Kamis, 18 Maret 2021

Syarah Arba’in hadits (37) Ibnu ‘Abbas; Bagaimana Allah mencatat kebaikan dan keburukan

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang beliau riwayatkan dari Rabbnya (hadis qudsi) tabaaraka wa ta'aalaa, beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan dan keburukan," selanjutnya beliau jelaskan: "Siapa yang berniat melakukan satu kebaikan lantas tidak jadi ia lakukan, maka Allah akan mencatatnya satu kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat lantas ia lakukan, maka Allah akan mencatatnya dengan sepuluh kebaikan, bahkan dilipat-gandakan hingga tujuh ratus kali, bahkan lipat-ganda yang tidak terbatas, sebaliknya barangsiapa yang berniat melakukan satu keburukan kemudian tidak jadi ia lakukan, maka Allah mencatatnya satu kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat melakukan satu keburukan dan jadi ia lakukan, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan saja." 

Imam An-Nawawiy -rahimahullah- berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim dalam kitab Shaihnya dengan lafadz seperti ini. Maka lihatlah wahai saudaraku -semoga Allah memberikan taufiqNya kepada kami dan kalian- besarnya kasih sayang Allah ta'aalaa, dan perhatikan lafadz-lafadz hadits ini, seperti sabdanya "di sisiNya" adalah isyarat perhatian Allah dengannya, dan sabdanya "sempurnah" untuk menegaskan besar perhatian Allah dengannya. Dan beliau bersabda tentang keburukan yang hendak dilakukan kemudian ia meninggalkannya "Allah mencatat di sisiNya dengan kebaikan yang sempurnya" beliau menegaskannya dengan kata "sempurna", dan sabdanya "jika melakukannya maka dicatat satu keburukan saja" beliau tegaskan sedikitnya dengan kata "satu saja" dan tidak menegaskannya dengan kata "sempurna". Maka hanya untuk Allah segala pujian dan karuniah, maha suci Allha yang tidak terhitung pujian untukNya, dan hanya Allah yang memberi taufiq! 

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan dengan lengkap di sini: Hadits Ibnu ‘Abbas; Allah mencatat kebaikan dan keburukan

Beberapa faidah yang bisa diambil dari hadits ini:

1)      Kebaikan dan keburukan dicatat oleh Allah subhanahu wa ta’aalaa.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا } [الكهف: 49]

Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, Kitab apakah Ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun". [Al-Kahfi:49]

2)      Perbedaan antara niat melakukan kebaikan dan keburukan:

a)      Berniat melakukan suatu kebaikan kemudian ia lalai dan meninggalkannya, maka dicatat untuknya satu pahala kebaikan atas niatnya.

Dari Khuraim bin Fatik Al-Asadiy radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، فَعَلِمَ اللهُ أَنَّهُ قَدْ أَشْعَرَهَا قَلْبَهُ، وَحَرَصَ عَلَيْهَا، كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ لَمْ تُكْتَبْ عَلَيْهِ، وَمَنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ وَاحِدَةً وَلَمْ تُضَاعَفْ عَلَيْهِ، وَمَنْ عَمِلَ حَسَنَةً كَانَتْ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا» [مسند أحمد: حسن]

"Dan barangsiapa yang bertekad untuk berbuat kebaikan, namun ia tidak melakukannya, kemudian Allah mengetahui bahwa hatinya telah memiliki keinginan keras untuk melakukan amalan tersebut, maka Allah akan menuliskannya sebagai amalan kebaikan. Dan barangsiapa yang bertekat untuk melakukan kejahatan, maka hal itu belum ditulis sebagai suatu keburukan, dan siapa yang melakukannya, baru akan ditulis baginya satu keburukan dan keburukan itu tidaklah dilipat-gandakan. Dan barangsiapa yang beramal kebaikan, maka kebaikan itu akan dilipatgandakan baginya menjadi sepuluh kebaikan”. [Musnad Ahmad: Hasan]

b)      Berniat melakukan satu kebaikan dan telah berusahan semampunya namun tidak terlaksana karena ada halangan, maka dicatat untuknya pahala amalan tersebut secara sempurna.

Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:

«إِذَا مَرِضَ العَبْدُ، أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا» [صحيح البخاري]

"Jika seorang hamba sakit atau bepergian (dan tidak bisa melaksanakan ibadah rutinnya), maka ditulis baginya pahala seperti ketika dia beramal saat muqim dan dalam keadaan sehat". [Sahih Bukhari]

c)       Berniat melakukan kebaikan dan berhasil melakukannya, maka dicatat untuknya pahala amalan tersebut secara sempurna dan dilipat gandakan.

Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَأَزِيدُ، وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَجَزَاؤُهُ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا أَوْ أَغْفِرُ " [صحيح مسلم]

Allah azza wa jalla berfirman: "Barang siapa berbuat kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan yang semisalnya dan terkadang Aku tambahkan lagi. Dan Barangsiapa yang berbuat keburukan, maka balasannya adalah keburukan yang serupa atau Aku mengampuninya. [Sahih Muslim]

d)      Berniat melakukan keburukan dan berhasil melakukannya, maka dicatat baginya satu dosa yang setimpal dengan keburukannya.

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" إِذَا أَسْلَمَ العَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلاَمُهُ، يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا، وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ القِصَاصُ: الحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ، وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا " [صحيح البخاري]

“Jika seorang hamba masuk Islam kemudian baik keislamannya maka Allah menghapuskan darinya semua dosa yang telah ia lakukan, kemudian setelah itu adalah qishash: Satu kebaikan diganjar dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali, dan satu keburukan diganjar dengan satu keburukan yang setimpal kecuali jika Allah memaafkannya”. [Sahih Bukhari]

e)      Berniat melakukan suatu keburukan dan telah berusahan namun tidak berhasil karena ada halangan, maka dicatat baginya dosa keburukan tersebut secara sempurna.

Abu Bakrah radhiallahu 'anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِذَا التَقَى المُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا فَالقَاتِلُ وَالمَقْتُولُ فِي النَّارِ»

"Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka".

Aku pun bertanya: "Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh?"

Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

«إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Dia juga sebelumnya sangat ingin membunuh temannya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

f)        Berniat melakukan keburukan kemudian tidak ia lakukan karena takut kepada Allah, maka dicatat untuknya satu kebaikan.

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" يَقُولُ اللَّهُ: إِذَا أَرَادَ عَبْدِي أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً، فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا، وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِي فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً، وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ " [صحيح البخاري]

"Allah berfirman: 'Jika seorang hamba-Ku ingin melakukan kejahatan maka janganlah kalian catat hingga Ia melakukannya, dan jika ia melakukannya maka catatlah semisalnya. Jika ia meninggalkannya karena Aku maka catatlah kebaikan baginya, dan jika ia berniat melakukan kebaikan sedang ia belum melakukannya maka catatlah kebaikan baginya, dan jika Ia melakukannya maka catatlah sepuluh kebaikan baginya, bahkan hingga tujuh ratus kali lipat'." [Sahih Bukhari]

g)      Berniat melakukan keburukan kemudian tidak ia lakukan karena tidak bernafsu lagi, maka tidak dicatat baginya keburukan maupun kebaikan.

Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:

{وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} [البقرة: 286]

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. [Al-Baqarah:286]

Allah berfirman:

قَدْ فَعَلْتُ [صحيح مسلم]

“Aku telah melakukannya”. [Sahih Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا، مَا لَمْ تَعْمَلْ أَوْ تَتَكَلَّمْ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Sesungguhnya Allah memaafkan apa yang dikatakan oleh hati mereka, selama tidak melakukan atau pun mengungkapnya." [Sahih Bukhari dan Muslim]

3)      Rahmat Allah yang melipat-gandakan kebaikan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ} [الأنعام: 160]

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; Dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). [Al-An’aam:160]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي " [صحيح مسلم]

"Setiap amal anak Adam dilipat-gandakan pahalanya. Satu macam kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah 'azza wajalla berfirman; 'Selain puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala. Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.' [Sahih Muslim]

4)      Allah maha Adil dengan mencatat hanya satu dosa untuk satu keburukan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا} [غافر: 40]

Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. [Gaafir:40]

5)      Pahala suatu amalan dilipat gandakan karena beberapa factor:

a.       Faktor waktu

Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا العَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ؟»

"Tidak ada amalan pada hari-hari yang lainn yang lebih utama dari hari-hari (sepuluh awal Dzul hijjah) ini"

Para sahabat berkata, "Tidak juga jihad?"

Beliau menjawab:

«وَلاَ الجِهَادُ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ» [صحيح البخاري]

"Tidak juga jihad. Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi." [Sahih Bukhari]

b.      Faktor tempat

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

“Shalat di mesjidku lebih baik dari 1000 shalat di mesjid selainnya, kecuali mesjid al-haram. Dan shalat di mesjid al-haram lebih baik dari 100.000 salat di mesjid selainnya. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

c.       Faktor amalan itu sendiri

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [البقرة: 261]

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. [Al-Baqarah:261]

d.      Fakto kondisi:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ»

"Satu dirham -pahalanya- bisa menlebihi -pahala sedekah- seratus ribu dirham."

Mereka bertanya; 'Bagaimana hal itu? '

Beliau bersabda:

«كَانَ لِرَجُلٍ دِرْهَمَانِ تَصَدَّقَ بِأَحَدِهِمَا، وَانْطَلَقَ رَجُلٌ إِلَى عُرْضِ مَالِهِ، فَأَخَذَ مِنْهُ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ فَتَصَدَّقَ بِهَا» [سنن النسائي: حسنه الشيخ الألباني]

'Seseorang memiliki uang dua dirham, lalu mensedekahkan satu dirham; dan seseorang pergi ke tempat hartanya yang melimpah ruah, ia mengambil darinya seratus ribu dirham, lalu ia bersedekah dengannya." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

e.       Faktor pelaku:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَنْ يَقْنُتْ مِنْكُنَّ لِلَّهِ وَرَسُولِهِ وَتَعْمَلْ صَالِحًا نُؤْتِهَا أَجْرَهَا مَرَّتَيْنِ وَأَعْتَدْنَا لَهَا رِزْقًا كَرِيمًا (31) يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ} [الأحزاب: 31، 32]

Dan barangsiapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri Nabi) tetap taat kepada Allah dan rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscata kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan kami sediakan baginya rezki yang mulia. Hai isteri-isteri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. [Al-Ahzaab: 31-32]

f.        Faktor objek amalan:

Dari Salman bin 'Amir radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَالصَّدَقَةُ عَلَى ذِي الرَّحِمِ اثْنَتَانِ: صَدَقَةٌ، وَصِلَةٌ " [مسند أحمد: صحيح]

"Bersedekah kepada fakir miskin mendapat pahala sedekah, dan bersedekah kepada kerabat mendapat dua pahala: Pahala sedekah dan pahala silaturahmi". [Musnad Ahmad: Sahih]

6)      Ganjaran keburukan tidak dilipat-gandakan, akan tetapi terkadang hukumannya lebih besar karena beberapa factor:

1.       Faktor tempat

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ} [الحج: 25]

Dan siapa yang bermaksud di dalamnya (Masjidilharam) melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan kami rasakan kepadanya dari siksa yang pedih. [Al-Hajj:25]

2.       Faktor waktu

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ} [التوبة: 36]

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu mendzalimi diri kamu dalam bulan yang empat itu". [At-Taubah:36]

3.       Faktor kedudukan pelaku:

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَوْلَا أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا . إِذًا لَأَذَقْنَاكَ ضِعْفَ الْحَيَاةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا} [الإسراء: 74، 75]

Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu (Muhammad), niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka. Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat-ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat-ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami. [Al-Israa’: 74-75]

4.       Faktor minimnya pendorong

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ - وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ - وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ: شَيْخٌ زَانٍ، وَمَلِكٌ كَذَّابٌ، وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ " [صحيح مسلم]

"Ada tiga orang yang mana Allah tidak mengajak mereka berbicara pada hari kiamat, dan tidak mensucikan mereka, dan tidak melihat kepada mereka, dan mereka mendapatkan siksa yang pedih: yaitu orang tua yang pezina, pemimpin yang pendusta, dan orang miskin yang sombong." [Sahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syiarah Arba’in hadits (36) Abu Hurairah; Pertolongan Allah untuk yang suka menolong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...