Sabtu, 15 Februari 2020

Hadits Ibnu Umar, Tsauban, dan Aisyah; Apakah setiap kekeliruan dalam shalat ada sujud sahwi?

بسم الله الرحمن الرحيم
A.    Hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma
Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthniy rahimahullah dalam Sunan-nya 2/213 no.1414, Al-Hakim rahimahullah dalam “Al-Mustadrak” (1/471) no.1212, dan Al-Baihaqiy rahimahullah dalam “As-Sunan Al-Kubra” (2/486) no.3853:
عن يَحْيَى بْن صَالِحٍ، ثنا أَبُو بَكْرٍ الْعَبْسِيُّ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَا سَهْوَ فِي وَثْبَةِ الصَّلَاةِ إِلَّا قِيَامٌ عَنْ جُلُوسٍ أَوْ جُلُوسٌ عَنْ قِيَامٍ»
Dari Yahya bin Shalih, ia berkata: Abu Bakr Al-‘Absiyyu menceritakan kepada kami, dari Yazid bin Abi Habib, dari Salim bin ‘Abdillah bin ‘Umar, dari bapaknya, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak ada sujud sahwi pada shalat kecuali jika berdiri dari yang seharusnya duduk atau duduk dari yang seharusnya berdiri”.
Al-Hakim berkata:
هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ
“Hadits ini sanadnya shahih dan tidak diriwayatkan oleh keduanya (Bukhari dan Muslim)”.
Sedangkan imam Al-Baihaqiy berkata:
 هَذَا حَدِيثٌ يَنْفَرِدُ بِهِ أَبُو بَكْرٍ الْعَنْسِيُّ وَهُوَ مَجْهُولٌ
“Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Abu Bakr Al-‘Anbasiy dan ia seorang yang majhul (tidak diketahui).”
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Abu Bakr Al-‘Anbasiy adalah Abu Bakr bin Abi Maryam, dan ia seorang yang lemah periwayatan haditsnya”. [At-Talkhishul Habir 2/6]
Sanad hadits ini lemah, karena Abu Bakr bin Abdillah bin Abi Maryam Al-Gassaaniy Asy-Syaamiy[1], ada yang mengatakan namanya adalah Bukhari dan terkadang dinisbatkan kepada kakeknya. Ia dihukumi lemah oleh Ibnu Ma’in, Ahmad, Abu Zur’ah, Abu Hatim, An-Nasa’iy, Ad-Daraquthniy, dan selainnya rahimahumullah.

B.     Hadits Tsauban radhiyallahu 'anhu.
Diriwayatkan oleh Abu Daud rahimahullah dalam “As-Sunan” 1/272 no.1038, dan Ibnu Majah rahimahullah dalam Sunan-nya 1/385 no.1219:
عَنْ زُهَيْرٍ بْن سَالِمٍ الْعَنْسِيَّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ، عَنْ ثَوْبَانَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لِكُلِّ سَهْوٍ سَجْدَتَانِ بَعْدَ مَا يُسَلِّمُ».
Dari Zuhair bin Salim Al-'Ansiy, dari Abdurrahman bin Jubair bin Nufair, dari Tsauban dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda; 'Setiap kali lupa, ada dua kali sujud setelah salam."
Sanad ini lemah, karena Zuhair bin Salim Al-‘Ansiy[2]; Tidak ada yang menghukuminya tsiqah kecuali Ibnu Hibban. Sedangkan Ad-Daraquthniy mengatakan: “Periwayatan haditsnya mungkar (sangat lemah)”.
Akan tetapi khusus lafadz hadits ini “'Setiap kali lupa, ada dua kali sujud” ada syahidnya (penguat) yang kemungkinan bisa mengangkatnya ke derajat hasan ligairih, yaitu hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Lihat: Irwa’ Al-Galil karya syekh Albaniy rahimahullah 2/47.

C.     Hadits Aisyah radhiyallahu 'anha.
Diriwayatkan oleh Abu Ya’laa rahimahullah dalam Musnad-nya 8/68 no.4592:
عن حَكِيم بْن نَافِعٍ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «سَجْدَتَا السَّهْو تُجْزِئُ فِي الصَّلَاةِ مِنْ كُلِّ زِيَادَةٍ وَنُقْصَانٍ»
Dari Hakim bin Nafi’, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari bapaknya, dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dua sujud sahwi bisa menutupi dalam shalat dari setiap gerakan tambahan atau kekurangan”.
Ibnu ‘Adiy rahimahullah dalam kitabnya “Al-Kamil” 2/516 berkata:
وَهَذَا الْحَدِيثُ لا أَعْلَمُ رَوَاهُ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ غَيْرَ حكيم بْن نافع، وروي عَن أَبِي جَعْفَر الرازي عَن هشام بْن عروة، ويقال: إن أبا جَعْفَر هُوَ كنية حكيم بْن نافع، فكأن الْحَدِيث رجع إلى أَنَّهُ لم يروه عَن هشام غير حكيم.
“Hadits ini tidak aku ketahui ada yang meriwayatkannya dari HIsyam bin ‘Urwah selain Hakim bin Nafi’. Dan telah diriwayatkan juga dari Abu Ja’far Ar-Raziy, dari Hisyam bin ‘Urwah. Namun dikatakan bahwa Abu Ja’far adalah kuniah dari Hakim bin Nafi’, maka sepertinya kembali pada pernyataan bahwa tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Hisyam selain Hakim”.
Al-Baihaqiy rahimahullah berkata:
وَهَذَا الْحَدِيثُ يُعَدُّ مِنْ إِفْرَادِ حَكِيمِ بْنِ نَافِعٍ الرَّقِّيِّ، وَكَانَ يَحْيَى بْنُ مَعِينٍ يُوَثِّقُهُ، وَاللهُ أَعْلَمُ!
“Hadits ini terhitung sebagai hadits yang hanya diriwayatkan oleh Hakim bin Nafi’ Ar-Raqqiy, dan Yahya bin Ma’in telah menganggapnya tsiqah. Wallahu a’lam!” [As-Sunan Al-Kubraa 2/488]
Sanad ini sangat lemah, karena Hakim bin Nafi’ Al-Qurasyiy Ar-Raqqiy[3]; Abu Hatim berkata: “Haditsnya mungkar”. Abu Zur’ah berkata: “Ia tidak ada apa-apanya (sangat lemah)”.
Sedangkan Abu Ja’far Ar-Raziy[4], apabila ia bukan Hakim bin Nafi’ maka ia bisa menguatkan hadits Tsauban yang lalu. Wallahu a’lam!
Lihat: Silsilah hadits shahih karya syekh Albaniy rahimahullah 4/510 no.1889.

Jika seseorang melakukan beberapa kekeliruan dalam sekali shalat:
Pendapat pertama: Ia harus sujud sahwi sebanyak kekeliruan yang dilakukan dalam shalatnya.
Maksudnya, jika melakukan dua kesalahan dalam satu shalat maka ia sujud sahwi dua kali dengan empat sujud.
Dengan dalil hadits Tsauban dan Aisyah radhiyallahu 'anhuma di atas.
Pendapat kedua: Berapapun kekeliruan yang dilakukan dalam satu shalat maka cukup sujud sahwi sekali dengan dua sujud.
Dengan dalil kisah Dzul Yadaini dalam hadits Abu Hurairah dan ‘Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhuma, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam salam sebelum shalatnya selesai, kemudian beranjak dari tempat shalatnya, dan berbicara, namun beliau hanya melakukan satu sujud sahwi.
(Lihat: Hadits Abu Hurairah dan ‘Imran; Sujud Sahwi ketika salam sebelum shalat sempurna)
Adapun hadits Tsauban dan Aisyah, maka yang dimaksud adalah sujud sahwi setiap keliru dalam setiap shalat, tanpa melihat berapa jumlah dan bagaimana bentuk kekeliruannya.
Wallahu a’lam!



[1] Lihat biografi Abu Bakr bin Abi Maryam di: Tarikh Ibnu Ma’in riwayat Ad-Duriy 4/437, Adh-Du’afaa’ karya An-Nasa’iy hal.255, Adh-Dhu’afaa’ karya Al-‘Uqailiy 3/310, Al-Jarh wa At-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim 2/404, Al-Majruhin karya Ibnu Hibban 3/146, Al-Kamil karya Ibnu ‘Adiy 2/36, Adh-Dhu’afaa’ karya Ibnu Al-Jauziy 1/152, Tahdzibul Kamal karya Al-Mizziy 33/108, Al-Kasyif karya Adz-Dzahabiy 2/411, Diwan Adh-Dhu’afaa’ karya Adz-Dzahabaiy hal.453, Taqrib At-Tahdzib karya Ibnu Hajar hal.1116.
[2] Lihat biografi " Zuhair bin Salim " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/587, Tahdziib Al-Kamaal 9/406, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 2/83, Al- Tahdzib At-Thadzib karya Ibnu Hajar 3/344, Taqriib At-Tahdziib hal.217.
[3] Lihat biografi " Hakim bin Nafi’ " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 3/207, Al-Majruhiin 1/248, Al-Kaamil 2/515, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/231, Miizaan Al-I'tidaal 1/586, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 3/262.
[4] Lihat biografi " Abu Ja’far Ar-Raziy " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil 6/280, Al-Majruhiin 2/120, Tahdziib Al-Kamaal 33/192, Al-Kasyif 2/416, Taqriib At-Tahdziib hal.629.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...