Sabtu, 21 Maret 2020

Sikap seorang mukmin menghadapi wabah penyakit menular (covid-19)

بسم الله الرحمن الرحيم
Seorang mukmin harus selalu meyakini bahwa:
1)      Seluruh makhluk di alam semesta ini adalah ciptaan Allah.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ} [الزمر: 62]
Allah menciptakan segala sesuatu. [Az-Zumar:62]
2)      Tidak ada kehendak dan kemampuan di alam ini kecuali atas izin dan pertolongan Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [الملك : 1]
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Al-Mulk: 1]
3)      Tidak ada yang memberi manfaat dan memberi mudharat selain Allah.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ، وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ، يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ، وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ} [يونس: 106-107]
Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [Yunus: 106-107]
Tidak ada penyakit yang menular dengan sendirinya
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لاَ عَدْوَى» فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: أَرَأَيْتَ الإِبِلَ، تَكُونُ فِي الرِّمَالِ أَمْثَالَ الظِّبَاءِ، فَيَأْتِيهَا البَعِيرُ الأَجْرَبُ فَتَجْرَبُ؟ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَمَنْ أَعْدَى الأَوَّلَ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Tidak ada penularan penyakit (yang menular sendiri)"
Maka seorang Arab Badui berdiri dan berkata; "Lalu bagimana dengan unta yang ada di padang pasir bagaikan gerombolan kijang lalu datang padanya unta berkudis dan bercampur baur dengannya sehingga ia menularinya?"
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Lalu siapakah yang menulari yang pertama." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Musibah dan kematian sudah ditetapkan oleh Allah
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ} [الحديد: 22]
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. [Al-Hadiid:22]
{مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ} [التغابن: 11]
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah. [At-Taqaabun:11]
{وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا} [آل عمران: 145]
Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. [Ali ‘Imran: 145]
Ø  Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ، خَلَقَ اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ وَكَتَبَ حَيَاتَهَا وَرِزْقَهَا وَمَصَائِبَهَا [سنن الترمذي: صحيح]
"Tidak ada penyakit menular, dan tidak ada "shafara", Allah yang telah menciptakan setiap jiwa, dan mencatat (menentukan) kehidupannya, rezkinya, dan apa-apa yang menimpanya". [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Anjuran menjauhi penyakit menular
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ المَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الأَسَدِ» [صحيح البخاري]
"Tidak ada penyakit menular, tidak ada "thiyarah", tidak ada "haamah", dan tidak ada "shafara". Menjaulah dari penderita kusta sebagaimana engkau menjauh dari singa". [Sahih Bukhari]
Dalam riwayat lain:
«لاَ يُورِدَنَّ مُمْرِضٌ عَلَى مُصِحٍّ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Jangan memasukkan hewan yang sakit bersama hewan yang sehat". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma:
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، خَرَجَ إِلَى الشَّأْمِ، حَتَّى إِذَا كَانَ بِسَرْغَ لَقِيَهُ أُمَرَاءُ الأَجْنَادِ، أَبُوعُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ وَأَصْحَابُهُ، فَأَخْبَرُوهُ أَنَّ الوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِأَرْضِ الشَّأْمِ. قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فَقَالَ عُمَرُ: ادْعُ لِي المُهَاجِرِينَ الأَوَّلِينَ، فَدَعَاهُمْ فَاسْتَشَارَهُمْ، وَأَخْبَرَهُمْ أَنَّ الوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِالشَّأْمِ، فَاخْتَلَفُوا، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: قَدْ خَرَجْتَ لِأَمْرٍ، وَلاَ نَرَى أَنْ تَرْجِعَ عَنْهُ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: مَعَكَ بَقِيَّةُ النَّاسِ وَأَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَلاَ نَرَى أَنْ تُقْدِمَهُمْ عَلَى هَذَا الوَبَاءِ، فَقَالَ: ارْتَفِعُوا عَنِّي، ثُمَّ قَالَ: ادْعُوا لِي الأَنْصَارَ، فَدَعَوْتُهُمْ فَاسْتَشَارَهُمْ، فَسَلَكُوا سَبِيلَ المُهَاجِرِينَ، وَاخْتَلَفُوا كَاخْتِلاَفِهِمْ، فَقَالَ: ارْتَفِعُوا عَنِّي، ثُمَّ قَالَ: ادْعُ لِي مَنْ كَانَ هَا هُنَا مِنْ مَشْيَخَةِ قُرَيْشٍ مِنْ مُهَاجِرَةِ الفَتْحِ، فَدَعَوْتُهُمْ، فَلَمْ يَخْتَلِفْ مِنْهُمْ عَلَيْهِ رَجُلاَنِ، فَقَالُوا: نَرَى أَنْ تَرْجِعَ بِالنَّاسِ وَلاَ تُقْدِمَهُمْ عَلَى هَذَا الوَبَاءِ، فَنَادَى عُمَرُ فِي النَّاسِ: إِنِّي مُصَبِّحٌ عَلَى ظَهْرٍ فَأَصْبِحُوا عَلَيْهِ. قَالَ أَبُوعُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ: أَفِرَارًا مِنْ قَدَرِ اللَّهِ؟ فَقَالَ عُمَرُ: لَوْ غَيْرُكَ قَالَهَا يَا أَبَا عُبَيْدَةَ؟ نَعَمْ نَفِرُّ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ إِلَى قَدَرِ اللَّهِ، أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ لَكَ إِبِلٌ هَبَطَتْ وَادِيًا لَهُ عُدْوَتَانِ، إِحْدَاهُمَا خَصِبَةٌ، وَالأُخْرَى جَدْبَةٌ، أَلَيْسَ إِنْ رَعَيْتَ الخَصْبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ اللَّهِ، وَإِنْ رَعَيْتَ الجَدْبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ اللَّهِ؟ قَالَ: فَجَاءَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ - وَكَانَ مُتَغَيِّبًا فِي بَعْضِ حَاجَتِهِ - فَقَالَ: إِنَّ عِنْدِي فِي هَذَا عِلْمًا، سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَقْدَمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ» قَالَ: فَحَمِدَ اللَّهَ عُمَرُ ثُمَّ انْصَرَفَ [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa Umar bin Khatthab pernah bepergian menuju Syam, ketika ia sampai di daerah Sargha, dia bertemu dengan panglima pasukan yaitu Abu 'Ubaidah bersama sahabat-sahabatnya, mereka mengabarkan bahwa negeri Syam sedang terserang wabah. Lalu Umar bin Khattab berkata; 'Panggilkan untukku orang-orang muhajirin yang pertama kali (hijrah), '
Kemudian mereka dipanggil, lalu dia bermusyawarah dengan mereka dan memberitahukan bahwa negeri Syam sedang terserang wabah, merekapun berselisih pendapat. Sebagian dari mereka berkata; 'Engkau telah keluar untuk suatu keperluan, kami berpendapat bahwa engkau tidak perlu menarik diri.'
Sebagian lain berkata; 'Engkau bersama sebagian manusia dan beberapa sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kami berpendapat agar engkau tidak menghadapkan mereka dengan wabah ini,
'Umar berkata; 'Keluarlah kalian, panggilkan untukku orang-orang Anshar'.
Lalu mereka pun dipanggil, setelah itu dia bermusyawarah dengan mereka, sedangkan mereka sama seperti halnya orang-orang Muhajirin dan berbeda pendapat seperti halnya mereka berbeda pendapat.
Umar berkata; 'keluarlah kalian, panggilkan untukku siapa saja di sini yang dulu menjadi tokoh Quraisy dan telah berhijrah ketika Fathul Makkah.'
Mereka pun dipanggil dan tidak ada yang berselisih dari mereka kecuali dua orang. Mereka berkata; 'Kami berpendapat agar engkau kembali membawa orang-orang dan tidak menghadapkan mereka kepada wabah ini.'
Umar menyeru kepada manusia; 'Sesungguhnya aku akan bangun pagi di atas pelana (maksudnya hendak berangkat pulang di pagi hari), bagunlah kalian pagi hari, '
Abu Ubaidah bin Jarrah bertanya; 'Apakah engkau akan lari dari takdir Allah? '
Maka Umar menjawab; 'Kalau saja yang berkata bukan kamu, wahai Abu 'Ubaidah! Ya, kami lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain. Bagaimana pendapatmu, jika kamu memiliki unta kemudian tiba di suatu lembah yang mempunyai dua daerah, yang satu subur dan yang lainnya kering, tahukah kamu jika kamu membawanya ke tempat yang subur, niscaya kamu telah membawanya dengan takdir Allah. Apabila kamu membawanya ke tempat yang kering, maka kamu membawanya dengan takdir Allah juga.'
Ibnu Abbas berkata; "Kemudian datanglah Abdurrahman bin 'Auf, dia tidak ikut hadir (dalam musyawarah) karena ada keperluan. Dia berkata; "Saya memiliki kabar tentang ini dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Jika kalian mendengar suatu negeri terjangkit wabah, maka janganlah kalian menuju ke sana, namun jika dia menjangkiti suatu negeri dan kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dan lari darinya."
Ibnu 'Abbas berkata; "Lalu Umar memuji Allah kemudian pergi." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Keutamaan wafat karena penyakit menular
'Aisyah radhiyallahu 'anhu, istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang masalah tha'un lalu beliau mengabarkan aku:
«أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا، يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ» [صحيح البخاري]
“Bahwa tha'un (penyakit ganas menular) adalah sejenis siksa yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum muslimin dan tidak ada seorangpun yang ketika terjadi tha'un lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala dan mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah mentakdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid". [Shahih Bukhari]
Dalam riwayat lain;
«لَا تَفْنَى أُمَّتِي إِلَّا بِالطَّعْنِ وَالطَّاعُونِ» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا الطَّعْنُ قَدْ عَرَفْنَاهُ، فَمَا الطَّاعُونُ؟ قَالَ: «غُدَّةٌ كَغُدَّةِ الْبَعِيرِ، الْمُقِيمُ بِهَا كَالشَّهِيدِ، وَالْفَارُّ مِنْهَا كَالْفَارِّ مِنَ الزَّحْفِ» [مسند أحمد: إسناده جيد]
“Tidaklah umatku akan musnah melainkan dengan pembunuhan dan tha'un.
Aisyah berkata; Wahai Rasulullah mengenai pembunuhan ini kita telah mengetahuinya, adapun maksud tha'un itu apa?
Beliau bersabda: "Gondok seperti gondok unta, orang yang tetap tinggal menanggung penyakit itu dengan tidak berpindah maka ia seperti orang syahid, dan orang yang lari daripadanya maka ia seperti orang yang lari peperangan." [Musnad Ahmad: Sanadnya bagus]
Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«الطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Orang yang mati karena penyakit sampar adalah syahid bagi setiap muslim". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø  Abu Burdah bin Qais radhiyallahu 'anhu -saudaranya Abu Musa-berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdoa:
«اللَّهُمَّ اجْعَلْ فَنَاءَ أُمَّتِي فِي سَبِيلِكَ بِالطَّعْنِ، وَالطَّاعُونِ» [مسند أحمد: حسن]
“Ya Allah, jadikanlah kamatian umatku adalah mati di jalan-Mu, baik dengan tikaman senjata atau karena penyakit tha'un." [Musnad Ahmad: Hasan]
Maraknya penyakit menular salah satu tanda dekatnya hari kiamat
'Auf bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata; "Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika terjadi perang Tabuk saat Beliau sedang berada di tenda terbuat dari kulit yang disamak. Beliau bersabda:
" اعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ: مَوْتِي، ثُمَّ فَتْحُ بَيْتِ المَقْدِسِ، ثُمَّ مُوْتَانٌ يَأْخُذُ فِيكُمْ كَقُعَاصِ الغَنَمِ، ثُمَّ اسْتِفَاضَةُ المَالِ حَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ مِائَةَ دِينَارٍ فَيَظَلُّ سَاخِطًا، ثُمَّ فِتْنَةٌ لاَ يَبْقَى بَيْتٌ مِنَ العَرَبِ إِلَّا دَخَلَتْهُ، ثُمَّ هُدْنَةٌ تَكُونُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ بَنِي الأَصْفَرِ، فَيَغْدِرُونَ فَيَأْتُونَكُمْ تَحْتَ ثَمَانِينَ غَايَةً، تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ اثْنَا عَشَرَ أَلْفًا " [صحيح البخاري]
"Hitunglah enam perkara yang akan timbul menjelang hari kiamat: (1) Kematianku, (2) dibebaskannya Baitul Maqdis, (3) kematian yang menyerang kalian bagaikan penyakit yang menyerang kambing sehingga mati seketika (penyakit ganas menular), (4) melimpahnya harta hingga ada seseorang yang diberi seratus dinar namun masih marah (merasa kurang), (5) timbulnya fitnah sehingga tidak ada satupun rumah orang Arab melainkan akan dimasukinya dan (6) perjanjian antara kalian dan bangsa Bani Al-Ashfar (Eropa) lalu mereka mengkhiyanati perjanjian kemudian mereka mengepung kalian di bawah delapan bendera (panji-panji) perang yang pada setiap bendera terdiri dari dua belas ribu personil". [Shahih Bukhari]
Sebab munculnya wabah penyakit menular
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ: لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ، حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا، إِلَّا فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ، وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا، وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ، إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِينَ، وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ، وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ، وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ، إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ، وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا، وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ، وَعَهْدَ رَسُولِهِ، إِلَّا سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ، فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ، وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ، وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ، إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ " [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]
“Wahai sekalian kaum Muhajirin, ada lima perkara jika terjadi pada kalian -dan aku meminta perlindungan kepada Allah semoga kalian tidak mendapatinya - (maka siksa Allah akan terjadi di dunia): (1) Maksiat tidak meraja lela pada satu kaum sampai mereka terang-terangan melakukannya kecuali Allah menimpakan mereka wabah penyakit yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka yang telah lalu. (2) Mereka tidak mengurangi takaran dan timbangan kecuali mereka akan ditimpa kemarau, kehidupan yang sulit, dan pemerintah yang dzalim. (3) Mereka tidak menahan zakat harta mereka kecuali akan ditahan hujan dari langit dan seandainya bukan karena hewan-hewan maka hujan tidak akan turun sama sekali. (4) Mereka tidak menyalahi janji kepada Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan menimpakan mereka musuh dari selain mereka dan akan merampas apa yang menjadi milik mereka. (5) Dan selama pemimpin mereka tidak berhukum dengan kitabullah (Al-Qur'an) dan mengambil yang baik dari apa yang diturunkan oleh Allah kecuali Allah akan menjadikan musibah mereka dari sesama merka sendiri.” [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Bagaimana menghindari wabah penyakit menular?
Diantaranya:
1)      Bertaubat dan mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَلَوْلَا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [الأنعام: 43]
Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. [Al-An'aam:43]
{وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} [الأنفال: 33]
Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. [Al-Anfaal:33]
{وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ} [هود: 52]
Dan (Dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." [Huud:52]
2)      Berdo’a agar dihindarkan dari penyakit berbahaya dan kematian yang buruk.
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan do'a ini ketika sore dan pagi:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي ، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي ، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي
"Ya Allah .. Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keselamatan di dunia dan di akhirat. Ya Allah .. Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan dalam urusan agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah .. Tutupilah kekuranganku dan hilangkanlan ketakutanku. Ya Allah .. Jagalah aku dari depanku, belakangku, kanan dan kiriku, dan dari atasku, dan aku berlindung dgn keagungan-Mu serangan dari bawahku". [Sunan Abu Daud: Sahih]
Ø  Abdurrahman bin Abi Bakrah bertanya kepada ayahnya (Abu Bakrah): Wahai ayahku, sesungguhnya aku mendengarmu berdo'a setiap pagi...
اللَّهُمَّ عَافِنِي فِى بَدَنِي اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ 
"Ya Allah .. selamatkanlah badanku, Ya Allah .. selamatkanlah pendengaranku, Ya Allah .. selamatkanlah penglihatanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau",
Engkau ulangi sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali di sore hari!
Abu Bakrah menjawab: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membaca do'a itu, dan aku suka mengikuti sunnahnya. [Sunan Abi Daud: Hasan]
Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ البَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ القَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ» [صحيح البخاري]
"Mintalah perlindungan kepada Allah dari cobaan yang menyulitkan, kesengsaraan yang menderitakan, takdir yang buruk dan cacian musuh." [Shahih Bukhari]
Ø  Dari Anas radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berdo’a:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kusta, gila, lepra, dan dari penyakit yang buruk”. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Lihat: Keutamaan do'a
3)      Berdzikir
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (87) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ} [الأنبياء: 87، 88]
Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. [Al-Anbiyaa’: 87-88]
Ø  Dari Sa'ad radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Do'a Dzi An-Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdo'a dalam perut ikan paus ...
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya Aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."
Maka sesungguhnya tidak seorang muslim pun berdo'a dengan do'a ini untuk sesuatu kecuali Allah mengabulkan untuknya. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø  Dari Usman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang membaca di sore hari ...
بِسْمِ اللهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Dengan nama Allah yang jika disebut nama-Nya tiada sesuatu pun yang bisa mengganggu baik di bumi maupun di langit, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui"
Sebanyak tiga kali, maka ia tidak akan ditimpa musibah secara tiba-tiba sampai pagi. Dan barangsiapa yang membacanya di pagi hari sebanyak tiga kali, maka ia tidak akan ditimpa musibah secara tiba-tiba sampai sore. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Lihat: Keutamaan dzikir
4)      Bersedekah
Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ' alaihi wasallam bersabda:
«صَنَائِعُ الْمَعْرُوفِ تَقِي مَصَارِعَ السَّوْءِ، وَالصَّدَقَةُ خَفِيًّا تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ»
“Perbuatan baik mencegah kejadian buruk, dan sedekah tersembunyi meredakan murkah Allah”. [Al-Mu'jam Al-Ausath kry Ath-Thabaraniy: Hasan]
Ø  Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah -shallallaahu 'alaihi wa sallam- bersabda:
إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّب، وَتَدْفَعُ عَنْ مِيتَةِ السُّوءِ
"Sesungguhnya shadaqah itu menghindarkan dari murka Allah dan menghindarkan seseorg dari meninggal dlm keadaan yg buruk (su'ul khatimah)." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Dalam riwayat lain:
«الْمَعْرُوفُ إِلَى النَّاسِ يَقِي صَاحِبَهَا مَصَارِعَ السُّوءِ، وَالْآفَاتِ، وَالْهَلَكَاتِ، وَأَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الدُّنْيَا هُمْ أَهْلُ الْمَعْرُوفِ فِي الْآخِرَةِ»  [المستدرك للحاكم: صحيح]
“Berbuat kebaikan kepada manusia melindungi pelakunya dari kejadian buruk, kerusakan, dan kebinasaan, dan orang baik di dunia mereka adalah orang baik di akhirat”. [Mustadrak Al-Hakim: Shahih]
Lihat: Keutamaan zakat, infaq, dan sedekah dalam As-Sunnah
5)      Menjaga kebersihan dan senantiasa dalam keadaan berwudhu.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ} [البقرة: 222]
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri. [Al-Baqarah:222]
Ø  Dari Abu Malik Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ [صحيح مسلم]
"Bersuci adalah sebagian dari iman" [Sahih Muslim]
Ø  Dari Tsauban dan Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhum; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]
"Tidak ada yang menjaga agar senantiasa dalam keadaan wudhu kecuali seorang yang beriman". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Ø  Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ
"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan." [Shahih Muslim]
Ø  Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«طَهِّرُوا أَفْنِيَتَكُمْ، فَإِنَّ الْيَهُودَ لَا تُطَهِّرُ أَفْنِيَتَهَا»
“Bersihkanlah halaman rumah kalian, karena sesungguhnya kaum Yahudi tidak membersihkan halaman rumah mereka”. [Silsilah Ash-Shahihah no.236]
Lihat: Kebersihan bagian dari iman - Keutamaan ber-wudhu
6)      Menutup bejana.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«غَطُّوا الْإِنَاءَ، وَأَوْكُوا السِّقَاءَ، فَإِنَّ فِي السَّنَةِ لَيْلَةً يَنْزِلُ فِيهَا وَبَاءٌ، لَا يَمُرُّ بِإِنَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ غِطَاءٌ، أَوْ سِقَاءٍ لَيْسَ عَلَيْهِ وِكَاءٌ، إِلَّا نَزَلَ فِيهِ مِنْ ذَلِكَ الْوَبَاءِ» [صحيح مسلم]
"Tutuplah bejana kalian, dan tutuplah tempat air kalian, karena sesungguhnya dalam satu tahun ada satu malam di mana pada malam itu wabah penyakit turun, ia tidak melewati suatu bejana yang tidak ada penutupnya atau tempat air yang tidak tertutup kecuali wabah penyakit itu turun padanya pada malam itu". [Sahih Muslim]
7)      Mengikuti arahan pemerintah, ulama, dan spesialis.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ} [النساء: 83]
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri (ulama dan pemerintah) di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri). [An-Nisaa':83]
{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل: 43] [الأنبياء: 7]
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [An-Nahl:43, Al-Anbiyaa':7]
{فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا} [الفرقان: 59]
Maka tanyakanlah kepada yang lebih mengetahui. [Al-Furqaan:59]
8)      Tawakkal
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ} [هود: 56]
Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. [Huud:56]
Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Jika seseorang keluar rumah dan membaca ...
بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ
"Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada kemampuan dan kekuatan kecuali dari Allah"
Dikatakan kepadanya saat itu: "Engkau telah diberi hidayah, kecukupan, dan perlindungan". Maka setan menyingkir untuknya, dan setan lain berkata: Bagaimana mungkin engkau menggoda orang yang telah diberi hidayah, kecukupan, dan perlindungan?". [Sunan Abi Daud: Sahih]
Ø  Abu Ad-Dardaa' radhiyallahu 'anhu berkata: "Barangsiapa yang membaca ketika pagi dan sore:
«حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ»
"Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki 'Arsy yang agung"; Tujuh kali, maka Allah akan mencukupi apa yang menjadi keperluannya". [Sunan Abi Daud: Shahih]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...