Rabu, 11 Januari 2023

Kitab Ar-Riqaq, bab 07; Waspada dari kegemerlapan duniawi dan berlomba padanya

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

بَابُ مَا يُحْذَرُ مِنْ زَهَرَةِ الدُّنْيَا وَالتَّنَافُسِ فِيهَا

“Bab: Waspada dari kegemerlapan duniawi dan berlomba padanya”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan anjuran untuk senantiasa waspada terhadap kenikmatan dunia dan jangan sampai dilalaikan dengan berlomba-lomba meraihnya hingga lupa dengan tujuan utama yaitu beribadah kepada Allah ‘azza wajalla. Beliau menyebutkan 6 hadits dalam hal ini, yaitu: Hadits ‘Amru bin ‘Auf, Uqbah bin ‘Amir, Abu Sa’id Al-Khudriy, 'Imran bin Hushain, Abdullah bin Mas’ud, dan Khabbab radhiyallahu ‘anhum.

A.    Hadits ‘Amru bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6425 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ [ابن أبي أويس]، قَالَ: حَدَّثَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، قَالَ ابْنُ شِهَابٍ: حَدَّثَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ، أَنَّ المِسْوَرَ بْنَ مَخْرَمَةَ، أَخْبَرَهُ: أَنَّ عَمْرَو بْنَ عَوْفٍ، وَهُوَ حَلِيفٌ لِبَنِي عَامِرِ بْنِ لُؤَيٍّ، كَانَ شَهِدَ بَدْرًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، أَخْبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ بَعَثَ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الجَرَّاحِ إِلَى البَحْرَيْنِ يَأْتِي بِجِزْيَتِهَا، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ هُوَ صَالَحَ أَهْلَ البَحْرَيْنِ، وَأَمَّرَ عَلَيْهِمُ العَلاَءَ بْنَ الحَضْرَمِيِّ، فَقَدِمَ أَبُو عُبَيْدَةَ بِمَالٍ مِنَ البَحْرَيْنِ، فَسَمِعَتِ الأَنْصَارُ بِقُدُومِهِ، فَوَافَتْهُ صَلاَةَ الصُّبْحِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ، فَلَمَّا انْصَرَفَ تَعَرَّضُوا لَهُ، فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ حِينَ رَآهُمْ، وَقَالَ: «أَظُنُّكُمْ سَمِعْتُمْ بِقُدُومِ أَبِي عُبَيْدَةَ، وَأَنَّهُ جَاءَ بِشَيْءٍ» قَالُوا: أَجَلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: «فَأَبْشِرُوا وَأَمِّلُوا مَا يَسُرُّكُمْ، فَوَاللَّهِ مَا الفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمْ أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا، كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، وَتُلْهِيَكُمْ كَمَا أَلْهَتْهُمْ»

Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Abdillah [bin Abi Uwais], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Isma'il bin Ibrahim bin 'Uqbah, dari Musa bin 'Uqbah. Ibnu Syihab berkata: Telah menceritakan kepadaku 'Urwah bin Az-Zubair, bahwa Al-Miswar bin Makhramah, telah mengabarkan kepadanya, bahwa 'Amru bin 'Auf -sekutu Bani 'Amr bin Lu`ai dan pernah turut perang Badar bersama Rasulullah - telah mengabarkan kepadanya, Bahwasanya Rasulullah pernah mengutus Abu Ubaidah bin Al-Jarrah ke Bahrain untuk mengambil jizyah. Rasulullah membuat perjanjian damai dengan penduduk Bahrain. Beliau mengangkat Al-'Ala` bin Al-Hadhramiy sebagai pemimpin mereka. Lalu Abu 'Ubaidah pulang dengan membawa harta dari Bahrain. Lantas kaum Anshar pun mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah di saat mereka sedang mengerjakan salat Subuh bersama Rasulullah . Seusai salat, beliau beranjak pergi, namun mereka menghadang beliau, maka Rasulullah tersenyum saat melihat mereka. Beliau pun bersabda, "Kusangka kalian mendengar kedatangan Abu 'Ubaidah dengan membawa sesuatu." Mereka menjawab, 'Benar, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Bergembiralah dan berharaplah terhadap sesuatu yang dapat memudahkan kalian. Demi Allah, bukan kemiskinan yang kutakutkan pada kalian, akan tetapi aku takut bila dunia dibentangkan untuk kalian seperti halnya dibentangkan pada orang-orang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya sebagaimana mereka berlomba-lomba, sehingga dunia itu membinasakan kalian seperti halnya mereka binasa karenanya."

Penjelasa singkat hadits ini:

1.      Biografi ‘Amr bin ‘Auf Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu.

Ada yang mengatakan namanya adalah ‘Uwaimir, ikut pada perang Badar dan peperangan setelahnya. Ia lahir di Mekah dan wafat di Madinah pada masa khalifah ‘Umar bin Khathab dan disahalati olehnya radhiyallahu ‘anhu.

2.      Biografi Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah radhiyallahu ‘anhu.

Namanya: Amir bin Abdillah bin Al-Jarrah Al-Qurasyiy radhiyallahu ‘anhu. Beliau ikut perang Badar dan peperangan setelahnya. Wafat tahun 18 hijriyah pada masa wabah ‘Amwas pada usia 58 tahun.

Diantara keistimewaannya:

a)      Salah satu dari sepuluh yang mendapat jaminan surga.

Dari 'Abdurrahman bin 'Auf radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«أَبُو بَكْرٍ فِي الجَنَّةِ، وَعُمَرُ فِي الجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ فِي الجَنَّةِ، وَعَلِيٌّ فِي الجَنَّةِ، وَطَلْحَةُ فِي الجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِي الجَنَّةِ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِي الجَنَّةِ، وَسَعْدٌ فِي الجَنَّةِ، وَسَعِيدٌ فِي الجَنَّةِ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ فِي الجَنَّةِ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Abu Bakr (akan masuk) dalam surga, Umar dalam surga, Utsman dalam surga, Ali dalam surga, Thalhah dalam surga, Az-Zubair dalam surga, Abdurrahman bin 'Auf dalam surga, Sa'ad (bin Abi Waqqash) dalam surga, Sa'id (bin Zayd) dalam surga, dan Abu 'Ubaidah bin Al-Jarraah dalam surga". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

b)      Orang kepercayaan umat Islam.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لِكُلِّ أُمَّةٍ أَمِينٌ وَأَمِينُ هَذِهِ الأُمَّةِ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Setiap ummat memiliki orang kepercayaan, sedangkan orang kepercayaan ummat ini adalah Abu 'Ubaidah bin Jarrah." [Sunan Tirmidziy: Sahih]

c)       Sebaik-baik lelaki.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«نِعْمَ الرَّجُلُ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الجَرَّاحِ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Abu 'Ubadah bin Al-Jarrah." [Sunan Tirmidziy: Sahih]

d)      Salah satu yang pantas menjadi khalifah.

Abu Bakr radhiyallahu 'anhu berkata setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

" بَايِعُوا عُمَرَ، أَوْ أَبَا عُبَيْدَةَ بْنَ الجَرَّاحِ" [صحيح البخاري]

“Bai’atlah Umar atau Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah”. [Shahih Bukhari]

Ø  Aisyah radhiyallahu 'anha ditanya:

" مَنْ كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ مُسْتَخْلِفًا لَوِ اسْتَخْلَفَهُ؟ قَالَتْ: أَبُو بَكْرٍ، فَقِيلَ لَهَا: ثُمَّ مَنْ؟ بَعْدَ أَبِي بَكْرٍ قَالَتْ: عُمَرُ، ثُمَّ قِيلَ لَهَا: مَنْ بَعْدَ عُمَر؟َ قَالَتْ: أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ " ثُمَّ انْتَهَتْ إِلَى هَذَا [صحيح مسلم]

'Siapakah orang yang akan ditunjuk sebagai khalifah, seandainya Rasulullah menghendaki untuk menunjuk seorang khalifah? Aisyah menjawab, 'Abu Bakr.' Aisyah ditanya lagi; Lalu siapa lagi? Aisyah menjawab, 'Umar bin Khaththab.' Ditanya lagi, kemudian siapa lagi? Dia menjawab, Abu Ubaidah bin Jarrah. Kemudian Aisyah mengakhirnya sampai di situ. [Shahih Muslim]

3.      Biografi Al-'Ala` bin Al-Hadhramiy Abdullah bin ‘Abbad radhiyallahu ‘anhu.

Nabi mengangkatnya sebagai pemimpin di Bahrain, begitu pula di masa Abu Bakr, dan Umar bin Khathab radhiyallahu ta’alaa ‘anhum. Wafat tahun 14 hijriyah atau setelahnya.

4.      Tabiat manusia mencintai harta.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا} [الفجر: 20]

Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. [Al-Fajr: 15 - 20]

Ø  Dari Ibnu Zubair radhiyallahu 'anhuma; Nabi bersabda:

«لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلْئًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا، وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ» [صحيح البخاري]

'Sekiranya anak Adam diberi satu bukit yang dipenuhi dengan emas, niscaya ia akan menginginkan bukit yang kedua, dan apabila diberi yang kedua, niscaya ia menginginkan bukit yang ketiga, dan tidaklah perut anak Adam dipenuhi melainkan dengan tanah, dan Allah akan menerima tobat siapa saja yang bertobat.' [Shahih Bukhari]

5.      Lemahnya ekonomi bukan masalah besar umat Islam.

Dari Ibnu Umar -radhiyallahu 'anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]

"Jika kamu berdagang dengan cara Al-'Inah (jual beli riba), sibuk dengan ternak sapi, puas dengan pertanian, hingga kamu meninggalkan jihad, maka Allah akan mendatangkan kepadamu kehinaan, Allah tidak menghilangkannya sampai kalian kembali kepada agama kalian". [Sunan Abi Daud: Sahih]

6.      Besarnya fitnah dunia.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ} [الأنفال: 28]

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. [Al-Anfaal:28]

7.      Bahaya berlomba-lomba mengejar kenikmatan dunia.

Allah subhanahu wa ta'aala berfirman:

{أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ} [التكاثر: 1 - 2]

Bermegah-megahan (menumpuk harta) telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. [At-Takatsur 1 - 2]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ، وَلَا تَحَسَّسُوا، وَلَا تَجَسَّسُوا، وَلَا تَنَافَسُوا، وَلَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا» [صحيح البخاري ومسلم]

"Jauhilah buruk sangka, karena buruk sangkah adalah ungkapan yang paling dusta, dan janganlah kalian menguping pembicaraan orang lain, dan jangan mencari-cari keburukan orang lain, dan jangan bersaing yang tidak sehat, dan jangan saling iri, dan jangan saling bermusuhan, jangan saling membelakangi (menjauhi), dan jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara." [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Hakikat kehidupan dunia

B.     Hadits ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6426 - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي حَبِيبٍ، عَنْ أَبِي الخَيْرِ [مَرْثَد بن عَبْدِ اللهِ اليَزَنِيّ المِصْرِيّ]، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ خَرَجَ يَوْمًا، فَصَلَّى عَلَى أَهْلِ أُحُدٍ صَلاَتَهُ عَلَى المَيِّتِ، ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَى المِنْبَرِ، فَقَالَ: «إِنِّي فَرَطُكُمْ، وَأَنَا شَهِيدٌ عَلَيْكُمْ، وَإِنِّي وَاللَّهِ لَأَنْظُرُ إِلَى حَوْضِي الآنَ، وَإِنِّي قَدْ أُعْطِيتُ مَفَاتِيحَ خَزَائِنِ الأَرْضِ - أَوْ مَفَاتِيحَ الأَرْضِ - وَإِنِّي وَاللَّهِ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ أَنْ تُشْرِكُوا بَعْدِي، وَلَكِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ أَنْ تَنَافَسُوا فِيهَا»

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Laits bin Sa'd, dari Yazid bin Abu Habib ,dari Abu Al-Khair [Martsad bin Abdillah Al-Yazaniy Al-Mishriy], dari 'Uqbah bin 'Amir; Bahwa suatu hari Rasulullah keluar dan menyalatkan terhadap para sahabat yang tewas di perang Uhud, lantas beliau menuju mimbar dan bersabda, "Aku lebih dahulu wafat daripada kalian, dan aku menjadi saksi atas kalian, dan aku demi Allah, sungguh telah melihat telagaku sekarang, dan aku diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi atau kunci-kunci bumi. Demi Allah, saya tidak mengkhawatirkan kalian akan berbuat syirik sepeninggalku, namun yang justru aku khawatirkan atas kalian adalah kalian bersaing terhadap kekayaan-kekayaan bumi."

Penjelasa singkat hadits ini:

1.      Biografi ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu.

Salah satu sahabat Nabi yang penyayang, mengkhatamkan Al-Qur’an dan banyak meriwayatkan hadits. Beliau wafat di Mesir tahun 58 hijriyah, pernah menjadi Gubernur Mesir di bawah kekhalifaan Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma. 

2.      Nabi menziarahi kuburan syuhada’ Uhud setelah delapan tahun.

3.      Keutamaan menziyarahi kubur.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«زُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ»

"Berziarahlah kubur karena ia akan mengingatkan kalian akan kematian." [Shahih Muslim]

4.      Boleh meshalati jenazah yang sudah dikuburkan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;

أَنَّ رَجُلًا أَسْوَدَ أَوِ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَ يَقُمُّ المَسْجِدَ فَمَاتَ، فَسَأَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْهُ، فَقَالُوا: مَاتَ، قَالَ: «أَفَلاَ كُنْتُمْ آذَنْتُمُونِي بِهِ، دُلُّونِي عَلَى قَبْرِهِ - أَوْ قَالَ قَبْرِهَا -» فَأَتَى قَبْرَهَا فَصَلَّى عَلَيْهَا

Bahwasanya ada seorang wanita (atau pemuda) berkulit hitam biasanya menyapu Masjid. Suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kehilangan orang itu, sehingga beliau pun menanyakannya. Para sahabat menjawab, "Orang itu telah meninggal." Beliau bersabda: “Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku? Tunjukkanlah kepadaku di mana letak kuburannya."

Maka beliau pun mendatangi kuburannya, dan beliau menshalatkannya. [Shahih Bukhari Muslim]

5.      Rasulullah sebagai saksi terhadap umatnya.

Allah subhanahu wa ta'aala berfirman:

{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا} [البقرة: 143]

Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. [Al-Baqarah:143]

6.      Telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di akhirat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الجَنَّةِ، وَمِنْبَرِي عَلَى حَوْضِي» [صحيح البخاري ومسلم]

"Antara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga, dan mimbarku berada di atas telagaku (di akhirat)". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ حَوْضِي أَبْعَدُ مِنْ أَيْلَةَ مِنْ عَدَنٍ لَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ بِاللَّبَنِ، وَلَآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ النُّجُومِ وَإِنِّي لَأَصُدُّ النَّاسَ عَنْهُ، كَمَا يَصُدُّ الرَّجُلُ إِبِلَ النَّاسِ عَنْ حَوْضِهِ»

"Sesungguhnya telagaku di hari kiamat lebih luas dari jarak antara Ailah (di utara negri Arab) dan 'Adan (di selatan negri Arab), airnya lebih putih dari salju dan lebih manis dari madu dengan susu, dan bejananya lebih banyak dari jumlah bintang. Dan sesungguhnya aku akan menghalagi orang-orang (selain umat Islam) darinya sebagaimana seseorang menghalangi onta orang lain dari telaganya".

Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, apakah engkau mengenal kami pada hari itu?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«نَعَمْ لَكُمْ سِيمَا لَيْسَتْ لِأَحَدٍ مِنَ الْأُمَمِ تَرِدُونَ عَلَيَّ غُرًّا، مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ» [صحيح مسلم]

"Iya, kalian punya tanda yang tidak dimiliki seorang pun dari umat lain. Kalian datang kepadaku dengan wajah dan kedua tangan dan kaki yang bercahaya karena bekas wudhu". [Sahih Muslim]

Ø  Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda saat di Arafah ketika berada di atas untanya yang terpotong ujung telinganya:

«أَلَا وَإِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، وَأُكَاثِرُ بِكُمُ الْأُمَمَ، فَلَا تُسَوِّدُوا وَجْهِي، أَلَا وَإِنِّي مُسْتَنْقِذٌ أُنَاسًا، وَمُسْتَنْقَذٌ مِنِّي أُنَاسٌ، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أُصَيْحَابِي؟ فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

“Ingatlah! Sesungguhnya aku orang yang mendahului kalian di telaga surga, dan aku akan memperbanyak umat dengan kalian, maka janganlah kalian mencoreng wajahku. Ingatlah! Sesungguhnya aku adalah orang yang menyelamatkan manusia, dan mereka akan meminta bantuan keselamatan dariku.' Aku berkata kepada tuhanku: 'Wahai Tuhan, bagaimana dengan para sahabatku? ' Allah menjawab, 'Sesungguhnya kamu tidak tahu apa yang mereka perbuat (ada-adakan) setelah kamu tiada'." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma berkata: Nabi bersabda kepada Ka'b bin' Ujroh:

«أَعَاذَكَ اللَّهُ مِنْ إِمَارَةِ السُّفَهَاءِ»، قَالَ: وَمَا إِمَارَةُ السُّفَهَاءِ؟، قَالَ: " أُمَرَاءُ يَكُونُونَ بَعْدِي، لَا يَقْتَدُونَ بِهَدْيِي، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ، وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ، فَأُولَئِكَ لَيْسُوا مِنِّي، وَلَسْتُ مِنْهُمْ، وَلَا يَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ، وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ، فَأُولَئِكَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُمْ، وَسَيَرِدُوا عَلَيَّ حَوْضِي " [مسند أحمد: إسناده قوي]

"Semoga Allah melindungimu dari pemerintahan orang-orang yang bodoh”, Ka'b bin 'Ujroh radhiyallahu'anhu bertanya: Apa itu kepemerintahan orang bodoh? Rasulullah bersabda: "Yaitu para pemimpin negara sesudahku yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula berjalan dengan sunnahku, barangsiapa yang membenarkan mereka dengan kebohongan mereka serta menolong mereka atas kedholiman mereka maka dia bukanlah golonganku, dan aku juga bukan termasuk golongannya, mereka tidak akan datang kepadaku di atas telagaku, barang siapa yang tidak membenarkan mereka atas kebohongan mereka, serta tidak menolong mereka atas kedholiman mereka maka mereka adalah golonganku dan aku juga golongan mereka serta mereka akan mendatangiku di atas telagaku”. [Musnad Ahmad: Sanadnya kuat]

7.      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberi kunci kekayaan dunia.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«وَبَيْنَا أَنَا نَائِمٌ أُتِيتُ بِمَفَاتِيحِ خَزَائِنِ الْأَرْضِ، فَوُضِعَتْ فِي يَدَيَّ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Ketika aku tidur, didatangkan kepadaku kunci-kunci kekayaan dunia lalu diletakkan di kedua tanganku". [Shahih Bukhari dan Muslim]

8.      Kekuatan tauhid sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَى عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ} [آل عمران: 101]

Bagaimana mungkin kalian menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. [Ali 'Imran:101]

C.     Hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6427 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ [ابن أبي أويس]، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّ أَكْثَرَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ مَا يُخْرِجُ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ بَرَكَاتِ الأَرْضِ» قِيلَ: وَمَا بَرَكَاتُ الأَرْضِ؟ قَالَ: «زَهْرَةُ الدُّنْيَا» فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: هَلْ يَأْتِي الخَيْرُ بِالشَّرِّ؟ فَصَمَتَ النَّبِيُّ ﷺ حَتَّى ظَنَنَّا أَنَّهُ يُنْزَلُ عَلَيْهِ، ثُمَّ جَعَلَ يَمْسَحُ عَنْ جَبِينِهِ، فَقَالَ: «أَيْنَ السَّائِلُ؟» قَالَ: أَنَا - قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: لَقَدْ حَمِدْنَاهُ حِينَ طَلَعَ ذَلِكَ - قَالَ: «لاَ يَأْتِي الخَيْرُ إِلَّا بِالخَيْرِ، إِنَّ هَذَا المَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، وَإِنَّ كُلَّ مَا أَنْبَتَ الرَّبِيعُ يَقْتُلُ حَبَطًا أَوْ يُلِمُّ، إِلَّا آكِلَةَ الخَضِرَةِ، أَكَلَتْ حَتَّى إِذَا امْتَدَّتْ خَاصِرَتَاهَا، اسْتَقْبَلَتِ الشَّمْسَ، فَاجْتَرَّتْ وَثَلَطَتْ وَبَالَتْ، ثُمَّ عَادَتْ فَأَكَلَتْ. وَإِنَّ هَذَا المَالَ حُلْوَةٌ، مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ، وَوَضَعَهُ فِي حَقِّهِ، فَنِعْمَ المَعُونَةُ هُوَ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ كَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ»

Telah menceritakan kepada kami Isma'il [bin Abi Uwais], dia berkata,: Telah menceritakan kepadaku Malik, dari Zaid bin Aslam, dari 'Atha` bin Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudriy, ia berkata: Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah sesuatu yang Allah keluarkan untuk kalian dari berkahnya bumi." Beliau ditanya, 'Apa maksud dari berkahnya bumi?' Beliau menjawab, 'Yaitu perhiasan dunia.' Maka seseorang bertanya kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, apakah mungkin kebaikan akan mendatangkan keburukan?' Rasulullah diam beberapa saat, hingga kami mengira (wahyu) diturunkan kepada beliau, kemudian beliau mengusap keningnya lalu bersabda, 'Di manakah orang yang bertanya tadi?' Laki-laki itu berkata, 'Saya.' Abu Sa'id berkata, 'Kami memujinya ketika dia tiba-tiba muncul.' Beliau bersabda, 'Sesungguhnya kebaikan itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan, sesungguhnya harta dunia ini adalah hijau dan manis, dan setiap sesuatu yang ditumbuhkan musim semi akan mematikan atau membinasakan, kecuali pemakan hijau-hijauan, dia makan sampai lambungnya telah melebar, kemudian menghadap matahari lalu mengeluarkan kembali makannya ke mulut, mengunyahnya kembali, memuntahkannya, kemudian kembali lagi dan makan. Dan sesungguhnya harta itu terasa manis, maka barang siapa mendapatkan kekayaan dengan cara yang benar dan meletakkan dengan cara yang benar pula, maka alangkah beruntungnya dia dan barang siapa mendapatkan kekayaan dengan cara yang tidak benar, maka perumpamaannya ibarat orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang.'

Penjelasa singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Harta adalah perhiasan dan kenikmatan dunia.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى} [طه: 131]

Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. [Thaha: 131]

{الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أَمَلًا} [الكهف: 46]

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. [Al-Kahfi:46]

3.      Tidak tergesa-gesa menjawab pertanyaan jika membutuhkan keseriusan.

4.      Celaan terhadap pertanyaan yang berlebihan dan pujian bagi pertanyaan yang baik.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata:

«نُهِينَا أَنْ نَسْأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ شَيْءٍ، فَكَانَ يُعْجِبُنَا أَنْ يَجِيءَ الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ الْعَاقِلُ، فَيَسْأَلَهُ، وَنَحْنُ نَسْمَعُ» [صحيح مسلم]

"Kami dilarang untuk (banyak) bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang sesuatu, dan kami senang jika datang seorang laki-laki dari penduduk gurun yang berakal (cerdas), lalu dia bertanya, sedangkan kami mendengarnya”. [Shahih Muslim]

5.      Kebaikan itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.

Allah subhanahu wata'alaa berfirman:

{هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ} [الرحمن: 60]

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). [Ar-Rahman:60]

6.      Harta menjadi baik jika dimiliki oleh orang yang baik.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ} [الأعراف: 32]

Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. [Al-A'raf: 32]

Ø  ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu berkata:

بَعَثَ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَقَالَ: «خُذْ عَلَيْكَ ثِيَابَكَ وَسِلَاحَكَ، ثُمَّ ائْتِنِي» فَأَتَيْتُهُ وَهُوَ يَتَوَضَّأُ، فَصَعَّدَ فِيَّ النَّظَرَ ثُمَّ طَأْطَأَهُ، فَقَالَ: «إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَبْعَثَكَ عَلَى جَيْشٍ فَيُسَلِّمَكَ اللَّهُ وَيُغْنِمَكَ، وَأَزْعبُ لَكَ مِنَ الْمَالِ رَغْبَةً صَالِحَةً». قَالَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَسْلَمْتُ مِنْ أَجْلِ الْمَالِ، وَلَكِنِّي أَسْلَمْتُ زَعْبَةً فِي الْإِسْلَامِ، وَأَنْ أَكُونَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ. فَقَالَ: «يَا عَمْرُو، نِعْمًا بِالْمَالِ الصَّالِحُ لِلرَّجُلِ الصَّالِحِ» [مسند أحمد: صحيح]

Rasulullah mengutus seseorang kepadaku dan bersabda: “Pakailah pakaian dan senjatamu, kemudian temui aku!” Maka aku menemui beliau saat beliau berwudhu, kemudian memandangiku dengan seksama kemudian menganggukkan kepala dan bersabda: “Sesungguhnya aku ingin mengutusmu dalam pasukan perang maka Allah akan menyelamatkanmu dan memberimu harta rampasan perang, dan aku memberikanmu harta dengan niat yang baik”. ‘Amr berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak masuk Islam karena ingin harta, akan tetapi aku masuk Islam karena mencintai Islam, dan berharap bisa bersama Rasulullah ! Maka Rasulullah bersabda: “Wahai ‘Amr, sebaik-baik harta adalah untuk orang yang baik (shalih)”. [Musnad Ahmad: Sahih]

7.      Mengumpulkan harta dengan cara yang baik.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

"أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرُمَ" [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]

“Wahai manusia .. bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah dalam berusaha, karena sesungguhnya seseorang tidak akan mati sampai semua rezkinya tercapai sekalipun datangnya lambat, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah dalam berusaha, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram". [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«وَلَا يَحْمِلَنَّ أَحَدَكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ يَطْلُبَهُ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلَّا بِطَاعَتِهِ» [حلية الأولياء لأبي نعيم: صححه الألباني]

“ … dan janganlah kelambatan datangnya rezki membuat seseorang dari kalian mencarinya dengan cara maksiat, karena sesungguhnya Allah tidak bisa dicapai apa yang Ia miliki kecuali dengan cara taat kepada-Nya". [Hilyah Auliya' karya Abu Nu'aim: Shahih]

8.      Nabi memberikan perumpamaan terhadap orang yang mengejar dunia.

Pertama: Mengambil kenikmatan dunia sesuai dengan kebutuhannya.

Kedua: Mengambil dunia lebih dari kebutuhan, namun segera bertaubat dan meninggalkannya sehingga selamat.

Ketiga: Mengambil dunia berlebihan hingga membinasakannya.

9.      Jenis perumpamaan yang disebutkan dalam hadits ini.

Diantaranya:

1)      Perumpamaan harta yang berkembang seperti tanaman yang tumbuh.

2)      Perumpamaan orang yang lalai dalam mengumpul harta, dengan hewan yang terjerat dalam rerumputan.

3)      Perumpamaan banyak mengumpul harta dengan banyak makan.

4)      Perumpamaan apa yang dikeluarkan dari harta yang berlebihan, seperti muntah atau kotoran yang menjijikkan.

5)      Perumpamaan orang yang sederhana dalam mengejar harta, seperti kambing yang istirahat setelah makan sambil menghadap matahari.

6)      Persamaan hewan yang mati kekenyangan dengan orang yang binasa karena hartanya.

7)      Perumpamaan harta dengan teman yang bisa berubah menjadi musuh.

8)      Perumpamaan orang yang mengumpul harta dengan cara yang batil dengan orang yang makan tidak pernah kenyang.

Hakim bin Hizam radhiyallahu 'anhu berkata: Aku meminta sesuatu kepada Rasulullah lalu ia memberiku, kemudian aku meminta lagi lalu ia memberiku, kemudai aku meminta lagi lalu ia memberiku kemudian bersabda:

«يَا حَكِيمُ، إِنَّ هَذَا المَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ، اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى» [صحيح البخاري]

“Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini ibarat buah segar yang manis, maka barangsiapa yang mengambilnya dengan hati yang lapang (tidak rakus dan memaksa orang lain) maka ia akan diberkahi untuknya, dan barangsiapa yang mengambilnya dengan hati yang rakus (memaksa orang lain) maka ia tidak akan diberkahi untuknya ibarat orang yang makan dan tidak pernah kenyang, tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang di bawah”.

Hakim berkata: “Ya Rasulullah demi (Allah) Yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak akan meminta orang lain sesudahmu sesuatu pun sampai aku meninggalkan dunia”.

Maka ketika Abu Bakr memanggil Hakim untuk diberi hadiah ia menolak untuk menerimanya kemudian Umar memanggilnya untuk diberi sesuatu ia juga menolak untuk menerima sesuatu pun. Dan Umar berkata: Sesungguhnya aku mempersaksikan kalian wahai kaum muslimin atas Hakim, sesungguhnya aku menawarkan kepadanya hak ia dari harta ini tapi ia menolak untuk mengambilnya.

Maka akhirnya Hakim tidak meminta kepada seorangpun dari manusia setelah Rasulullah sampai ia wafat. [Sahih Bukhari]

10.  Cela sifat boros dan berlebihan.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ} [الأعراف: 31]

Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [Al-A'raaf:31]

{وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا . إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا} [الإسراء: 26-27]

Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. [Al-Israa': 26-27]

D.    Hadits ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6428 - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا جَمْرَةَ [نصر بن عمران الضُّبَعي]، قَالَ: حَدَّثَنِي زَهْدَمُ بْنُ مُضَرِّبٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: " خَيْرُكُمْ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ - قَالَ عِمْرَانُ: فَمَا أَدْرِي: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ بَعْدَ قَوْلِهِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا - ثُمَّ يَكُونُ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ، وَيَخُونُونَ وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ، وَيَنْذُرُونَ وَلاَ يَفُونَ، وَيَظْهَرُ فِيهِمُ السِّمَنُ "

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Basysyar, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ghundar, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dia berkata: Saya mendengar Abu Jamrah [Nashr bin ‘Imran Adh-Dhuba’iy] berkata: Telah menceritakan kepadaku Zahdam bin Mudharrib, dia berkata: Saya mendengar 'Imran bin Hushain radhiallahu'anhuma, dari Nabi beliau bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang hidup pada masaku (periode sahabat), kemudian orang-orang pada masa berikutnya (Tabi'in), kemudian orang-orang pada masa berikutnya (Tabi'ut tabi'in)." 'Imran berkata, 'Saya tidak tahu apakah Nabi menyebutkan 'orang-orang sesudah masa beliau' dua atau tiga kali.' 'Setelah itu akan datang orang-orang yang memberikan kesaksian padahal mereka tidak dimintai kesaksian, mereka berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka bernadzar namun tidak meIaksanakannya dan diantara mereka tampak gemuk.'

E.     Hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6429 - حَدَّثَنَا عَبْدَانُ [بن عثمان]، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ [محمد بن ميمون السُّكَّريّ]، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ عَبِيدَةَ [بن عمرو]، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِيءُ مِنْ بَعْدِهِمْ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَتُهُمْ أَيْمَانَهُمْ، وَأَيْمَانُهُمْ شَهَادَتَهُمْ»

Telah menceritakan kepada kami 'Abdan [bin ‘Utsman], dari Abu Hamzah [Muhammad bin Maimun As-Sukkariy], dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari 'Abidah [bin Amr], dari 'Abdullah radhiallahu'anhu, dari Nabi beliau bersabda, "Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian orang-orang pada masa berikutnya, kemudian orang-orang pada masa berikutnya, kemudian setelah mereka akan datang suatu kaum kesaksian mereka mendahului sumpah mereka, dan sumpah mereka mendahului kesaksian mereka."

Penjelasa singkat 2 hadits di atas:

1.      Biografi ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Biografi Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

3.     Keistimewaan tiga generasi awal terbaik umat Islam.

Aisyah radiyallahu 'anha berkata: Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, siapakah manusia yang paling baik?

Rasulullah menjawab:

«الْقَرْنُ الَّذِي أَنَا فِيهِ، ثُمَّ الثَّانِي، ثُمَّ الثَّالِثُ» [صحيح مسلم]

"Orang yang hidup di masa aku hidup, kemudian masa kedua, kemudian masa ke tiga". [Sahih Muslim]

Lihat: Keistimewaan sahabat Nabi

4.      Larangan bersaksi tanpa dimintai persaksian.

Maksudnya bersaksi dengan kesaksian palsu, adapun persaksian yang benar maka dibolehkan sekalipun tanpa diminta.

Dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"  أَكْبَرُ الْكَبَائِر: ِ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْن، ِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّور، ِ ثَلَاثًا "، فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

"Dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar lainnya adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, kesaksian palsu, kesaksian palsu (beliau mengulanginya tiga kali), atau ucapan dusta, "

Beliau tidak henti-henti mengulang-ulanginya sehingga kami mengatakan; 'Duhai, sekiranya beliau diam.' [Shahih Bukhari]

5.      Larangan banyak bersumpah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ} [القلم: 10]

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. [Al-Qalam: 10 - 11]

Ø  Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«ثَلَاثَةٌ يَشْنَؤُهُمُ اللَّهُ: التَّاجِرُ الْحَلَّافُ، أَوْ قَالَ: الْبَائِعُ الْحَلَّافُ، وَالْبَخِيلُ الْمَنَّانُ، وَالْفَقِيرُ الْمُخْتَالُ» [مسند أحمد: صحيح]

"Ada tiga orang yang dibenci oleh Allah 'azza wa Jalla: "Orang yang suka sumpah -atau ia menyebutkan-, penjual yang banyak mengobral sumpah, orang yang bakhil yang suka menyebut-nyebut pemberian dan orang fakir yang sombong." [Musnad Ahmad: Shahih]

6.      Buruknya sifat khianat.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ} [الأنفال: 27]

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. [Al-Anfaal: 27]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

" أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Ada empat sifat, barangsiapa yang ada pada dirinya sifat tersebut maka ia adalah munafiq yang murni, dan barangsiapa yang ada padanya salah satu sifat tersebut maka padanya telah ada sifat munafiq sampai ia meninggalkannya: Jika diberi amanah ia berkhianat, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika bertengkar ia melampaui batas" [Sahih Bukhari dan Muslim]

7.      Kewajiban menunaikan nadzar.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَلْيُوفُوا نُذُورَهُم} [الحج: 29]

Dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka. [Al-Hajj: 29]

Ø  Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يَعْصِهِ»

"Barangsiapa bernadzar untuk menaati Allah, hendaknya ia menaati-Nya, dan barangsiapa bernadzar untuk bermaksiat kepadaNya, maka janganlah ia perturutkan untuk bermaksiat kepadaNya." [Shahih Bukhari]

8.      Cela sifat gemuk.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ العَظِيمُ السَّمِينُ يَوْمَ القِيَامَةِ، لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، وَقَالَ: اقْرَءُوا، {فَلاَ نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ القِيَامَةِ وَزْنًا} [الكهف: 105] " [صحيح البخاري ومسلم]

Sesungguhnya akan didatangkan seseorang yang sangat gemuk pada hari kiamat, akan tetapi timbangannya disisi Allah tidak seberat sayap lalat. Bacalah firman Allah: "Dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ja'dah Al-Jusyamy radhiyallahu 'anhu berkata: Aku melihat Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam menunjuk perut seorang yang gemuk dan berkata:

«لَوْ كَانَ هَذَا فِي غَيْرِ هَذَا لَكَانَ خَيْرًا لَكَ»

"Seandainya ini bukan di sini, pasti akan lebih baik untukmu". [Mustadrak Al-Hakim: Sanadnya bagus]

Lihat: Hadits “Allah benci orang gemuk”

F.     Hadits Khabbab radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6430 - حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ مُوسَى [الحُدّانيّ]، حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ [بن أبي خالد الأَحْمَسِيُّ]، عَنْ قَيْسٍ [بن أبي حازم]، قَالَ: سَمِعْتُ خَبَّابًا، وَقَدِ اكْتَوَى يَوْمَئِذٍ سَبْعًا فِي بَطْنِهِ، وَقَالَ: «لَوْلاَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ نَهَانَا أَنْ نَدْعُوَ بِالْمَوْتِ لَدَعَوْتُ بِالْمَوْتِ، إِنَّ أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ ﷺ مَضَوْا، وَلَمْ تَنْقُصْهُمُ الدُّنْيَا بِشَيْءٍ، وَإِنَّا أَصَبْنَا مِنَ الدُّنْيَا مَا لاَ نَجِدُ لَهُ مَوْضِعًا إِلَّا التُّرَابَ»

Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Musa [Al-Huddaniy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Waki', ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il [bin Abi Khalid Al-Ahmasiy], dari Qais [bin Abi Hazim], dia berkata: Saya mendengar Khabbab ketika itu dirinya tengah diterapi dengan “kay’” (terapi dengan menempelkan besi panas pada bagian tubuh yang sakit) di perutnya sebanyak tujuh kali, lalu dia berkata, "Sekiranya Nabi tidak melarang kami untuk mengharapkan kematian, niscaya kami akan mengharapkan kematian. Sesungguhnya para Sahabat Muhammad yang telah mendahului kami, mereka telah pergi sementara mereka tidak dikurangi (pahalanya) sedikitpun oleh kenikmatan dunia, sedangkan kami mendapatkan bagian dunia, dan kami tidak punya tempat untuknya selain bagunan ini."

6431 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُثَنَّى، حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن سعيد القطان]، عَنْ إِسْمَاعِيلَ، قَالَ: حَدَّثَنِي قَيْسٌ، قَالَ: أَتَيْتُ خَبَّابًا، وَهُوَ يَبْنِي حَائِطًا لَهُ، فَقَالَ: «إِنَّ أَصْحَابَنَا الَّذِينَ مَضَوْا لَمْ تَنْقُصْهُمُ الدُّنْيَا شَيْئًا، وَإِنَّا أَصَبْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ شَيْئًا، لاَ نَجِدُ لَهُ مَوْضِعًا إِلَّا التُّرَابَ»

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya [bin Sa’id Al-Qathan], dari Isma'il, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku Qais, dia berkata: Saya pernah mengunjungi Khabbab ketika dia sedang membangun rumahnya, lalu dia berkata, "Sesungguhnya para sahabat yang telah mendahului kami, mereka telah pergi tanpa dikurangi (pahalanya) sedikitpun oleh kenikmatan dunia, dan kami tidak punya tempat untuknya selain bagunan ini."

6432 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ، عَنْ سُفْيَانَ [الثوري]، عَنِ الأَعْمَشِ، عَنْ أَبِي وَائِلٍ، عَنْ خَبَّابٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: «هَاجَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ ... » قَصَّهُ.

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir, dari Sufyan [Ats-Tsauriy], dari Al-A'masy, dari Abu Wa`il, dari Khabbab radhiyallahu'anhu dia berkata, "Kami berhijrah bersama Rasulullah …" Lalu perawi menceritakan (sambungan) hadits tersebut."

Nb: Lanjutan hadits ini telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab “Manaqib Al-Anshar” dan akan diriwayatkan dalam kitab ini (Ar-Riqaq) setelah delapan bab berikutnya.

Penjelasa singkat hadits ini:

1.      Biografi Khabbab bin Arat radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Hukum berobat dengan “Kai’”.

Ada beberapa riwayat yang menyebutkan bolehnya berobat dengan cara “Kay’” (besi panas), diantaranya:

Jabir radhiyallahu'anhu berkata:

«بَعَثَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ طَبِيبًا، فَقَطَعَ مِنْهُ عِرْقًا، ثُمَّ كَوَاهُ عَلَيْهِ» [صحيح مسلم]

“Rasulullah pernah mengirim seorang tabib kepada Ubay bin Ka'ab. Kemudian tabib tersebut membedah uratnya dan menyundutnya dengan besi panas.” [Shahih Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain; Jabir radhiyallahu'anhu berkata:

«رُمِيَ سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ فِي أَكْحَلِهِ، قَالَ: فَحَسَمَهُ النَّبِيُّ ﷺ بِيَدِهِ بِمِشْقَصٍ، ثُمَّ وَرِمَتْ فَحَسَمَهُ الثَّانِيَةَ» [صحيح مسلم]

"Said bin Mu'adz pernah terkena bidikan panah pada urat tangannya." Jabir berkata, 'Kemudian Rasulullah membedahnya dengan tombak (yang dipanasi dengan api). Setelah itu luka-luka tersebut membengkak. Lalu beliau pun membedahnya lagi.' [Shahih Muslim]

Ø  Dari Anas radhiyallahu'anhu;

«أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَوَى أَسْعَدَ بْنَ زُرَارَةَ مِنَ الشَّوْكَةِ» [سنن الترمذي: صحيح]

“Bahwasanya Nabi mengobati As'ad bin Zurarah dengan Kay dari duri”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Namun pengobatan dengan cara ini tidak dianjurkan apabila masih ada cara lain yang bisa dipakai, karena ada beberapa riwayat yang menunjukkan kalau cara ini dilarang. Diantaranya:

Jabir bin Abdillah radhiallahu'anhuma berkata: Aku mendengar Nabi bersabda:

" إِنْ كَانَ فِي شَيْءٍ مِنْ أَدْوِيَتِكُمْ خَيْرٌ، فَفِي شَرْطَةِ مِحْجَمٍ، أَوْ شَرْبَةِ عَسَلٍ، أَوْ لَذْعَةٍ بِنَارٍ تُوَافِقُ الدَّاءَ، وَمَا أُحِبُّ أَنْ أَكْتَوِيَ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Sekiranya ada obat yang baik untuk kalian, maka itu terdapat pada bekam atau minum madu atau sengatan api panas (kay) (terapi dengan menempelkan besi panas) di daerah yang luka, hanya saja aku tidak menyukai kay." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Ibnu Abbas radhiallahu'anhuma berkata: Nabi bersabda:

" الشِّفَاءُ فِي ثَلاَثَةٍ: فِي شَرْطَةِ مِحْجَمٍ، أَوْ شَرْبَةِ عَسَلٍ، أَوْ كَيَّةٍ بِنَارٍ، وَأَنَا أَنْهَى أُمَّتِي عَنِ الكَيِّ " [صحيح البخاري]

"Terapi pengobatan itu ada tiga cara, yaitu bekam, minum madu dan kay (menempelkan besi panas pada daerah yang terluka), sedangkan aku melarang umatku berobat dengan kay." [Shahih Bukhari]

Ø  Imran bin Hushain radhiyallahu'anhu berkata:

«نَهَى النَّبِيُّ ﷺ عَنِ الكَيِّ فَاكْتَوَيْنَا، فَمَا أَفْلَحْنَ، وَلَا أَنْجَحْنَ»

"Nabi melarang dari kay (pengobatan dengan sengatan besi panas), kemudian kami melakukan kay, maka kay itu tidak beruntung dan tidak berhasil."

Abu Daud –rahimahullah- berkata:

«وَكَانَ يَسْمَعُ تَسْلِيمَ الْمَلَائِكَةِ فَلَمَّا اكْتَوَى انْقَطَعَ عَنْهُ فَلَمَّا تَرَكَ رَجَعَ إِلَيْهِ» [سنن أبي داود: صحيح]

"Imran bin Hushain pernah mendengar salam para malaikat, ketika beliau melakukan kay suara itu hilang, dan ketika beliau meninggalkan pengobatan kay, beliau dapat mendengar suara Malaikat kembali." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ، فَأَخَذَ النَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ الأُمَّةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ النَّفَرُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ العَشَرَةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ مَعَهُ الخَمْسَةُ، وَالنَّبِيُّ يَمُرُّ وَحْدَهُ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ كَثِيرٌ، قُلْتُ: يَا جِبْرِيلُ، هَؤُلاَءِ أُمَّتِي؟ قَالَ: لاَ، وَلَكِنِ انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ، فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ كَثِيرٌ، قَالَ: هَؤُلاَءِ أُمَّتُكَ، وَهَؤُلاَءِ سَبْعُونَ أَلْفًا قُدَّامَهُمْ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلاَ عَذَابَ، قُلْتُ: وَلِمَ؟ قَالَ: كَانُوا لاَ يَكْتَوُونَ، وَلاَ يَسْتَرْقُونَ، وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ" [صحيح البخاري ومسلم]

"Diperlihatkan padaku seluruh umat, aku melihat seorang Nabi lewat bersama satu umat, dan Nabi lewat bersama beberapa orang, dan Nabi lewat bersama sepuluh orang, dan Nabi lewat bersama lima orang, dan Nabi lewat bersama satu orang. Kemudian aku melihat kerumunan banyak orang dan aku bertanya: Wahai Jibril, apakah mereka itu adalah umatku? Jibril menjawab: Bukan, akan tetapi lihatlah ke ufuk! Maka aku melihat kerumunan orang yang banyak. Jibril berkata: Mereka itu adalah umatmu, dan tujuh puluh ribu dari mereka yang terdepan akan masuk surga tanpa dihisab dan disiksa! Aku bertanya: Kenapa? Jibril menjawab: Mereka tidak berobat dengan kai' (pengobatan api), tidak meminta diruqyah, tidak meyakini thiyarah (keberuntungan atau musibah karena sesuatu selain Allah), dan mereka senantiasa bertawakkal kepada Tuhan mereka". [Sahih Bukhari dan Muslim]

3.      Larangan berdo’a untuk kematian.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu; Rasulullah bersabda:

«لاَ يَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ وَلاَ يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ إِنَّهُ إِذَا مَاتَ أَحَدُكُمُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ وَإِنَّهُ لاَ يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلاَّ خَيْرًا» [صحيح مسلم]

“Janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian, dan jangan berdo'a untuk mati sebelum ajalnya datang, sesungguhnya jika seseorang dari kalian mati maka terputuslah amalannya, dan sesungguhnya tidak bertambah umur seorang mu'min kecuali kebaikan”. [Shahih Muslim]

Lihat: Adab berdo’a

4.      Kenikmatan dunia akan mengurangi kenikmatan akhirat.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ} [الأحقاف: 20]

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (seraya dikatakan kepada mereka), "Kamu telah menghabiskan (rezeki) yang baik untuk kehidupan duniamu dan kamu telah bersenang-senang (menikmati)nya; maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu sombong di bumi tanpa mengindahkan kebenaran dan karena kamu berbuat durhaka (tidak taat kepada Allah)." [Al-Ahqaf: 20]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 06; Amalan yang diniati mencari wajah Allah ta’aalaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...