Rabu, 14 Oktober 2020

Kitab Ilmu bab 8; Orang yang duduk di belakang dalam majelis

 بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ مَنْ قَعَدَ حَيْثُ يَنْتَهِي بِهِ المَجْلِسُ، وَمَنْ رَأَى فُرْجَةً فِي الحَلْقَةِ فَجَلَسَ فِيهَا

“Bab: Orang yang duduk di belakang dalam majelis dan orang yang melihat tempat kosong dalam suatu halaqah kemudian ia duduk pada tempat itu”

Dalam bab ini imam Bukhari menjelaskan tentang beberapa adab dan keutamaan menghadiri majelis ilmu, serta ancaman orang yang mengabaikannya. Beliau meriwayatkan satu hadits dengan sanad bersambung dari Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu ‘anhu, Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

66 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ [بن أبي أويس]، قَالَ: حَدَّثَنِي مَالِكٌ، عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي طَلْحَةَ، أَنَّ أَبَا مُرَّةَ، مَوْلَى عَقِيلِ بْنِ أَبِي طَالِبٍ أَخْبَرَهُ عَنْ أَبِي وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَمَا هُوَ جَالِسٌ فِي المَسْجِدِ وَالنَّاسُ مَعَهُ إِذْ أَقْبَلَ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ، فَأَقْبَلَ اثْنَانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَ وَاحِدٌ، قَالَ: فَوَقَفَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَّا أَحَدُهُمَا: فَرَأَى فُرْجَةً فِي الحَلْقَةِ فَجَلَسَ فِيهَا، وَأَمَّا الآخَرُ: فَجَلَسَ خَلْفَهُمْ، وَأَمَّا الثَّالِثُ: فَأَدْبَرَ ذَاهِبًا، فَلَمَّا فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «أَلاَ أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ فَآوَاهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ»

Telah menceritakan kepada kami Isma`il [bin Abi Uwais], ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Malik, dari Ishaq bin Abdullah bin Abi Thalhah; Bahwa Abu Murrah -maula Uqail bin Abu Thalib-, mengabarkan kepadanya dari Abu Waqid Al-Laitsiy, bahwa Rasulullah ketika sedang duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Nabi , dan yang seorang lagi pergi. Yang dua orang berdiri sejenak di hadapan Nabi , kemudian satu diantaranya melihat tempat kosong dalam majelis maka ia duduk di tempat itu, sedang yang kedua duduk di belakang majelis, sedang yang ketiga berbalik pergi. Setelah Rasulullah selesai bermajelis, beliau bersabda, "Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi? Adapun seorang diantara mereka, dia mendekatkan diri kepada Allah, maka Allah mendekatkan ia kepada-Nya. Yang kedua, dia malu (tidak mengisi tempat yang kosong), maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun berpaling darinya."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu ‘anhu.

Namanya diperselisihkan ulama, ada yang mengatakan Al-Harits bin Malik, atau Al-Harits bin ‘Auf, atau ‘Auf bin Al-Harits.

Imam Bukhari, Ibnu Hibban, Ibnu Abdil Bar -rahimahumullah- dan selainnya berpendapat bahwa ia ikut perang Badr. Wafat tahun 68 hijriyah di Mekah.

2.      Hadits yang sama diriwayatkan melalui jalur lain:

a)      Anas bin Malik rahdiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar -rahimahullah- dalam Musnadnya (13/462) no.7243, dan Al-Hakim -rahimahullah- dalam “Mustadrak” (4/284) no.7653; Anas bin Malik berkata:

أَن رَسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّم كَانَ يَعِظُ أَصْحَابَهُ فَإِذَا ثَلاثَةُ نَفَرٍ يَمُرُّونَ فَجَاءَ أَحَدُهُمْ فَجَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّم وَمَضَى الثَّانِي قَلِيلا ثُمَّ جَلَسَ وَمَضَى الثَّالِث عَلَى وَجْهِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيه وَسَلَّم: أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِهَؤُلاءِ الثَّلاثَةِ؟ أَمَّا الَّذِي جَاءَ فَجَلَسَ إِلَيْنَا فَإِنَّهُ تَابَ فَتَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَأَمَّا الَّذِي مَضَى قَلِيلا، ثُمَّ جَلَسَ، فَإِنَّهُ اسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ، وَأَمَّا الَّذِي مَضَى عَلَى وَجْهِهِ، فَإِنَّهُ اسْتَغْنَى فَاسْتَغْنَى الله عنه. [مسند البزار]

Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang menasehati para sahabatnya, kemudian ada tiga orang yang lewat maka salah seorang dari mereka duduk mendekati Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dan yang kedua berlalu sedikit kemudian ikut duduk, dan yang ketiga berlalu dengan mengabaikan. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Maukah kalian kuberitahukan tentang tiga orang itu? Adapun yang datang kemudian duduk bersama kita, ia bertaubat (mendekatkan diri) maka Allahpun mendekat kepadanya, sedangkan yang belalu sedikit kemudian duduk, ia malu maka Allahpun malu kepadanya, sedangkan yang berlalu dengan mengabaikan, ia merasa tidak membutuhkan maka Allahpun tidak menginginkan sesuatu darinya”.

Al-Hakim berkata: “Sanadnya shahih”.

b)      Abu Khunais Al-Gifariy radhiyallahu ‘anhu.

Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam Musnadnya, sebagaimana disebutkan oleh Al-Haitsamiy -rahimahullah- dalam kitabnya “Kasyful Astar” (3/138) no.2419; Abu Khunais Al-Gifariy berkata:

جَاءَ ثَلاثَةُ نَفَرٍ فَجَلَسَ اثْنَانِ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَذَهَبَ الآخَرُ مُعْرِضًا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَلا أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاثَةِ، أَمَّا وَاحِدٌ فَاسْتَحْيَا مِنَ اللَّهِ فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَأَقْبَلَ تَائِبًا فَتَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَأَعْرَضَ، فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ» .

Datang tiga orang, lalu dua diantaranya duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan yang lain pergi meninggalkan. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maukah kalian kuberitahu tentang tiga orang tadi? Adapun yang satu, ia malu kepada Allah maka Allahpun malu kepadanya. Sedangkan yang lain, ia datang bertaubat (mendekatkan diri) maka Allahpun mendekatkan diri kepadanya. Sedangkan yang satunya lagi, ia berpaling maka Allahpun berpaling darinya".

Al-Haitsamiy berkata: “Para perawinya tsiqah”.

3.      Mengucapkan salam ketika menghadiri suatu majelis.

Sebagaimana dalam riwayat imam Malik -rahimahullah- disebutkan:

«فَلَمَّا وَقَفَا عَلَى مَجْلِسِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَلَّمَا» [موطأ مالك]

“Maka ketika keduanya berdiri di majlis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, keduanya memberi salam”. [Muwatha’ Malik]

Ø  Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- berkata, "Rasulullah bersabda,

«إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَجْلِسِ، فَلْيُسَلِّمْ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَقُومَ، فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتِ الْأُولَى بِأَحَقَّ مِنَ الْآخِرَةِ»

"Jika salah seorang dari kalian sampai pada suatu majelis hendaklah ia mengucapkan salam, dan jika akan bangkit hendaklah mengucapkan salam, dan tidaklah yang pertama itu lebih berhak dari yang terakhir." [Abu Daud: Hasan]

4.      Shalat tahiyatul masjid sebelum salam.

Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- دَخَلَ المَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ، فَصَلَّى، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، فَرَدَّ وَقَالَ: «ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ»، فَرَجَعَ يُصَلِّي كَمَا صَلَّى، ثُمَّ جَاءَ، فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، فَقَالَ: «ارْجِعْ فَصَلِّ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ» ثَلاَثًا، فَقَالَ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالحَقِّ مَا أُحْسِنُ غَيْرَهُ، فَعَلِّمْنِي، فَقَالَ: «إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ، ثُمَّ اقْرَأْ مَا تَيَسَّرَ مَعَكَ مِنَ القُرْآنِ، ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْدِلَ قَائِمًا، ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا، ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا، وَافْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلاَتِكَ كُلِّهَا» [صحيح البخاري]

Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk ke masjid, lalu ada juga seorang laki-laki masuk masjid dan langsung shalat kemudian memberi salam kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau menjawab dan berkata kepadanya, "Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!" Maka orang itu mengulangi shalatnya seperti yang dilakukannya pertama tadi, kemudian datang menghadap kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan memberi salam. Namun Beliau kembali berkata: "Kembalilah dan ulangi shalatmu karena kamu belum shalat!" Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali hingga akhirnya laki-laki tersebut berkata, "Demi Dzat yang mengutus Tuan dengan haq, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarkkanlah aku!" Beliau lantas berkata: "Jika kamu berdiri untuk shalat maka mulailah dengan takbir, lalu bacalah apa yang mudah buatmu dari Al Qur'an, kemudian rukuklah sampai benar-benar rukuk dengan thuma'ninah (tenang), lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak, lalu sujudlah sampai hingga benar-benar thuma'ninah, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar duduk dengan thuma'ninah. Maka lakukanlah dengan cara seperti itu dalam seluruh shalat (rakaat) mu." [Shahih Bukhari]

Lihat: Shalat tahiyatul masjid

5.      Keutamaan menghadiri majelis ilmu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ» [صحيح مسلم]

Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu "rumah Allah" (mesjid) membaca kitabullah (Al-Qur'an) dan mempelajarinya di antara mereka kecuali Allah menurunkan kepada mereka ketenangan dan mereka dinaungi dengan rahmat dan malaikat mengerumungi mereka dan Allah menyebut mereka pada siapa yang ada di sisi-Nya”. [Sahih Muslim]

Ø  Shafwan bin 'Assaal Al-Muradiy radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا مِنْ خَارِجٍ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ، إِلَّا وَضَعَتْ لَهُ الْمَلَائِكَةُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا بِمَا يَصْنَعُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

"Tidak satu orang pun yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu kecuali para malaikat merendahkan sayapnya sebagai penghormatan untuknya karena ridha atas apa yang ia lakukan". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Ø  Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُرِيدُ إِلَّا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ، تَامًّا حَجَّتَهُ» [المعجم الكبير للطبراني: حسن]

"Barang siapa yang pergi ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali untuk menuntut ilmu yang baik atau mengajarkannya, akan mendapatkan pahala seperti pahala yang didapatkan orang yang menunaikan haji secara sempurna". [Al-Mu'jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy: Hasan]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" إِنَّ لِلَّهِ مَلاَئِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ، فَإِذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا: هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ " قَالَ: «فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا» قَالَ: " فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ، وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ، مَا يَقُولُ عِبَادِي؟ قَالُوا: يَقُولُونَ: يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ " قَالَ: " فَيَقُولُ: هَلْ رَأَوْنِي؟ " قَالَ: " فَيَقُولُونَ: لاَ وَاللَّهِ مَا رَأَوْكَ؟ " قَالَ: " فَيَقُولُ: وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي؟ " قَالَ: " يَقُولُونَ: لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً، وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيدًا وَتَحْمِيدًا، وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا " قَالَ: " يَقُولُ: فَمَا يَسْأَلُونِي؟ " قَالَ: «يَسْأَلُونَكَ الجَنَّةَ» قَالَ: " يَقُولُ: وَهَلْ رَأَوْهَا؟ " قَالَ: " يَقُولُونَ: لاَ وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا " قَالَ: " يَقُولُ: فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا؟ " قَالَ: " يَقُولُونَ: لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا، وَأَشَدَّ لَهَا طَلَبًا، وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً، قَالَ: فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ؟ " قَالَ: " يَقُولُونَ: مِنَ النَّارِ " قَالَ: " يَقُولُ: وَهَلْ رَأَوْهَا؟ " قَالَ: " يَقُولُونَ: لاَ وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا " قَالَ: " يَقُولُ: فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا؟ " قَالَ: " يَقُولُونَ: لَوْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا، وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً " قَالَ: " فَيَقُولُ: فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ " قَالَ: " يَقُولُ مَلَكٌ مِنَ المَلاَئِكَةِ: فِيهِمْ فُلاَنٌ لَيْسَ مِنْهُمْ، إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ. قَالَ: هُمُ الجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ " [صحيح البخاري ومسلم]

"Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan, dan mencari-cari majelis dzikir, jika mereka mendapati suatu kaum yang berdzikir kepada Allah mereka memanggil teman-temannya seraya berkata; 'Kemarilah terhadap apa yang kalian cari.' Lalu mereka pun datang seraya menaungi kaum tersebut dengan sayapnya sehingga memenuhi langit bumi. Maka Rabb mereka bertanya padahal Dia lebih tahu dari mereka; 'Apa yang dikatakan oleh hamba-Ku?' Para malaikat menjawab; 'Mereka mensucikan Engkau, memuji Engkau, mengagungkan Engkau.' Allah berfirman: 'Apakah mereka melihat-Ku?' Para malaikat menjawab; 'Tidak, demi Allah mereka tidak melihat-Mu.' Allah berfirman: 'Bagaimana sekiranya mereka melihat-Ku?' Para malaikat menjawab; 'Sekiranya mereka dapat melihat-Mu pasti mereka akan lebih giat lagi dalam beribadah, lebih dalam mengagungkan dan memuji Engkau, dan lebih banyak lagi mensucikan Engkau,' Allah berfirman: 'Lalu apa yang mereka minta?' Para malaikat menjawab; 'Mereka meminta surge.' Allah berfirman: 'Apakah mereka telah melihatnya?' Para malaikat menjawab; 'Belum, demi Allah mereka belum pernah melihatnya.' Allah berfirman: 'Bagaimana sekiranya mereka telah melihatnya?' Para malaikat menjawab; 'Jika mereka melihatnya tentu mereka akan lebih berkeinginan lagi dan antusias serta sangat mengharap.' Allah berfirman: 'Lalu dari apakah mereka meminta berlindung?' Para malaikat menjawab; 'Dari api neraka.' Allah berfirman: 'Apakah mereka telah melihatnya?' Para malaikat menjawab; 'Belum, demi Allah wahai Rabb, mereka belum pernah melihatnya sama sekali.' Allah berfirman: 'Bagaimana jika seandainya mereka melihatnya?' Para malaikat menjawab; 'Tentu mereka akan lari dan lebih takut lagi.'" Beliau melanjutkan: 'Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku telah mempersaksikan kepada kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka.' Beliau melanjutkan; 'Salah satu dari malaikat berkata; 'Sesungguhnya diantara mereka ada si fulan yang datang untuk suatu keperluan? ' Allah berfirman: 'Mereka adalah suatu kaum yang majelis mereka tidak ada kesengsaraannya bagi temannya.' [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Talaqqi; Cara cepat dan tepat menuntut ilmu

6.      Keutamaan mengisi tempat terdepan.

Dalam riwayat Anas dan Abu Khunais, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyipati orang yang duduk mengisi tempat terdepan dalam majelis sebagai orang yang bertaubat, maka Allah menerima taubatnya.

Allah subhanahu wata’alaa berfirman:

{إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ } [البقرة: 160]

Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah:160]

Ø  Dari Aus bin Aus radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنَ الإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا» [سنن أبى داود: صحيح]

“Barangsiapa yang memandikan dan mandi di hari Jum'at, kemudian bergegas ke mesjid dan mendengarkan awal khutbah, dengan jalan kaki dan tidak berkendaraan, duduk dekat imam lalu mendengar khutbah dan tidak bicara (lalai), maka pahalanya bagi setiap langkah seperti pahala amalan setahun puasa dan shalat”. [Sunan Abi Daud: Sahih]

Lihat: Adab di hari Jum’at

7.      Keutamaan mengisi tempat yang kosong dengan tidak menyakiti orang lain.

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«أَقِيمُوا الصُّفُوفَ، وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ، وَسُدُّوا الْخَلَلَ، وَلِينُوا بِأَيْدِي إِخْوَانِكُمْ ، وَلَا تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللَّهُ، وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللَّهُ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]

"Luruskan shaf kalian, sejajarkan setiap bahu, isi yang kosong, bersikap lembutlah terhadap saudaramu, jangan biarkan ada sela untuk setan, barangsiapa yang menyambung shaf maka Allah akan menyambung (pahala dan rahmat) untuknya, dan barangsiapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskan (pahala dan rahmat) darinya". [Sunan Abu Daud: Sahih]

Ø  Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma berkata: Seorang laki-laki masuk masjid pada hari Jum'at saat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam khutbah, kemudian ia melangkahi orang-orang. Maka Rasulullah bersabda:

«اجْلِسْ، فَقَدْ آذَيْتَ وَآنَيْتَ» [سنن ابن ماجه: صححه الألباني]

"Duduklah, engkau telah menyakiti dan engkau telat datang". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Lihat: Adab-adab di dalam masjid

8.      Keutamaan sifat malu.

Sifat malu yang terpuji adalah sifat yang mencegah seseorang untuk melakukan sesuatu buruk atau tidak pantas, seperti orang kedua ini merasa malu untuk meninggalkan majelis Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Abu Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ، إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ» [صحيح البخاري]

“Sesungguhnya diatara yang didapati orang-orang dari perkataan Nabi adalah jika kamu tidak punya malu maka lakkukanlah apa yang kau mau”. [Sahih Bukhari]

Ø  Dari 'Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الحَيَاءُ لاَ يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الحَيَاءُ مِنَ الإِيمَانِ، وَالإِيمَانُ فِي الجَنَّةِ، وَالبَذَاءُ مِنَ الجَفَاءِ، وَالجَفَاءُ فِي النَّارِ» [سنن الترمذي: صحيح]

“Sifat malu adalah bagian dari keimanan, dan keimanan itu berada surga. Sedangkan ucapan yang tidak sopan adalah tindakan yang kasar, dan sifat kasar tempatnya di neraka”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Ø  Dari Anas radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا كَانَ الْفُحْشُ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا شَانَهُ، وَلَا كَانَ الْحَيَاءُ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا زَانَهُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

“Tidaklah tindakan keji berada pada sesuatu kecuali menjadikannya buruk, dan tidaklah sifat malu berada pada sesuatu kecuali menjadikannya indah”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Lihat: Kenapa harus malu?

9.      Allah memiliki sifat malu yang tidak sama dengan sifat makhluk.

Dari Salman radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا» [سنن أبى داود: صححه الألباني]

“Sesungguhnya Tuhan kalian tabaraka wata'ala Maha Pemalu dan Pemurah, malu terhadap hamba-Nya jika mengangkat kedua tangannya berdo'a kepada-Nya dibalas dengan hampa”. [Sunan Abi Daud: Sahih]

Ø  Dari Ya'laa radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِيٌّ سِتِّيرٌ، يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ، فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ» [سنن أبي داود: صحيح]

“Sesungguhnya Allah 'azza wajalla Maha Pemalu Maha Menutupi aib, mencintai sifat pemalu dan sifat suka menutupi aib, apabila seseorang dari kalian mandi maka hendaklah ia menutupi diri”. [Sunan Abu Daud: Sahih]

Lihat: Kaidah nama dan sifat Allah

10.  Ancaman orang yang mengabaikan majelis ilmu.

Allah subhanahu wata’alaa berfirman:

{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى} [طه: 124-126]

Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, Mengapa Engkau menghimpunkan Aku dalam keadaan buta, padahal Aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat kami, maka kamu melupakannya (meninggalkannya), dan begitu (pula) pada hari Ini kamupun dilupakan (ditinggalkan)". [Thaaha: 124-126]

Ø  Dari Mu'awiyah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ " [صحيح البخاري ومسلم]

“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan, maka ia akan diberi pemahaman tentang agama”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Maka orang yang tidak diberikan pemahaman ilmu karena tidak menuntutnya maka Allah tidak menginginkan kebaikan padanya.

Lihat: Keutamaan ilmu, ulama, dan penuntut ilmu

11.  Allah membalas sesuai dengan perbuatan.

Allah subhanahu wata’alaa berfirman:

{هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ} [الرحمن: 60]

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). [Ar-Rahman:60]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Allah berfirman (dalam hadits qudsi):

" أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً " [صحيح البخاري]

“Sesungguhnya aku (memberi) sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya di saat ia mengingat-Ku, Maka jika ia mengingatku dalam dirinya maka Aku pun mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingatku di keramaian maka Aku akan mengingatnya pada keramaian yang lebih baik dari mereka, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal maka Aku akan mendekat kepadanya satu siku, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku satu siku, maka aku akan mendekat kepadanya dengan jarak dua bentangan tangan. Dan jika ia mendatangiku dengan berjalan biasa maka aku akan mendatanginya dengan berjalan cepat”. [Sahih Bukhari]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 7; Metode “munawalah” dan surat ahli ilmu menyampaikan ilmu ke berbagai negri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...