Kamis, 30 Maret 2023

Jaga puasamu dengan menjaga ucapanmu

بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

" الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ، فَلَا يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَسْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ " [صحيح البخاري ومسلم]

“Puasa itu adalah pelindung, dan jika seseorang dari kalian sedang puasa maka janganlah berkata kotor dan berteriak. Jika seseorang menghinanya atau menyerangnya maka hendakalah ia mengatakan: “Sesungguhnya saya sedang puasa”. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain:

" لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ " [صحيح ابن خزيمة وابن حبان]

“Puasa bukan hanya sekedar meninggalkan makan dan minum, akan tetapi puasa yang sebenarnya adalah meninggalkan perbuatan sia-sia dan ucapan yang buruk. Maka jika seseorang mencacimu, atau berkelakuan bodoh terhadapmu maka katakanlah: Sesungguhnya aku sedang puasa, sesungguhnya aku sedang puasa" [Shahih Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban]

Ø  Dalam riwayat lain:

«مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ»

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak mengharapkan darinya untuk meninggalkan makanan dan minumannya". [Shahih Bukhari]

Lihat: Kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (8) Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya ketika puasa

Muslim yang baik menjaga ucapannya.

Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ» [صحيح البخاري]

"Muslim yang sempurna adalah yang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya." [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَيْسَ المُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الفَاحِشِ وَلَا البَذِيءِ»

“Orang beriman (yang sempurna imannya) tidak suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berlaku jelek, dan tidak berkata buruk”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Meninggalkan pekataan yang tidak berguna.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) ... وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ} [المؤمنون: 1 و 3]

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) ... , dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. [Al-Mu’minuun: 1 dan 3]

Ø  Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالمُتَشَدِّقُونَ وَالمُتَفَيْهِقُونَ»

Sesungguhnya yang paling aku cintai dari kalian dan yang paling dekat dariku di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya, dan sesungguhnya yang yang paling aku benci dari kalian dan paling jauh dariku di hari kiamat “ats-tsartsaruun” (yang banyak bicara), “al-mutasyaddiquun” (yang terlalu bergaya/berlebian cara berbicaranya), dan “al-mutafaihiquun”.

Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, kami sudah tahu makna “ats-tsartsaruun” dan “al-mutasyaddiquun”, lalu apa makna “al-mutafaihiquun”?

Rasulullah menjawab:

«المُتَكَبِّرُونَ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

“Orang yang sombong (dalam berbicara).” [Sunan At-Tirmidziy: Sahih]

Ø  Dari Al-Mugirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

" إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ المَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ "

“Sesungguhnya Allah membenci dari kalian tiga perkara: Banyak bicara (yang tidak bermanfaat), menghambur-hamburkan harta, dan banyak meminta (bertanya)”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ucapan yang buruk menghabiskan pahala amal kebaikan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;

قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ فُلَانَةَ يُذْكَرُ مِنْ كَثْرَةِ صَلَاتِهَا، وَصِيَامِهَا، وَصَدَقَتِهَا، غَيْرَ أَنَّهَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا، قَالَ: «هِيَ فِي النَّارِ» ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَإِنَّ فُلَانَةَ يُذْكَرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا، وَصَدَقَتِهَا، وَصَلَاتِهَا، وَإِنَّهَا تَصَدَّقُ بِالْأَثْوَارِ مِنَ الْأَقِطِ، وَلَا تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا، قَالَ: «هِيَ فِي الْجَنَّةِ» [مسند أحمد: صحيح]

Seseorang bertanya: Ya Rasulullah, sesungguhnya si Fulanah (seorang wanita) terkenal dengan banyak melakukan salat, puasa, dan sedekah, akan tetapi ia menyakiti tetangganya dengan lidahnya?

Rasulullah bersabda: “Ia adalah penghuni neraka!"

Orang itu bertanya lagi: Ya Rasulullah, si Fulanah yang lain terkenal dengan sedikit melakukan puasa, sedekah dan salat, ia hanya bersedekah dengan secuil keju akan tetapi ia tidak menyakiti tetangganya dengan lidahnya?

Rasulullah bersabda: “Ia adalah penghuni surga!" [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Dari Abu Hurairah; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada para sahabatnya: "Tahukah kalian apa itu bangkrut?"

Sahabat menjawab: Orang yang bangkrut dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta benda!

Rasulullah bersabda:

«إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ» [صحيح مسلم]

"Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang di hari kiamat dengan pahala salat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia telah mencaci si Ini, menuduh si Ini, memakan harta si Ini (dengan tidak halal), meneteskan darah si Ini, dan memukul si Ini. Maka pahala kebaikannya diberikan kepada si Ini dan si Ini, kemudian jika pahala kebaikannya sudah habis sebelum menutupi semua kezalimannya maka dosa-dosa mereka diberikan kepadanya, kemudian ia dijerumuskan ke neraka". [Sahih Muslim]

Keutamaan menjaga mulut.

'Uqbah bin 'Amir radiyallahu 'anhu berkata:

قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ؟ قَالَ: «امْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ» [سنن الترمذي: صحيح]

Aku bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana supaya selamat? Beliau menjawab, "Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu lapang (tidak keluar menuju fitnah), dan menangislah karena dosa-dosamu." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Dari Sahl bin Sa’ad radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الجَنَّةَ» [صحيح البخاري]

“Siapa yang menjamin untukku akan menjaga apa yang di antara kumis dan jenggotnya (mulut) dan di antara dua kakinya (kemaluannya) maka aku akan menjamin untukknya surga”. [Shahih Bukhri]

Semua ucapan dicatat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} [ق: 18]

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. [Qaaf:18]

Bahaya ucapan.

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ: اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ، فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا " [سنن الترمذي: حسنه الألباني]

“Jika anak cucu Adam memasuki waktu pagi, maka semua anggota tubuhnya tunduk kepada lidah dan berkata: Bertakwalah engkau (wahai lidah) kepada Allah terhadap kami, karena sesungguhnya kami tergantung engkau, maka jika engkau baik maka kami juga baik, dan jika engkau buruk maka kami juga buruk”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Ø  Mu’adz radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah : Wahai nabi Allah, apakah kita akan dihukum atas apa yang kita ucapkan?

Rasulullah menjawab:

«يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

“Wahai Mu’adz, apakah orang-orang berjalan di neraka dengan wajah dan hidungnya (tidak disiksa demikian) kecuali karena perbuatan lidahnya?” [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Ø  Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga? Rasulullah menjawab:

«تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الخُلُقِ»

"Takwa kepada Allah dan akhlak mulia".

Dan ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

«الفَمُ وَالفَرْجُ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]

"Mulut dan kemaluan". [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا، يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ، أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sungguh seorang hamba berbicara satu kalimat, ia tidak memikirkan kandungannya, akan menyebabkan ia terjerumus ke dalam neraka, lebih jauh dari jarak antara timur dan barat”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ucapan yang harus ditinggalkan.

Diantaranya:

1.      Berbicara agama tanpa ilmu.

Allah subhanahu wa ta'aala berfirman:

{وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (168) إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ} [البقرة: 168-169]

Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. [Al-Baqarah: 168-169]

{قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ} [الأعراف: 33]

Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". [Al-A'raaf: 33]

{وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ} [النحل: 116]

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan Ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung. [An-Nahl: 116]

2.      Berdusta.

Allah subhanahu wa ta'aala berfirman:

{وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ} [الحج: 30]

Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. [Al-Hajj: 30]

Ø  Dari Abu Bakrah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الكَبَائِرِ؟ "

"Maukah kalian kuberi tahu tentang dosa besar yang paling besar?" diulang tiga kali.

Sahabat menjawab: Tentu, wahai Rasulullah!

Beliau menjawab:

" الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ - وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ - أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ "

"Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua" Beliau kemudian duduk setelah bersandar, kemudian bersabda lagi: "Ketahuilah, dan demikian pula ucapan dusta"

Abu Bakrah berkata: Rasulullah terus mengulanginya sampai kami berkata dalam hati: Andai beliau diam" [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abdullah bin Mas’ud radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا. وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sesungguhnya kejujuran itu menuntun pada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu menuntun kepada surga. Dan sesungguhnya seseorang itu senantiasa jujur sampai menjadi orang yang sangat jujur. Dan sesungguhnya kebohongan itu menuntun pada keburukan, dan sesungguhnya keburukan itu menuntun pada neraka, dan sesungguhnyya seseorang senantiasa berbohong sampai ia dicatat di sisi Allas sebagai seorang pembohong”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan berdusta

3.      Sumpah palsu.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata: Nabi ditanya tentang dosa-dosa besar, maka beliau menjawab:

" الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa, dan saksi palsu". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dalam riwayat lain; Rasululla shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الكَبَائِرِ؟ قَالَ: قَوْلُ الزُّورِ، أَوْ قَالَ: شَهَادَةُ الزُّورِ [صحيح البخاري ومسلم]

"Maukah kalian kuberi tahu tentang dosa besar yang paling besar?" Rasulullah bersabda: "(Yaitu) perkataan dusta", atau beliau bersabda: "Kesaksian palsu". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Syarah Arba'in Nawawiy, hadits Ibnu 'Abbas (33) Menuduh harus ada bukti

4.      Menuduh dengan tuduhan palsu.

Allah -subhanahu wa ta'aalaa- berfirman:

{وَمَنْ يَكْسِبْ خَطِيئَةً أَوْ إِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهِ بَرِيئًا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا} [النساء: 112]

Dan barangsiapa berbuat kesalahan atau dosa, kemudian dia tuduhkan kepada orang yang tidak bersalah, maka sungguh, dia telah memikul suatu kebohongan dan dosa yang nyata. [An-Nisa’: 112]

{وَالَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلَا تَقْبَلُوا لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ} [النور: 4]

Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik. [An-Nuur: 4]

{إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ} [النور: 23]

Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. [An-Nuur: 23]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«اجْتَنِبُوْا السَّبْعَ المُوْبِقَاتِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ، وَأَكْلِ الرِّبَا، وَأَكْلِ مَالِ الْيَتِيْمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ»

"Jauhilah tujuh perkara yang membawa kehancuran!" Para sahabat bertanya: "Apakah ketujuh perkara itu ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Yaitu syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan sebab yang dibenarkan oleh agama, makan riba, makan harta anak yatim, lari dari peperangan, menuduh zina terhadap wanita yang terjaga dirinya dari perbuatan dosa yang tidak memikirkan untuk melakukan dosa serta beriman kepada Allah." (HR. Bukhari dan Muslim).

5.      Gibah.

Allah -subhanahu wa ta'aalaa- berfirman:

{وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ} [الحجرات : 12]

Dan janganlah janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. [Al-Hujuraat: 12]

Ø  Dari Abu Hurairah -radhiyallahu'anhu-; Rasulullah pernah bertanya: 

«أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ؟» قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ! قَال:َ «ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ». قِيل:َ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُول؟ُ قَال:َ «إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَه،ُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ» 

"Tahukah kamu, apakah ghibah itu?" Para sahabat menjawab; 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Kemudian Rasulullah  bersabda: 'Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai.' Seseorang bertanya; 'Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? ' Rasulullah berkata: 'Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.' [Shahih Muslim]

Ø  Dari Abu Barzah Al-Aslamiy -radhiyallahu'anhu-; Rasulullah bersabda:

«يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلْ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعُ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعْ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ»

"Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya namun keimanannya belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian mengumpat seorang muslim dan jangan pula mencari-cari kesalahannya. Sebab siapa saja yang mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan mencari-cari kesalahannya. Maka siapa saja yang Allah telah mencari-cari kesalahannya, Allah akan menampakkan kesalahannya meskipun ia ada di dalam rumahnya." [Sunan Abi Daud: Hasan]

Ø  Anas bin Malik -radhiyallahu 'anhu- berkata: Rasulullah bersabda:

«لَمَّا عُرِجَ بِي مَرَرْتُ بِقَوْمٍ لَهُمْ أَظْفَارٌ مِنْ نُحَاسٍ يَخْمُشُونَ وُجُوهَهُمْ وَصُدُورَهُمْ فَقُلْتُ: مَنْ هَؤُلَاءِ يَا جِبْرِيلُ؟ قَالَ: هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ لُحُومَ النَّاسِ وَيَقَعُونَ فِي أَعْرَاضِهِمْ»

"Ketika aku dinaikkan ke lagit (dimi'rajkan), aku melewati suatu kaum yang kuku mereka terbuat dari tembaga, kuku itu mereka gunakan untuk mencakar muka dan dada mereka. Aku lalu bertanya, "Wahai Jibril, siapa mereka itu?"

Jibril menjawab, "Mereka itu adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan merusak kehormatan mereka." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Lihat: 6 gibah yangdibolehkan

6.      Menyebarkan berita-berita buruk.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النور: 19]

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak Mengetahui. [An-Nuur:19]

7.      Namimah (adu domba).

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ (10) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ} [القلم: 10، 11]

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah. [Al-Qalam: 10 - 11]

Ø  Dari Asma' binti Yazid radhiyallahu 'anha; Nabi bersabda:

" أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِشِرَارِكُمْ؟ الْمَشَّاءُونَ بِالنَّمِيمَةِ، الْمُفْسِدُونَ بَيْنَ الْأَحِبَّةِ، الْبَاغُونَ لِلْبُرَآءِ الْعَنَتَ " [مسند أحمد: حسنه الألباني]

"  Maukah aku beritahukan kepada kalian orang yang paling buruk di antara kalian? Yaitu orang orang yang suka menebar fitnah, yang merusak hubungan di antara dua orang bersaudara dan menganiaya terhadap orang yang tidak disukai dengan menyengsarakannya." [Musnad Ahmad: Hasan]

Ø  Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah melewati dua kubur dan berkata:

«إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ البَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ» [صحيح البخاري]

"Kedua orang ini sedang disiksa dalam kuburnya, dan mereka tidak disiksa pada suatu yang besar (sulit ditinggalkan). Adapun salah satu dari keduanya karena ia tidak menghalagi dirinya dari kencing, dan yang satunya lagi karena selalu berjalan meyebarkan adu domba". [Sahih Bukhari]

Ø  Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba (namimah)". [Sahih Bukhari dan Muslim]

8.      Mencaci-maki.

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Mencaci sesama muslim adalah suatu kefasikan". [Shahih Bukhari dan Muslim]

9.      Suka melaknat.

Dari Tsabit bin Adh-Dhahhak radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«مَنْ حَلَفَ عَلَى مِلَّةٍ غَيْرِ الإِسْلاَمِ فَهُوَ كَمَا قَالَ، وَمَنْ لَعَنَ مُؤْمِنًا فَهُوَ كَقَتْلِهِ، وَمَنْ قَذَفَ مُؤْمِنًا بِكُفْرٍ فَهُوَ كَقَتْلِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Barangsiapa yang bersumpah atas agama selain Islam, maka ia dihukumi seperti apa yang ia katakan. Barang siapa yang melaknat seorang mukmin, maka ia seperti membunuhnya. Dan barangsiapa yang menuduh seorang muslim dengan kekufuran, maka ia seperti membunuhnya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ»

"Sesungguhnya diantara dosa-dosa besar adalah seseorang melaknat (mencaci) kedua orang tuanya"

Sahabat bertanya: Ya Rasulallah, bagaimana seseorang mencaci kedua orang tuanya?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Seseorang mencaci bapak orang lain, maka orang tersebut membalas dan mencaci orang tuannya dan mencaci ibunya". [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَعَنَ اللهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَيْهِ [صحيح مسلم]

"Allah melaknat orang yang melaknat kedua orang tuanya". [Sahih Muslim]

Ø  Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ، تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الِاسْتِغْفَارَ، فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ»

"Wahai kaum wanita! Bersedekahlah kamu dan perbanyakkanlah istighfar. Karena, aku melihat kaum wanitalah yang paling banyak menjadi penghuni Neraka."

Seorang wanita yang pintar di antara mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, kenapa kaum wanita yang paling banyak menjadi penghuni Neraka?"

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ، وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، وَمَا رَأَيْتُ مِنْ نَاقِصَاتِ عَقْلٍ وَدِينٍ أَغْلَبَ لِذِي لُبٍّ مِنْكُنَّ»

"Kalian banyak mengutuk dan mengingkari (pemberian nikmat dari) suami”. [Shahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Bahaya ucapan; Berdusta terhadap Allah - Hidup berkah dengan akhlak mulia - Pembinaan akhlak di bulan Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...