A.
Bab 07.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
٧ - باب:
صِلَةِ الْوَالِدِ الْمُشْرِكِ.
Bab: Tetap menjaga hubungan dengan orang tua yang musyrik
Dalam bab ini, Imam Bukhari menjelaskan bahwa berbakti
dan menyambung silaturahim tetap dianjurkan sekalipun berbeda keyakinan, selama
tidak membahayakan agama kita.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
٥٦٣٣
-
حَدَّثَنَا الحُمَيدي [عبد الله بن الزبير]: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن
عيينة]: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عروة: أخبرني أبي: أخبرتني أسماء بنت أبي بكر رضي
الله عنهما قَالَتْ: أَتَتْنِي أُمِّي رَاغِبَةً، فِي عَهْدِ
النَّبِيِّ ﷺ، فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ ﷺ: آصِلُهَا؟ قَالَ: (نَعَمْ). قَالَ ابْنُ
عُيَيْنَةَ: فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فِيهَا: ﴿لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ
الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدين﴾.
Telah menceritakan kepada kami Al-Humaidiy [Abdullah bin Az-Zubair], ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [bin ‘Uyainah], ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Hisyam bin 'Urwah, ia berkata: Telah mengabarkan
kepadaku Ayahku, ia berkata: Telah mengabarkan kepadaku Asma` binti Abu Bakr radhiallahu'anhuma
dia berkata: "Ibuku datang pada masa Nabi ﷺ menemuiku dalam keadaan
mengharapkan baktiku, lalu saya bertanya kepada Nabi ﷺ, "Apakah saya boleh
berhubungan dengannya?" Beliau menjawab, "Ya." Ibnu 'Uyainah
lalu berkata, "Kemudian Allah Ta'ala menurunkan ayat {Allah
tidak melarang kalian dari orang-orang yang tidak memerangi agama kalian} [Al-Mumtahanah;
8]."
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu
‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Berbakti kepada kedua orang tua sekalipun
musyrik.
Lihat: Bakti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam kepada orang tuanya
3.
Tidak boleh mentaati orang tua dalam
maksiat.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَإِنْ
جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا
تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا} [لقمان:
15]
Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik.
[Luqman:15]
Ø Dari 'Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu; Rasulullahﷺ bersabda:
"لَا
طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ" [المعجم
الكبير: صححه الألباني]
"Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada
Al-Khalik (Allah)". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Shahih]
4.
Mengajak mereka memeluk Islam dan
mendoakannya.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ (69) إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا
تَعْبُدُونَ (70)
قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا
فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ (71) قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ (72)
أَوْ يَنْفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ} [الشعراء:
69 – 73]
Dan bacakanlah kepada mereka kisah
Ibrahim. Ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Apakah yang
kamu sembah?” Mereka menjawab, “Kami menyembah berhala-berhala dan kami
senantiasa tekun menyembahnya.” Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah mereka
mendengarmu ketika kamu berdoa (kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi
manfaat atau mencelakakan kamu?” [Asy-Syu'ara': 69-73]
Ø Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu berkata:
كُنْتُ
أَدْعُو أُمِّي إِلَى الْإِسْلَامِ وَهِيَ مُشْرِكَةٌ، فَدَعَوْتُهَا يَوْمًا
فَأَسْمَعَتْنِي فِي رَسُولِ اللهِ ﷺ مَا أَكْرَهُ، فَأَتَيْتُ رَسُولَ
اللهِ ﷺ وَأَنَا أَبْكِي، قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي كُنْتُ
أَدْعُو أُمِّي إِلَى الْإِسْلَامِ فَتَأْبَى عَلَيَّ، فَدَعَوْتُهَا الْيَوْمَ
فَأَسْمَعَتْنِي فِيكَ مَا أَكْرَهُ، فَادْعُ اللهَ أَنْ يَهْدِيَ أُمَّ أَبِي
هُرَيْرَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: «اللهُمَّ اهْدِ أُمَّ أَبِي
هُرَيْرَةَ» فَخَرَجْتُ مُسْتَبْشِرًا بِدَعْوَةِ نَبِيِّ اللهِ ﷺ، فَلَمَّا
جِئْتُ فَصِرْتُ إِلَى الْبَابِ، فَإِذَا هُوَ مُجَافٌ، فَسَمِعَتْ أُمِّي خَشْفَ
قَدَمَيَّ، فَقَالَتْ: مَكَانَكَ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ وَسَمِعْتُ خَضْخَضَةَ الْمَاءِ،
قَالَ: فَاغْتَسَلَتْ وَلَبِسَتْ دِرْعَهَا وَعَجِلَتْ عَنْ خِمَارِهَا، فَفَتَحَتِ
الْبَابَ، ثُمَّ قَالَتْ: يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، قَالَ فَرَجَعْتُ إِلَى
رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَأَتَيْتُهُ وَأَنَا أَبْكِي مِنَ الْفَرَحِ، قَالَ: قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللهِ أَبْشِرْ قَدِ اسْتَجَابَ اللهُ دَعْوَتَكَ وَهَدَى أُمَّ أَبِي
هُرَيْرَةَ، فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَقَالَ خَيْرًا
Dulu aku mengajak ibuku memeluk Islam saat ia masih musyrik, dan pada
suatu hari aku mengajaknya tapi ia memperdengarkan aku tentang Rasulullah ﷺ yang aku tidak sukai. Maka aku
mendatangi Rasulullah ﷺ dan saya menangis, aku berkata: Wahai
Rasulullah sesungguhnya aku telah mengajak ibuku memeluk Islam tapi ia
menolakku, dan hari ini aku mengajaknya namun ia memperdengarkan aku tentangmu
suatu yang aku benci, maka mintalah kepada Allah agar memberi hidayah untuk ibu
Abu Hurairah. Kemudian Rasulullah ﷺ berdo’a: “Ya Allah berilah
hidayah untuk ibu Abu Hurairah!” Kemudian aku pergi dengan perasaan gembira
dengan do’a Nabi ﷺ, dan ketika aku tiba, aku menuju pintu tapi pintunya tertutup
dan ibuku mendengar langkah kakiku maka ia berkata: Tetap ditempatmu wahai Abu
Hurairah. Dan aku mendengar siraman air. Abu Hurairah berkata: Kemudian ibuku
mandi, memakai pakaian dan memasang kerudungnya, lalu membuka pintu kemudian
berkata: Wahai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Abu
Hurairah berkata: Maka aku kembali kepada Rasulullah ﷺ, aku mendatanginya dan aku
menagis karena gembira. Aku berkata: Wahai Rasulullah, terimalah berita
gembira, sungguh Allah telah mengabulkan do’amu, dan Allah telah memberi
hidayah untuk ibu Abu Hurairah! Maka Rasulullah memanjatkan syukur dan pujian
kepada Allah dan mengucapkan suatu yang baik. [Shahih Muslim]
5.
Boleh bersikap baik kepada orang kafir yang
tidak memusuhi Islam.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{لَّا
يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ
يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ
قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ
إِخْرَاجِكُمْ أَن تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ
الظَّالِمُونَ} [الممتحنة : 8-9]
Allah tidak melarang kamu untuk
berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu
karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu
menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan
mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan
barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang
yang zalim.
[Al-Mumtahanah: 8-9]
B. Bab 08.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
٨ - باب:
صِلَةِ الْمَرْأَةِ أُمَّهَا وَلَهَا زَوْجٌ.
Bab: Istri tetap menjaga hubungan dengan ibunya sekalipun sudah bersuami
Dalam bab ini, Imam Bukhari menjelaskan bahwa seorang istri
harus tetap menjaga hubungan baiknya dengan keluarganya.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
٥٦٣٤- وَقَالَ اللَّيْثُ: حَدَّثَنِي
هِشَامٌ، عَنْ عُرْوَةَ، عَنْ أَسْمَاءَ قَالتَ: قَدِمَتْ أُمِّي وَهِيَ
مُشْرِكَةٌ، فِي عَهْدِ قُرَيْشٍ وَمُدَّتِهِمْ إِذْ عَاهَدُوا النَّبِيَّ ﷺ، مع
أبيها، فَاسْتَفْتَيْتُ النَّبِيَّ ﷺ فَقُلْتُ: إن أمي قدمت وهي راغبة؟ قال:
"نعم، صلي أمك"
"Dan al-Laits berkata: Hisham menceritakan kepadaku, dari 'Urwah,
dari Asma', dia berkata: 'Ibuku datang (menemuiku) dalam keadaan masih musyrik,
pada masa perjanjian Quraisy dan perpanjangannya ketika mereka berdamai dengan
Nabi ﷺ, bersama ayahnya. Lalu aku
meminta fatwa kepada Nabi ﷺ,
aku bertanya: 'Sesungguhnya ibuku datang (menemuiku) dan dia berharap
(sesuatu)?' Beliau bersabda: 'Ya, sambunglah
silaturahmi dengan ibumu.'"
٥٦٣٥
-
حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن عبد الله بن بكير]: حَدَّثَنَا اللَّيْثُ،
عَنْ عُقَيل [بن خالد]، عَنِ ابن شهاب، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ: أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ: أَنَّ أَبَا سُفْيَانَ
أَخْبَرَهُ: أَنَّ هِرَقْلَ أَرْسَلَ إليه، فقال: فما يأمركم؟ - يَعْنِي
النَّبِيِّ ﷺ- فَقَالَ: يَأْمُرُنَا بالصلاة،
والصدقة، والعفاف، والصلة.
Telah menceritakan kepada kami Yahya [bin Abdillah bin Bukair], ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Laits, dari 'Uqail [bin Khalid],
dari Ibnu Syihab, dari 'Ubaidullah bin Abdullah; bahwa Abdullah bin Abbas telah
mengabarkan kepadanya, bahwa Abu Sufyan telah mengabarkan kepadanya bahwa
Heraklius pernah mengutus seseorang kepadanya, ia bertanya: Apa yang
diperintahkan kepada kalian -maksudnya Nabi Muhammad ﷺ -? Maka Abu Sufyan menjawab:
"Kami diperintahkan untuk menegakkan salat, bersedekah, menjaga kehormatan
dan menjaling hubungan persaudaraan."
Lihat penggalan lain dari hadits Abu Sufyan dengan Heraqlius di Kitab Iman bab 39
Penjelasan singkat
hadits ini:
1)
Biografi Ibnu ‘Abbas radhiallahu'anhuma.
Lihat: Keistimewaan Abdullah bin ‘Abbas
2)
Biografi Abu Sufyan radhiallahu'anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
3)
Perintah shalat.
Lihat: Keutamaan shalat
4)
Perintah sedekah.
Lihat: Keutamaan zakat, infaq, dan sedekah
5)
Perintah menjaga kehormatan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullahﷺ
bersabda:
"ثَلَاثَةٌ
حَقٌّ عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمْ: ...، وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ العَفَافَ"
[سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Ada tiga golongan yang berhak mendapat pertolongan dari Allah; ...,
dan orang yang menikah supaya terjaga dari maksiat". [Sunan Tirmidzi:
Hasan]
Lihat: Keutamaan menikah
6)
Perintah silaturahim.
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
" اتَّقُوا
اللهَ، وَصِلُوا أَرْحَامَكُمْ" [شعب الإيمان
للبيهقي: حسنه الألباني]
"Bertakwalah kalian kepada Allah dan sambunglah hubungan silaturahim kalian". [Syu'ab Al-Iman: Hasan]
C. Bab 09.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
٩ - باب: صِلَةِ الْأَخِ الْمُشْرِكِ.
Bab: Tetap menjaga hubungan dengan saudara yang musyrik
Dalam bab ini, Imam Bukhari menjelaskan bahwa
berhubungan baik dengan saudara yang masih musyrik masih dibolehkan.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
٥٦٣٦
-
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ
إِسْمَاعِيلَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُسْلِمٍ: حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ قَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ رضي الله عنهما يَقُولُ:
رَأَى عُمَرُ حُلَّةَ سِيَرَاءَ تُبَاعُ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ابْتَعْ هَذِهِ
وَالْبَسْهَا يَوْمَ الْجُمُعَةِ، وَإِذَا جَاءَكَ الْوُفُودُ. قَالَ: "إِنَّمَا
يَلْبَسُ هَذِهِ مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ". فَأُتِيَ النَّبِيُّ ﷺ مِنْهَا
بِحُلَلٍ، فَأَرْسَلَ إِلَى عُمَرَ بِحُلَّةٍ، فَقَالَ: كَيْفَ أَلْبَسُهَا وَقَدْ
قُلْتَ فِيهَا مَا قُلْتَ؟ قَالَ: "إِنِّي لَمْ أُعْطِكَهَا لِتَلْبَسَهَا،
وَلَكِنْ تَبِيعُهَا أَوْ تَكْسُوهَا". فَأَرْسَلَ بِهَا عُمَرُ إِلَى أَخٍ
لَهُ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ قَبْلَ أَنْ يسلم.
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muslim, ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Abdullah bin Dinar, dia berkata: Saya mendengar Ibnu Umar radhiallahu'anhuma
berkata, "Umar pernah melihat baju sutra yang bercorak dijual, lalu dia
berkata, "Wahai Rasulullah, alangkah bagusnya seandainya Anda membelinya
untuk Anda pakai berkhotbah pada hari Jumat', dan di saat menerima para
utusan." Rasulullah ﷺ menjawab, “Yang memakai sutra ini hanyalah orang yang tidak
mendapat bagian di akhirat”. Tidak berapa lama Nabi ﷺ diberi seseorang beberapa helai pakaian diantaranya kain
sutra. Lalu beliau kirimkan sehelai kain sutra kepada 'Umar. Maka Umar
bertanya, "Ya Rasulullah! Bagaimana Anda menyuruhku untuk memakai baju
sutra ini? Bukankah kemarin Anda telah berkata kepadaku tentang baju ini?"
Beliau menjawab, 'Aku tidak mengirimkannya kepadamu untuk kamu pakai, namun
untuk kamu jual atau kamu pakaikan kepada orang lain' Lalu Umar memberikan kain
itu kepada saudaranya yang masih musyrik di kota Makkah."
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab
2.
Perhatian Umar kepada Nabi ﷺ.
3.
Anjuran membeli pakaian baru untuk dipakai shalat Jum'at dan
menemui tamu.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
"مَنِ
اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، فَأَحْسَنَ طُهُورَهُ ، وَلَبِسَ مِنْ أَحْسَنِ ثِيَابِهِ ،
وَمَسَّ مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ مِنْ طِيبِ أَهْلِهِ ، ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ ،
وَلَمْ يَلْغُ ، وَلَمْ يُفَرِّقْ بَيْنَ اثْنَيْنِ ، غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ
وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الأُخْرَى" [سنن ابن ماجه:
صحيح]
“Barangsiapa yang mandi di hari Jum'at, bersuci dengan baik, memakai pakaian terbaiknya, dan memakai
parfum secukupnya, kemudian datang ke mesjid untuk salat Jum'at, dengan tidak
berbicara (lalai) dan tidak memisahkan dua orang dengan duduk diantaranya tanpa
izin, maka diampuni dosanya antara hari itu dengan Jum'at sebelumnya”. [Sunan
Ibnu Majah: Sahih]
Lihat: Adab di hari Jum’at
4.
Keistimewaan hari Jum'at.
Lihat: Keistimewaan Hari Jum'at
5.
Kewajiban memuliakan tamu.
Lihat: Adab menerima tamu dalam Islam
6.
Laki-laki haram memakai kain sutra kecuali sangat sedikit atau ada
penyakit kulit.
Dari Abu Musa
Al-Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah ﷺ bersabda:
"حُرِّمَ
لِبَاسُ الحَرِيرِ وَالذَّهَبِ عَلَى ذُكُورِ أُمَّتِي وَأُحِلَّ لِإِنَاثِهِمْ"
[سنن الترمذي: صحيح]
“Diharamkan pakaian sutra dan emas atas kaum laki-laki dari umatku dan
dihalalkan bagi kaum wanitanya”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Ø Umar bin Khathab radhiyallahu
‘anhu berkata:
"نَهَى
نَبِيُّ اللهِ ﷺ عَنْ لُبْسِ الْحَرِيرِ إِلَّا مَوْضِعَ إِصْبَعَيْنِ، أَوْ
ثَلَاثٍ، أَوْ أَرْبَعٍ" [صحيح مسلم]
“Nabi ﷺ melarang
dari memakai pakaian sutra kecuali seluas dua jari, atau tiga, atau empat”. [Shahih
Muslim]
Ø Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu berkata:
"أَنَّ
النَّبِيَّ ﷺ رَخَّصَ لِعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، وَالزُّبَيْرِ فِي
قَمِيصٍ مِنْ حَرِيرٍ، مِنْ حِكَّةٍ كَانَتْ بِهِمَا" [صحيح
البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya Nabi ﷺ memberi keringanan pada Abdurrahman bin ‘Auf dan Az-Zubair
untuk memakai pakaian dari sutra karena penyakit kulit yang mereka derita”.
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Adab berpakaian dalam Islam
7.
Anjuran saling memberi hadiah.
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
"تَهَادُوا
تَحَابُّوا" [الأدب المفرد للبخاري: حسنه الشيخ الألباني]
"Saling memberi hadialah kalian agar saling mencintai".
[Al-Adab Al-Mufrad karya Al-Bukhariy: Hasan]
Lihat: 10 sebab yang menguatkan persaudaraan
8.
Hukum memberi hadiah dengan suatu yang diharamkan.
Tidak boleh menghadiahkan sesuatu yang diharamkan
sekalipun itu orang kafir, karena orang kafir juga diwajibkan menjalankan hukum
Allah.
Adapun Nabi menghadiahkan sutra kepada Umar kemudian Umar
menghadiahkannya kepada saudaranya dengan maksud agar dipakaikan kepada
perempuan atau dijual.
9.
Boleh menghadiahkan hadiah atau menjualnya.
Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu'anhu;
"أَنَّ
أُكَيْدِرَ دُومَةَ أَهْدَى إِلَى النَّبِيِّ ﷺ ثَوْبَ حَرِيرٍ ، فَأَعْطَاهُ
عَلِيًّا ، فَقَالَ : شَقِّقْهُ خُمُرًا بَيْنَ
الْفَوَاطِمِ" [صحيح البخاري ومسلم]
Bahwa Ukaydir dari daerah Dumah menghadiahkan kepada Nabi ﷺ sehelai pakaian dari sutera, lalu
beliau memberikannya kepada Ali. Beliau bersabda: "Potonglah menjadi
kerudung-kerudung untuk dibagikan kepada beberapa wanita bernama Fatimah
(yaitu: Putri Nabi, Fatimah bint Asad ibu Ali, dan Fatimah binti Hamzah)."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Ibnu Umar radhiallahu'anhuma berkata:
كُنَّا
مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي سَفَرٍ ، فَكُنْتُ عَلَى بَكْرٍ صَعْبٍ لِعُمَرَ ، فَكَانَ
يَغْلِبُنِي فَيَتَقَدَّمُ أَمَامَ الْقَوْمِ، فَيَزْجُرُهُ عُمَرُ وَيَرُدُّهُ،
ثُمَّ يَتَقَدَّمُ فَيَزْجُرُهُ عُمَرُ وَيَرُدُّهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ لِعُمَرَ:
"بِعْنِيهِ!" قَالَ: هُوَ لَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ! قَالَ: "بِعْنِيهِ!"
فَبَاعَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّه ﷺ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "هُوَ لَكَ يَا
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ، تَصْنَعُ بِهِ مَا شِئْتَ" [صحيح البخاري]
Kami pernah bersama Nabi ﷺ dalam suatu perjalanan. Saat itu aku
menaiki seekor unta jantan milik Umar yang keras kepala. Unta itu tunduk
perintahku dan berjalan di depan rombongan, maka Umar pun menegurnya dan
menyuruhnya kembali ke belakang. Namun ia kembali mendahului, dan Umar pun
menegurnya dan menyuruhnya kembali. Lalu Nabi ﷺ bersabda kepada Umar: "Juallah
unta itu kepadaku." Umar berkata: "Unta itu untuk Anda wahai
Rasulullah." Beliau bersabda: "Juallah dia kepadaku." Maka Umar
pun menjualnya kepada Rasulullah ﷺ. Kemudian Nabi ﷺ bersabda: "Unta ini milikmu
wahai Abdullah bin Umar, engkau boleh berbuat sesukamu dengannya." [Shahih
Bukhari]
10. Boleh memberi hadiah kepada
orang kafir.
Shafwan bin 'Umayyah radhiyallahu 'anhu berkata:
"أَعْطَانِي
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَوْمَ حُنَيْنٍ، وَإِنَّهُ لَأَبْغَضُ الخَلْقِ
إِلَيَّ، فَمَا زَالَ يُعْطِينِي، حَتَّى إِنَّهُ لَأَحَبُّ الخَلْقِ إِلَيَّ"
[سنن الترمذي: صحيح]
"Rasulullahﷺ memberiku bagian dari rampasan perang Hunain, padahal waktu
itu beliau adalah orang yang paling saya benci, namun beliau terus saja
memberiku bagian hingga menjadi orang yang paling saya cintai". [Sunan
Tirmidziy: Shahih]
D. Bab 10.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
١٠
- باب فَضْلِ صِلَةِ
الرَّحِمِ.
“Bab: Keutamaan menyambung tali silaturahim”
Dalam bab ini, Imam Bukhari menyebutkan salah satu
dari banyak keutamaan menyambung silaturahim, seperti pada hadits yang beliau
riwayatkan dalam bab ini dan beberapa bab setelahnya.
Imam Bukhari rahimahullah
berkata:
٥٦٣٧
-
حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ
[هشام بن عبد الملك]: حَدَّثَنَا شُعبة قَالَ: أَخْبَرَنِي [عمرو] ابْنُ عُثْمَانَ
قَالَ: سَمِعْتُ مُوسَى بْنَ طَلْحَةَ، عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ: قِيلَ: يَا
رَسُولَ الله، أخبرني بعمل يدخلني الجنة.
Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Walid [Hisyam bin Abdil Malik], ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dia berkata: Telah mengabarkan
kepadaku [‘Amr] Ibnu Utsman, dia berkata: Saya mendengar Musa bin Thalhah, dari
Abu Ayyub, dia berkata: Beliau (Nabi) pernah ditanya: "Wahai
Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke
surga ..."
حدثني عبد
الرحمن بن بشر: حدثنا بهز بن أسد: حَدَّثَنَا شُعبة: حَدَّثَنَا ابْنِ عُثْمَانَ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهَبٍ وَأَبُوهُ عُثْمَانُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ:
أَنَّهُمَا سَمِعَا مُوسَى بْنَ طَلْحَةَ، عَنْ أبي أيوب الأنصاري رضي الله عنه:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي
الْجَنَّةَ، فَقَالَ الْقَوْمُ: مَا لَهُ مَا لَهُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: "أَرَبٌ
مَا لَهُ". فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا،
وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ، ذَرْهَا"، قَالَ:
كأنه كان على راحلته.
Dan telah menceritakan kepadaku Abdurrahman bin Bisyr, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami Bahz bin Asad, ia berkata: Telah menceritakan kepada
kami Syu'bah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Utsman bin
Abdullah bin Mauhab dan ayahnya Utsman bin Abdullah bahwa keduanya mendengar
Musa bin Thalhah, dari Abu Ayyub Al-Anshariy radhiallahu'anhu
bahwa seorang laki-laki berkata, "Wahai Rasulullah, beritahukanlah
kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke surga." Orang-orang pun
berkata, "Ada apa dengan orang ini, ada apa dengan orang ini?!" Maka
Rasulullah ﷺ
bersabda, "Biarkanlah urusan orang ini." Lalu Nabi ﷺ melanjutkan sabdanya,
"Kamu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukanNya, menegakkan salat,
dan membayar zakat serta menjalin tali silaturrahmi, lepaskan onta itu."
Abu Ayyub berkata, "Ketika itu beliau berada di atas kendaraannya."
Penjelasan singkat
hadits ini:
1.
Biografi Abu Ayyub Al-Anshariy radhiyallahu 'anhu.
Namanya Khalid bin Zayd bin Kulaib Al-Khazrajiy Al-Badriy. Salah seorang utusan Madinah yang membai'at Rasulullah ﷺ di 'Aqabah. Ketika hijrah, Rasulullah ﷺ tinggal di rumahnya sebelum beliau membangun rumah di Madinah. Ia mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah ﷺ. Wafat tahun 50 atau 52 Hijriyah. [Lihat: Siyarul A'lam An-Nubala' karya Adz-Dzahabiy]
2.
Semangat sahabat dalam urusan akhirat.
Lihat: Keutamaan Sahabat Rasulullah
3. Kemuliaan akhlak Nabi ﷺ.
Lihat: Akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
4.
Boleh beramal mengharapkan surga.
Lihat: Syarah Arba’in hadits (29) Mu’adz; Amalan mendekatkan surga dan menjauhkan neraka
5.
Keutamaan tauhid dan bahaya syirik.
Lihat: Keutamaan Tauhid
6.
Keutamaan shalat.
Lihat: Hadits Tsauban: Keutamaan shalat
7.
Keutamaan zakat.
Lihat: Keutamaan zakat, infaq, dan sedekah
8.
Keutamaan silaturahim; Mendapatkan surga.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَالَّذِينَ
يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ
وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ (21) وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ
رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا
وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى
الدَّارِ (22) جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ
وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ
كُلِّ بَابٍ (23) سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّار} [الرعد:
21-24]
Dan orang-orang yang menghubungkan
apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (mengadakan hubungan
silaturahim dan tali persaudaraan), dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut
kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar Karena mencari keridhaan
Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan
kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan
dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
(yaitu) syurga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan
orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya,
sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu;
(sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum" (keselamatan
atasmu berkat kesabaranmu). Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. [Ar-Ra'd: 21-24]
Lihat: Silaturahmi
9.
Makna ucapan Nabi "lepaskan onta
itu"
Saat itu Nabi sedang mengendarai onta, dan penanya
memegang tali tunggangan Nabi saat bertanya. Maka ketika selesai menjawab
pertanyaan Nabi memerintahkan untuk melepaskan onta tersebut. Disebutkan dalam
riwayat lain, Abu Ayyub berkata:
أَنَّ أَعْرَابِيًّا
عَرَضَ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَهُوَ فِي سَفَرٍ. فَأَخَذَ بِخِطَامِ نَاقَتِهِ أَوْ
بِزِمَامِهَا. ثُمّ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! أَوْ يَا مُحَمَّدُ! أَخْبِرْنِي بِمَا
يُقَرِّبُنِي مِنَ الْجَنَّةِ وَمَا يُبَاعِدُنِي مِنَ النَّارِ. قَالَ: فَكَفَّ النَّبِيُّ
ﷺ. ثُمَّ نَظَرَ فِي أَصْحَابِهِ. ثُمَّ قَالَ: «لَقَدْ وُفِّقَ أَوْ لَقَدْ هُدِي»،
قَالَ: «كَيْفَ قُلْتَ؟» قَالَ: فَأَعَادَ. فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «تَعْبُدُ اللَّهَ
لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ
الرَّحِمَ، دَعِ الناقة» [صحيح مسلم]
Bahwa seorang Arab Badui menghadang Rasulullah ﷺ ketika beliau sedang dalam
perjalanan. Lalu ia memegang tali kekang untanya, kemudian berkata: "Wahai
Rasulullah! Atau: Wahai Muhammad! Kabarkan kepadaku apa yang dapat
mendekatkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka." Nabi ﷺ lalu berhenti, kemudian
melihat kepada para sahabatnya, dan bersabda: "Sungguh ia telah diberi
taufik (atau: Sungguh ia telah diberi petunjuk)." Beliau bertanya:
"Apa yang kamu katakan tadi?" Orang itu mengulangi pertanyaannya.
Maka Nabi ﷺ
bersabda: "Kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi.
Lepaskan tali unta (itu)." [Shahih Muslim]
Lihat: Kitab Ilmu; Bab; Memberikan fatwa ketika sedang menunggang kendaraan dan selainnya
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Adab; Bab 05 dan 06: Keutamaan berbakti kepada kedua orang tua

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...