nunggu beliau mengucapkan salam, tetapi beliau bertakbir dan sujud sebelum salam, kemudian beliau angkat kepalanya, kemudian bertakbir dan bersujud, kemudian beliau mengangkat kepalanya dan mengucapkan salam. [Shahih Bukhari]
Dalam riwayat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu lebih jelas disebutkan:
«فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ كَبَّرَ، ثُمَّ سَجَدَ، ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ، ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ، ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَعَ» [صحيح مسلم]
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat dua rakaat lagi (melengkapi shalatnya yang kurang), lalu memberi salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir, lalu bangkit. Kemudian bertakbir, lalu bersujud lagi, sesudah itu bertakbir, lalu bangkit.' [Shahih Muslim]
6.      Dzikir dan do’a yang dibaca ketika sujud sahwi sama dengan sujud lainnya.
Diantaranya:
'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Saat rukuk dan sujud Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memperbanyak membaca do'a:
«سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا، وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي»
(Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala puji bangi-Mu, ya Allah ampunilah aku), sebagai pengamalan perintah Al Qur'an." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Adapun dzikir:
سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو
“Maha Suci Dzat Yang tidak pernah tidur dan tidak pernah lupa”
Al-Hafidz Ibnu Hajar -rahimahullah- berkata: لَمْ أَجِدْ لَهُ أَصْلًا , Aku tidak mendapatkan sumbernya. [At-Talkhish Al-Habiir 2/14]
Imam Ar-Rafi’iy dan An-Nawawiy -rahimahumallah- mengatakan bahwa dzikir ini sesuai dengan kondisi ini (sujud sahwi). [Fathul ‘Aziz 4/180, Raudhatu Thalibin 1/315]
7.      Wajib mengikuti gerakan shalat imam.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَلاَ تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ [صحيح البخاري ومسلم]
"Dijadikannya Imam adalah untuk diikuti, maka janganlah kalian menyelisihnya.” [Shahih Bukhari dan Muslim]
8.      Antusias sahabat mengikuti amalan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata: Pada saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat bersama sahabatnya, tiba-tiba beliau melepaskan kedua sandalnya dan meletakkannya di sebelah kirinya. Ketika sahabat melihat hal itu, mereka semua melepaskan sandalnya. Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam usai dari shalatnya, beliau bersabda:
«مَا حَمَلَكُمْ عَلَى إِلْقَاءِ نِعَالِكُمْ»
"Apa yang membuat kalian melepaskan sandal kalian?"
Mereka menjawab: Kami melihatmu melepaskan sandalmu maka kami pun melepaskan sandal kami!
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
" إِنَّ جِبْرِيلَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَانِي فَأَخْبَرَنِي أَنَّ فِيهِمَا قَذَرًا - أَوْ قَالَ: أَذًى - "
"Sesungguhnya Jibril -shallallahu 'alaihi wa sallam- mendatangiku dan mengabariku bahwa pada kedua sandalku ada kotoran (najis)”
Dan beliau bersabda:
" إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَلْيَنْظُرْ: فَإِنْ رَأَى فِي نَعْلَيْهِ قَذَرًا أَوْ أَذًى فَلْيَمْسَحْهُ وَلْيُصَلِّ فِيهِمَا " [سنن أبي داود: صحيح]
"Apabila salah seorang di antara kalian datang ke masjid, maka perhatikanlah, jika dia melihat di sepasang sandalnya ada najis atau kotoran maka bersihkan, dan shalatlah dengan sepasang sandalnya itu." [Sunan Abi Daud: Sahih]
B.     Hadits Al-Mugirah bin Syu’bah
Diriwayatkan melalui tiga jalur:
a.       Jalur pertama: Qais bin Abi Hazim dari Al-Mugirah bin Syu’bah.
Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthniy rahimahullah dalam Sunan-nya 2/215:
عَنْ جَابِرٍ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُبَيْلٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فَقَامَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ فَاسْتَتَمَّ قَائِمًا فَلْيَمْضِ وَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ، وَإِنْ لَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ وَلَا سَهْوَ عَلَيْهِ».
Dari Jabir, dari Al-Mugirah bin Syubail, dari Qais bin Abi Hazim, dari Al-Mugirah bin Syu’bah; Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang dari kalian ragu kemudian langsung berdiri pada raka’at kedua (tidak tasyahhud awal) dan ia telah sempurna berdiri maka hendaklah ia meneruskan shalatnya kemudian sujud dua kali (sahwi), dan jika belum sempurna berdiri maka hendaklah ia duduk (untuk tasyahhud awal) dan tidak ada sujud sahwi baginya”.
Sanad hadits ini sangat lemah karena pada sanadnya ada Jabir bin Yazid Al-Ju’fiy[1]; Periwayatan haditsnya sangat lemah, dan ia tertuduh sebagai pendusta.
Ø  Namun ada dua penguat bagi jalur pertama ini:
Yang pertama: Riwayat Qais bin Ar-Rabi’ dari Al-Mugirah bin Syubail.
Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy rahimahullah dalam “Syarh Ma’aniy Al-Atsar” 1/440 no.2561, ia berkata:
عن قَيْس بْن الرَّبِيعِ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُبَيْلٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ، قَالَ: صَلَّى بِنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ، فَقَامَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ، فَسَبَّحَ النَّاسُ خَلْفَهُ، فَأَشَارَ إِلَيْهِمْ أَنْ قُومُوا. فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ، ثُمَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِذَا اسْتَتَمَّ أَحَدُكُمْ قَائِمًا فَلْيُصَلِّ وَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ، وَإِنْ لَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ، وَلَا سَهْوَ عَلَيْهِ»
Yang kedua: Riwayat Ibrahim bin Thahman dari AL-Mugirah bin Syubail.
Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam “Syarh Ma’aniy Al-Atsar” 1/440 no.2562, ia berkata:
عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ طَهْمَانَ، عَنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُبَيْلٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ، قَالَ: صَلَّى بِنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ، فَقَامَ مِنَ الرَّكْعَتَيْنِ قَائِمًا، فَقُلْنَا: سُبْحَانَ اللهِ فَأَوْمَى وَقَالَ: سُبْحَانَ اللهِ فَمَضَى فِي صَلَاتِهِ. فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ وَسَلَّمَ، سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ، ثُمَّ قَالَ: صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاسْتَوَى قَائِمًا مِنْ جُلُوسِهِ، فَمَضَى فِي صَلَاتِهِ. فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ، سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ، ثُمَّ قَالَ: «إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَقَامَ مِنَ الْجُلُوسِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا، فَلْيَجْلِسْ، وَلَيْسَ عَلَيْهِ سَجْدَتَانِ، فَإِنِ اسْتَوَى قَائِمًا، فَلْيَمْضِ فِي صَلَاتِهِ، وَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ»
Sanad hadits ini shahih, tapi tidak secara jelas menyebutkan sujud sahwi setelah salam atau sebelum salam.
b.      Jalur kedua: Ziyad bin ‘ilaqah dari Al-Mugirah bin Syu’bah.
Diriwayatkan oleh Abu Daud rahimahullah dalam “As-Sunan” 1/272 no.1037, dan At-Tirmidziy rahimahullah dalam “Al-Jami’” 2/201 no.365:
عن يَزِيد بْن هَارُونَ، أَخْبَرَنَا الْمَسْعُودِيُّ، عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ، قَالَ: صَلَّى بِنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ فَنَهَضَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ، قُلْنَا: سُبْحَانَ اللَّهِ، قَالَ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَمَضَى، فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ وَسَلَّمَ، سَجَدَ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ، قَالَ: «رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَصْنَعُ كَمَا صَنَعْتُ»
Dari Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Al-Mas'udiy, dari Ziyad bin 'Ilaqah, dia berkata; "Al-Mughirah bin Syu'bah shalat bersama kami, lalu langsung berdiri di raka'at kedua (tidak tasyahhud awal), lantas kami mengucapkan "Subhanallah" dia juga mengucapkan; "Subhanallah" dan dia terus berdiri. Setelah menyempurnakan shalat dan memberi salam, dia sujud sahwi dua kali. Seusai shalat dia berkata; "Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengerjakan seperti yang aku kerjakan."
Abu Daud berkata;
«فَعَلَ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ مِثْلَ مَا فَعَلَ الْمُغِيرَةُ، وَعِمْرَانُ بْنُ حُصَيْنٍ، وَالضَّحَّاكُ بْنُ قَيْسٍ، وَمُعَاوِيَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ، وَابْنُ عَبَّاسٍ، أَفْتَى بِذَلِكَ وَعُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ»
"Sa'd bin Abu Waqash juga pernah mengerjakan apa yang di kerjakan oleh Al-Mughirah, begitu juga dengan 'Imran bin Hushain, Dhahak bin Qais, Mu'awiyah bin Abu Sufyan, dan Ibnu Abbas. Umar bin Abdul Aziz juga pernah memberi fatwa seperti itu”.
Abu Daud berkata;
«وَهَذَا فِيمَنْ قَامَ مِنْ ثِنْتَيْنِ، ثُمَّ سَجَدُوا بَعْدَ مَا سَلَّمُوا»
"Dan yang demikian bagi orang yang langsung berdiri dari dua raka'at (lupa dari tasyahud), kemudian dia sujud (sahwi) setelah salam."
At-Tirmidziy berkata: “Hadits ini hasan shahih”.
Al-Baihaqiy rahimahullah berkata:
حَدِيثُ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَصَحُّ مِنْ هَذَا وَمَعَهُ رِوَايَةُ مُعَاوِيَةَ وَفِي حَدِيثِهِمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَجَدَهُمَا قَبْلَ السَّلَامِ، وَاللهُ أَعْلَمُ
“Hadits Ibnu Buhainah lebih shahih dari hadits ini, dan didukung oleh riwayat Mu’awiyah yang keduanya menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sujud sahwi dua kali sebelum salam. Wallahu a’lam!” [As-Sunan Al-Kubra 2/477]
c.       Jalur ketiga: Asy-Sya’biy dari Al-Mugirah bin Syu’bah.
Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dalam “Al-Jami’” 2/198 no.364:
 عن ابْن أَبِي لَيْلَى، عَنْ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: صَلَّى بِنَا المُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ فَنَهَضَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ، فَسَبَّحَ بِهِ القَوْمُ وَسَبَّحَ بِهِمْ، فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ سَلَّمَ، ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ وَهُوَ جَالِسٌ، ثُمَّ حَدَّثَهُمْ: «أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَ بِهِمْ مِثْلَ الَّذِي فَعَلَ»
Dari Ibnu Abu Laila, dari Asy-Sya'biy ia berkata; "Al-Mughirah bin Syu'bah shalat bersama kami, lalu pada rakaat kedua ia berdiri (tidak tasyahhud awal) hingga orang-orang mengucapkan SUBHAANAALLAH, dan ia juga mengucapkannya untuk mereka. Setelah shalat ia sujud sahwi dengan dua kali sujud dalam keadaan duduk. Setelah itu ia menceritakan kepada orang-orang bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga melakukan sebagaimana yang ia lakukan."
At-Tirmidziy berkata;
وَفِي البَابِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، وَسَعْدٍ، وَعَبْدِ اللَّهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ، وَالعَمَلُ عَلَى هَذَا عِنْدَ أَهْلِ العِلْمِ: عَلَى أَنَّ الرَّجُلَ إِذَا قَامَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ مَضَى فِي صَلَاتِهِ وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ مِنْهُمْ مَنْ رَأَى قَبْلَ التَّسْلِيمِ، وَمِنْهُمْ مَنْ رَأَى بَعْدَ التَّسْلِيمِ، وَمَنْ رَأَى قَبْلَ التَّسْلِيمِ فَحَدِيثُهُ أَصَحُّ لِمَا رَوَى الزُّهْرِيُّ، وَيَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ الأَنْصَارِيُّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ "
"Dalam bab ini juga ada riwayat dari Uqbah bin Amir, Sa'd, dan Abdullah bin Buhainah. Hadits ini diamalkan ahli ilmu, bahwa seorang laki-laki jika berdiri pada rakaat kedua hendaknya ia tetap meneruskan shalatnya, setelah itu ia sujud dengan dua kali sujud (sahwi). Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa sujud itu dilakukan sebelum salam, dan sebagian yang lain berpendapat bahwa sujud itu dilakukan setelah salam. Dan pendapat yang mengatakan bahwa sujud itu dilakukan sebelum salam haditsnya adalah lebih shahih, sebab hadits tersebut diriwayatkan dari Az-Zuhriy dan Yahya bin Sa'id Al-Anshariy, dari Abdurrahman Al-A'raj, dari Abdullah bin Buhainah."
Sanad riwayat ini sangat lemah karena terdapat rawiy yang bernama Ibnu Abi Laila yaitu Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laila[2] (w148H); Periwayatan haditsnya dilemahkan oleh Ibnu Ma'in. Imam Ahmad dan Abu Hatim mengatakan: “Hafalannya buruk”. An-Nasa'i mengatakan: “Periwayatan haditsnya tidak kuat”. Yahya bin Sa'id Al-Qathan dan Ibnu Hajar mengatakan: “Hafalannya sangat buruk”.
Ø  Namun perawi lain yang meriwayatkan hadits ini dari Asy-Sya’biy:
Diriwayatkan oleh Ath-Thahawiy dalam “Syarh Ma’aniy Al-Atsar” (1/439) no.2559, ia berkata:
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرَةَ، قَالَ: ثنا بَكْرُ بْنُ بَكَّارٍ، قَالَ: ثنا عَلِيُّ بْنُ مَالِكٍ الرُّؤَاسِيُّ، مِنْ أَنْفَسِهِمْ، قَالَ: سَمِعْتُ عَامِرًا، يُحَدِّثُ: أَنَّ الْمُغِيرَةَ بْنَ شُعْبَةَ، سَهَا فِي السَّجْدَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ فَسَبَّحَ بِهِ، فَاسْتَتَمَّ قَائِمًا حَتَّى صَلَّى أَرْبَعًا، ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ وَقَالَ: «هَكَذَا فَعَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ»
Sanad hadits ini shahih, tapi tidak secara jelas menyebutkan sujud sahwi setelah salam atau sebelum salam.
d.      Jalur keempat: Tsabir bin ‘Ubaid dari Al-Mugirah bin Syu’bah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah rahimahullah dalam Mushannafnya 1/391 no.4501, ia berkata:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ، عَنْ ثَابِتِ بْنِ عُبَيْدٍ قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ «فَقَامَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ، فَلَمْ يَجْلِسْ فَلَمَّا فَرَغَ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ»
Ø  Diriwayatkan juga oleh Ath-Thabaraniy rahimahullah dalam “Al-Mu’jam Al-Kabiir” (20/419) no.998:
حَدَّثَنَا أَسْلَمُ بْنُ سَهْلٍ الْوَاسِطِيُّ، ثَنَا وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ، أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ الْمُزَنِيُّ، ثَنَا أَبُو سَعْدٍ الْبَقَّالُ، عَنْ ثَابِتِ بْنِ عُبَيْدٍ، قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ فَلَمْ يَجْلِسْ فِي الثَّانِيَةِ، فَسَبَّحَ بِهِ الْقَوْمُ فَمَضَى فِي صَلَاتِهِ، فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ الْتَفَتَ إِلَى الْقَوْمِ فَقَالَ: لَوْ سَبَّحْتُمْ قَبْلَ أَنْ أَسْتَوِيَ قَائِمًا جَلَسْتُ، وَلَكِنْ هَكَذَا صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "
Abu Daud berkata:
وَرَوَاهُ أَبُو عُمَيْسٍ، عَنْ ثَابِتِ بْنِ عُبَيْدٍ، قَالَ: صَلَّى بِنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ شُعْبَةَ، مِثْلَ حَدِيثِ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ.
“Dan diriwayatkan pula oleh Abu 'Umais, dari Tsabit bin 'Ubaid, dia berkata; " Al-Mughirah bin Syu'bah shalat bersama kami…" seperti haditsnya Ziyad bin 'Ilaqah”.
Sanad riwayat ini shahih, tapi tidak jelas menyebutkan waktu sujud sahwinya sebelum atau setelah salam.
Penjelasan singkat hadits ini:
1)      Al-Mugirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu.
2)      Ketika lupa tasyahud awal dan teringat sebelum sempurna berdiri pada raka’at ketiga, maka wajib untuk kembali duduk dan tasyahhud.
Namun jika teringat setelah berdiri tegak, maka tidak boleh kembali duduk karena sudah berada pada posisi rukun shalat yaitu berdiri, sedangkan duduk tasyahhud hanya wajib cukup diganti dengan sujud sahwi.
3)      Apabila ia kembali duduk untuk tasyahhud awal, atau orang yang hendak berdiri ke raka’at tambahan kemudian kembali duduk, apakah harus sujud sahwi?
Pendapat pertama: Tidak perlu sujud sahwi.
Dengan dalil:
1.       Lafadz hadits Al-Mugirah bin Syu’bah pada jalur pertama.
2.       Hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
«لَا سَهْوَ فِي وَثْبَةِ الصَّلَاةِ إِلَّا قِيَامٌ عَنْ جُلُوسٍ أَوْ جُلُوسٌ عَنْ قِيَامٍ»
“Tidak ada sujud sahwi pada shalat kecuali jika berdiri dari yang seharusnya duduk atau duduk dari yang seharusnya berdiri”. [Sunan Ad-Daraquthniy: Lemah]
3.       Dalam beberapa hadits shahih disebutkan adanya gerakan yang sedikit dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau sahabatnya tapi beliau tidak memerintahkan untuk sujud sahwi.
Pendapat kedua: Tetap sujud sahwi.
Dengan dalil:
a.       Hadits Abu Sa’id Al-Khudriy dan Abdurrahman bin ‘Auf menunjukkan bahwa sujud sahwi bertujuan untuk menghinakan syaitan yang telah mengganggu dalam shalat, maka setiap ada kelupaan dalam shalat hendaknya sujud sahwi.
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ، فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَمْ أَرْبَعًا، فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ، فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلَاتَهُ، وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لِأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ» [صحيح مسلم]
“Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam shalatnya, dan tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, tiga ataukah empat rakaat maka buanglah keraguan, dan ambilah yang pasti (yaitu yang sedikit). Kemudian sujudlah dua kali sebelum memberi salam. Jika ternyata dia shalat lima rakaat, maka sujudnya telah menggenapkan shalatnya. Dan jika, ternyata shalatnya memang empat rakaat maka kedua sujudnya itu adalah sebagai penghinaan bagi setan'." [Shahih Muslim]
Dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي الثِّنْتَيْنِ وَالْوَاحِدَةِ، فَلْيَجْعَلْهَا وَاحِدَةً، وَإِذَا شَكَّ فِي الثِّنْتَيْنِ وَالثَّلَاثِ فَلْيَجْعَلْهَا ثِنْتَيْنِ، وَإِذَا شَكَّ فِي الثَّلَاثِ وَالْأَرْبَعِ فَلْيَجْعَلْهَا ثَلَاثًا، ثُمَّ لِيُتِمَّ مَا بَقِيَ مِنْ صَلَاتِهِ حَتَّى يَكُونَ الْوَهْمُ فِي الزِّيَادَةِ، ثُمَّ يَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Jika salah seorang dari kalian ragu antara dua raka'at atau satu, hendaklah ia jadikan satu raka'at. Jika ragu antara dua raka'at atau tiga, hendaklah ia jadikan dua. Jika ragu antara tiga atau empat, hendaklah ia jadikan tiga. Setelah itu hendaklah ia menyempurnakan kekurangannya, hingga keraguan itu bertumpu pada sesuatu yang lebih. Kemudian sujud sahwi dua kali dalam keadaan duduk sebelum salam. " [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
b.       Setiap gerakan tambahan dalam shalat harus ada sujud sahwi, sebagaimana dikandung dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata:.
صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ إِبْرَاهِيمُ: لاَ أَدْرِي زَادَ أَوْ نَقَصَ - فَلَمَّا سَلَّمَ قِيلَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَحَدَثَ فِي الصَّلاَةِ شَيْءٌ؟ قَالَ: «وَمَا ذَاكَ»، قَالُوا: صَلَّيْتَ كَذَا وَكَذَا، فَثَنَى رِجْلَيْهِ، وَاسْتَقْبَلَ القِبْلَةَ، وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، ثُمَّ سَلَّمَ، فَلَمَّا أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ، قَالَ: «إِنَّهُ لَوْ حَدَثَ فِي الصَّلاَةِ شَيْءٌ لَنَبَّأْتُكُمْ بِهِ، وَلَكِنْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ، أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ، فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي، وَإِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَتِهِ، فَلْيَتَحَرَّ الصَّوَابَ فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ، ثُمَّ لِيُسَلِّمْ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ» [صحيح البخاري]
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat. -Ibrahim mengatakan: "Tapi aku tidak tahu apakah beliau kelebihan rakaat atau kurang-. Setelah salam, beliau pun ditanya: "Wahai Rasulullah, telah terjadi sesuatu dalam shalat?!
Beliau bertanya: "Apakah itu?"
Maka mereka menjawab, "Tuan shalat begini dan begini."
Beliau kemudian duduk pada kedua kakinya menghadap kiblat, kemudian beliau sujud dua kali, kemudian salam. Ketika menghadap ke arah kami, beliau bersabda: "Seungguhnya bila ada sesuatu yang baru dari shalat pasti aku beritahukan kepada kalian. Akan tetapi aku ini hanyalah manusia seperti kalian yang bisa lupa sebagaimana kalian juga bisa lupa, maka jika aku terlupa ingatkanlah. Dan jika seseorang dari kalian ragu dalam shalatnya maka dia harus meyakini mana yang benar, kemudian hendaklah ia sempurnakan, lalu salam kemudian sujud dua kali." [Shahih Bukhari]
c.       Hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu yang akan datang, hadits Tsauban dan Aisyah.
Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda;
«لِكُلِّ سَهْوٍ سَجْدَتَانِ بَعْدَ مَا يُسَلِّمُ»
“Setiap kali lupa, ada dua kali sujud setelah salam." [Sunan Abi Daud: Lemah]
Ø  Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«سَجْدَتَا السَّهْو تُجْزِئُ فِي الصَّلَاةِ مِنْ كُلِّ زِيَادَةٍ وَنُقْصَانٍ»
“Dua sujud sahwi bisa menutupi dalam shalat dari setiap gerakan tambahan atau kekurangan”. [Musnad Abi Ya’laa: Lemah]
d.       Adapun hadits Ibnu Umar maka hadits tersebut lemah.
e.       Sedangkan hadits shahih yang menyebutkan adanya gerakan yang sedikit dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau sahabatnya tapi beliau tidak memerintahkan untuk sujud sahwi.
Maka ini adalah gerakan yang sengaja dilakukan untuk kemaslahatan shalat, berbeda jika gerakan dilakukan karena lupa atau ragu. Wallahu a’lam!
C.     Hadits Anas bin Malik.
Diriwayatkan oleh Abdurrazaq rahimahullah dalam “Al-Mushannaf” 2/311 no.3489:
عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: «كُنَّا مَعَهُ فَصَلَّى الْعَصْرَ فَتَحَرَّكَ لِلْقِيَامِ، فَسَبَّحُوا، فَسَجَدَ سَجْدَتَيِ السَّهْوِ»
Dari Ats-Tsauriy, dari Yahya bin Sa’id, dari Anas, Yahya berkata: “Kami pernah bersama Anas kemudian ia shalat Ashar, ketika ia hendak berdiri makmum di balakangnya bertasbih. Maka Anas sujud sahwi dua kali”.
Ø  Dan Ibnu Al-Mundzir rahimahullah dalam kitabnya “Al-Ausath” 3/291 no.1678, ia berkata:
حَدَّثنا عَلِيُّ قَالَ: ثنا عَبْدُ اللهِ، عَنْ سُفْيَانَ قَالَ: حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: «رَأَيْتُهُ تَحَرَّكَ لِلْقِيَامِ فِي الرَّكْعَتَيْنِ مِنَ الْعَصْرِ، فَسَبَّحُوا بِهِ، فَجَلَسَ وَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ»
Ali menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdullah menceritakan kepada kami, dari Sufyan, ia berkata: Yahya bin Sa’id menceritakan kepadaku, dari Anas bin Malik, Yahya berkata: “Aku melihat Anas beranjak bangkit untuk berdiri (tidak tasyahhud awal) setelah raka’at kedua shalat Ashar, maka makmum bertasbih karenanya, kemudian Anas kembali duduk (untuk tasyahhud), dan ia sujud dua kali (sahwi) saat ia duduk”.
Imam Ad-Daraquthniy dalam kitabnya “Al-‘Ilal” (12/221 no.2643) berkata:
ورواه سليمان بن بلال، عن يحيى بن سعيد، عن أنس أنه فعل ذلك، وقال: "هذا السنة"، ولم يقل هذا غيره، وزيادة الثقة مقبولة.
“Dan hadits ini diriwayatkan oleh Sulaiman bin Bilal, dari Yahya bin Sa’id, dari Anas, bahwasanya Anas melakukan yang demikian, dan ia berkata: “Ini adalah sunnah (dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam)”, dan ucapan ini tidak disebutkan dalam riwayat lainnya, dan tambahan lafadz dari seorang yang tsiqah adalah diterima (shahih)”.
Wallahu a’lam!



[1] Lihat biografi " Jabir Al-Ju’fiy " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.29 , Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.71 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 1/208, Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 2/497, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 1/245, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 2/327, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy hal.99, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/164, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 4/465, Diwan Adh-Dhu’afaa’ karya Adz-Dzahabiy hal.59, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.192.
[2] Lihat biografi Ibnu Abi Laila dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.232 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 4/98, Al-Jarh wa At-Ta'diil 7/322, Al-Majruhiin 2/243, Al-Kamil 6/183, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 3/76, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 6/221, Taqriib At-Tahdziib hal.493.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...