بسم الله الرحمن الرحيم
A.
Penjelasan pertama.
Imam Bukhari –rahimahullah-
berkata:
بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لاَ يَمْنَعَنَّكُمْ مِنْ سَحُورِكُمْ أَذَانُ بِلاَلٍ
"
Bab: Sabda Nabi shallallahu
'alaihi wasallam "Janganlah adzan Bilal menghalangi kalian dari santap
sahur"
Judul bab ini adalah lafadz
hadits yang diriwayatkan oleh Samurah bin Jundub radhiyallahu 'anhu
dia berkata, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا يَمْنَعَنَّكُمْ مِنْ سُحُورِكُمْ
أَذَانُ بِلَالٍ وَلَا الْفَجْرُ الْمُسْتَطِيلُ وَلَكِنْ الْفَجْرُ
الْمُسْتَطِيرُ فِي الْأُفُقِ
"Jangan kalian berhenti
makan dan minum pada saat mendengar adzannya Bilal dan munculnya fajar yang
bergaris vertikal akan tetapi berhentilah ketika telah muncul fajar yang
terbentang di ufuk."
Abu 'Isa berkata: “Ini adalah
hadits hasan”. [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Dalam riwayat lain:
لَا يَغُرَّنَّكُمْ مِنْ سَحُورِكُمْ
أَذَانُ بِلَالٍ وَلَا بَيَاضُ الْأُفُقِ الْمُسْتَطِيلُ هَكَذَا حَتَّى
يَسْتَطِيرَ هَكَذَا
"Janganlah kamu terpedaya
(untuk tidak makan sahur) oleh adzan yang dikumandangkan oleh Bilal di waktu
sahur, dan jangan pula karena cahaya putih ini (fajar kadzib) hingga cahaya itu
tersebar (cahayanya di ufuk) seperti ini."
Hammad memberi isyarat dengan
kedua tangannya, yaitu membentang. [Shahih Muslim]
Dari Thalq bin Ali radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
كُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا يَهِيدَنَّكُمْ
السَّاطِعُ الْمُصْعِدُ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَعْتَرِضَ لَكُمْ
الْأَحْمَرُ
"Lanjutkanlah makan dan
minum dan janganlah kalian tertipu oleh fajar yang berbentuk garis vertikal
(fajar kadzib), akan tetapi lanjutkanlah makan dan minum sampai muncul fajar
yang terbentang berwarna merah (fajar shadiq)."
Dalam bab ini (ada juga riwayat)
dari 'Adi bin Hatim, Abu Dzar dan Samurah.
Abu 'Isa At-Tirmidziy berkata: Hadits Ali bin
Thalq adalah hadits hasan gharib melalui jalur ini dan diamalkan oleh
para Ulama. Mereka berkata, bolehnya seseorang melanjutkan makan dan minum
sampai munculnya fajar yang terbentang berwarna merah. [Sunan Tirmidziy: Hasan]
B.
Penjelasan kedua.
Dalam bab ini Imam Bukhari –rahimahullah-
meriwayatkan satu hadits muttashil dari Ibnu Umar dan Aisyah radhiyallahu
'anha, beliau berkata:
1819 - حَدَّثَنَا عُبَيْدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ [القرشي الهَبّاري]، عَنْ
أَبِي أُسَامَةَ [حماد بن أسامة الكوفي]، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ [بن عمر بن حفص
العدوي العمري]، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ؛ وَالقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ [بن
أبي بكر]، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ بِلاَلًا كَانَ يُؤَذِّنُ
بِلَيْلٍ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «كُلُوا
وَاشْرَبُوا حَتَّى يُؤَذِّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ، فَإِنَّهُ لاَ يُؤَذِّنُ
حَتَّى يَطْلُعَ الفَجْرُ»، قَالَ القَاسِمُ: وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَ أَذَانِهِمَا
إِلَّا أَنْ يَرْقَى ذَا وَيَنْزِلَ ذَا
1819 - Telah menceritakan kepada kami
'Ubaid bin Isma'il [Al-Qurasyiy Al-Habbariy], dari Abu Usamah [Hammad bin
Usamah Al-Kufiy], dari 'Ubaidullah [bin Umar bin Hafsh Al-‘Adawiy Al-‘Umariy],
dari Nafi', dari Ibnu 'Umar; dan Al Qasim bin Muhammad [bin Abi Bakr],
dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Bilal biasa melakukan adzan
(pertama) di malam hari, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
berkata: "Makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummu Maktum melantunkan
adzan, karena dia tidak melantunkan adzan kecuali sudah terbit fajar".
Al-Qasim berkata: "Jarak
antara adzan keduanya itu tidaklah lama melainkan bila yang satunya naik maka
yang satunya lagi turun ".
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Ibnu Umar bin
Khathab radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat biografinya di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/2019/07/penjelasan-singkat-kitab-ash-shaum-dari_9.html
2.
Biografi Aisyah bint
Abi Bakr -radhiyallahu ‘anhuma-.
Lihat biografinya di sini: http://umar-arrahimy.blogspot.com/2015/05/aisyah-binti-abi-bakr-dan.html
3.
Biografi Bilal bin
Rabaah Al-Habasyiy -radhiyallahu ‘anhu-.
Budak Habasyah yang pertama masuk
Islam, sabar mempertahankan aqidahnya sekalipun disiksa dengan berbagai siksaan
di Mekah.
Diantara keistimewaannya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada Bilal di waktu fajar:
«يَا بِلاَلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ
عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلاَمِ، فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ
فِي الجَنَّةِ»
"Wahai
Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling engkau harapkan pahalanya
yang engkau amalkan dalam Islam, karena sesungguhnya aku mendengar suara
langkah sendalmu di hadapanku dalam surga!”
Bilal radhiyallahu 'anhu
menjawab: Aku tidak mengamalkan sesuatu yang paling aku harapkan pahalanya;
hanyasaja aku tidak bersuci (berwudhu) pada suatu waktu baik malam atau siang
kecuali aku shalat dengan wudhu tersebut sebanyak yang ditakdirkan untukku aku
didirikan. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Abu Musa radliallahu
'anhu berkata: Aku disisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang
ketika itu beliau singgah di Ji'ranah antara Makkah dan Madinah, beliau bersama
Bilal. Rupanya ada seorang Arab Badui (pelosok) menemui beliau dan berujar;
"Tidakkah engkau lunasi janjimu kepadaku?
Jawab Nabi: "Bergembiralah!
Si Arab badui menjawab;
"Kamu sudah berulang kali mengatakan; Bergembiralah!"
Kemudian beliau temui Abu Musa
dan Bilal seolah-olah beliau emosi. Kata beliau:
«رَدَّ
البُشْرَى، فَاقْبَلاَ أَنْتُمَا»
"Orang arab itu telah
menolak kabar gembira! Maka terimalah olehmu berdua!
Keduanya berkata: Maka kamiakan
menerimainya.
Selanjutnya Nabi meminta baskom
berisi air, beliau cuci kedua tangannya, wajahnya dan beliau semprotkan air
dari mulut beliau ke baskom, kemudian beliau bersabda:
«اشْرَبَا
مِنْهُ، وَأَفْرِغَا عَلَى وُجُوهِكُمَا وَنُحُورِكُمَا وَأَبْشِرَا»
"Silahkan kalian berdua
minum, dan guyurkan pada wajah kalian, dan tengkuk kalian dan bergembiralah!
Keduanya lantas mengambil baskom
dan keduanya melaksanakan perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Ummu Salamah lantas berseru dibalik tabir: "Tolong sisakan air itu untuk
ibu kalian!
Maka keduanya menyisakan sebagian
dari air itu. [Shahih Bukhari]
Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu
'anhu berkata:
" كُنَّا مَعَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ نَفَرٍ، فَقَالَ
الْمُشْرِكُونَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اطْرُدْ هَؤُلَاءِ
لَا يَجْتَرِئُونَ عَلَيْنَا. قَالَ وَكُنْتُ أَنَا وَابْنُ مَسْعُودٍ، وَرَجُلٌ
مِنْ هُذَيْلٍ، وَبِلَالٌ، وَرَجُلَانِ لَسْتُ أُسَمِّيهِمَا، فَوَقَعَ فِي نَفْسِ
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَقَعَ
فَحَدَّثَ نَفْسَهُ فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ
يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ} " [الأنعام:
52] [صحيح مسلم]
"Pada
suatu hari, kami berenam menyertai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Kemudian orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah; Usirlah orang-orang
yang tidak akan berani melawan kami!
Orang-orang tersebut adalah saya
(Sa'ad), lbnu Mas'ud, seorang laki-laki dari Hudzail, Bilal, dan dua orang
laki-laki yang tidak saya kenal namanya. Tak lama kemudian terlintas sesuatu
dalam benak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan mengatakannya
dalam hati. Maka Allah pun menurunkan firman-Nya: "Janganlah kamu
mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedangkan
mereka sangatlah mengharapkan keridhaan-Nya." (Al-An'am: 52) [Shahihh
Muslim]
Abu Sufyan radhiyallahu
'anhu pernah mendatangi Salman, Shuhaib, dan Bilal dalam sekelompok orang
sahabat. Setelah itu, mereka berkata kepada Abu Sufyan; "Demi Allah,
pedang Allah tidak sampai menebas leher musuh Allah."
Mendengar ucapan mereka (Salman,
Shuhaib dan Bilal), maka Abu Bakar berkata; 'Mengapa kalian berkata seperti itu
kepada salah seorang tokoh dan pemimpin Quraisy?.
Kemudian Abu Bakar datang kepada
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk menceritakan tentang hal
itu. Tetapi, Rasulullah malah berkata:
«يَا
أَبَا بَكْرٍ لَعَلَّكَ أَغْضَبْتَهُمْ، لَئِنْ كُنْتَ أَغْضَبْتَهُمْ، لَقَدْ
أَغْضَبْتَ رَبَّكَ»
"Hai Abu Bakar, mungkin kamu
sendirilah yang telah membuat mereka marah. Apabila kamu membuat mereka marah,
maka berarti kamu juga telah membuat Tuhanmu marah."
Lalu Abu Bakar pergi mendatangi
mereka sambil bertanya; 'Hai saudara-saudaraku, apakah aku telah membuat kalian
marah? '
Mereka menjawab; 'Tidak.' Semoga
Allah mengampunimu hai saudaraku, Abu Bakar." [Shahih Muslim]
4.
Biografi Ibnu Ummi
Maktum radhiyallahu ‘anhu.
Namanya: ‘Amr bin Ummi Maktum
Al-Qurasyiy, ada yang mengatakan namanya adalah: Abdullah bin Qais bin Zaidah.
Beliau termasuk sahabat yang
terdahulu masuk Islam, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah mempercayakan kota Madinah kepadanya saat beliau bepergian.
Diantara keistimewaannya:
Zaid bin Tsabit radhiyallahu
'anhu mengabarkan bahwa:
"
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمْلَى عَلَيْهِ: {لاَ
يَسْتَوِي القَاعِدُونَ مِنَ المُؤْمِنِينَ} {وَالمُجَاهِدُونَ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ} [النساء: 95] "، قَالَ: فَجَاءَهُ ابْنُ أُمِّ
مَكْتُومٍ وَهُوَ يُمِلُّهَا عَلَيَّ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَوْ
أَسْتَطِيعُ الجِهَادَ لَجَاهَدْتُ - وَكَانَ رَجُلًا أَعْمَى - فَأَنْزَلَ
اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
وَفَخِذُهُ عَلَى فَخِذِي، فَثَقُلَتْ عَلَيَّ حَتَّى خِفْتُ أَنَّ تَرُضَّ
فَخِذِي، ثُمَّ سُرِّيَ عَنْهُ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {غَيْرُ أُولِي
الضَّرَرِ} [النساء: 95] [صحيح البخاري]
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam membacakan ayat kepadanya yang artinya {Tidaklah sama
orang-orang yang duduk-duduk saja (tidak ikut berperang) dari kalangan Kaum
Mu'minin} {dengan orang-orang yang berjihad fii sabilillah}, [An-Nisaa':95]
Maka datang Ibnu Ummu Maktum kepada Beliau padahal Beliau sedang membacakan
ayat itu kepadaku dengan berkata: "Wahai Rasulullah, seandainya aku mampu
berjihad pasti aku akan berjihad". Dia adalah seorang yang buta. Maka
Allah Tabaaraka Wa Ta'ala menurunkan ayat kepada Rosul-Nya pada saat
paha Beliau sedang berada di atas pahaku dan aku merasa berat dengan paha
Beliau tersebut (karena beratnya wahyu yang Beliau terima) hingga aku khawatir
pahaku retak. Kemudian Beliau tenang kembali. Maka Allah 'AZZA WAJALLA
menurunkan firman-Nya (memberi pengecualian atas ayat tersebut) yang artinya: {Yang
tanpa memiliki alasan}. [Shahih Bukhari]
Aisyah radhiyallahu
'anha berkata:
أُنْزِلَ:
{عَبَسَ وَتَوَلَّى} [عبس: 1] فِي ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ الأَعْمَى،
أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يَقُولُ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَرْشِدْنِي، وَعِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ عُظَمَاءِ المُشْرِكِينَ، فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْرِضُ عَنْهُ وَيُقْبِلُ عَلَى الآخَرِ، وَيَقُولُ:
أَتَرَى بِمَا أَقُولُ بَأْسًا؟ فَيَقُولُ: لَا، فَفِي هَذَا أُنْزِلَ [سنن الترمذي: صحيح]
Telah diturunkan surat {'Abasa
wa tawalla} mengenai Ibnu Ummi Maktum, seseorang yang buta. Ia datang
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; Wahai
Rasulullah, berilah aku petunjuk! Sementara di sisi Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam terdapat pejabat-pejabat elit orang-orang musyrik.
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berpaling darinya dan
menghadap kepada orang-orang elit musyrik itu. Maka Ibn Maktum berkata: Apakah
anda melihat cela pada apa yang aku katakan?
Beliau menjawab:
"Tidak."
Karena sikap Nabi inilah wahyu
diturunkan. [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Dari Ibnu Ummi Maktum radhiyallahu
'anhu; Bahwasanya dia pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam, dia berkata;
يَا رَسُولَ
اللَّهِ، إِنِّي رَجُلٌ ضَرِيرُ الْبَصَرِ شَاسِعُ الدَّارِ، وَلِي قَائِدٌ لَا
يُلَائِمُنِي فَهَلْ لِي رُخْصَةٌ أَنْ أُصَلِّيَ فِي بَيْتِي؟، قَالَ: «هَلْ
تَسْمَعُ النِّدَاءَ»، قَالَ: نَعَمْ، قَالَ: «لَا أَجِدُ لَكَ رُخْصَةً»
Ya Rasulullah, saya adalah
seorang yang buta dan rumahku jauh, sedangkan saya mempunyai orang yang
menuntunku tapi dia tidak membantuku, maka apakah saya mendapatkan keringanan
untuk melaksanakan shalat di rumahku?
Beliau bersabda: "Apakah
kamu mendengar adzan?"
Dia menjawab; Ya.
Beliau bersabda: "Saya tidak
mendapatkan keringanan untukmu!" [Sunan Abi Daud: Shahih]
5.
Hadits ini menunjukkan
bahwa waktu fajar yang diharamkan makan dan minum bagi yang berpuasa adalah waktu
fajar shadiq yang menunjukkan masuknya waktu shalat subuh.
Dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بِلَالًا يُنَادِي بِلَيْلٍ فَكُلُوا
وَاشْرَبُوا حَتَّى يُنَادِيَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ
"Sesungguhnya Bilal mengumandangkan
adzan saat masih malam, maka makan dan minumlah sampai ada seruan adzan oleh
Ibnu Ummi Maktum." [Shahih Bukhari]
6.
Terkadang Ibnu Ummi
Maktum adzan pertama dan Bilal adzan kedua.
Dari Unaisah binti Khubaib radhiyallahu
'anhu; Rasulllah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
" إِذَا أَذَّنَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ فَكُلُوا
وَاشْرَبُوا، وَإِذَا أَذَّنَ بِلَالٌ فَلَا تَأْكُلُوا وَلَا تَشْرَبُوا " [مسند أحمد: صحيح]
“Jika Ibnu Ummi Maktum azan (pertama) maka makan dan minumlah kalian,
dan jika Bilal azan (kedua) maka janganlah kalian makan dan minum”.
Unaisah berkata: Jika ada seorang wanita masih tersisa makan sahurnya,
ia berkata kepada Bilal: Tunggu sebentar sampai saya selesai makan sahur.
[Musnad Ahmad: Sahih]
7.
Jika seorang makan
sahur dan tiba-tiba adzan subuh dikumandangkan, maka ia boleh menyempurnakan
sahurnya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِذَا
سَمِعَ أَحَدُكُمُ النِّدَاءَ وَالْإِنَاءُ عَلَى يَدِهِ، فَلَا يَضَعْهُ حَتَّى يَقْضِيَ
حَاجَتَهُ مِنْهُ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Jika kalian mendengan
azan subuh sementara bejana masih ada di tangannya (belum selesai makan) maka
jangan ia letakkan sampai ia melepaskan hajatnya dari bejana itu”. [Sunan Abu
Daud: Sahih]
8.
Orang buta boleh adzan
jika ada orang terpercaya yang menyampaikan kepadanya ketika masuk waktu
shalat.
Dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ بِلاَلًا
يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ، فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يُنَادِيَ ابْنُ أُمِّ
مَكْتُومٍ»، ثُمَّ قَالَ: وَكَانَ رَجُلًا أَعْمَى، لاَ يُنَادِي حَتَّى يُقَالَ
لَهُ: أَصْبَحْتَ أَصْبَحْتَ [صحيح البخاري]
"Sesungguhnya
Bilal mengumandangkan adzan saat masih malam, maka makan dan minumlah sampai
kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum."
Perawi berkata, "Ibnu
UmmuiMaktum adalah seorang sahabat yang buta, ia tidak akan mengumandangkan
adzan (Subuh) hingga ada orang yang mengatakan kepadanya, 'Sudah Subuh, sudah
Subuh'." [Shahih Bukhari]
9.
Hadits ini menunjukkan
bahwa adzan memakai pengeras suara (mikrofon) adalah sunnah dan bukan bid'ah,
karena muadzin di masa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengumandangkan
adzan di tempat yang tinggi agar suara adzan didengar oleh orang banyak.
Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu
'anhu berkata kepada Abdullah bin Abdirrahman bin Abi Sha’sha’ah
Al-Anshariy:
إِنِّي أَرَاكَ
تُحِبُّ الغَنَمَ وَالبَادِيَةَ، فَإِذَا كُنْتَ فِي غَنَمِكَ، أَوْ بَادِيَتِكَ،
فَأَذَّنْتَ بِالصَّلاَةِ فَارْفَعْ صَوْتَكَ بِالنِّدَاءِ، فَإِنَّهُ: «لاَ
يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ المُؤَذِّنِ، جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ، إِلَّا
شَهِدَ لَهُ يَوْمَ القِيَامَةِ»، قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [صحيح البخاري]
"Aku lihat kamu hobi
menggembala kambing dan alam pedusunan, jika engkau berada di tengah-tengah
kambing gembalaanmu, lalu engkau mengumandangkan adzan (shalat), maka
keraskanlah suaramu. Sebab tidaklah jin, manusia, atau sesuatu yang mendengar
suara mu`adzin kecuali mereka akan menjadi saksi baginya pada hari
kiamat."
Abu Sa'id berkata, "Aku mendengarnya dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam." [Shahih Bukhari]
10.
Disunnahkan adzan dua
kali di waktu subuh.
11.
Jarak antara adzan
pertama dan adzan kedua tidak lama.
12.
Syekh Ibnu Utsaimin -rahimahullah-
berpendapat bahwa hadits ini adalah dalil bolehnya mengumandangkan adzan selain
untuk shalat jika ada mashlahat, karena dalam riwayat lain Rasulullah -shallallahu
'alaihi wasallam- menjelaskan bahwa Bilal adzan untuk mengingatkan orang
yang sedang shalat untuk segera bersahur, dan membangunkan yang sedang tidur,
bukan adzan untuk shalat subuh. [Syarah Shahih Bukhari karya Syekh
Ibnu Utsaimin 3/10]
Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَوْ أَحَدًا
مِنْكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ مِنْ سَحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ يُنَادِي
بِلَيْلٍ لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَلِيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ وَلَيْسَ أَنْ يَقُولَ
الْفَجْرُ أَوْ الصُّبْحُ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ وَرَفَعَهَا إِلَى فَوْقُ
وَطَأْطَأَ إِلَى أَسْفَلُ حَتَّى يَقُولَ هَكَذَا
"Adzannya Bilal tidaklah
menghalangi seorang dari kalian, atau seseorang dari makan sahurnya, karena dia
mengumandangkan adzan saat masih malam supaya orang yang masih shalat malam
dapat istirahat, dan untuk mengingatkan mereka yang masih tidur. Dan Bilal adzan
tidak bermaksud memberitahukan masuknya waktu fajar atau shubuh." Beliau
berkata dengan isyarat jarinya, beliau angkat ke atas dan menurunkannya kembali
hingga berkata seperti ini."
Zuhair menyebutkan, "Beliau
berisyarat dengan kedua jari telunjuknya, salah satu jarinya beliau letakkan di
atas yang lainnya, kemudian membentangkannya ke kanan dan kirinya."
[Shahih Bukhari no.586]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (16) “Makan minumlah hingga terang“
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...