Sabtu, 22 November 2025

Kitab Adab; Bab 05 dan 06: Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua

بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Bab 05.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"باب: إِجَابَةِ دُعَاءِ مَنْ بَرَّ وَالِدَيْهِ"

“Bab: Pengabulan do'a orang yang berbakti kepada kedua orang tua”

Dalam bab ini, imam Bukhari menyebutkan salah satu keutamaan berbakti kepada kedua orang tua yaitu do’a anak yang berbakti dikabulkan oleh Allah ta’alaa, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma yang menceritakan kisah tiga orang yang terjebak dalam gua.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

٥٦٢٩ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عُقْبَةَ قَالَ: أَخْبَرَنِي نَافِعٌ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما، عَنِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ قَالَ: "بَيْنَمَا ثَلَاثَةُ نَفَرٍ يَتَمَاشَوْنَ أَخَذَهُمُ الْمَطَرُ، فَمَالُوا إِلَى غَارٍ فِي الْجَبَلِ، فَانْحَطَّتْ عَلَى فَمِ غَارِهِمْ صَخْرَةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَأَطْبَقَتْ عَلَيْهِمْ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: انْظُرُوا أَعْمَالًا عَمِلْتُمُوهَا لِلَّهِ صَالِحَةً، فَادْعُوا اللَّهَ بِهَا لَعَلَّهُ يَفْرُجُهَا.

فَقَالَ أَحَدُهُمْ: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَ لِي وَالِدَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ، وَلِي صِبْيَةٌ صِغَارٌ، كُنْتُ أَرْعَى عَلَيْهِمْ، فَإِذَا رُحْتُ عليهم فحلبت بدأت بوالدي أسقيهما قبل ولدي، وإنه نأى بي الشجر يومًا، فَمَا أَتَيْتُ حَتَّى أَمْسَيْتُ فَوَجَدْتُهُمَا قَدْ نَامَا، فَحَلَبْتُ كَمَا كُنْتُ أَحْلُبُ، فَجِئْتُ بِالْحِلَابِ فَقُمْتُ عند رؤوسهما، أَكْرَهُ أَنْ أُوقِظَهُمَا مِنْ نَوْمِهِمَا، وَأَكْرَهُ أَنْ أَبْدَأَ بِالصِّبْيَةِ قَبْلَهُمَا، وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَمَيَّ، فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ دَأْبِي وَدَأْبَهُمْ حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا فَرْجَةً نَرَى مِنْهَا السَّمَاءَ! فَفَرَجَ اللَّهُ لَهُمْ فُرْجَةً حَتَّى يَرَوْنَ مِنْهَا السَّمَاءَ.

وَقَالَ الثَّانِي: اللَّهُمَّ إِنَّهُ كَانَتْ لِي ابْنَةُ عَمٍّ أُحِبُّهَا كَأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرِّجَالُ النِّسَاءَ، فَطَلَبْتُ إِلَيْهَا نَفْسَهَا، فَأَبَتْ حَتَّى آتِيَهَا بِمِائَةِ دِينَارٍ، فَسَعَيْتُ حَتَّى جَمَعْتُ مِائَةَ دِينَارٍ فَلَقِيتُهَا بِهَا، فَلَمَّا قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا قَالَتْ: يَا عَبْدَ اللَّهِ اتَّقِ اللَّهَ، وَلَا تَفْتَحْ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ. فَقُمْتُ عَنْهَا، اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي قَدْ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ لَنَا مِنْهَا! فَفَرَجَ لَهُمْ فُرْجَةً.

وَقَالَ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ إِنِّي كُنْتُ اسْتَأْجَرْتُ أَجِيرًا بِفَرَقِ أَرُزٍّ، فَلَمَّا قَضَى عَمَلَهُ قَالَ: أَعْطِنِي حَقِّي، فَعَرَضْتُ عَلَيْهِ حَقَّهُ فَتَرَكَهُ وَرَغِبَ عَنْهُ، فَلَمْ أَزَلْ أَزْرَعُهُ حَتَّى جَمَعْتُ مِنْهُ بَقَرًا وَرَاعِيَهَا، فَجَاءَنِي فَقَالَ: اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تظلمني وأعطني حقي، فقلت: اذهب إلى تلك الْبَقَرِ وَرَاعِيهَا، فَقَالَ: اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تَهْزَأْ بِي، فَقُلْتُ: إِنِّي لَا أَهْزَأُ بِكَ، فَخُذْ تلك الْبَقَرَ وَرَاعِيَهَا، فَأَخَذَهُ فَانْطَلَقَ بِهَا، فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ، فَافْرُجْ ما بقي! ففرج الله عنهم"

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Maryam, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ibrahim bin 'Uqbah, dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Nafi', dari Ibnu Umar radhiallahu'anhuma, dari Rasulullah beliau bersabda, "Suatu ketika tiga orang laki-laki sedang berjalan, tiba-tiba hujan turun hingga mereka berlindung ke dalam suatu gua yang terdapat di gunung. Tanpa diduga sebelumnya, ada sebongkah batu besar jatuh menutup mulut gua dan mengurung mereka di dalamnya. Kemudian salah seorang dari mereka berkata kepada temannya yang lain, 'lngat-ingatlah amal shalih yang pernah kalian lakukan hanya karena mengharap ridha Allah semata. Setelah itu, berdoa dan memohonlah pertolongan kepada Allah dengan perantaraan amal shalih tersebut, mudah-mudahan Allah akan menghilangkan kesulitan kalian.

Kemudian salah seorang dari mereka berkata, 'Ya Allah ya Tuhanku, dulu saya mempunyai dua orang tua yang sudah lanjut usia. Selain itu, saya juga mempunyai seorang istri dan beberapa orang anak yang masih kecil. Saya menghidupi mereka dengan menggembalakan ternak. Apabila pulang dari menggembala, saya pun segera memerah susu dan saya dahulukan untuk kedua orang tua saya. Lalu saya berikan air susu tersebut kepada kedua orang tua saya sebelum saya berikan kepada anak-anak saya. Pada suatu ketika, tempat penggembalaan saya jauh, hingga saya baru pulang pada sore hari. Ternyata saya dapati kedua orang tua saya sedang tertidur pulas. Lalu, seperti biasa, saya segera memerah susu. Saya berdiri di dekat keduanya karena tidak mau membangunkan dari tidur mereka. Akan tetapi, saya juga tidak ingin memberikan air susu tersebut kepada anak-anak saya sebelum diminum oleh kedua orang tua saya, meskipun mereka, anak-anak saya, telah berkerumun di telapak kaki saya untuk meminta minum karena rasa lapar yang sangat. Keadaan tersebut saya dan anak-anak saya jalankan dengan sepenuh hati hingga terbit fajar. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa saya melakukan perbuatan tersebut hanya untuk mengharap ridha-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami hingga kami dapat melihat langit!' Akhirnya Allah membuka celah lubang gua tersebut, hingga mereka dapat melihat langit.

Orang yang kedua dari mereka berdiri sambil berkata, 'Ya Allah, dulu saya mempunyai seorang sepupu perempuan (anak perempuan paman) yang saya cintai sebagaimana cintanya kaum laki-laki yang menggebu-gebu terhadap wanita. Pada suatu ketika saya pernah mengajaknya untuk berbuat mesum, tetapi ia menolak hingga saya dapat memberinya uang seratus dinar. Setelah bersusah payah mengumpulkan uang seratus dinar, akhirnya saya pun mampu memberikan uang tersebut kepadanya. Ketika saya berada diantara kedua pahanya (telah siap untuk menggaulinya), tiba-tiba ia berkata, 'Hai hamba Allah, takutlah kepada Allah dan janganlah kamu membuka cincin (menggauliku) kecuali setelah menjadi hakmu.' Lalu saya bangkit dan meninggalkannya. Ya Allah, sesungguhnya Engkau pun tahu bahwa saya melakukan hal itu hanya untuk mengharapkan ridhla-Mu. Oleh karena itu, bukakanlah suatu celah lubang untuk kami!' Akhirnya Allah membukakan sedikit celah lubang lagi untuk mereka bertiga.

Seorang lagi berdiri dan berkata, 'Ya Allah ya Tuhanku, dulu saya pernah menyuruh seseorang untuk mengerjakan sawah saya dengan cara bagi hasil. Ketika ia telah menyelesaikan pekerjaannya, ia pun berkata, 'Berikanlah hak saya kepada saya!' Namun saya tidak dapat memberikan kepadanya haknya tersebut hingga ia merasa sangat jengkel. Setelah itu, saya pun menanami sawah saya sendiri hingga hasilnya dapat saya kumpulkan untuk membeli beberapa ekor sapi dan menggaji beberapa penggembalanya. Selang berapa lama kemudian, orang yang haknya dahulu tidak saya berikan datang kepada saya dan berkata, 'Takutlah kamu kepada Allah dan janganlah berbuat zalim terhadap hak orang lain!' Lalu saya berkata kepada orang tersebut, 'Pergilah ke beberapa ekor sapi beserta para penggembalanya itu dan ambillah semuanya untukmu!' Orang tersebut menjawab, 'Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu mengolok-olok saya!' Kemudian saya katakan lagi kepadanya, 'Sungguh saya tidak bermaksud mengolok-olokmu. Oleh karena itu, ambillah semua sapi itu beserta para pengggembalanya untukmu!' Akhirnya orang tersebut memahaminya dan membawa pergi semua sapi itu. Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah mengetahui bahwa apa yang telah saya lakukan dahulu adalah hanya untuk mencari ridha-Mu. Oleh karena itu, bukalah bagian pintu gua yang belum terbuka!' Akhirnya Allah pun membukakan sisanya untuk mereka."

Nb: Lihat penjelasan hadits ini pada Kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua

Diantara dalil yang menunjukkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua Adalah sebab do’a dikabulkan, Dari Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ، مِنْ مُرَادٍ، ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ، كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ، لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ، لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ، فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ» [صحيح مسلم]

“Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama bantuan perang dari Yaman,  dari Murad, kemudian dari Qarn, ia memiliki penyakit kusta kemudian sembuh kecuali sebagian sebesar dirham, ia memiliki ibu yang ia berbakti kepadanya, kalau ia bersumpah atas nama Allah maka pasti akan dikabulkan. Maka jika engkau bisa memintanya agar ia mintakan ampunan untukmu maka lakukanlah” [Sahih Muslim]

B.     Bab 06.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"باب: عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ مِنَ الْكَبَائِرِ"

“Bab: Durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar”

Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan bahwa durhaka kepada kedua orang tua termasuk dosa besar dengan meriwayatkan hadits dari Abdullah bin 'Amru secara mu'allaq dan hadits Al-Mugirah bin Syu'bah, Abu Bakrah dan Anas bin Malik secara muttashil.

Pertama: Hadits Abdullah bin 'Amru radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"قَالَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ"

“Abdullah bin 'Amru meriwayatkannya dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

Takhrij hadits:

Hadits Abdullah bin 'Amru radhiyallahu ‘anhuma diriwayatkan oleh Imam Bukhari dengan sanad yang utuh dalam "Ash-Shahih" kitab Al-Aiman bab Al-Yamin Al-Gamus,

عَنْ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: "الْكَبَائِرُ: الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وعقوق الوالدين، وقتل النفس، واليمين الغموس"

Dari Abdullah bin Amr, dari Nabi bersabda: 'Dosa-dosa besar adalah syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa, dan sumpah palsu'.

Kedua: Hadits Al-Mugirah bin Syu'bah radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

٥٦٣٠ - حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ حَفْصٍ: حَدَّثَنَا شَيْبَانُ [بن عبد الرحمن]، عَنْ مَنْصُورٍ [بن المعتمر]، عَنِ المسيَّب [بن رافع]، عَنْ ورَّاد، عَنِ الْمُغِيرَةِ، عن النبي ﷺ قال: "إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمْ عُقُوقَ الْأُمَّهَاتِ، وَمَنْعًا وَهَاتِ، وَوَأْدَ الْبَنَاتِ، وَكَرِهَ لَكُمْ: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ المال"

Telah menceritakan kepada kami Sa'd bin Hafsh, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syaiban [bin Abdirrahman], dari Manshur [bin Al-Mu’tamir], dari Al Musayyib [bin Rafi’], dari Warrad, dari Al-Mughirah bin Syu'bah, dari Nabi beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian durhaka kepada kedua orang tua, tidak suka memberi namun suka meminta-minta dan mengubur anak perempuan hidup-hidup. Dan membenci atas kalian tiga perkara, yaitu: suka desas-desus, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta."

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Kitab Ar-Riqaq, bab 22; Larangan banyak bicara

Ketiga: Hadits Abi Bakrah radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

٥٦٣١ - حدثني إسحق [بن شاهين]: حَدَّثَنَا خَالِدٌ الْوَاسِطِيُّ، عَنِ الْجُرَيْرِيُّ [سعيد بن إياس]، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ، عَنْ أَبِيهِ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رسول الله ﷺ: "أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟" قُلْنَا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ"، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَقَالَ: "أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ، أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ". فَمَا زَالَ يَقُولُهَا، حَتَّى قلت: لا يسكت.

Telah menceritakan kepadaku Ishaq [bin Syahin], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Wasithiy, dari Al-Jurairiy [Sa’id bin Iyas], dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari Ayahnya radhiallahu'anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: "Maukah kuberitahukan kepada kalian tentang sesuatu yang termasuk dosa-dosa besar?" Kami menjawab: "Tentu wahai Rasulullah." Beliau bersabda: "Menyekutukan Allah dan mendurhakai kedua orang tua." -Ketika itu beliau tengah bersandar, kemudian duduk melanjutkan sabdanya: "Hati-hatilah terhadap perkataan dusta dan kesaksian palsu, hati-hatilah terhadap perkataan dusta dan kesaksian palsu." Beliau terus saja mengulanginya hingga aku mengira beliau tidak akan diam."

Keempat: Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

٥٦٣٢ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْوَلِيدِ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ: حَدَّثَنَا شُعبة قَال: حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ الْكَبَائِرَ، أَوْ سُئِلَ عَنِ الْكَبَائِرِ، فَقَالَ: "الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ"، فَقَالَ: "أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟" قَالَ: "قَوْلُ الزُّورِ، أَوْ قَالَ: شَهَادَةُ الزُّورِ". قَالَ شُعبة: وَأَكْثَرُ ظَنِّي أَنَّهُ قَالَ: "شهادة الزور"

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al-Walid, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dia berkata: Telah menceritakan kepadaku 'Ubaidullah bin Abu Bakr, dia berkata: Saya mendengar Anas bin Malik radhiallahu'anhu berkata, "Rasulullah menyebutkan tentang dosa besar atau beliau ditanya tentang dosa besar, lalu beliau menjawab, "Menyekutukan Allah, membunuh jiwa dan durhaka kepada kedua orang tua." Lalu beliau bersabda, "Maukah aku beritahukan kepada kalian yang termasuk dari dosa besar?" beliau bersabda, "Perkataan dusta atau beliau bersabda, "Kesaksian palsu." Syu'bah mengatakan, "Dan saya menyangka bahwa beliau mengatakan, "Kesaksian palsu."

Penjelasan singkat hadits Ibnu 'Amr, Abi Bakrah dan Anas:

1.      Biografi Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Biografi Abu Bakrah Nufai' bin Al-Harits  radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

3.      Biografi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

4.      Derajat dosa bertingkat-tingkat, ada dosa besar ada dosa kecil.

Antara dosa besarpun beringkat-tingkat, bahkan satu dosa besar derajat pelakunya juga bertingkat-tingkat. Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{إِن تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا} [النساء : 31]

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). [An-Nisaa: 31]

{الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ } [النجم : 32]

(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunan-Nya. [An-Najm: 32]

5.      Satu dosa dihukumi besar apabila:

a)       Disebut sebagai dosa besar (seperti dalam hadits di atas), atau muhlikat/mubiqat (yang memibnasakan).

b)      Ada hukuman dunia (had) yang sudah ditetapkan dalam syari’at, seperti membunuh, berzina, mencuri, dan minum khamar.

c)       Pelakunya diancam dengan laknat, atau murka, atau api neraka.

d)      Pelakunya dianggap tidak beriman.

e)      Pelakunya terhalang masuk surga.

f)        Nabi berlepas diri darinya.

6.      Bahaya syirik.

Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} [لقمان: 13]

Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". [Luqman:13]

Lihat: Awas ada syirik!

7.      Bahaya durhaka kepada kedua orang tua.

'Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

" ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ، وَالدَّيُّوثُ، وَثَلَاثَةٌ لَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ: الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمُدْمِنُ عَلَى الْخَمْرِ، وَالْمَنَّانُ بِمَا أَعْطَى " [سنن النسائي: صححه الألباني]

"Tiga golongan yang Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat: Anak yang durhaka kepada orang tua, wanita yang menyerupai laki-laki, dan Dayyuts (yaitu seorang yang merelakan keluarganya berbuat kekejian). Dan tiga golongan mereka tidak akan masuk surga: Anak yang durhaka kepada orang tua, pecandu khamer, dan orang yang selalu menyebut-nyebut pemberiannya." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]

Lihat: Berbakti pada kedua orang tua

8.      Haramnya membunuh tanpa hak.

Allah -subhanahu wata'ala- berfirman:

{وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا} [النساء : 93]

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya. [An-Nisaa’: 93]

Ø  Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:

"لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ: كُفْرٌ بَعْدَ إِسْلَامٍ، أَوْ زِنًا بَعْدَ إِحْصَانٍ، أَوْ قَتْلُ نَفْسٍ بِغَيْرِ نَفْسٍ"

"Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena tiga hal; kafir setelah beriman, zina setelah nikah, dan membunuh jiwa orang lain." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Lihat: ِSyarah Arba'in hadits (14) Ibnu Mas’ud; Haram darah seorang muslim

9.      Buruknya sumpah palsu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

" الْيَمِينِ الْفَاجِرَةِ تَدَعُ الدِّيَارَ بَلَاقِعَ " [السنن الكبرى للبيهقي: صححه الألباني]

"Sumpah palsu, ia akan meninggalkan rumah dengan kemiskinan". [Musnad Asy-Syihab: Hasan]

Lihat: Jaga puasamu dengan menjaga ucapanmu

10.  Nabi mengganti posisinya dan mengulang peringatannya tentang sumpah atau saksi palsu karena banyak orang yang menggampangkannya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:

«إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا، يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ، أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sungguh seorang hamba berbicara satu kalimat, ia tidak memikirkan kandungannya, akan menyebabkan ia terjerumus ke dalam neraka, lebih jauh dari jarak antara timur dan barat”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Hadits Abu Sa’id; Pesan seluruh tubuh kepada lidah

11.  Baiknya cara pengajaran Nabi karena memberi peringatan atau pertanyaan untuk memancing perhatian Sahabat sebelum menyampaikan.

Lihat beberapa metode pengajaran Nabi ﷺ dalam kita Al-'Ilm (Daftar judul bab kitab Al-‘Ilm (ilmu) dalam Shahih Bukhari)

Wallahu a'lam!

Lihat juga: Kitab Adab; Bab 01, 02, 03 dan 04: Berbakti kepada kedua orang tua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...