Jumat, 09 Agustus 2019

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (17) “Janganlah adzan Bilal menghalangi kalian dari santap sahur”

بسم الله الرحمن الرحيم


A.    Penjelasan pertama.

Imam Bukhari –rahimahullah- berkata:
بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لاَ يَمْنَعَنَّكُمْ مِنْ سَحُورِكُمْ أَذَانُ بِلاَلٍ "
Bab: Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam "Janganlah adzan Bilal menghalangi kalian dari santap sahur"

Judul bab ini adalah lafadz hadits yang diriwayatkan oleh Samurah bin Jundub radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا يَمْنَعَنَّكُمْ مِنْ سُحُورِكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ وَلَا الْفَجْرُ الْمُسْتَطِيلُ وَلَكِنْ الْفَجْرُ الْمُسْتَطِيرُ فِي الْأُفُقِ
"Jangan kalian berhenti makan dan minum pada saat mendengar adzannya Bilal dan munculnya fajar yang bergaris vertikal akan tetapi berhentilah ketika telah muncul fajar yang terbentang di ufuk."
Abu 'Isa berkata: “Ini adalah hadits hasan”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Dalam riwayat lain:
لَا يَغُرَّنَّكُمْ مِنْ سَحُورِكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ وَلَا بَيَاضُ الْأُفُقِ الْمُسْتَطِيلُ هَكَذَا حَتَّى يَسْتَطِيرَ هَكَذَا
"Janganlah kamu terpedaya (untuk tidak makan sahur) oleh adzan yang dikumandangkan oleh Bilal di waktu sahur, dan jangan pula karena cahaya putih ini (fajar kadzib) hingga cahaya itu tersebar (cahayanya di ufuk) seperti ini."
Hammad memberi isyarat dengan kedua tangannya, yaitu membentang. [Shahih Muslim]

Dari Thalq bin Ali radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
كُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا يَهِيدَنَّكُمْ السَّاطِعُ الْمُصْعِدُ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَعْتَرِضَ لَكُمْ الْأَحْمَرُ
"Lanjutkanlah makan dan minum dan janganlah kalian tertipu oleh fajar yang berbentuk garis vertikal (fajar kadzib), akan tetapi lanjutkanlah makan dan minum sampai muncul fajar yang terbentang berwarna merah (fajar shadiq)."
Dalam bab ini (ada juga riwayat) dari 'Adi bin Hatim, Abu Dzar dan Samurah.
Abu 'Isa At-Tirmidziy berkata: Hadits Ali bin Thalq adalah hadits hasan gharib melalui jalur ini dan diamalkan oleh para Ulama. Mereka berkata, bolehnya seseorang melanjutkan makan dan minum sampai munculnya fajar yang terbentang berwarna merah. [Sunan Tirmidziy: Hasan]

B.    Penjelasan kedua.

Dalam bab ini Imam Bukhari –rahimahullah- meriwayatkan satu hadits muttashil dari Ibnu Umar dan Aisyah radhiyallahu 'anha, beliau berkata:
1819 - حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ [القرشي الهَبّاري]، عَنْ أَبِي أُسَامَةَ [حماد بن أسامة الكوفي]، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ [بن عمر بن حفص العدوي العمري]، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ؛ وَالقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ [بن أبي بكر]، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ بِلاَلًا كَانَ يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ، فَإِنَّهُ لاَ يُؤَذِّنُ حَتَّى يَطْلُعَ الفَجْرُ»، قَالَ القَاسِمُ: وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَ أَذَانِهِمَا إِلَّا أَنْ يَرْقَى ذَا وَيَنْزِلَ ذَا
1819 - Telah menceritakan kepada kami 'Ubaid bin Isma'il [Al-Qurasyiy Al-Habbariy], dari Abu Usamah [Hammad bin Usamah Al-Kufiy], dari 'Ubaidullah [bin Umar bin Hafsh Al-‘Adawiy Al-‘Umariy], dari Nafi', dari Ibnu 'Umar; dan Al Qasim bin Muhammad [bin Abi Bakr], dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Bilal biasa melakukan adzan (pertama) di malam hari, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummu Maktum melantunkan adzan, karena dia tidak melantunkan adzan kecuali sudah terbit fajar".
Al-Qasim berkata: "Jarak antara adzan keduanya itu tidaklah lama melainkan bila yang satunya naik maka yang satunya lagi turun ".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Ibnu Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhuma.


2.      Biografi Aisyah bint Abi Bakr -radhiyallahu ‘anhuma-.


3.      Biografi Bilal bin Rabaah Al-Habasyiy -radhiyallahu ‘anhu-.

Budak Habasyah yang pertama masuk Islam, sabar mempertahankan aqidahnya sekalipun disiksa dengan berbagai siksaan di Mekah.

Diantara keistimewaannya:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada Bilal di waktu fajar:
«يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلاَمِ، فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الجَنَّةِ»
"Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling engkau harapkan pahalanya yang engkau amalkan dalam Islam, karena sesungguhnya aku mendengar suara langkah sendalmu di hadapanku dalam surga!
Bilal radhiyallahu 'anhu menjawab: Aku tidak mengamalkan sesuatu yang paling aku harapkan pahalanya; hanyasaja aku tidak bersuci (berwudhu) pada suatu waktu baik malam atau siang kecuali aku shalat dengan wudhu tersebut sebanyak yang ditakdirkan untukku aku didirikan. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Abu Musa radliallahu 'anhu berkata: Aku disisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang ketika itu beliau singgah di Ji'ranah antara Makkah dan Madinah, beliau bersama Bilal. Rupanya ada seorang Arab Badui (pelosok) menemui beliau dan berujar; "Tidakkah engkau lunasi janjimu kepadaku?
Jawab Nabi: "Bergembiralah!
Si Arab badui menjawab; "Kamu sudah berulang kali mengatakan; Bergembiralah!"
Kemudian beliau temui Abu Musa dan Bilal seolah-olah beliau emosi. Kata beliau:
«رَدَّ البُشْرَى، فَاقْبَلاَ أَنْتُمَا»
"Orang arab itu telah menolak kabar gembira! Maka terimalah olehmu berdua!
Keduanya berkata: Maka kamiakan menerimainya.
Selanjutnya Nabi meminta baskom berisi air, beliau cuci kedua tangannya, wajahnya dan beliau semprotkan air dari mulut beliau ke baskom, kemudian beliau bersabda:
«اشْرَبَا مِنْهُ، وَأَفْرِغَا عَلَى وُجُوهِكُمَا وَنُحُورِكُمَا وَأَبْشِرَا»
"Silahkan kalian berdua minum, dan guyurkan pada wajah kalian, dan tengkuk kalian dan bergembiralah!
Keduanya lantas mengambil baskom dan keduanya melaksanakan perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Ummu Salamah lantas berseru dibalik tabir: "Tolong sisakan air itu untuk ibu kalian!
Maka keduanya menyisakan sebagian dari air itu. [Shahih Bukhari]

Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu 'anhu berkata:
" كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ نَفَرٍ، فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اطْرُدْ هَؤُلَاءِ لَا يَجْتَرِئُونَ عَلَيْنَا. قَالَ وَكُنْتُ أَنَا وَابْنُ مَسْعُودٍ، وَرَجُلٌ مِنْ هُذَيْلٍ، وَبِلَالٌ، وَرَجُلَانِ لَسْتُ أُسَمِّيهِمَا، فَوَقَعَ فِي نَفْسِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقَعَ فَحَدَّثَ نَفْسَهُ فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ} " [الأنعام: 52] [صحيح مسلم]
"Pada suatu hari, kami berenam menyertai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah; Usirlah orang-orang yang tidak akan berani melawan kami!
Orang-orang tersebut adalah saya (Sa'ad), lbnu Mas'ud, seorang laki-laki dari Hudzail, Bilal, dan dua orang laki-laki yang tidak saya kenal namanya. Tak lama kemudian terlintas sesuatu dalam benak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mengatakannya dalam hati. Maka Allah pun menurunkan firman-Nya: "Janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedangkan mereka sangatlah mengharapkan keridhaan-Nya." (Al-An'am: 52) [Shahihh Muslim]

Abu Sufyan radhiyallahu 'anhu pernah mendatangi Salman, Shuhaib, dan Bilal dalam sekelompok orang sahabat. Setelah itu, mereka berkata kepada Abu Sufyan; "Demi Allah, pedang Allah tidak sampai menebas leher musuh Allah."
Mendengar ucapan mereka (Salman, Shuhaib dan Bilal), maka Abu Bakar berkata; 'Mengapa kalian berkata seperti itu kepada salah seorang tokoh dan pemimpin Quraisy?.
Kemudian Abu Bakar datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menceritakan tentang hal itu. Tetapi, Rasulullah malah berkata:
«يَا أَبَا بَكْرٍ لَعَلَّكَ أَغْضَبْتَهُمْ، لَئِنْ كُنْتَ أَغْضَبْتَهُمْ، لَقَدْ أَغْضَبْتَ رَبَّكَ»
"Hai Abu Bakar, mungkin kamu sendirilah yang telah membuat mereka marah. Apabila kamu membuat mereka marah, maka berarti kamu juga telah membuat Tuhanmu marah."
Lalu Abu Bakar pergi mendatangi mereka sambil bertanya; 'Hai saudara-saudaraku, apakah aku telah membuat kalian marah? '
Mereka menjawab; 'Tidak.' Semoga Allah mengampunimu hai saudaraku, Abu Bakar." [Shahih Muslim]

4.      Biografi Ibnu Ummi Maktum radhiyallahu ‘anhu.

Namanya: ‘Amr bin Ummi Maktum Al-Qurasyiy, ada yang mengatakan namanya adalah: Abdullah bin Qais bin Zaidah.
Beliau termasuk sahabat yang terdahulu masuk Islam, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mempercayakan kota Madinah kepadanya saat beliau bepergian.

Diantara keistimewaannya:

Zaid bin Tsabit radhiyallahu 'anhu mengabarkan bahwa:
" أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْلَى عَلَيْهِ: {لاَ يَسْتَوِي القَاعِدُونَ مِنَ المُؤْمِنِينَ} {وَالمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ} [النساء: 95] "، قَالَ: فَجَاءَهُ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ وَهُوَ يُمِلُّهَا عَلَيَّ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَوْ أَسْتَطِيعُ الجِهَادَ لَجَاهَدْتُ - وَكَانَ رَجُلًا أَعْمَى - فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَفَخِذُهُ عَلَى فَخِذِي، فَثَقُلَتْ عَلَيَّ حَتَّى خِفْتُ أَنَّ تَرُضَّ فَخِذِي، ثُمَّ سُرِّيَ عَنْهُ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ} [النساء: 95] [صحيح البخاري]
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membacakan ayat kepadanya yang artinya {Tidaklah sama orang-orang yang duduk-duduk saja (tidak ikut berperang) dari kalangan Kaum Mu'minin} {dengan orang-orang yang berjihad fii sabilillah}, [An-Nisaa':95] Maka datang Ibnu Ummu Maktum kepada Beliau padahal Beliau sedang membacakan ayat itu kepadaku dengan berkata: "Wahai Rasulullah, seandainya aku mampu berjihad pasti aku akan berjihad". Dia adalah seorang yang buta. Maka Allah Tabaaraka Wa Ta'ala menurunkan ayat kepada Rosul-Nya pada saat paha Beliau sedang berada di atas pahaku dan aku merasa berat dengan paha Beliau tersebut (karena beratnya wahyu yang Beliau terima) hingga aku khawatir pahaku retak. Kemudian Beliau tenang kembali. Maka Allah 'AZZA WAJALLA menurunkan firman-Nya (memberi pengecualian atas ayat tersebut) yang artinya: {Yang tanpa memiliki alasan}. [Shahih Bukhari]

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
أُنْزِلَ: {عَبَسَ وَتَوَلَّى} [عبس: 1] فِي ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ الأَعْمَى، أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يَقُولُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرْشِدْنِي، وَعِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ عُظَمَاءِ المُشْرِكِينَ، فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْرِضُ عَنْهُ وَيُقْبِلُ عَلَى الآخَرِ، وَيَقُولُ: أَتَرَى بِمَا أَقُولُ بَأْسًا؟ فَيَقُولُ: لَا، فَفِي هَذَا أُنْزِلَ [سنن الترمذي: صحيح]
Telah diturunkan surat {'Abasa wa tawalla} mengenai Ibnu Ummi Maktum, seseorang yang buta. Ia datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; Wahai Rasulullah, berilah aku petunjuk! Sementara di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terdapat pejabat-pejabat elit orang-orang musyrik. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpaling darinya dan menghadap kepada orang-orang elit musyrik itu. Maka Ibn Maktum berkata: Apakah anda melihat cela pada apa yang aku katakan?
Beliau menjawab: "Tidak."
Karena sikap Nabi inilah wahyu diturunkan. [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Dari Ibnu Ummi Maktum radhiyallahu 'anhu; Bahwasanya dia pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dia berkata;
يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنِّي رَجُلٌ ضَرِيرُ الْبَصَرِ شَاسِعُ الدَّارِ، وَلِي قَائِدٌ لَا يُلَائِمُنِي فَهَلْ لِي رُخْصَةٌ أَنْ أُصَلِّيَ فِي بَيْتِي؟، قَالَ: «هَلْ تَسْمَعُ النِّدَاءَ»، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «لَا أَجِدُ لَكَ رُخْصَةً»
Ya Rasulullah, saya adalah seorang yang buta dan rumahku jauh, sedangkan saya mempunyai orang yang menuntunku tapi dia tidak membantuku, maka apakah saya mendapatkan keringanan untuk melaksanakan shalat di rumahku?
Beliau bersabda: "Apakah kamu mendengar adzan?"
Dia menjawab; Ya.
Beliau bersabda: "Saya tidak mendapatkan keringanan untukmu!" [Sunan Abi Daud: Shahih]

5.      Hadits ini menunjukkan bahwa waktu fajar yang diharamkan makan dan minum bagi yang berpuasa adalah waktu fajar shadiq yang menunjukkan masuknya waktu shalat subuh.

Dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بِلَالًا يُنَادِي بِلَيْلٍ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُنَادِيَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ
"Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan saat masih malam, maka makan dan minumlah sampai ada seruan adzan oleh Ibnu Ummi Maktum." [Shahih Bukhari]

6.      Terkadang Ibnu Ummi Maktum adzan pertama dan Bilal adzan kedua.

Dari Unaisah binti Khubaib radhiyallahu 'anhu; Rasulllah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" إِذَا أَذَّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا، وَإِذَا أَذَّنَ بِلَالٌ فَلَا تَأْكُلُوا وَلَا تَشْرَبُوا " [مسند أحمد: صحيح]
“Jika Ibnu Ummi Maktum azan (pertama) maka makan dan minumlah kalian, dan jika Bilal azan (kedua) maka janganlah kalian makan dan minum”.
Unaisah berkata: Jika ada seorang wanita masih tersisa makan sahurnya, ia berkata kepada Bilal: Tunggu sebentar sampai saya selesai makan sahur. [Musnad Ahmad: Sahih]

7.      Jika seorang makan sahur dan tiba-tiba adzan subuh dikumandangkan, maka ia boleh menyempurnakan sahurnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا سَمِعَ أَحَدُكُمُ النِّدَاءَ وَالْإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ، فَلَا يَضَعْهُ حَتَّى يَقْضِيَ حَاجَتَهُ مِنْهُ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Jika kalian mendengan azan subuh sementara bejana masih ada di tangannya (belum selesai makan) maka jangan ia letakkan sampai ia melepaskan hajatnya dari bejana itu”. [Sunan Abu Daud: Sahih]

8.      Orang buta boleh adzan jika ada orang terpercaya yang menyampaikan kepadanya ketika masuk waktu shalat.

Dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ بِلاَلًا يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ، فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُنَادِيَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ»، ثُمَّ قَالَ: وَكَانَ رَجُلًا أَعْمَى، لاَ يُنَادِي حَتَّى يُقَالَ لَهُ: أَصْبَحْتَ أَصْبَحْتَ [صحيح البخاري]
"Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan saat masih malam, maka makan dan minumlah sampai kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum."
Perawi berkata, "Ibnu UmmuiMaktum adalah seorang sahabat yang buta, ia tidak akan mengumandangkan adzan (Subuh) hingga ada orang yang mengatakan kepadanya, 'Sudah Subuh, sudah Subuh'." [Shahih Bukhari]

9.      Hadits ini menunjukkan bahwa adzan memakai pengeras suara (mikrofon) adalah sunnah dan bukan bid'ah, karena muadzin di masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengumandangkan adzan di tempat yang tinggi agar suara adzan didengar oleh orang banyak.

Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu berkata kepada Abdullah bin Abdirrahman bin Abi Sha’sha’ah Al-Anshariy:
إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ الغَنَمَ وَالبَادِيَةَ، فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ، أَوْ بَادِيَتِكَ، فَأَذَّنْتَ بِالصَّلاَةِ فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ، فَإِنَّهُ: «لاَ يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ المُؤَذِّنِ، جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ، إِلَّا شَهِدَ لَهُ يَوْمَ القِيَامَةِ»، قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [صحيح البخاري]
"Aku lihat kamu hobi menggembala kambing dan alam pedusunan, jika engkau berada di tengah-tengah kambing gembalaanmu, lalu engkau mengumandangkan adzan (shalat), maka keraskanlah suaramu. Sebab tidaklah jin, manusia, atau sesuatu yang mendengar suara mu`adzin kecuali mereka akan menjadi saksi baginya pada hari kiamat." 
Abu Sa'id berkata, "Aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." [Shahih Bukhari]

10.  Disunnahkan adzan dua kali di waktu subuh.


11.  Jarak antara adzan pertama dan adzan kedua tidak lama.

12.  Syekh Ibnu Utsaimin -rahimahullah- berpendapat bahwa hadits ini adalah dalil bolehnya mengumandangkan adzan selain untuk shalat jika ada mashlahat, karena dalam riwayat lain Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- menjelaskan bahwa Bilal adzan untuk mengingatkan orang yang sedang shalat untuk segera bersahur, dan membangunkan yang sedang tidur, bukan adzan untuk shalat subuh. [Syarah Shahih Bukhari karya Syekh Ibnu Utsaimin 3/10]

Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ أَحَدًا مِنْكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ مِنْ سَحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ يُنَادِي بِلَيْلٍ لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَلِيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ وَلَيْسَ أَنْ يَقُولَ الْفَجْرُ أَوْ الصُّبْحُ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ وَرَفَعَهَا إِلَى فَوْقُ وَطَأْطَأَ إِلَى أَسْفَلُ حَتَّى يَقُولَ هَكَذَا
"Adzannya Bilal tidaklah menghalangi seorang dari kalian, atau seseorang dari makan sahurnya, karena dia mengumandangkan adzan saat masih malam supaya orang yang masih shalat malam dapat istirahat, dan untuk mengingatkan mereka yang masih tidur. Dan Bilal adzan tidak bermaksud memberitahukan masuknya waktu fajar atau shubuh." Beliau berkata dengan isyarat jarinya, beliau angkat ke atas dan menurunkannya kembali hingga berkata seperti ini."
Zuhair menyebutkan, "Beliau berisyarat dengan kedua jari telunjuknya, salah satu jarinya beliau letakkan di atas yang lainnya, kemudian membentangkannya ke kanan dan kirinya." [Shahih Bukhari no.586]


Wallahu a’lam!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...