Jumat, 23 Agustus 2019

Apakah takdir bisa berubah?

بسم الله الرحمن الرحيم
Ada tiga pendapat ulama dalam masalah ini:
Pendapat pertama: Takdir tidak bisa berubah.
Diantara dalilnya:
1.       Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَا أَنَا بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ} [ق : 29]
Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku [Qaaf: 29]
2.       Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ} [الأعراف : 34]
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. [Al-A'raaf: 34] [Yunus: 49] [An-Nahl: 61]
3.       Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَمَا أَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ إِلَّا وَلَهَا كِتَابٌ مَعْلُومٌ (4) مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ} [الحجر: 4، 5]
Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeripun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. Tidak ada suatu umatpun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan(nya). [Al-Hijr: 4-5] [Al-Mu’minuun: 43]
4.       Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (10) وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُون} [المنافقون: 9 - 11]
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang Telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, Mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan Aku dapat bersedekah dan Aku termasuk orang-orang yang saleh?" Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila Telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha mengenal apa yang kamu kerjakan. [Al-Munafiquun: 9-11]
5.       Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ} [نوح: 4]
Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui. [Nuh: 4]
6.       Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۚ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [يونس : 62-64]
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. [Yunus: 62-64]
7.       Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَاللَّهُ يَحْكُمُ لَا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهِ} [الرعد: 41]
Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat (boleh) menolak ketetapan-Nya. [Ar-Ra'd:41]
8.       'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata; "Ummu Habibah -istri Rasulullah- pernah berdoa sebagai berikut;
اللَّهُمَّ أَمْتِعْنِي بِزَوْجِي رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِأَبِي أَبِي سُفْيَانَ وَبِأَخِي مُعَاوِيَةَ قَالَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ سَأَلْتِ اللَّهَ لِآجَالٍ مَضْرُوبَةٍ وَأَيَّامٍ مَعْدُودَةٍ وَأَرْزَاقٍ مَقْسُومَةٍ لَنْ يُعَجِّلَ شَيْئًا قَبْلَ حِلِّهِ أَوْ يُؤَخِّرَ شَيْئًا عَنْ حِلِّهِ وَلَوْ كُنْتِ سَأَلْتِ اللَّهَ أَنْ يُعِيذَكِ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ أَوْ عَذَابٍ فِي الْقَبْرِ كَانَ خَيْرًا وَأَفْضَلَ
'Ya Allah, berikanlah aku kenikmatan (panjangkanlah usiaku) bersama suamiku, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ayahku Abu Sufyan, dan saudaraku Mu'awiyah.'
Abdullah berkata; Mendengar doa itu, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada istrinya, Ummu Habibah: 'Sesungguhnya kamu memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala: ajal, kematian, dan rezeki yang telah ditentukan, di mana Allah tidak akan mengajukan ataupun memundurkan sebelum waktunya. Apabila kamu memohon kepada Allah Suhhanahu wa Ta'ala agar Dia menyelamatkanmu dari siksa neraka dan siksa kubur, maka hal itu lebih baik bagimu dan lebih utama.' [Shahih Muslim]
9.       Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَيْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ وَإِذَا اسْتُغْسِلْتُمْ فَاغْسِلُوا
"Penyakit yang timbul dari pengaruh jahat pandangan mata memang ada. Seandainya ada yang dapat mendahului qadar, tentulah itu pengaruh pandangan mata. Karena itu apabila kamu disuruh mandi (untuk obat ‘ain), maka mandilah!" [Shahih Muslim]
10.   Tsauban radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
" إِنَّ اللهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ، فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا، وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ، وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ، وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ، فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ، وَإِنَّ رَبِّي قَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ، وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَنْ لَا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ، وَأَنْ لَا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ، يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ، وَلَوِ اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا - أَوْ قَالَ مَنْ بَيْنَ أَقْطَارِهَا - حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا، وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا " [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya Allah menghimpun bumi untukku, lalu aku melihat timur dan baratnya dan sesungguhnya kekuasaan ummatku akan mencapai yang dihimpunkan untukku, aku diberi dua harta simpanan; Merah dan putih, dan sesungguhnya aku meminta Rabbku untuk ummatku agar tidak dibinasakan oleh kekeringan menyeluruh, agar Ia tidak memberi kuasa musuh untuk menguasai mereka selain diri mereka sendiri lalu menyerang perkumpulan mereka, dan sesungguhnya Rabbku berfirman: 'Hai Muhammad, sesungguhnya Aku bila menentukan takdir tidak bisa diubah, sesungguhnya Aku memberikan untuk umatmu agar tidak dibinasakan oleh kekeringan menyeluruh, Aku tidak memberi kuasa musuh untuk menyerang mereka selain diri mereka sendiri lalu mereka menyerang perkumpulan mereka meski mereka dikepung dari segala penjurunya, hingga sebagaian dari mereka membinasakan sebagaian lainnya dan saling menawan satu sama lain." [Sahih Muslim]
Pendapat kedua: Takdir bisa berubah.
Diantara dalilnya:
a.       Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{لِكُلِّ أَجَلٍ كِتَابٌ (38) يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ} [الرعد : 38-39]
Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu). Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh). [Ar-Ra'd: 38-39]
b.       Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ} [الرعد: 11]
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. [Ar-Ra'ad:11]
c.       Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [الأنفال: 53]
Yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-Anfaal:53]
d.       Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ} [هود: 114]
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. [Huud:114]
e.       Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Siapa ang ingin diluaskan rezeqinya atau meninggalkan nama sebagai orang baik setelah kematiannya hendaklah dia menyambung silaturrahim". [Shahih Bukhari dan Muslim]
f.        Salman radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ
"Tidak ada yang dapat mencegah takdir kecuali do'a dan tidak ada yang bisa menambah umur kecuali amal kebajikan." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
g.       Tsauban radhiyallahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ وَلَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ
"Tidaklah akan bertambah umur (seseorang) kecuali dengan kebaikan, dan tidaklah akan dapat menolak takdir kecuali doa. Sesungguhnya seseorang akan ditahan rizkinya karena dosa yang dia lakukan." [Sunan Ibnu Majah: Hasan]
h.       Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
أُرْسِلَ مَلَكُ الْمَوْتِ إِلَى مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَلَمَّا جَاءَهُ صَكَّهُ فَفَقَأَ عَيْنَهُ، فَرَجَعَ إِلَى رَبِّهِ فَقَالَ: أَرْسَلْتَنِي إِلَى عَبْدٍ لَا يُرِيدُ الْمَوْتَ، قَالَ فَرَدَّ اللهُ إِلَيْهِ عَيْنَهُ وَقَالَ: ارْجِعْ إِلَيْهِ، فَقُلْ لَهُ: يَضَعُ يَدَهُ عَلَى مَتْنِ ثَوْرٍ، فَلَهُ، بِمَا غَطَّتْ يَدُهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ، سَنَةٌ، قَالَ: أَيْ رَبِّ ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: ثُمَّ الْمَوْتُ، قَالَ: فَالْآنَ [صحيح مسلم]
Malaikat maut diutus kepada Musa 'alaihissalam, ketika malaikat datang, Musa memukulnya sampai matanya tercabut. Lalu malaikat maut kembali kepada Tuhannya dan berkata: Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba yang tidak ingin mati!
Kemudian Allah megembalikan matanya dan berkata: Kembalilah kepadanya dan katakan kepadanya untuk metakkan tangannya di atas kulit sapi, maka untuknya setiapa helai rambut yang tertutupi oleh tangannya satu tahun.
Musa berkata: Ya Rabb, kemudian setelah itu apa?
Allah menjawab: Kemudian mati!
Musa berkata: Kalau begitu, sekarang saja. [Sahih Bukhari dan Muslim]
i.         Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah -shallallaahu 'alaihi wa sallam- bersabda:
إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّب،ِّ وَتَدْفَعُ عَنْ مِيتَةِ السُّوءِ
"Sesungguhnya shadaqah itu menghindarkan dari murka Allah dan menghindarkan seseorang dari meninggal dalam keadaan yang buruk (su'ul khatimah)." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
j.         Abu Utsman An-Nahdiy rahimahullah berkata: Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu pernah tawaf di Ka’bah sambil menangis, dan berdo’a:
" اللهمَّ إن كنتَ كَتَبتنا عندك في شِقوة وذنب، فإنَّك تمحو ما تشاء وتُثبِتُ، وعندك أُمُّ الكتاب، فاجعلها سعادةً ومغفرةً " .
“Ya Allah, jika Engkau mencatat di sisi-Mu kami dalam kesengsaraan dan dosa, maka sesungguhnya Engkau menghapuskan apa yang Engkau kehendaki dan menetapkan (apa yang Engkau kehendaki), dan di sisi-Mu-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh), maka jadikanlah kebahagiaan dan ampunan”. [Musnad Al-Faruq karya Ibnu Katsir: Hasan]
k.       Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu pernah berdo’a:
«اللهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي فِي أَهْلِ الشَّقَاءِ فَامْحُنِي، وَاثْبُتْنِي فِي أَهْلِ السَّعَادَةِ»
“Ya Allah, jika Engkau mencatat untukku termasuk golongan orang yang sengsara, maka hapuskanlah dariku, dan tetapkanlah aku termasuk golongan orang yang Bahagia”. [Al-Mu’jam Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy: Hasan ligairih]
Pendapat ketiga: Takdir ada yang tidak berubah dan ada yang bisa berubah.
Pada postingan sebelumnya yang berjudul “Tingkatan iman kepada takdir”, disebutkan bahwa takdir memiliki empat tingkatan atau tahapan:
Tingkatan pertama: Ilmu Allah yang 'azaliy, bahwasanya Allah mengetahui segala sesuatu sebelum semua makhluk diciptakan.
Tingkatan kedua: Catatan takdir sesuai dengan ilmu Allah yang 'azaliy. Catatan takdir ini ada lima tingkatan:
1)      Catatan takdir yang 'azaliy (telah ada) sebelum langit dan bumi diciptakan, yaitu kitab induk "lauh mahfudz" di dalamnya Allah mencatat semua yang akan terjadi di alam semesta langit dan bumi.
2)      Catatan takdir di hari perjanjian anak cucu Adam sebelum diciptakan.
3)      Catatan takdir malaikat untuk pertama kali seumur hidup di dalam rahim bagi setiap manusia sebelum lahir.
4)      Catatan takdir tahunan di malam "lailatul qadr" Allah menentukan apa yang akan terjadi pada tahun itu.
5)      Catatan takdir setiap hari dimana Allah menentukan segala sesuatu yang akan terjadi pada hari itu.
Tingkatan yang ketiga: Tingkatan kehendak (masyii-ah) dan keinginan (iraadah) Allah menciptakan apa yang telah dicatat.
Tingkatan keempat: Penciptaan semua yang telah dikehendaki dan diinginkan oleh Allah subhanahu wata'ala.
Takdir yang tidak bisa berubah adalah ketetapan Allah subhanahu wata’aalaa dalam ilmu-Nya yang azaliy, yang tertuang dalam lauhil mahfuzh. Adapun yang bisa berubah adalah ketetapan yang ada pada catatan Malaikat.
Karena takdir pada catatan Malaikat ada dua: Takdir yang tetap tidak berubah (mubram) dan takdir yang (mu'allaq) tergantung pada pilihan manusia.
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
الْمَحْوُ وَالْإِثْبَاتُ بِالنِّسْبَةِ لِمَا فِي عِلْمِ الْمَلَكِ وَمَا فِي أُمِّ الْكِتَابِ هُوَ الَّذِي فِي عِلْمِ اللَّهِ تَعَالَى فَلَا مَحْوَ فِيهِ أَلْبَتَّةَ وَيُقَالُ لَهُ الْقَضَاءُ الْمُبْرَمُ وَيُقَالُ لِلْأَوَّلِ الْقَضَاءُ الْمُعَلَّقُ
“Takdir yang diganti dan yang ditetapkan adalah takdir yang ada pada ilmu malaikat, adapun yang ada pada ummul kitab (lauhil mahfudz) yang ada pada ilmu Allah ta’aalaa maka ini tidak bisa diubah selamanya, takdir ini dinamakan qadhaa’ mubram, sedangkan yang pertama disebut qadha mu’allaq.” [“Fathul Bari” (10/416)]
Sykeh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: Rabbul ‘alamin ‘azza wa jalla berfirman:
(يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ)
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).
أي اللوح المحفوظ ليس فيه محو ولا كتاب، فما كتب في اللوح المحفوظ فهو كائن ولا تغيير فيه، لكن ما كتب في الصحف التي في أيدي الملائكة فهذا: (يَمْحُوا اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ) هـ
“Maksudnya, lauhul mahfudz tidak ada penghapusan dan penulisan di dalamnya. Apa yang tertulis di lauhul mahfudz pasti terjadi dan tidak akan berubah, akan tetapi apa yang tertulis dalam catatan yang dipegang oleh Malaikat maka inilah yang {Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)}”. [Syarh Arbi’in Nawawiy]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...