Selasa, 31 Oktober 2023

Kitab Ar-Riqaq, bab 34; Mengasingkan diri adalah ketenangan daripada berinteraksi dengan kejelekan

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"بَابٌ: العُزْلَةُ رَاحَةٌ مِنْ خُلَّاطِ السُّوءِ"

“Bab: Mengasingkan diri adalah ketenangan daripada berinteraksi dengan kejelekan”

Judul bab ini diambil dari ucapan Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

«إِنَّ الْيَأْسَ غِنًى، وَإِنَّ الطَّمَعَ فَقْرٌ حَاضِرٌ، وَإِنَّ الْعُزْلَةَ رَاحَةٌ مِنْ خُلَّاطِ السُّوءِ» [الجامع لابن وهب: منقطع]

“Sesungguhnya berputus asa dari manusia adalah kekayaan, dan sifat rakus adalah kemiskinan yang nampak, dan sesungguhnya mengasingkan diri adalah ketenangan daripada berinteraksi dengan keburukan”. [Al-Jami’ karya Ibnu Wahab: Sanadnya terputus]

Ø  Beliau juga berkata:

«خُذُوا حَظَّكُمْ مِنَ الْعُزْلَةِ» [الزهد لوكيع]

“Ambilah bagian kalian dari mengasingkan diri”. [Az-Zuhd karya Waki’]

Ø  Ucapan semakna diriwayatkan dari Abu Dzar dan Abu Musa Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhuma, keduanya berkata:

«الْجَلِيسُ الصَّالِحُ خَيْرٌ مِنَ الْوَحْدَةِ، وَالْوَحْدَةُ خَيْرٌ مِنْ جَلِيسِ السُّوءِ» [مصنف ابن أبي شيبة]

“Teman yang shalih lebih baik daripada sendiri, dan sendiri lebih baik dari teman yang buruk”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

Dalam bab ini imam Bukhari rahimahullah mejelaskan bahwa diantara perkara yang bisa menenangkan hati adalah mengasingkan diri dan tidak berbaur dengan fitnah, sebagaimana terkandung dalam dua hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.

Hadits pertama, Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6494 - حَدَّثَنَا أَبُو اليَمَانِ [الحكم بن نافع البهراني]، أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ [بن أبي حمزة]، عَنِ الزُّهْرِيِّ، قَالَ: حَدَّثَنِي عَطَاءُ بْنُ يَزِيدَ، أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ، حَدَّثَهُ قَالَ: قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ [الفريابي]، حَدَّثَنَا الأَوْزَاعِيُّ [عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَمْرٍو]، حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، قَالَ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ قَالَ: " رَجُلٌ جَاهَدَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ، وَرَجُلٌ فِي شِعْبٍ مِنَ الشِّعَابِ: يَعْبُدُ رَبَّهُ، وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ "

Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman [Al-Hakam bin Nafi' Al-Bahraniy], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib [bin Abi Hamzah], dari Az-Zuhriy, ia mengatakan; Telah menceritakan kepadaku Atho' bin Yazid, bahwasanya Abu Sa'id menceritakan kepadanya, dia menuturkan; Ada yang bertanya, 'Wahai Rasulullah!,' Sedang Muhammad bin Yusuf [Al-Firyabiy] mengatakan; Telah menceritakan kepada kami Al-Auza'iy [Abdurrahman bin ‘Amr], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Az-Zuhriy, dari 'Atho' bin Yazid Al-Laitsiy, dari Abu Sa'id Al-Khudriy mengatakan: Seorang Arab Badui mendatangi Nabi dan bertanya, 'Wahai Rasulullah, siapa manusia terbaik?' Nabi menjawab, "Seseorang yang berjihad dengan nyawa dan hartanya, dan seseorang yang mengucilkan diri di sebuah puncak perbukitan untuk konsentrasi beribadah kepada Tuhannya dan meninggalkan manusia dari kejahatannya."

تَابَعَهُ الزُّبَيْدِيُّ [محمد بن الوليد]، وَسُلَيْمَانُ بْنُ كَثِيرٍ [العبدي]، وَالنُّعْمَانُ [بن راشد الجزري]، عَنِ الزُّهْرِيِّ وَقَالَ مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عَطَاءٍ، أَوْ عُبَيْدِ اللَّهِ [بن عبد الله بن عتبة بن مسعود]، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Hadits ini diperkuat oleh Az-Zubaidiy [Muhammad bin Al-Waliid] dan Sulaiman bin Katsir [Al-‘Abdiy] dan An-Nu'man [bin Rasyid Al-Jazariy], dari Az-Zuhriy. Dan Ma'mar meriwayatkan dari Az-Zuhriy, dari Atho' atau Ubaidullah [bin Abdillah bin ‘Utbah bin Mas’ud], dari Abu Sa'id, dari Nabi .

وَقَالَ يُونُسُ [بن يزيد الأيلي]، وَابْنُ مُسَافِرٍ [عبد الرحمن بن خالد]، وَيَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ [الأنصاري]، عَنْ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Dan Yunus [bin Yazid Al-Ailiy], Ibnu Musafir [Abdurrahman bin Khalid], dan Yahya bin Sa'id [Al-Anshariy] mengatakan, dari Ibnu Syihab, dari Atho', dari beberapa sahabat Nabi , dari Nabi .

Hadits kedua, Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6495 - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ [الفَضْلُ بْنُ دُكَيْنٍ]، حَدَّثَنَا المَاجِشُونُ [عبد العزيز بن عبد الله بن أبي سلمة]، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ، عَنْ أَبِيهِ [عبد الله بن عبد الرحمن بن أبى صعصعة الأنصاري]، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، أَنَّهُ سَمِعَهُ يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ، خَيْرُ مَالِ الرَّجُلِ المُسْلِمِ الغَنَمُ، يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الجِبَالِ وَمَوَاقِعَ القَطْرِ، يَفِرُّ بِدِينِهِ مِنَ الفِتَنِ»

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim [Al-Fadhl bin Dukain], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Majisyun [Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Abi Salamah] dari Abdurrahman bin Abi Sha'sha'ah, dari ayahnya [Abdullah bin Abdirrahman bin Abi Sha’sha’ah Al-Anshariy], dari Abu Sa'id Al-Khudriy bahwasanya ia mendengarnya mengatakan: Aku mendengar Nabi bersabda, "Akan datang suatu zaman bagi manusia, yang ketika itu sebaik-baik harta seorang muslim adalah kambing yang ia gembalakan di puncak-puncak gunung dan tempat-tempat turunnya hujan, ia lari menyelamatkan agamanya dari fitnah (krisis agama)."

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Kitab Iman bab 12; Menghindari fitnah adalah bagian dari agama

Penjelasan singkat kedua hadits di atas:

1.      Rasulullah sering ditanya tentang manusia terbaik dan beliau menjawab sesuai dengan keadaan si penanya atau kondisi dan waktu itu.

Abdullah bin 'Amru radhiyallahu 'anhuma berkata; Ditanyakan kepada :

أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ، صَدُوقِ اللِّسَانِ»، قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ، نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: «هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لَا إِثْمَ فِيهِ، وَلَا بَغْيَ، وَلَا غِلَّ، وَلَا حَسَدَ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Manusia bagaimanakah yang paling mulia?" Beliau menjawab, "Semua yang hatinya bersih dan lisan (ucapannya) benar." Mereka berkata, "Perkataannya yang benar telah kami ketahui, lantas apakah maksud dari hati yang bersih?" Beliau bersabda, "Hati yang bertakwa dan bersih, tidak ada kedurhakaan dan kedzaliman padanya, serta kedengkian dan hasad." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

2.      Keutamaan jihad dengan jiwa dan harta.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11) يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ} [الصف: 10 - 13]

Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui, niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin.  [Ash-Shaff: 10-13]

3.      Keutamaan mengasingkan diri untuk menghindari fitnah.

Diantaranya:

a)      Menenangkan hati karena tidak mendengar atau melihat kemungkaran yang tidak bisa ia ingkari.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِ النَّاسِ؟ رَجُلٌ مُمْسِكٌ بِعِنَانِ فَرَسِهِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ. أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِالَّذِي يَتْلُوهُ؟ رَجُلٌ مُعْتَزِلٌ فِي غُنَيْمَةٍ لَهُ يُؤَدِّي حَقَّ اللَّهِ فِيهَا» [سنن الترمذي: صحيح]

"Maukah aku kabarkan kepada kalian sebaik-baik manusia? Seorang laki-laki yang memegang tali kudanya di jalan Allah. Maukah aku kabarkan kepada kalian orang berikutnya? Seorang laki-laki yang menyepi di tempat pengembalaannya, lalu ia melaksanakan hak-hak Allah." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

b)      Tidak terjerumus dalam fitnah.

Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا، فَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ، وَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا، نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ، حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ، عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلَا تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ، وَالْآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا، وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا، إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ» [صحيح مسلم]

"Fitnah akan dipaparkan pada hati manusia bagai tikar yang dipaparkan perutas (secara tegak menyilang antara satu sama lain). Mana pun hati yang dihinggapi oleh fitnah, niscaya akan terlekat padanya bintik-bintik hitam. Begitu juga mana pun hati yang tidak dihinggapinya, maka akan terlekat padanya bintik-bintik putih sehingga hati tersebut terbagi dua: sebagian menjadi putih bagaikan batu licin yang tidak lagi terkena bahaya fitnah, selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan sebagian yang lain menjadi hitam keabu-abuan seperti cangkir yang terbalik, tidak menyuruh kebaikan dan tidak pula melarang kemungkaran kecuali sesuatu yang diserap oleh hawa nafsunya." [Shahih Muslim]

c)       Mendapat pahala hijrah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Ma'qil bin Yasar radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«الْعِبَادَةُ فِي الْهَرْجِ كَهِجْرَةٍ إِلَيَّ» [صحيح مسلم]

"Beribadah di waktu haraj (banyak fitnah dan cobaan) seperti berhijrah kepadaku". [Shahih Muslim]

4.      Sebaiknya berbaur dengan manusia jika merasa aman dari fitnah (terjerumus dalam maksiat).

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الْمُؤْمِنُ الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ، وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ، أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ، وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Orang mukmin yang berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan bersabar atas perbuatan buruk mereka, lebih besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan tidak sabar atas tindakan buruk mereka." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]

Ø  Abdullah bin 'Amru bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma berkata; Suatu hari ketika kami sedang berada bersama Rasulullah , beliau bersabda:

«طُوبَى لِلْغُرَبَاءِ»، فَقِيلَ: مَنِ الْغُرَبَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أُنَاسٌ صَالِحُونَ، فِي أُنَاسِ سُوءٍ كَثِيرٍ، مَنْ يَعْصِيهِمْ أَكْثَرُ مِمَّنْ يُطِيعُهُمْ» [مسند أحمد: حسن لغيره]

"Beruntunglah orang-orang yang asing." Maka dikatakan kepada beliau, "Siapakah orang-orang asing itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang-orang shalih yang berada di tengah-tengah orang-orang jahat yang banyak, yang mengingkari mereka jumlahnya lebih banyak daripada yang menaati mereka." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

5.      Bagaimana kita bisa terhidar dari fitnah?

Diantaranya:

1)      Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah.

2)      Mengikuti jama’ah muslimin dan tidak menyelisihinya.

3)      Melawan orang yang berusaha menimbulkan fitnah di antara umat Islam.

4)      Bersabar.

5)      Kembali kepada Allah dengan memperbanyak do’a dan ibadah.

6)      Amar ma’ruf nahi mungkar.

7)      Menjauhi sebisa mungkin segala sebab-sebab fitnah.

8)      Senantiasa berhati-hati terhadap makar musuh.

9)      Berhati-hati terhadap berita dan media.

10)  Yakin dengan pertolongan Allah.

Lihat: Bagaimana kita selamat dari fitnah (cobaan kehidupan)

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 33; Amalan dinilai dari penutupan, dan apa yang dikhawatirkan darinya

1 komentar:

  1. وَرَجُلٌ فِي شِعْبٍ مِنَ الشِّعَابِ: يَعْبُدُ رَبَّهُ، وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ... ماالمراد وكيف طريقته شيخنا🙏🏻🙏🏻🙏🏻

    BalasHapus

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...