Minggu, 18 Oktober 2020

Syarah Arba’in hadits (11) Al-Hasan bin Ali; Meninggalkan perkara yang meragukan

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Abi Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib -cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam dan kesayangannya- radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku menghafal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa aalihi wasallam: "Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu." 

Diriwayatkan oleh imam Tirmidziy dan An-Nasa’iy. Imam Tirmidziy berkata: “Hadits ini hasan shahih”.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Keistimewaan Al-Hasan bin 'Ali radhiyallahu ' anhuma.

Lihat di sini: Keistimewaan Hasan dan Husain radhiyallahu 'anhuma

2.      Hadits ini punya sebab iiraad atau sebab riwayat.

Sebab iiraad adalah kejadian yang menyebabkan seorang sahabat menyampaikan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Abu Al-Hauraa` As-Sa'diy -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada Al-Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma: Apa yang kau hafal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?

Ia menjawab: Aku menghafal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

«دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُك،َ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ، وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ»

"Tinggalkan yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu ketenangan dan dusta itu keraguan."  [Sunan Tirmidziy: Shahih]

3.      Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- tidak mengkhususkan suatu ilmu kepada ahli baitnya.

Abu Juhaifah berkata: "Aku bertanya kepada 'Ali bin Abu Thalib -radhiyallahu 'anhu-, "Apakah kalian memiliki kitab (yang dikhususkan untuk ahli bait)?"

Ia menjawab:

«لَا، إِلَّا كِتَابُ اللَّهِ، أَوْ فَهْمٌ أُعْطِيَهُ رَجُلٌ مُسْلِمٌ، أَوْ مَا فِي هَذِهِ الصَّحِيفَةِ»

"Tidak, kecuali Kitabullah atau pemahaman yang diberikan kepada seorang Muslim, atau apa yang ada pada lembaran ini."

Aku katakan, "Apa yang ada dalam lembaran ini?"

Dia menjawab,

«الْعَقْلُ، وَفَكَاكُ الْأَسِيرِ، وَلَا يُقْتَلُ مُسْلِمٌ بِكَافِرٍ»

"Tebusan, pembebasan tawanan, dan seorang Muslim tidak dibunuh jika membunuh seorang kafir." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Keistimewaan ahli bait Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

4.      Keutamaan menghafal hadits Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-.

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:

«نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ بِفَقِيهٍ»

"Semoga Allah memperindah (memberi ni'mat) orang yang mendengar hadits dariku, lalu menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa ilmu yang tidak berilmu." [Sunan Abi Dawud: Shahih]

Lihat: Takhrij hadits keutamaan menghafal 40 hadits

5.      Anjuran meninggalkan perkara syubhat (meragukan).

Dari An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لَا يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ فَمَنْ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلَا إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ»

"Yang halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka barangsiapa yang menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah memelihara agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh (mengerjakan) pada perkara-perkara syubhat, sungguh dia seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di pinggir jurang yang dikhawatirkan akan jatuh ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa batasan larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia adalah hati". [Shahih Bukhari]

Ø  'Aisyah radliallahu 'anha berkata;

«كَانَ عُتْبَةُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ عَهِدَ إِلَى أَخِيهِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ أَنَّ ابْنَ وَلِيدَةِ زَمْعَةَ مِنِّي فَاقْبِضْهُ قَالَتْ فَلَمَّا كَانَ عَامَ الْفَتْحِ أَخَذَهُ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ وَقَالَ ابْنُ أَخِي قَدْ عَهِدَ إِلَيَّ فِيهِ فَقَامَ عَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ فَقَالَ أَخِي وَابْنُ وَلِيدَةِ أَبِي وُلِدَ عَلَى فِرَاشِهِ فَتَسَاوَقَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَعْدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْنُ أَخِي كَانَ قَدْ عَهِدَ إِلَيَّ فِيهِ فَقَالَ عَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ أَخِي وَابْنُ وَلِيدَةِ أَبِي وُلِدَ عَلَى فِرَاشِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هُوَ لَكَ يَا عَبْدُ بْنَ زَمْعَةَ ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ ثُمَّ قَالَ لِسَوْدَةَ بِنْتِ زَمْعَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْتَجِبِي مِنْهُ لِمَا رَأَى مِنْ شَبَهِهِ بِعُتْبَةَ فَمَا رَآهَا حَتَّى لَقِيَ اللَّهَ»

'Utbah bin Abi Waqash berpesan kepada saudaranya Sa'ad bin Abi Waqash yang isinya 'Anak laki-laki dari hamba sahaya Zam'ah adalah anakku (dari perzinahan) maka ambillah.

'Aisyah radliallahu 'anha berkata; Ketika tahun Pembebasan Makkah, Sa'ad bin Abi Waqash mengambilnya, seraya berkata; Itu anak laki-laki saudaraku, yang ia berpesan kepadaku untuk mengambil anak ini.

Maka 'Abd bin Zam'ah berdiri lalu berkata: Oh tidak, ia adalah saudaraku dan anak laki-laki hamba sahaya ayahku, ia dilahirkan di tempat tidurnya (hubungan yang sah).

Lalu keduanya mengadukan masalah ini kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Sa'ad berkata: "Wahai Rasulullah, ini adalah anak saudaraku, dan saudaraku telah berpesan kepadaku untuk mengambilnya.

Lalu 'Abd bin Zam'ah berkata: "Ia adalah saudaraku dan anak laki-laki dari hamba sahaya ayahku dilahirkan pada tempat tidurnya".

Lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Dia itu milikmu wahai 'Abd bin Zam'ah. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Anak itu milik pemilik kasur (suami) sedangkan lelaki pezina baginya adalah batu (dirajam)”.

Kemudian Beliau berkata kepada Saudah binti Zam'ah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Berhijablah engkau daripadanya wahai Saudah, yang demikian karena ada kemiripannya dengan 'Utbah".

Maka anak laki-laki dari hamba sahaya Zam'ah itu tidak pernah melihat Saudah selama-lamanya hingga Saudah berjumpa dengan Allah. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  'Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu berkata, "Aku bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Aku melepas anjing buruanku, lalu aku mendapati anjing lain bersama dengan anjingku?"

Beliau menjawab:

«فَلَا تَأْكُلْ فَإِنَّمَا سَمَّيْتَ عَلَى كَلْبِكَ وَلَمْ تُسَمِّ عَلَى كَلْبٍ آخَرَ»

"Jangan kamu makan, karena kamu membaca basmalah untuk anjingmu dan tidak untuk anjing yang lain." [Shahih Bukhari]

Ø  Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata:

«إِنِّي لَأَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِي فَأَجِدُ التَّمْرَةَ سَاقِطَةً عَلَى فِرَاشِي فَأَرْفَعُهَا لِآكُلَهَا ثُمَّ أَخْشَى أَنْ تَكُونَ صَدَقَةً فَأُلْقِيهَا»

"Ketika aku pulang kepada keluargaku aku menemukan buah-buah kurma berserakan di tempat tidurku maka aku ambil untuk aku makan, kemudian aku takut kalau kurma itu sebagai zakat hingga akhirnya aku biarkan". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Syarah Arba’in hadits (6) An-Nu’man; Halal, haram, dan syubhat

6.      Anjuran berbuat dan berkata jujur.

Dari Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا»

"Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Syarah hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan berdusta

7.      Bahaya dusta.

Dari Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"أَكْبَرُ الْكَبَائِر:ِ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْن،ِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ الزُّور،ِ ثَلَاثًا، أَوْ قَوْلُ الزُّورِ "، فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

"Dosa yang paling besar diantara dosa-dosa besar lainnya adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, kesaksian palsu, kesaksian palsu (beliau mengulanginya tiga kali), atau ucapan dusta, "

Beliau tidak henti-henti mengulang-ulanginya sehingga kami mengatakan; 'Duhai, sekiranya beliau diam.' [Shahih Bukhari]

8.      Hadits ini adalah salah satu dalil dari kaidah fiqhiyah: (اليقين لا يزول بالشك)

Maksudnya: “Suatu yang meyakinkan tidak ditinggalkan karena adanya suatu yang meragukan”

Dari Abdullah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu; Bahwa ada seseorang yang mengadukan keraguannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa seakan-akan ia mendapatkan sesuatu dalam shalatnya.

Beliau lalu bersabda:

«لَا يَنْفَتِلْ أَوْ لَا يَنْصَرِفْ حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا»

"Janganlah kamu pindah atau pergi hingga kamu mendengar suara atau mencium baunya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Sa'id al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah -shallallahu'alaihi wasallam- bersabda:

«إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِه،ِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَمْ أَرْبَعًا، فَلْيَطْرَحْ الشَّكَّ، وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ، فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلَاتَهُ، وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لِأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ»

'Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam shalatnya, dan tidak mengetahui berapa rakaat dia shalat, tiga ataukah empat rakaat maka buanglah keraguan, dan ambilah yang pasti (yaitu yang sedikit). Kemudian sujudlah dua kali sebelum memberi salam. Jika ternyata dia shalat lima rakaat, maka sujudnya telah menggenapkan shalatnya. Dan jika, ternyata shalatnya memang empat rakaat maka kedua sujudnya itu adalah sebagai penghinaan bagi setan'." [Shahih Muslim]

Lihat: Hadits Abu Sa’id, ‘Abdurrahman, dan Ibnu Ja’far; Sujud Sahwi ketika ragu dalam shalat

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (10) Abu Hurairah; Allah Maha Baik, tidak menerima kecuali yang baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...