Senin, 17 Februari 2020

Hadits Umar, dan Ibnu ‘Abbas; Apakah ada sujud sahwi bagi makmum?

بسم الله الرحمن الرحيم
A.    Hadits Umar bin Khathab
Diriwayatkan dengan dua versi sanad:
Sanad pertama: Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthniy rahimahullah dalam Sunan-nya 2/212, no.1413:
عن خَارِجَة بْن مُصْعَبٍ، عَنْ أَبِي الْحُسَيْنِ الْمَدِينِيِّ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:  «لَيْسَ عَلَى مَنْ خَلْفَ الْإِمَامِ سَهْوٌ، فَإِنْ سَهَا الْإِمَامُ فَعَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ خَلْفَهُ السَّهْوُ، وَإِنْ سَهَا مَنْ خَلْفَ الْإِمَامِ فَلَيْسَ عَلَيْهِ سَهْوٌ وَالْإِمَامُ كَافِيهِ»
Dari Kharijah bin Mush’ab, dari Abu Al-Husain Al-Madiniy, dari Salim bin ‘Abdillah bin ‘Umar, dari bapaknya, dari Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak ada bagi orang yang di balakang imam (makmum) sujud sahwi (sendiri), maka jika imam terlupa maka ia dan orang yang shalat di belakangnya mesti sujud sahwi, dan jika orang yang shalat di belakang imam terlupa, maka ia tidak mesti sujud sahwi karena imam telah mencukupinya (menutupi kekurangan dalam shalatnya)”.
Sanad ini sangat lemah dengan beberapa cacat:
a.       Khaarijah bin Mush’ab[1] periwayatan haditsnya ditolak (matruuk).
b.       Abu Al-Husain Al-Madiniy tidak diketahui.
c.       Menyelisihi rawayat lain, yaitu versi sanad yang kedua:
Sanad kedua: Diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqiy rahimahullah dalam “As-Sunan Al-Kubra” 2/495 no.3884:
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ بِلَالٍ، عَنْ أَبِي الْحُسَيْنِ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: جَاءُ جُبَيْرُ بْنُ مُطْعِمٍ إِلَى ابْنِ عُمَرَ، فَقَالَ: يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ، كَيْفَ قَالَ أَمِيرُ الْمُؤْمِنِينَ عُمَرُ فِي الْإِمَامِ يَؤُمُّ الْقَوْمَ؟ فَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: قَالَ عُمَرُ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ الْإِمَامَ يَكْفِي مَنْ وَرَاءَهُ، فَإِنْ سَهَا الْإِمَامُ فَعَلَيْهِ سَجْدَتَا السَّهْوِ وَعَلَى مَنْ وَرَاءَهُ أَنْ يَسْجُدُوا مَعَهُ، وَإِنْ سَهَا أَحَدٌ مِمَّنْ خَلْفَهُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ أَنْ يَسْجُدَ، وَالْإِمَامُ يَكْفِيهِ "
Dari Sulaiman bin Bilal, dari Abu Al-Husain, dari Al-Hakam bin ‘Abdillah, dari Salim bin ‘Abdillah, ia berkata: Jubair bin Muth’im datang kepada Ibnu Umar dan bertanya: Wahai Abu Abdirrahman, bagaimana pendapat Amirul Mu’minin Umar tentang imam yang mengimami suatu kaum? Maka Ibnu Umar menjawab: Umar berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya imam mencukupi orang yang shalat di belakangnya, jika imam terlupa maka ia mesti sujud sahwi dan orang yang shalat di belakangnya juga sujud bersamanya. Dan jika seseorang dari orang yang shalat di belakangnya terlupa, maka ia tidak perlu sujud sahwi karena imam terlah mencukupinya”.
Al-Baihaqiy berkata:
وَأَبُو الْحُسَيْنِ هَذَا مَجْهُولٌ، وَالْحَكَمُ بْنُ عَبْدِ اللهِ ضَعِيفٌ، وَاللهُ أَعْلَمُ
“Abu Al-Husain ini seorang yang majhul (tidak diketahui), dan Al-Hakam bin Abdillah seorang yang lemah, wallahu a’lam!”.
Hadits ini sangat lemah, karena Al-Hakam bin Abdillah bin Sa'ad Al-Aeliy[2] tertuduh sebagai pemalsu hadits.

B.     Hadits Abdullah bin ‘Abbas.
Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy rahimahullah dalam “Al-Kamil” 6/130:
عن أَبي حَفْصٍ عُمَر بْن عَمْرو، حَدَّثَنا صَدَقَةُ، عَنْ مَكْحُولٍ، عنِ ابْنِ عَبَّاسٍ؛ قُلْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسلَّمَ: يَا رَسُولَ اللهِ عَلَى الرَّجُلِ سَهْوٌ خَلْفَ الإِمَامِ؟ قَال: "لاَ، إِنَّمَا السَّهْوُ عَلَى الإِمَامِ".
Dari Abu Hafsh ‘Umar bin ‘Amr, ia berkata: Shadaqah menceritakan kepada kami, dari Makhul, dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: Wahai Rasulullah, apakah seseorang mesti sujud sahwi di belakang imam? Beliau menjawab: “Tidak, sujud sahwi hanya bagi imam”.
Ibnu ‘Adiy berkata:
وَلِعُمُرَ بْنِ عَمْرو هَذَا غَيْرُ مَا ذَكَرْتُ مِنَ الأَحَادِيثِ، وَهو في عداد من يضع الحديث.
“‘Umar bin ‘Amr ini memiliki beberapa hadits selain yang aku sebutkan, dan ia terhitung sebagai orang yang memalsukan hadits”.
Hadits ini sangat lemah, karena Abu Hafsh ‘Umar bin ‘Amr Al-‘Asqalaniy[3] tertuduh sebagai pemalsu hadits.

Ø  Jika makmum terlupa dalam shalatnya, apakah dianjurkan sujud sahwi sendiri?
Pendapat pertama: Dianjurkan sujud sahwi sendiri.
Ini adalah pendapat Al-Hadiy (salah seorang imam madzhab Zaidiyah), dengan dalil: Bahwa perintah sujud sahwi sifatnya umum untuk yang shaalat sendiri, imam, ataupun makmum.
Pendapat kedua: Tidak dianjurkan sujud sahwi.
Ini adalah madzhab jumhur ulama, dengan dalil:
Bahwasanya besar kemungkinan sahabat melakukan kekeliruan ketika shalat di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tidak dinukil bahwa mereka sujud sendiri setelah imam salam, dan tidak pula ada perintah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Seperti hadits Muawiyah bin Al-Hakam As-Sulami radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Ketika aku sedang shalat bersama-sama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tiba-tiba ada seorang laki-laki dari suatu kaum bersin. Lalu aku mengucapkan: "Yarhamukallah (semoga Allah memberi Anda rahmat)". Maka seluruh jamaah menujukan pandangannya kepadaku." Aku berkata, "Aduh, celakalah ibuku! Mengapa anda semua memelototiku?" Mereka bahkan menepukkan tangan mereka pada paha mereka. Setelah itu barulah aku tahu bahwa mereka menyuruhku diam. Tetapi aku telah diam. Tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selesai shalat, -ayah dan ibuku sebagai tebusan (ungkapan sumpah)-, aku belum pernah bertemu seorang pendidik sebelum dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah! Beliau tidak menghardikku, tidak memukul dan tidak memakiku. Beliau bersabda:
«إِنَّ هَذِهِ الصَّلَاةَ لَا يَصْلُحُ فِيهَا شَيْءٌ مِنْ كَلَامِ النَّاسِ، إِنَّمَا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ»
"Sesungguhnya shalat ini, tidak pantas di dalamnya ada percakapan manusia, karena shalat itu hanyalah tasbih, takbir dan membaca al-Qur'an." [Sahih Muslim]
Dalam hadits ini, Nabi shallallahu 'alahi wasallam tidak memerintahakan Mu'awiyah untuk sujud sahwi sendiri.

Ø  Apakah makmum yang masbuk harus mengikuti imam jika sujud sahwi?
Jika imam sujud sahwi sebelum salam maka makmum harus ikut sujud sahwi, akan tetapi jika imam sujud sahwi setelah salam maka ada beberapa pendapat ulama dalam masalah ini:
Pendapat pertama: Sujud sahwi bersama imam, kemudian setelah salam ia melanjutkan shalatnya yang tersisa.
Pendapat kedua: Makmum menyempurnakan terlebih dahulu shalatnya yang kurang, kemudian sujud sahwi setelah salam.
Pendapat ketiga: Sujud bersama imam, kemudian menyempurnakan shalatnya, kemudian sujud sahwi lagi setelah shalat.

Ø  Jika makmum sudah berdiri untuk menyempurnakan shalatnya yang kurang, kemudian imam sujud sahwi.
Ada beberapa pendapat ulama dalam masalah ini:
Pendpat pertma: Ia tetap melanjutkan shalatnya kemudian sujud sahwi setelah shalat.
Jika belum sempurnah berdiri, maka ia boleh ikut sujud bersama imam.
Pendapat kedua: Ia melanjutkan shalatnya, dan jika ia mendapati kekeliruan imam saat shalat maka ia sujud sahwi setelah shalat. Dan jika ia tidak mendapat kekeliruan imam maka ia tidak sujud sahwi.
Lihat shahih fiqhi Sunnah karya Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim 1/469.
Wallahu a’lam!


[1] Lihat biografi " Khaarijah bin Mus'ab " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir karya Al-Bukhariy hal.44, Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'i hal.172 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 2/25, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 1/288, Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 3/494, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daruquthniy 2/151, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/243, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 8/16, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabiy 1/625, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal.186.
[2] Lihat biografi " Al-Hakam bin Abdillah " dalam kitab: Adh-Dhu'afaa' Ash-Shagiir hal.35 , Adh-Dhu'afaa' karya An-Nasa'iy hal.165 , Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir 1/256, Al-Majruhiin 1/248, Al-Kaamil 2/478, Adh-Dhu'afaa' karya Ad-Daraquthniy 2/148, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal.74 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 1/227, Miizaan Al-I'tidaal 1/572, Lisaan Al-Miizaan karya Ibnu Hajar 3/244.
[3] Lihat biografi " ‘Umar bin ‘Amr " dalam kitab: Al-Jarh wa At-Ta'diil karya Ibnu Abi Hatim 6/127, Al-Kaamil 6/128, Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/214, Miizaan Al-I'tidaal 3/215, Al-Kasyf Al-Hatsits karya Ibnu Al-'Ajamiy hal.197 , Lisaan Al-Miizaan 6/127,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...