Minggu, 25 Oktober 2020

Cinta Rabi'ah bin Ka'ab Al-Aslamiy kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam

 بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Muslim -rahimahullah- meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, dari Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslamiy radhiallahu 'anhu, ia berkata:

«كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ: لِي سَلْ! فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ قَال:َ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ؟ قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ قَال:َ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ»

"Saya bermalam bersama Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam (tidur depan pintu Nabi), lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya, maka beliau bersabda kepadaku, 'Mintalah kepadaku.' Maka aku berkata, 'Aku meminta kepadamu agar aku menemanimu di surga'.

Rasulullah shallallahu ' alaihi wasallam bertanya: 'Adakah selain itu'.

Aku menjawab, 'Itu saja'.

Maka beliau menjawab, 'Bantulah aku untuk mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud'.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Rabi'ah bin Ka'ab, Abu Firas Al-Aslamiy radhiallahu 'anhu. 

Beliau adalah salah seorang penghuni ahli shuffah dari kalangan sahabat yang hijrah dan tidak memiliki sanak family di Madinah. Ia menjadi pelayan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di setiap kondisi baik ketika di Madinah maupun ketika bepergian jauh. Wafat tahun 63 hijriyah.

Hadits ini menunjukkan keistimewaan Rabi’ah Al-Aslamiy karena memiliki keimanan yang kuat dan keinginan yang mulia dan tinggi, tidak tergiur dengan kenikmatan dunia yang fana.

2.      Kewajiban mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Dari Anas radhiallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ»

"Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya".  [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Abdullah bin Hisyam -radhiyallahu 'anhu- menuturkan; Kami pernah bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang saat itu beliau menggandeng tangan Umar bin Khattab, kemudian Umar berujar: "Ya Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala-galanya selain diriku sendiri."

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لاَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ»

"Tidak, demi Dzat yang jiwa berada di Tangan-Nya, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri."

Maka Umar berujar; 'Sekarang demi Allah, engkau lebih aku cintai daripada diriku'.

Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الآنَ يَا عُمَرُ»

"Sekarang (baru benar) wahai Umar." [Shahih Bukhari]

3.      Cinta sahabat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bukan sebatas ucapan.

Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu (pembawa sendal Nabi); "Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- masuk masjid bersama dengan Abu Bakr dan Umar. Sementara Ibnu Mas'ud sedang melaksanakan shalat di dalam masjid dengan membaca surat An-Nisaa` hingga selesai ayat keseratus. Kemudian Ibnu Mas'ud berdoa dalam keadaan berdiri shalat, beliau lalu bersabda:

«اسْأَلْ تُعْطَهْ، اسْأَلْ تُعْطَهْ»

"Mintalah niscaya engkau akan diberi, mintalah niscaya engkau akan diberi."

Kemudian beliau bersabda:

«مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ غَضًّا كَمَا أُنْزِلَ فَلْيَقْرَأْهُ بِقِرَاءَةِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ»

"Barangsiapa ingin membaca Al-Qur'an sebagaimana ia diturunkan, hendaklah ia membaca dengan qira'ah Ibnu Ummi 'Abd."

Ketika tiba waktu pagi, Abu Bakr pergi menemui Abdullah bin Mas'ud untuk menyampaikan kabar gembira tersebut. Abu Bakr lalu bertanya, "Apa yang kamu minta kepada Allah tadi malam?"

Ibnu Mas'ud menjawab, "Aku mengucapkan:

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيمَانًا لَا يَرْتَدُّ، وَنَعِيمًا لَا يَنْفَدُ، وَمُرَافَقَةَ مُحَمَّدٍ فِي أَعْلَى جَنَّةِ الْخُلْدِ»

'Ya Allah, aku meminta kepadamu keimanan yang tidak akan murtad, kenikmatan yang tidak akan hilang, bisa menemani Muhammad di surga yang tinggi dan kekal."

Umar lalu datang, lantas dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya Abu Bakr telah mendahuluimu."

Maka Umar pun berkata, "Semoga Allah merahmati Abu Bakr, tidaklah aku berlomba dengannya dalam kebaikan kecuali ia mendahuluiku." [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Diriwayatkan dari Tsauban radhiallahu 'anhu -mantan budak Nabi-, ia sangat mencintai Nabi shallallahu ' alaihi wasallam, ia sangat tidak sabar untuk senantiasa bersama beliau. Suatu hari ia menghadap Nabi dengan wajah yang berubah, nampak kesedihan di wajahnya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«ما غيَرَ لَوْنَكَ؟»

“Apa yg menyebabkan wajahmu berubah begini?”

Tsauban menjawab:

يا رسولَ اللهِ ، ما بي مَرَضٌ ولا وَجَعٌ ؛ غيرَ أني إذا لم أَرَكَ اسْتَوْحَشْتُ وَحْشَةً شديدةً حتى ألقاك، ثم إني إذا ذَكَرْتُ الآخِرَةَ أخافُ أَلَّا أراكَ لأنكَ تُرْفَعُ إلى عِلِّيِّينَ مع النَّبِيِّينَ ؛ وإني إن دَخَلْتُ الجنةَ كنتُ في منزلةٍ أَدْنَى من منزِلتِكَ، وإن لم أَدْخُلْها لم أَرَكَ أبدًا، فنزل قولُه تعالى: {وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا}. [ضعف إسناده الشيخ الألباني في فقه السيرة ص210]

“Wahai Rasulullah, aku tidak sedang sakit, hanya saja jika aku tidak melihatmu aku merasakan kerinduan yang sangat mendalam sampai aku menemuimu, kemudian aku mengingat akhirat dan aku takut tidak bisa lagi melihatmu karena engkau berada di surga tertinggi bersama para Nabi, sedangkan aku jika masuk surga maka aku akan berada di tempat yang lebih rendah dari tempatmu. Namu jika aku tidak masuk surga, maka aku tidak akan pernah lagi menemuimu”.

Maka firman Allah ta'aalaa turun: {Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya}. [An-Nisaa': 69] [Dilemahkan oleh syekh Albaniy rahimahullah dalam tahkik kitab Fiqhus Sirah hal.210, akan tetapi matannya dishahihkan dalam Silsilah Ash-Shahihah (6/1044) no.2933, dengan beberapa penguat dari hadits Aisyah dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum]

(https://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=376250)

Ø  Dalam riwayat lain: Suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar sejak pagi dan tidak kembali sampai malam, ketika beliau kembali, beliau mendapati Tsauban radhiallahu 'anhu menangis, maka beliau bertanya:

"ما يُبكيك يا ثوبان؟"

“Apa yg membuatmu menangis wahai Tsauban?”

Tsauban menjawab:

«لا، يا رسول الله، ولكن تركتَني يومًا وليلة فأوْحشتَني، فتذكرتُ أني أكونُ في الجنة أدنى، وأنتَ يا رسول الله في الدرجات العلا، ولا أستطيعُ أن أصلَ إليك، فأبكاني فراقُك في الجنة يا رسول الله»

“Tidak ada wahai Rasulullah, hanya saja engkau meninggalkan aku sehari semalam, sehingga aku merindukanmu, kemudian aku membayangkan jika aku masuk surga di tempat  yang tedendah sedangkan engkau wahai Rasulullah di tempat yang tertinggi, sehingga aku tidak bisa bertemu denganmu, maka aku menangis karena tidak bisa bertemu denganmu di surga wahai Rasulullah! “

Maka Nabi shallallahu ' alaihi wasallam bersabda:

"يا ثوبان، أمَا علِمتَ أنّ المرءَ يُحشر مع مَن أحَبّ"

“Wahai Tsauban, tidakkah engkau tahu bahwa seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai?”

Ø  Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata:

«جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ؟ قَالَ: حُبَّ اللَّهِ وَرَسُولِهِ، قَالَ: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ: فَمَا فَرِحْنَا بَعْدَ الْإِسْلَامِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ: فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ»

"Pada suatu hari seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya bertanya; 'Ya RasululIah, kapankah kiamat itu akan datang? '

Mendengar pertanyaan laki-laki itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam balik bertanya: 'Apa yang telah kamu siapkan untuk menghadapi kiamat? '

Laki-laki itu menjawab; 'Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.'

Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Sesungguhnya kamu akan bersama orang yang kamu cintai.'

Anas berkata; 'Tidak ada yang lebih menyenangkan hati kami setelah masuk Islam selain sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang berbunyi: 'Sesungguhnya kamu akan bersama orang yang kamu cintai.'

Anas berkata; 'Karena saya mencintai Allah, Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, maka saya berharap kelak akan bersama mereka meskipun saya tidak dapat beramal seperti mereka.'  [Shahih Muslim]

Lihat: Kesungguhan Sahabat Nabi mengamalkan As-Sunnah

4.      Apakah kita sudah benar-benar mencintai Nabi shallallahu 'alaihi wasallam?

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ»

"Diantara ummatku yang sangat mencintaiku adalah orang-orang sepeninggalku, salah seorang diantara mereka ingin melihatku dengan (mengorbankan) keluargan dan hartanya." [Shahih Muslim]

Lihat: Ali mencintai dan dicintai Allah dan RasulNya

5.      Jangan sampai menjadi umatnya yang tertolak!

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah menziarahi kuburan lalu berdo’a:

«السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ، وَدِدْتُ أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا»

"Semoga keselamatan tetap dilimpahkan kepadamu, wahai kaum mukminin. Dan kami, insya Allah akan menyusulmu. Aku senang apabila aku dapat bertemu dengan saudara-saudaraku.”

Para sahabat bertanya: ‘Bukankah kami saudara-saudaramu, wahai Rasulullah?’

Beliau menjawab:

«أَنْتُمْ أَصْحَابِي، وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ»

“Engkau adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudara kita adalah orang-orang yang datang setelahku.”

Mereka bertanya: ‘Bagaimana engkau dapat mengenal umatmu yang belum datang?’

Beliau bersabda:

«أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ»

“Tahukah engkau, seandainya seseorang memiliki kuda yang muka, kaki dan tangannya bersinar, kuda itu berada di antara kuda-kuda hitam legam, dapatkah ia mengenali kudanya?”

Mereka menjawab: ‘Tentu, wahai Rasulullah.’

Beliau bersabda:

«فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ، وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ أُنَادِيهِمْ أَلَا هَلُمَّ فَيُقَالُ إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا»

“Sesungguhnya umatku akan datang dengan wajah, kaki dan tangan yang bersinar karena bekas wudhu. Aku menyambut mereka di telaga. ketahuilah! Ada beberapa orang akan dihalang-halangi mendatangi telagaku, sebagaimana unta hilang yang dihalang-halangi. Aku berseru kepada mereka: ‘Kemarilah!’ Lalu dikatakan: ‘Sesungguhnya mereka telah mengganti (ajaranmu) setelahmu.’ Aku berkata: ‘Menjauhlah, menjauhlah.’” [Shahih Muslim]

Lihat: Bahaya perkara bid’ah dalam urusan agama

6.      Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membalas kebaikan orang lain.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ} [الرحمن : 60]

Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). [Ar-Rahman: 60]

Ø  Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ»

"Barangsiapa yang berbuat kebaikan kepada kalian maka balaslah, kemudian apabila kalian tidak mendapat sesuatu untuk membalasnya maka doakanlah dia hingga kalian melihat bahwa kalian telah membalasnya." [Sunan Abi Daud: Shahih]

7.      Keutamaan shalat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَاسْجُدْ وَاقْتَرِب} [العلق : 19]

Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan). [Al-'Alaq: 19]

Ø  Ma'dan bin Abi Thalhah Al-Ya'mariy berkata: "Aku bertemu Tsauban radhiallahu 'anhu -maula Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam-, lalu aku bertanya, 'Kabarkanlah kepadaku dengan suatu amal yang jika kukerjakan niscaya Allah akan memasukkanku ke dalam surga disebabkan amal tersebut, -atau dia berkata: Aku berkata: 'Dengan amalan yang paling disukai Allah-!

Lalu dia diam, kemudian aku bertanya kepadanya, lalu dia diam kemudian dia bertanya kepadanya yang ketiga kalinya.'

Dia menjawab, 'Aku telah menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, lalu beliau menjawab:

«عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلَّا رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً»

'Hendaklah kamu memperbanyak sujud kepada Allah, karena tidaklah kamu bersujud kepada Allah dengan suatu sujud melainkan Allah akan mengangkatmu satu derajat dengannya, dan menghapuskan dosa darimu dengannya'."

Ma'dan berkata, "Kemudian aku bertemu Abu Ad-Darda' radhiallahu 'anhu, lalu aku bertanya kepadanya, maka dia menjawabku seperti sesuatu yang dikatakan Tsauban kepadaku." [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«وَاعْلَمُوا أَنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَعْمَالِكُمُ الصَّلَاةَ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya amalan kalian yang termulia adalah shalat”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Lihat: Keutamaan shalat

8.      Iblis -la’natullah- diusir dari surga karena tidak mau sujud satu kali kepada Adam ‘alaihi ssalam, lalu bagaimana dengan orang yang tidak mau sujud kepada Allah?

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (12) قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ} [الأعراف: 12، 13]

Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina". [Al-A'raaf: 12 - 13]

{قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ (75) قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ (76) قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (77) وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ} [ص: 75 - 78]

Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk, sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan". [Shaad: 75 - 78]

Lihat: Sifat Iblis dan Syaitan dalam Al-Qur'an

9.      Memohon kepada Allah dengan permohonan terbaik.

Abu Hurairah radhiallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ»

"Bila kalian minta kepada Allah maka mintalah surga firdaus karena dia adalah surga terbaik dan yang paling tinggi. Aku pernah diperlihatkan bahwa diatas firdaus itu adalah singgasanannya Allah Yang Maha Pemurah dimana darinya mengalir sungai-sungai surga". [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلَا يَقُلْ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، وَلَكِنْ لِيَعْزِمْ الْمَسْأَلَةَ وَلْيُعَظِّمْ الرَّغْبَةَ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَتَعَاظَمُهُ شَيْءٌ أَعْطَاهُ»

"Jika salah seorang dari kalian berdoa maka janganlah sekali-kali ia berkata; 'Ya Allah ampunilah aku jika Engkau kehendaki,' akan tetapi hendaklah ia serius dalam meminta dan besarkanlah pengharapannya, karena bagi Allah 'azza wajalla tidak ada sesuatu yang bagi-Nya merasa kewalahan untuk memberikannya.' [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Adab-adab berdo’a

10.  Keutamaan cita-cita yang tinggi, mengharapkan akhirat.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Barangsiapa yang impiannya adalah akhirat maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, dan Allah akan memudahkan urusannya, dan kenikmatan dunia akan datang kepadanya dengan sendirinya. Dan barangsiapa yang impiannya hanyalah dunia maka Allah akan menjadikan kefakiran di depan kedua matanya, dan Allah akan mempersulit urusannya, dan ia tidak akan mendapatkan kenikmatan dunia kecuali apa yang sudah ditakdirkan untuknya". [Sunan Tirmidzi: Sahih]

11.  Tawadhu’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berani memberi jaminan Surga kepada seseorang.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الجَنَّةَ» قَالُوا: وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «لاَ، وَلاَ أَنَا، إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا، وَلاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ المَوْتَ: إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا، وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Tidak ada seorang pun yang masuk surga karena amalannya."

Para sahabat bertanya; "Begitu juga dengan engkau wahai Rasulullah?"

Beliau bersabda: "Tidak juga dengan diriku, kecuali bila Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya padaku, oleh karena itu beramallah kalian dengan sempurna dan berusahalah mendekati kesempurnaan (dalam beramal). Dan janganlah seseorang dari kalian mengharapkan kematian, jika ia orang baik maka semoga ia menambah kebaikannya, dan jika ia orang buruk maka semoga ia bertobat". " [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Sewaktu Usman bin Madz'un radhiyallahu 'anhu meninggal, Ummu Al-'Ala' radhiyallahu 'anha berkata: Rahmat Allah untukmu wahai Abu As-Saib (kuniah Usman), aku bersaksi tentang kamu sesungguhnya Allah telah memuliakanmu.

Rasulullah bertanya kepadnya: "Dari mana engkau tau kalau Allah telah memuliakannya?"

Ummu Al-'Ala' menjawab: Demi Allah aku tidak tau, tapi kalau bukan seperti dia yang dimuliakan Allah, siapa lagi?

Rasulullah shallallau 'alaihi wasallam menjawab:

«أَمَّا هُوَ فَقَدْ جَاءَهُ اليَقِينُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرْجُو لَهُ الخَيْرَ، وَاللَّهِ مَا أَدْرِي، وَأَنَا رَسُولُ اللَّهِ، مَا يُفْعَلُ بِي»

"Adapun dia (Usman), maka ia sudah didatangi keyakinan (kematian), dan demi Allah aku berharap ia dalam keadaan yang baik, dan demi Allah aku pun tidak tau, padalah aku adalah Rasul Allah, apa yang Allah akan perbuat nanti terhadapku".

Ummu Al-‘Alaa’ berkata: Demi Allah, aku tidak akan memuji seseorang pun setelahnya untuk selama-lamanya. [Sahih Bukhari]

Lihat: Akhlak Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam

12.  Surga milik Allah semata.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ فَكَانَ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ: أَقْصِرْ! فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ! فَقَالَ: خَلِّنِي وَرَبِّي أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا؟ فَقَالَ: وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ! فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِينَ فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِي عَالِمًا أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا؟! وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي! وَقَالَ لِلْآخَرِ: اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ

"Ada dua orang laki-laki dari bani Isra'il yang saling bersaudara; salah seorang dari mereka suka berbuat dosa sementara yang lain giat dalam beribadah. Orang yang giat dalam beribdah itu selalu melihat saudaranya berbuat dosa hingga ia berkata, "Berhentilah." Lalu pada suatu hari ia kembali mendapati suadaranya berbuat dosa, ia berkata lagi, "Berhentilah." Orang yang suka berbuat dosa itu berkata, "Biarkan aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu mengawasiku!" Ahli ibadah itu berkata, "Demi Allah, sungguh Allah tidak akan mengampunimu, atau tidak akan memasukkanmu ke dalam surga." Allah kemudian mencabut nyawa keduanya, sehingga keduanya berkumpul di sisi Rabb semesta alam. Allah kemudian bertanya kepada ahli ibadah: "Apakah kamu lebih tahu dari-Ku? Atau, apakah kamu mampu melakukan apa yang ada dalam kekuasaan-Ku?" Allah lalu berkata kepada pelaku dosa: "Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku." Dan berkata kepada ahli ibadah: "Bawalah ia ke dalam neraka."

Abu Hurairah berkata:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ

"Demi Dzat yang jiwaku ada dalam tangan-Nya, sungguh ia telah mengucapkan satu ucapan yang mampu merusak dunia dan akhiratnya." [Sunan Abi Daud:Shahih]

Lihat: Surga dan Neraka kekal

13.  Masuk surga harus ada usaha.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَا رَأَيْتُ مِثْلَ النَّارِ نَامَ هَارِبُهَا، وَلَا مِثْلَ الجَنَّةِ نَامَ طَالِبُهَا» [سنن الترمذي: حسن]

"Aku tidak pernah melihat seperti neraka, orang-orang yang takut darinya tertidur (tidak beramal untuk dijauhkan dari siksaannya). Dan aku tidak pernah melihat seperti surga, orang-orang yang menginginkannya tertidur (tidak beramal agar dapat memasukinya)". [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Lihat: Amalan untuk masuk surga

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kisah Abu Hurairah dan semangkuk susu dari Nabi - Hadits Ibnu Umar; Hidup di dunia sebagai orang asing, cuma numpang lewat - Kisah sebelum wafat Nabi bersama Ukasyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...