بسم الله الرحمن الرحيم
A. Bab
30.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
"بَابٌ: لِيَنْظُرْ
إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْهُ، وَلاَ يَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَهُ"
“Bab: Lihatlah orang yang di bawah kalian
dan janganlah melihat orang yang di atasnya”
Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan
bahwa diantara penyebab hati seseorang menjadi tenang dan damai adalah melihat
orang yang lebih rendah kenikmatan dunianya dan tidak melihat kepada yang lebih
baik darinya. Sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu yang diriwayatkan dalam
bab ini.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6490 - حَدَّثَنَا
إِسْمَاعِيلُ [بن عبد الله بن أُوَيْس]، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ أَبِي
الزِّنَادِ [عَبْدُ اللهِ بنُ ذَكْوَانَ]، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ: «إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَنْ
فُضِّلَ عَلَيْهِ فِي المَالِ وَالخَلْقِ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ
مِنْهُ»
Telah menceritakan kepada kami Ismail [bin
Abdillah bin Uwais], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Malik, dari Abu
Az-Zinad [Abdullah bin Dzakwan], dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah dari
Rasulullah ﷺ, beliau bersabda,
"Jika salah seorang di antara kalian melihat orang yang diberikan
kelebihan pada harta dan fisiknya, maka hendaklah ia senantiasa melihat orang
yang lebih rendah dari dirinya."
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2.
Larangan melihat orang yang lebih baik kenikmatan dunianya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا
مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ
خَيْرٌ وَأَبْقَى} [طه: 131]
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu
kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka,
sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia
Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. [Thaha:131]
Ø
Abu Hurairah radhiallahu'anhu
berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
«انْظُرُوا إِلَى مَنْ
أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ
أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ» [صحيح
مسلم]
"Pandanglah orang yang berada di bawah
kalian (dalam masalah harta dan dunia), jangan memandang orang yang ada di atas
kalian, itu lebih baik membuat kalian agar tidak mengkufuri nikmat Allah."
[Shahih Muslim]
3.
Berdo’a ketika melihat orang yang ditimpa musibah pada
harta dan fisiknya.
Dari Umar radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" مَنْ رَأَى صَاحِبَ
بَلَاءٍ، فَقَالَ: الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ،
وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيلًا، إِلَّا عُوفِيَ مِنْ
ذَلِكَ البَلَاءِ كَائِنًا مَا كَانَ مَا عَاشَ " [سنن الترمذي: حسن]
"Barangsiapa yang melihat orang
yang tertimpa musibah kemudian mengucapkan; (Segala puji bagi Allah yang telah
menyelamatkanku dari musibah yang diberikan kepadamu, dan melebihkanku atas
kebanyakan orang yang Dia ciptakan) kecuali ia diselamatkan dari ujian
tersebut, apapun hal tersebut selama ia masih hidup." [Sunan Tirmidziy:
Hasan]
4.
Melihat orang yang lebih berat musibahnya membuat kita
lebih kuat bersabar dan bersyukur.
'Aisyah radhiyallahu
'anha berkata, "Rasulullah ﷺmembuka pintu antara beliau dengan orang-orang, atau
menyingkap tirai. Ketika itu orang-orang sedang melaksanakan shalat di belakang
Abu Bakar. Beliau lalu memuji Allah atas kondisi mereka yang baik, dengan
harapan agar Allah memberikan ganti atas dirinya untuk mereka seorang yang
dilihatnya bersama mereka (maksudnya Abu Bakar). Beliau bersabda:
«يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَيُّمَا أَحَدٍ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أُصِيبَ
بِمُصِيبَةٍ، فَلْيَتَعَزَّ بِمُصِيبَتِهِ بِي عَنِ الْمُصِيبَةِ الَّتِي
تُصِيبُهُ بِغَيْرِي، فَإِنَّ أَحَدًا مِنْ أُمَّتِي لَنْ يُصَابَ بِمُصِيبَةٍ
بَعْدِي أَشَدَّ عَلَيْهِ مِنْ مُصِيبَتِي» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Wahai manusia, siapa saja
orangnya dari kaum mukmin yang ditimpa musibah, hendaklah ia menguatkan diri
dengan mengingat musibahnya karena wafatku dibandingkan dengan musibah selain
kematianku. Karena seorang dari umatku tidak akan pernah ditimpa musibah yang
lebih dahsyat dari musibah kematianku." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Lihat: Sifat mukmin yang menakjubkan; Bersyukur dan bersabar
5.
Melihat orang yang lebih baik kenikmatan dunianya bisa
membuat kita kurang bersyukur dan terjangkit penyakit hasad atau ‘ain.
Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif radhiyallahu
'anhu berkata, "'Amir bin Rabi'ah melintasi Sahl bin Hunaif yang
sedang mandi, lalu dia berkata, "Aku tidak pernah melihat seperti hari ini
dan tidak ada kulit yang di sembunyikan."
Maka tidak lama kemudian Sahl bin Hunaif
pun pingsan. Kemudian ia di bawa ke hadapan Nabi ﷺ
dan di katakan kepada beliau, "Sahl pingsan! " Beliau pun bertanya:
"Siapakah yang anggap tlh menyerangnya (dengan 'ain)?"
Mereka menjawab, "'Amir bin Rabi'ah."
Beliau bersabda:
" عَلَامَ يَقْتُلُ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ؟ إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ
مِنْ أَخِيهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيَدْعُ لَهُ بِالْبَرَكَةِ "
"Atas perkara apa seseorang dari
kalian menyakiti saudaranya? Jika salah seorang dari kalian melihat sesuatu
yang menakjubkan dari saudaranya, maka hendaknya ia mendo'akan keberkahan
padanya."
Kemudian beliau meminta air dan
memerintahkan 'Amir untuk berwudlu, maka 'Amir lantas membasuh muka dan kedua
tangannya sampai siku, kedua mata kaki dan apa yang ada di dalam bajunya.
Setelah itu Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk menyiram Sahl (dengan bekas air mandi
'Amir). Beliau memerintahkan supaya menuangkan tempat air tersebut dari
belakang tubuh 'Amir." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Lihat: Hadits “Tidak boleh hasad kecuali pada dua perkara”
B. Bab
31.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
"بَابُ مَنْ هَمَّ
بِحَسَنَةٍ أَوْ بِسَيِّئَةٍ"
“Bab: Siapa yang berniat kebaikan atau
kejahatan”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelasakan
tentang hukum orang berniat dengan kebaikan atau keburukan, dengan meriwayatkan
hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6491 - حَدَّثَنَا أَبُو
مَعْمَرٍ [عَبْدُ اللهِ بنُ عَمْرِو بنِ أَبِي الحَجَّاجِ]، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الوَارِثِ [بن سعيد بن ذكوان التميمي]، حَدَّثَنَا جَعْدُ بْنُ دِينَارٍ أَبُو
عُثْمَانَ، حَدَّثَنَا أَبُو رَجَاءٍ العُطَارِدِيُّ [عِمْرَانُ بنُ مِلْحَانَ]،
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، فِيمَا يَرْوِي
عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ: قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ
وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ
يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ
هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى
سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ
فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ
هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً»
Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar
[Abdullah bin 'Amr bin Abi Al-Hajjaj], ia berkata: Telah menceritakan kepada
kami Abdul warits [bin Sa'id bin Dzakwan At-Tamimiy], ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Ja'd bin Dinar Abu Utsman, ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Abu Raja' Al-'Utharidiy [‘Imran bin Milhan], dari Ibnu Abbas
radhiallahu'anhuma, dari Nabi ﷺ
yang beliau riwayatkan dari Rabbnya (hadits qudsi) 'Azza wa Jalla berfirman,
yang beliau sabdakan, "Allah menulis kebaikan dan keburukan,” selanjutnya
beliau ﷺ jelaskan, “Siapa yang
berniat kebaikan lantas tidak jadi ia amalkan, Allah mencatat satu kebaikan di
sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat lantas ia amalkan, Allah
mencatatnya sepuluh kebaikan hingga dilipatgandakan tujuh ratus kali, bahkan
dilipatgandakan pada jumlah yang sangat banyak, sebaliknya barang siapa yang berniat
melakukan keburukan kemudian tidak jadi ia amalkan, Allah mencatat baginya satu
kebaikan di sisi-Nya secara sempurna, dan jika ia berniat keburukan, lantas ia
lakukan, Allah mencatat baginya sebagai satu keburukan saja."
Nb:
Hadits ini sudah dijelaskan secara singkat pada Syarah
Arba'in hadits (37) Ibnu 'Abbas; Allah mencatat kebaikan dan keburukan
C. Bab
32.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
"بَابُ مَا يُتَّقَى
مِنْ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ"
“Bab: Dosa-dosa kecil yang harus
diwaspadai”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
bahaya menyepelekan dosa-dosa dengan meriwayatkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6492 - حَدَّثَنَا أَبُو
الوَلِيدِ [هشام بن عبد الملك الطيالسي]، حَدَّثَنَا مَهْدِيٌّ [بن ميمون]، عَنْ
غَيْلاَنَ [بن جامع]، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: «إِنَّكُمْ
لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالًا، هِيَ أَدَقُّ فِي أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ، إِنْ
كُنَّا لَنَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ ﷺ مِنَ المُوبِقَاتِ»
Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Walid
[Hisyam bin Abdil Malik Ath-Thayalisiy], ia bekata: Telah menceritakan kepada
kami Mahdiy [bin Maimun], dari Ghailan [bin Jami’], dari Anas radhiallahu'anhu
mengatakan, "Sungguh kalian mengerjakan beberapa amalan yang menurut
kalian lebih remeh temeh daripada seutas rambut, padahal kami dahulu semasa
Nabi ﷺ menganggapnya diantara dosa-dosa
besar."
قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ: «يَعْنِي
بِذَلِكَ المُهْلِكَاتِ»
Kata Abu Abdillah (Al-Bukhari): Maksudnya
itu adalah dosa yang membinasakan.'
Nb:
Hadits ini sudah dijelaskan secara singkat pada Syarah Riyadhushalihin Bab (05) Muraqabah hadits keempat
1)
Jangan
meremehkan satu maksiat.
'Aisyah radhiyallahu 'anha
berkata, Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku:
«يَا عَائِشَةُ إِيَّاكِ
وَمُحَقَّرَاتِ الْأَعْمَالِ، فَإِنَّ لَهَا مِنَ اللَّهِ طَالِبًا» [سنن ابن ماجه: صحيح]
“Wahai 'Aisyah, jauhilah olehmu
perbuatan-pebuatan tercela, karena sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu akan di
tuntut oleh Allah." [Sunan Ibnu Majah: Shahih]
Ø Sahal bin Sa'ad radhiyallahu 'anhuma berkata,
Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِيَّاكُمْ
وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ كَقَوْمٍ
نَزَلُوا فِي بَطْنِ وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ، وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ حَتَّى
أَنْضَجُوا خُبْزَتَهُمْ، وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا
صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ» [مسند أحمد: صحيح]
"Jauhilah dosa-dosa yang dianggap
ringan, karena dosa ringan itu laksana kaum yang tinggal di perut lembah,
setiap orang membawa sepotong kayu, hingga mereka bisa memasak roti,
sesungguhnya dosa-dosa yang dianggap ringan saat hukumannya ditimpakan kepada
pemiliknya akan membinasakannya." [Musnad Ahmad: Shahih]
Ø Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
" إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ
الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
"، وَإِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ ضَرَبَ لَهُنَّ مَثَلًا: كَمَثَلِ قَوْمٍ نَزَلُوا أَرْضَ فَلَاةٍ،
فَحَضَرَ صَنِيعُ الْقَوْمِ، فَجَعَلَ الرَّجُلُ يَنْطَلِقُ، فَيَجِيءُ
بِالْعُودِ، وَالرَّجُلُ يَجِيءُ بِالْعُودِ ، حَتَّى جَمَعُوا سَوَادًا،
فَأَجَّجُوا نَارًا، وَأَنْضَجُوا مَا قَذَفُوا فِيهَا [مسند أحمد: صحيح]
"Hati-hatilah
kalian dari dosa kecil yang diremehkan, karena dosa-dosa tersebut akan
berkumpul (menjadi besar) pada seseorang sampai membinasakannya".
Kemudian Rasulullah ﷺ mengambil satu
perumpamaan seperti suatu kaum yang singgah di padang yang tandus kemudian tiba
waktu makan mereka maka setiap orang pergi mancari kayu bakar, seorang datang
dengan ranting dan yang lain juga membawa ranting sampai mereka mengumpulkan
ranting yang banyak kemudian mereka membuat api yang sangat besar dan membakar
apa yang mereka akan makan. [Musnad Ahmad: Hasan]
Ø Abdullah bin
Mas'ud radhiyallahu
'anhu berkata:
«إِنَّ
المُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ
عَلَيْهِ، وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ»
فَقَالَ بِهِ هَكَذَا، بِيَدِهِ فَوْقَ أَنْفِهِ [صحيح البخاري]
"Sesungguhnya
orang mukmin melihat dosa-dosanya seperti ia duduk di pangkal gunung, ia
khawatir gunung itu akan menimpanya, sedangkan orang fajir (selalu berbuat
dosa) melihat dosa-dosanya seperti lalat yang menempel di batang hidungnya,
kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang." Menepis dengan
tangannya di atas hidungnya. [Shahih Bukhari]
Ø Bilal bin
Sa’d Ad-Dimasyqiy rahimahullah
berkata:
«لاَ
تَنْظُرْ إِلَى صِغَرِ الْخَطِيئَةِ وَلَكِنِ انْظُرْ مَنْ عَصَيْتَ» [الطيوريات: رجاله ثقات]
“Jangan
melihat kepada kecilnya satu dosa, akan tetapi lihatlah kepada siapa engkau
berdosa”. [Ath-Thuyuriyat: Perawinya tsiqah]
Lihat: Akibat buruk dari maksiat
2)
Betapa
banyak dosa yang dianggap kecil ternyata besar di sisi Allah ‘azza wajalla.
Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma berkata:
خَرَجَ
النَّبِيُّ ﷺ مِنْ بَعْضِ
حِيطَانِ المَدِينَةِ، فَسَمِعَ صَوْتَ إِنْسَانَيْنِ يُعَذَّبَانِ فِي
قُبُورِهِمَا، فَقَالَ: «يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، وَإِنَّهُ
لَكَبِيرٌ، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ البَوْلِ، وَكَانَ الآخَرُ
يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ» ثُمَّ دَعَا بِجَرِيدَةٍ فَكَسَرَهَا بِكِسْرَتَيْنِ أَوْ
ثِنْتَيْنِ، فَجَعَلَ كِسْرَةً فِي قَبْرِ هَذَا، وَكِسْرَةً فِي قَبْرِ هَذَا،
فَقَالَ: «لَعَلَّهُ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا» [صحيح البخاري]
Nabi ﷺ pernah keluar dari salah satu
kebun yang ada di Madinah, lalu beliau mendengar suara dua orang yang sedang di
siksa di kuburnya, setelah itu beliau bersabda, "Tidaklah keduanya di
siksa karena dosa besar namun hal itu adalah perkara yang besar, salah satu
darinya adalah tidak bersuci dari kencingnya sedangkan yang lain selalu mengadu
domba." Kemudian beliau meminta sepotong pelepah kurma yang masih basah.
Beliau membelahnya menjadi dua, sepotong beliau tancapkan di kuburan yang satu
dan sepotong di kuburan yang lain. Beliau kemudian bersabda, 'Semoga ini bisa
meringankan siksa keduanya selagi belum kering.' [Shahih Bukhari]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 28 dan 29; Surga dan neraka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...