بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa dari kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia perbaikinya dengan tangannya, kalau ia tidak mampu maka dengan ucapannya, kalau ia tidak bisa maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman". Diriwayatkan oleh Muslim.
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan Al-Khudriy
radhiyallahu ‘anhu.
Lihat
di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Riwayat Imam Muslim menyebutkan sebab iraad
hadits ini.
Thariq
bin Syihab rahimahullah berkata:
أَوَّلُ مَنْ
بَدَأَ بِالْخُطْبَةِ يَوْمَ الْعِيدِ قَبْلَ الصَّلَاةِ مَرْوَانُ. فَقَامَ
إِلَيْهِ رَجُلٌ، فَقَالَ: الصَّلَاةُ قَبْلَ الْخُطْبَةِ، فَقَالَ: قَدْ تُرِكَ
مَا هُنَالِكَ، فَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ: أَمَّا هَذَا فَقَدْ قَضَى مَا عَلَيْهِ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ رَأَى
مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، ... » [صحيح مسلم]
"Orang
pertama yang memulai khutbah sebelum shalat Hari Raya didirikan ialah Marwan.
Lalu seorang lelaki berdiri dan berkata kepadanya: "Shalat Hari Raya
hendaklah dilakukan sebelum membaca khutbah."
Marwan
menjawab: "Sungguh, khutbah sudah banyak ditinggalkan seperti dahulu."
Kemudian
Abu Sa'id -radhiyallahu 'anhu- berkata: "Sungguh, orang ini telah melakukan kewajibannya, aku pernah
mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: "Barangsiapa di antara kamu
melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya ...
" [Shahih Muslim]
3.
Mencegah kemungkaran hukumnya fardhu kifayah.
Dari Hudzaifah
bin Al-Yaman radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda:
«وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ المُنْكَرِ
أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ
تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Demi Yang jiwaku di tangan-Nya, kalian akan
memerintahkan kepada kebaikan, dan melarang dari kemungkaran, atau Allah akan
menurunkan hukuman dari-Nya atas kalian, kemudian kalian berdo'a maka tidak
dikabulkan untuk kalian". [Sunan Tirmidziy: Hasan]
4.
Keutamaan mengingkari kemungkaran dengan perbuatan,
seperti jihad di jalan Allah.
Abu
Musa -radhiyallahu 'anhu-
berkata; Datang seorang laki-laki kepada Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-
lalu berkata: "Seseorang berperang untuk mendapatkan ghanimah (rampasan
perang), seseorang yang lain agar menjadi terkenal, dan seseorang yang lain
lagi untuk dilihat kedudukannya, manakah yang disebut fii sabilillah?"
Maka
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ العُلْيَا فَهُوَ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ»
"Siapa yang berperang untuk meninggikan kalimat Allah dialah yang disebut
fii sabilillah". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ جَاءَ رَجُلٌ يُرِيدُ أَخْذَ مَالِي؟
قَالَ: «فَلَا تُعْطِهِ مَالَكَ» قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قَاتَلَنِي؟ قَالَ:
«قَاتِلْهُ» قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلَنِي؟ قَالَ: «فَأَنْتَ شَهِيدٌ»، قَالَ:
أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلْتُهُ؟ قَالَ: «هُوَ فِي النَّارِ»
"Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika ada seorang lelaki
yang ingin merampas harta bendaku? '
Beliau
menjawab: 'Jangan kamu berikan hartamu kepadanya! '
Laki-laki
itu bertanya lagi, 'Lalu bagaimana jika dia hendak membunuhku?
'
Beliau
menjawab: 'Lawan dia! '
Laki-laki
itu bertanya lagi, 'Lalu bagaimana pendapatmu kalau dia berhasil membunuhku?
'
Beliau
menjawab: 'Maka kamu syahid'.
Dia
bertanya lagi, 'Bagaimana pendapatmu jika aku yang berhasil membunuhnya?
'
Beliau
menjawab: 'Dia yang akan masuk ke dalam api neraka'." [Shahih Muslim]
Ø Dari Sa'id bin Zaid
radhiyallahu'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ
أَهْلِهِ، أَوْ دُونَ دَمِهِ، أَوْ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ»
"Barangsiapa yang mati mempertahankan hartanya maka ia mati syahid, dan
barangsiapa yang mati mempertahankan keluarganya atau dirinya atau agamanya
maka ia mati syahid." [Sunan Abu Daud: Sahih]
Lihat: Keutamaan
Amar ma'ruf nahi mungkar
5.
Pentingnya
kesabaran dalam mencegah kemungkaran.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ} [لقمان:
17]
(Luqman
berkata:) Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).
[Luqman:17]
Lihat: Keutamaan orang sabar
6.
Mencegah
kemungkaran dengan perbuatan tidak dibolehkan jika akan menimbulkan kemungkaran
yang sama atau lebih besar.
Abu
Hurairah radhiyallahu'anhu
berkata: Seorang A'raby kencing berdiri dalam mesjid, maka para sahabat ingin
memukulnya, lalu Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda
kepada mereka:
«دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ
ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ، وَلَمْ تُبْعَثُوا
مُعَسِّرِينَ» [صحيح البخاري]
"Biarkan ia menyelesaikan kencingnya, kemudian kalia sirami kencingnya
denga seember air, sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan ummat, bukan
untuk menyusahkannya." [Sahih Bukhari]
Ø Dalam riwayat lain, dari Anas
bin Malik radhiyallahu'anhu; Kemudian Rasulullah -shallallahu
'alaihi wasallam- memanggilnya seraya berkata kepadanya:
«إِنَّ هَذِهِ الْمَسَاجِدَ لَا تَصْلُحُ
لِشَيْءٍ مِنْ هَذَا الْبَوْلِ، وَلَا الْقَذَرِ إِنَّمَا هِيَ لِذِكْرِ اللهِ
عَزَّ وَجَلَّ، وَالصَّلَاةِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ»
"Sesungguhnya masjid ini tidak layak dari kencing ini dan tidak pula
kotoran tersebut. Ia hanya untuk berdzikir kepada Allah, shalat, dan membaca
al-Qur'an"
Lalu
beliau memerintahkan seorang laki-laki dari para sahabat (mengambil air), lalu
dia membawa air satu ember dan mengguyurnya." [Sahih Muslim]
7.
Apabila
tidak mampu mencegah kemungkaran dengan perbuatan maka cukup dengan ucapan dan
nasehat.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَذَكِّرْ
فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ} [الذاريات: 55]
Dan
tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang yang beriman.
[Adz-Dzariyaat: 55]
Ø Dari Jabir radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«سَيِّدُ الشُّهَدَاءِ حَمْزَةُ بْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، وَرَجُلٌ
قَالَ إِلَى إِمَامٍ جَائِرٍ فَأَمَرَهُ وَنَهَاهُ فَقَتَلَهُ»
"Tuannya para syuhada adalah Hamzah bin Abdil Muthalib, dan seorang yang
berbicara kepada imam (pemimpin) yang dzalim lalu ia memerintahkannya kepada
yang ma'ruf dan melarangnya dari kemungkaran, dan imam tersebut
membunuhnya". [Silsilah Ash-Shahihah no.374]
8.
Mencegah
kemungkaran dengan ucapan sekalipun tidak didengarkan.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata kepada seorang
wanita dari keluarganya; 'Apakah kamu kenal si wanita A? '
'Tahu' Jawabnya.
Anas melanjutkan:
فَإِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِهَا وَهِيَ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ، فَقَالَ: «اتَّقِي
اللَّهَ، وَاصْبِرِي»، فَقَالَتْ: إِلَيْكَ عَنِّي، فَإِنَّكَ خِلْوٌ مِنْ
مُصِيبَتِي، قَالَ: فَجَاوَزَهَا وَمَضَى، فَمَرَّ بِهَا رَجُلٌ فَقَالَ: مَا
قَالَ لَكِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قَالَتْ: مَا
عَرَفْتُهُ؟ قَالَ: إِنَّهُ لَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
قَالَ: فَجَاءَتْ إِلَى بَابِهِ فَلَمْ تَجِدْ عَلَيْهِ بَوَّابًا، فَقَالَتْ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، وَاللَّهِ مَا عَرَفْتُكَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الصَّبْرَ عِنْدَ أَوَّلِ صَدْمَةٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
Sesungguhnya Nabi ﷺ
pernah melewati wanita itu saat ia menangis di suatu kuburan, lantas beliau
menasihatinya: 'Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah! ' Si wanita itu
malah menjawab; 'Sana kau menjauh, sebab kamu tidak mengalami seperti musibahku
ini! ' Kata Anas, Nabi pun segera menjauh dan pergi. Lantas ada seseorang yang
melewati wanita itu seraya mengatakan; 'Apa yang disabdakan Rasulullah
kepadamu? ' Si wanita tadi menjawab; 'Saya tidak tahu kalau orang tadi
Rasulullah.' laki-laki itu mengatakan, "Orang tadi itu Rasulullah.!"
Anas berkata; si wanita terus datang ke pintu rumah Nabi dan ia tidak menemukan
seorang penjaga pintunya, lantas mengatakan; 'Wahai Rasulullah, Demi Allah, aku
tidak mengenalmu! ' Lantas Nabi ﷺ
bersabda, "Kesabaran itu terlihat pada saat pertama kali benturan." [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Ø 'Iyadh bin Ganm -radhiyallahu ‘anhu- berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ أَرَادَ أَنْ
يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ
لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا
كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ»
"Barangsiapa yang hendak menasehati
penguasa dengan suatu perkara, maka jangan dilakukan dengan terang-terangan,
tapi gandenglah tangannya dan menyepilah berdua. Jika diterima memang begitu,
jika tidak maka dia telah melaksakan kewajibannya". [Musnad Ahmad: Hasan
ligairih]
9.
Jika
tidak mampu mencegah kemungkaran dengan ucapan maka cukup dengan hati.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا} [الفرقان:
72]
Dan
apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya.
[Al-Furqaan:72]
{وَإِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ أَعْرَضُوا عَنْهُ} [القصص:
55]
Dan
apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling
daripadanya. [Al-Qashash:55]
Ø Dari Abdullah bin
Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ
لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ، وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ
وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ، ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ
يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ، وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ، فَمَنْ
جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ
مُؤْمِنٌ، وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَيْسَ وَرَاءَ
ذَلِكَ مِنَ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ» [صحيح مسلم]
"Tidaklah
seorang nabi yang diutus oleh Allah pada suatu umat sebelumnya melainkan dia
memiliki pembela dan sahabat yang memegang teguh sunah-sunnah dan mengikuti
perintah-perintahnya, kemudian datanglah setelah mereka suatu kaum yang
mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan melakukan sesuatu yang tidak
diperintahkan. Barangsiapa yang berjihad dengan tangan melawan mereka maka dia
seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan lisan melawan mereka maka dia
seorang mukmin, barangsiapa yang berjihad dengan hati melawan mereka maka dia
seorang mukmin, dan setelah itu tidak ada keimanan sebiji sawi." [Shahih
Muslim]
10. Amar ma’ruf nahi mungkar adalah bagian dari keimanan.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ
يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ
الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ
سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ} [التوبة: 71]
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan
perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. [At-Taubah:71]
11. Kualitas keimanan itu bertingkat-tingkat.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ
لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ} [الفتح: 4]
Dia-lah
yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). [Al-Fath:4]
{وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا
جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ
الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا} [المدثر:
31]
Dan
tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat, dan tidaklah
Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi
orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan
supaya orang yang beriman bertambah imannya. [Al-Muddatsir:31]
Lihat:
Tingkatkan kualitas iman di bulan Ramadhan
12. Amal perbuatan bagian dari keimanan.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«الْإِيمَانُ بِضْعٌ
وَسَبْعُونَ - أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ - شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ،
وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Keimanan
itu terdiri dari tujuh puluh atau enam puluh lebih cabang. Yang paling afdal
(tinggi kedudukannya) adalah mengatakan "tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah", dan yang paling rendah adalah menjauhkan
duri/kotoran dari jalan. Dan rasa malu adalah cabang dari keimanan". [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Lihat: Hadits Abu Hurairah; Tingkatan Iman
13. Kemudahan syari’at Islam, hanya memerintahkan yang
mampu dikerjakan.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا
وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا} [البقرة: 286]
Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah". [Al-Baqarah:286]
{فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ} [التغابن: 16]
Maka
bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu. [At-Tagabun: 16]
14. Bahaya meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar.
Qais -rahimahullah- berkata:
"Setelah mengucapkan pujian dan mengagungkan-Nya, Abu Bakr -radhiyallahu
‘anhu- berkata, "Wahai manusia sekalian, kalian telah membaca ayat
ini, namun kalian tidak meletakkannya sebagaimana mestinya:
{عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ
لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ} [المائدة:
105]
'(.. jagalah dirimu; tidaklah orang yang
sesat itu akan memberi madharat kepadamu apabila kamu telah mendapatkan
petunjuk..) ' [Al Maidah: 105]
Abu Bakr berkata; "Kami
mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ النَّاسَ إِذَا
رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ، أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ
اللَّهُ بِعِقَابٍ»
"Sesungguhnya orang yang melihat
kezaliman kemudian tidak mencegahnya, maka sangat dikawatirkan Allah akan
menimpakan siksa kepada mereka secara merata."
Dalam riwayat lain:
«مَا مِنْ قَوْمٍ
يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي، ثُمَّ يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا، ثُمَّ
لَا يُغَيِّرُوا، إِلَّا يُوشِكُ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللَّهُ مِنْهُ بِعِقَابٍ»
"Tidaklah kemaksiatan yang dilakukan pada suatu kaum, kemudian mereka mampu mencegahnya tetapi tidak mau mencegah, melainkan Allah akan meratakan siksa kepada mereka." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (33) Ibnu ‘Abbas; Menuduh harus ada bukti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...