Sabtu, 20 Desember 2025

Bencana Alam: Ujian, Peringatan, atau Azab?

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah, wash-sholatu was-salamu ‘ala Rasulillah. Amma ba’du.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Ketika gempa bumi mengguncang, banjir bandang menyapu, atau gunung meletus memuntahkan laharnya, seringkali hati kita dihantui pertanyaan yang mendalam: “Apakah ini azab dari Allah untuk orang-orang yang zalim? Atau peringatan untuk kita semua? Atau sekadar ujian dan sunnatullah (hukum alam) semata?”

Pertanyaan ini wajar, tetapi jawabannya memerlukan kehati-hatian dan panduan yang jelas dari Al-Qur’an dan Sunnah. Kita tidak boleh gegabah menuduh suatu kelompok terkena azab, namun juga tidak boleh mengabaikan isyarat dan pelajaran yang Allah berikan melalui peristiwa besar ini.

Marilah kita renungkan bersama dalam kesempatian ini, dengan mengedepankan ilmu dan sikap pertengahan.

1.     Bencana dalam Perspektif Al-Qur’an: Multi Makna

Allah subhanahu wata’aalaa menjelaskan berbagai hikmah di balik musibah dan bencana:

a.      Sebagai Azab yang Disegerakan (Adzabun ‘Ajil):

Ini ditujukan kepada kaum-kaum pendusta yang telah melampaui batas. Contoh nyata dalam Al-Qur’an: Banjir besar zaman Nabi Nuh ‘alaihissalam, angin topan untuk kaum ‘Ad, letusan gunung berapi dan gempa untuk kaum Luth, dan lain-lain. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنبِهِ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُم مَّنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُم مَّنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُم مَّنْ أَغْرَقْنَا ۚ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِن كَانُوا أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ} [العنكبوت : 40]

“Maka masing-masing Kami siksa disebabkan dosanya. Di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekali tidak hendak menzalimi mereka, tetapi merekalah yang menzalimi diri sendiri.” [Al-‘Ankabut: 40]

Azab seperti ini bersifat pasti, final, kebinasaan bagi orang-orang kafir dan menjadi pelajaran bagi generasi setelahnya.

b.      Sebagai Peringatan ('Ibrah wa Tadzkir):

Allah mengingatkan manusia agar kembali ke jalan-Nya. Bencana bisa menjadi “teguran” sebelum azab yang lebih besar. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَوْنَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ} [الأعراف: 130]

Dan Sesungguhnya kami Telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. [Al-A'raaf:130]

{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَىٰ أُمَمٍ مِّن قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُم بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُونَ} [الأنعام : 42]

“Dan sungguh, Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum engkau (Muhammad), kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, agar mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” [Al-An’am: 42]

Artinya, bencana kecil atau sedang bisa jadi adalah “alarm” agar kita segera bertaubat, sebelum datang ketetapan akhir yang membinasakan.

c.       Sebagai Ujian, Penghapus dosa-dosa dan Pengangkat Derajat (Ibtila’ wa Darajat):

Bagi orang-orang beriman, musibah adalah ujian kesabaran dan ketabahan. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ . وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ} [العنكبوت: 2-3]

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta. [Al-'Ankabuut: 2-3]

Ø  Dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

"مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاه" [صحيح البخاري ومسلم]

“Tidaklah menimpa seorang muslim suatu kelelahan, penyakit, kecemasan, kesedihan, gangguan, hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan musibah itu.” [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah bersabda:

"مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةً فَمَا فَوْقَهَا إِلاَّ كُتِبَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَمُحِيَتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ " [صحيح مسلم]

“Tidak seorang muslimpun tertusuk duri atau yang lebih parah kecuali Allah mencatat untuknya satu derajat dan dihapus darinya satu dosa”. [Shahih Muslim]

Lihat: Hikmah di balik musibah

Bencana besar seperti gempa bisa menjadi ujian kolektif yang menguji solidaritas, kepemimpinan, dan keimanan suatu masyarakat.

d.      Sebagai Konsekuensi Sunatullah (Hukum Alam):

Allah menciptakan alam dengan sebab-akibat. Tinggal di daerah rawan gempa, menebang hutan sembarangan, membuang sampah di sungai, adalah pelanggaran terhadap hukum keseimbangan alam yang Allah tetapkan. Bencana dalam hal ini adalah akibat logis dari kelalaian manusia. Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ} [الروم: 41]

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [Ar-Rum: 41]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah  bersabda:

"مَنْ نَامَ وَفِي يَدِهِ غَمَرٌ، وَلَمْ يَغْسِلْهُ فَأَصَابَهُ شَيْءٌ، فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ" [سنن أبي داود: صحيح]

“Barang siapa yang tidur sementara di tangannya ada sisa makanan (lemak daging) dan ia tidak mencucinya kemudian ia ditimpa sesuatu, maka jangan menyalahkan kecuali dirinya sendiri”. [Sunan Abi Daud: Sahih]

Lihat: Adab makan dalam Islam

Ini menunjukkan adanya sebab-akibat yang bisa dipelajari (ilmiah).

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلُ ۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلًا} [الفتح : 23]

Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu. [Al-Fath: 23]

2.     Siapa yang Berhak Menyimpulkan?

Ini poin kritis. Kita, sebagai individu, tidak berhak memutuskan/menghukum secara khusus: “Ini pasti azab untuk daerah A!” atau “Ini cuma bencana alam biasa!” Mengapa?

a)      Bahaya Sikap Merasa Suci: Kita bisa terjatuh pada kesombongan, seolah-olah kita selamat karena kita lebih baik.

Allah subhanahu wata’aalaa mengingatkan:

{فَلَا تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ} [النجم : 32]

“Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci.” [An-Najm: 32]

{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ(96)  أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ(97)  أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ(98)  أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ} [الأعراف: 96 – 99]

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi[Al-A'raf: 96-99]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (34); Merasa aman dari siksa Allah dan berputus asa dari rahmatNya

b)      Urusan Gaib: Mengetahui hakikat di balik suatu bencana secara pasti (azab atau ujian) adalah ilmu gaib yang hanya Allah yang tahu.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullahﷺ  bersabda:

"كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ: أَقْصِرْ! فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ! فَقَالَ: خَلِّنِي وَرَبِّي أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا؟ فَقَالَ: وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ! فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِي عَالِمًا أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا؟! وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي! وَقَالَ لِلْآخَرِ: اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ"

"Ada dua orang laki-laki dari bani Isra'il yang saling bersaudara; salah seorang dari mereka suka berbuat dosa sementara yang lain giat dalam beribadah. Orang yang giat dalam beribdah itu selalu melihat saudaranya berbuat dosa hingga ia berkata, "Berhentilah." Lalu pada suatu hari ia kembali mendapati suadaranya berbuat dosa, ia berkata lagi, "Berhentilah." Orang yang suka berbuat dosa itu berkata, "Biarkan aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu mengawasiku!" Ahli ibadah itu berkata, "Demi Allah, sungguh Allah tidak akan mengampunimu, atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga." Allah kemudian mencabut nyawa keduanya, sehingga keduanya berkumpul di sisi Rabb semesta alam. Allah kemudian bertanya kepada ahli ibadah: "Apakah kamu lebih tahu dari-Ku? Atau, apakah kamu mampu melakukan apa yang ada dalam kekuasaan-Ku?" Allah lalu berkata kepada pelaku dosa: "Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku." Dan berkata kepada ahli ibadah: "Bawalah ia ke dalam neraka."

Abu Hurairah berkata:

"وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ"

"Demi Dzat yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu ucapan yang mampu merusak dunia dan akhiratnya." [Sunan Abi Daud:Shahih]

Lihat: Syarah Kitab Tauhid bab (64); Larangan bersumpah mendahului Allah

Yang wafat karena bencana alam dari orang beriman bisa jadi termasuk syahid di sisi Allah.

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu; Rasulullah bersabda:

"الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ: الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللهِ"

«Para syuhada ada lima: orang yang terkena wabah penyakit pes, orang yang terkena penyakit perut, orang yang tenggelam, orang yang tertimpa reruntuhan, dan orang yang syahid di jalan Allah.» [Shahih Bukhari dan Muslim]

c)      Rasulullah memberi teladan: Beliau tidak mudah menjatuhkan vonis kepada seorang tertentu.

Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu berkata:

أَنَّ رَجُلًا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ ﷺ كَانَ اسْمُهُ عَبْدَ اللهِ، وَكَانَ يُلَقَّبُ حِمَارًا، وَكَانَ يُضْحِكُ رَسُولَ اللهِ ﷺ، وَكَانَ النَّبِيُّ ﷺ قَدْ جَلَدَهُ فِي الشَّرَابِ، فَأُتِيَ بِهِ يَوْمًا فَأَمَرَ بِهِ فَجُلِدَ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ: اللَّهُمَّ الْعَنْهُ، مَا أَكْثَرَ مَا يُؤْتَى بِهِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: "لَا تَلْعَنُوهُ، فَوَاللهِ مَا عَلِمْتُ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ"

«Bahwa ada seorang laki-laki pada masa Nabi yang namanya Abdullah, dan dijuluki 'himar' (keledai), dan dia sering membuat Rasulullah tertawa. Nabi pernah menghukumnya karena minum khamar. Suatu hari dia didatangkan (karena pelanggaran yang sama) lalu diperintahkan untuk dihukum. Seorang laki-laki dari kaum itu berkata: "Ya Allah, laknatlah dia! Betapa sering ia didatangkan (karena pelanggaran ini)?" Maka Nabi bersabda: "Jangan kalian melaknatnya! Demi Allah, aku tahu bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya."» [Shahih Bukhari]

3.     Sikap Muslim yang Benar Menghadapi Bencana

Lalu, apa yang harus kita lakukan?

a.      Introspeksi Diri dan Kolektif (Muhasabah):

Bencana harus menjadi momen untuk melihat ke dalam:dosa-dosa apa yang telah merajalela? Kezaliman, korupsi, meninggalkan shalat, maksiat terang-terangan, durhaka pada orang tua, memutus silaturahmi? Allah subhanahu wata'aalaa  berfirman:

{وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ} [الشورى: 30]

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). [Asy-Syuraa: 30]

Lihat: Tingkatan orang yang ditimpa musibah

Bencana mengingatkan kita untuk segera bertaubat nasuha.

b.      Bersabar dan Membantu (Shabar wa Ta’awun):

Bagi korban dan keluarga, sikap utama adalah sabar. Bagi yang selamat, kewajiban utama adalah membantu dengan harta, tenaga, doa, dan dukungan moril. Solidaritas ini adalah wujud keimanan.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ} [الزمر: 10]

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. [Az-Zumar: 10]

Lihat: Kiat tegar di atas Musibah

Ø  Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu 'anhuma; Rasulullahﷺ  bersabda:

"مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى" [صحيح البخاري ومسلم]

“Perumpamaan orang beriman dalam kecintaan, kasih sayang, dan kelembutan mereka, seperti satu tubuh jika salah satu anggotanya merasa sakit maka anggota tubuh lainnya juga merasakan dengan susah tidur dan demam.” [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Meraih surga dengan persaudaraan

c.       Meningkatkan Ketakwaan dan Persiapan Ilmiah:

Takwa bukan hanya ritual, tetapi juga mencakup menjaga dan memakmurkan bumi sesuai syariat. Ini berarti:

· Mematuhi aturan tata ruang dan lingkungan.

· Membangun dengan standar aman gempa.

· Melestarikan lingkungan, menanam pohon.

· Mempersiapkan sistem peringatan dini dan tanggap bencana.

Ini semua adalah bagian dari taqwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya untuk tidak berbuat kerusakan. Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا} [الإسراء : 7]

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri. [Al-Israa ': 7]

d.      Berdoa dan Memohon Perlindungan:

Perbanyak doa,istighfar, dan memohon agar dilindungi dari segala bentuk musibah. Bencana mengajarkan kita akan betapa lemahnya manusia di hadapan kekuasaan Allah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ البَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ القَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ" [صحيح البخاري]

"Mintalah perlindungan kepada Allah dari cobaan (bala) yang menyulitkan, kesengsaraan yang menderitakan, takdir yang buruk dan cacian musuh." [Shahih Bukhari]

Lihat: Amalan penolak bala

Ø  Dari Utsman radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"مَنْ قَالَ: بِسْمِ اللهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ، لَمْ تَفْجَأْهُ فَاجِئَةُ بَلاءٍ حَتَّى اللَّيْلِ، وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُمْسِي، لَمْ تَفْجَأْهُ فَاجِئَةُ بَلاءٍ حَتَّى يُصْبِحَ إِنْ شَاءَ اللهُ"

Barangsiapa mengucapkan (ketika pagi hari): "Bismillahilladzi laa yadhurru ma'asmihi syai'un fil ardhi wa laa fis samaa', wa huwas samii'ul 'aliim" (Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan, baik di bumi maupun di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui), sebanyak tiga kali, maka tidak akan menimpa nya musibah yang datang tiba-tiba hingga malam hari. Dan barangsiapa mengucapkannya ketika sore hari (sebanyak tiga kali), maka tidak akan menimpanya musibah yang datang tiba-tiba hingga pagi hari, insya Allah. [Musnad Ahmad: Hasan]

Lihat: Zikir pagi dan sore

4.     Pelajaran Akhir: Ambillah Ibrah Tanpa Menghakimi

Hadirin yang dirahmati Allah,

Bencana alam adalah ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allah) yang terbentang. Ia bisa mengandung unsur peringatan, ujian, konsekuensi sunatullah, atau bahkan azab.

Tugas kita bukanlah menghakimi korban, tetapi:

1.       Mengambil pelajaran ('Ibrah) untuk diri sendiri dan masyarakat.

2.       Memperbaiki diri dan sistem kehidupan kita.

3.       Membantu mereka yang terkena musibah.

4.       Meyakini bahwa semua ketetapan Allah mengandung hikmah, meski kita tak selalu memahaminya.

Allah tidak menzalimi manusia sedikitpun. Manusia sendirilah yang menzalimi diri mereka sendiri.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَٰكِنْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ} [آل عمران : 117]

Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. [Ali 'Imran: 117]

Rangkuman:

Bencana adalah panggilan untuk:

· Taubat bagi yang berdosa.

· Sabar bagi yang tertimpa musibah.

· Bergerak membantu bagi yang selamat.

· Berpikir dan memperbaiki sistem bagi para pemimpin dan cendekiawan.

· Tunduk dan mengakui keagungan Allah bagi semua.

Doa Penutup:

Ya Allah,lindungilah negeri kami, negeri-negeri kaum muslimin, dari segala bala’ dan bencana.

Ya Allah,jadikanlah musibah yang terjadi sebagai pembersih dosa-dosa kami, dan pelajaran agar kami kembali kepada-Mu.

Ya Allah,ampuni saudara-saudara kami yang menjadi korban. Tinggikan derajat mereka yang wafat karena musibah ini. Berikan kesabaran dan ketabahan kepada keluarga yang ditinggalkan. Selamatkan dan pulihkan mereka yang selamat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

---

Sumber: “IA DeepSeek” dengan sedikit koreksi dan tambahan beberapa ayat dan hadits.

Lihat juga: Cara menyikapi takdir baik dan buruk - Petaka di pengujung tahun - Hidup adalah ujian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...