بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abi Muhammad Al-Hasan bin Ali bin
Abi Thalib -cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam
dan kesayangannya- radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: Aku menghafal dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa aalihi wasallam: "Tinggalkan
yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu."
Diriwayatkan oleh imam Tirmidziy dan
An-Nasa’iy. Imam Tirmidziy berkata: “Hadits ini hasan shahih”.
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Keistimewaan
Al-Hasan bin 'Ali radhiyallahu ' anhuma.
Lihat
di sini: Keistimewaan Hasan dan Husain radhiyallahu 'anhuma
2. Hadits
ini punya sebab iiraad atau sebab riwayat.
Sebab
iiraad adalah kejadian yang menyebabkan seorang sahabat menyampaikan
hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Abu
Al-Hauraa` As-Sa'diy -rahimahullah- berkata: Aku bertanya kepada Al-Hasan
bin Ali radhiyallahu ‘anhuma: Apa yang kau hafal dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam?
Ia
menjawab: Aku menghafal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
«دَعْ
مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُك،َ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ، وَإِنَّ
الْكَذِبَ رِيبَةٌ»
"Tinggalkan
yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu karena kejujuran itu
ketenangan dan dusta itu keraguan."
[Sunan Tirmidziy: Shahih]
3. Nabi
-shallallahu 'alaihi wasallam- tidak mengkhususkan suatu ilmu kepada
ahli baitnya.
Abu
Juhaifah berkata: "Aku bertanya kepada 'Ali bin Abu Thalib -radhiyallahu
'anhu-, "Apakah kalian memiliki kitab (yang dikhususkan untuk ahli
bait)?"
Ia
menjawab:
«لَا، إِلَّا كِتَابُ اللَّهِ، أَوْ
فَهْمٌ أُعْطِيَهُ رَجُلٌ مُسْلِمٌ، أَوْ مَا فِي هَذِهِ الصَّحِيفَةِ»
"Tidak,
kecuali Kitabullah atau pemahaman yang diberikan kepada seorang Muslim, atau
apa yang ada pada lembaran ini."
Aku
katakan, "Apa yang ada dalam lembaran ini?"
Dia
menjawab,
«الْعَقْلُ، وَفَكَاكُ الْأَسِيرِ،
وَلَا يُقْتَلُ مُسْلِمٌ بِكَافِرٍ»
"Tebusan, pembebasan
tawanan, dan seorang Muslim tidak dibunuh jika membunuh seorang kafir."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat:
Keistimewaan ahli bait Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
4. Keutamaan
menghafal hadits Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam-.
Dari
Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah -shallallahu
'alaihi wasallam- bersabda:
«نَضَّرَ
اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ فَرُبَّ
حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ
بِفَقِيهٍ»
"Semoga
Allah memperindah (memberi ni'mat) orang yang mendengar hadits dariku, lalu
menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain, berapa banyak orang
menyampaikan ilmu kepada orang yang lebih berilmu, dan berapa banyak pembawa
ilmu yang tidak berilmu." [Sunan Abi Dawud: Shahih]
Lihat:
Takhrij hadits keutamaan menghafal 40 hadits
5. Anjuran
meninggalkan perkara syubhat (meragukan).
Dari
An-Nu'man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«الْحَلَالُ
بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لَا يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ
مِنْ النَّاسِ فَمَنْ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ
وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ
يُوَاقِعَهُ أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلَا إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي
أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ
الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ
الْقَلْبُ»
"Yang
halal sudah jelas dan yang haram juga sudah jelas. Namun diantara keduanya ada
perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh banyak orang. Maka
barangsiapa yang menjauhi diri dari yang syubhat berarti telah memelihara
agamanya dan kehormatannya. Dan barangsiapa yang sampai jatuh (mengerjakan)
pada perkara-perkara syubhat, sungguh dia seperti seorang penggembala yang
menggembalakan ternaknya di pinggir jurang yang dikhawatirkan akan jatuh ke
dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki batasan, dan ketahuilah bahwa
batasan larangan Allah di bumi-Nya adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Dan
ketahuilah pada setiap tubuh ada segumpal darah yang apabila baik maka baiklah
tubuh tersebut dan apabila rusak maka rusaklah tubuh tersebut. Ketahuilah, ia
adalah hati". [Shahih Bukhari]
Ø
'Aisyah radliallahu
'anha berkata;
«كَانَ
عُتْبَةُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ عَهِدَ إِلَى أَخِيهِ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ
أَنَّ ابْنَ وَلِيدَةِ زَمْعَةَ مِنِّي فَاقْبِضْهُ قَالَتْ فَلَمَّا كَانَ عَامَ
الْفَتْحِ أَخَذَهُ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَّاصٍ وَقَالَ ابْنُ أَخِي قَدْ عَهِدَ
إِلَيَّ فِيهِ فَقَامَ عَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ فَقَالَ أَخِي وَابْنُ وَلِيدَةِ
أَبِي وُلِدَ عَلَى فِرَاشِهِ فَتَسَاوَقَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَعْدٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْنُ أَخِي كَانَ قَدْ
عَهِدَ إِلَيَّ فِيهِ فَقَالَ عَبْدُ بْنُ زَمْعَةَ أَخِي وَابْنُ وَلِيدَةِ أَبِي
وُلِدَ عَلَى فِرَاشِهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ هُوَ لَكَ يَا عَبْدُ بْنَ زَمْعَةَ ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ ثُمَّ
قَالَ لِسَوْدَةَ بِنْتِ زَمْعَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ احْتَجِبِي مِنْهُ لِمَا رَأَى مِنْ شَبَهِهِ بِعُتْبَةَ فَمَا رَآهَا
حَتَّى لَقِيَ اللَّهَ»
'Utbah
bin Abi Waqash berpesan kepada saudaranya Sa'ad bin Abi Waqash yang isinya
'Anak laki-laki dari hamba sahaya Zam'ah adalah anakku (dari perzinahan) maka
ambillah.
'Aisyah
radliallahu 'anha berkata; Ketika tahun Pembebasan Makkah, Sa'ad bin Abi
Waqash mengambilnya, seraya berkata; Itu anak laki-laki saudaraku, yang ia
berpesan kepadaku untuk mengambil anak ini.
Maka
'Abd bin Zam'ah berdiri lalu berkata: Oh tidak, ia adalah saudaraku dan anak
laki-laki hamba sahaya ayahku, ia dilahirkan di tempat tidurnya (hubungan yang
sah).
Lalu
keduanya mengadukan masalah ini kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Sa'ad berkata: "Wahai Rasulullah, ini adalah anak saudaraku, dan saudaraku
telah berpesan kepadaku untuk mengambilnya.
Lalu
'Abd bin Zam'ah berkata: "Ia adalah saudaraku dan anak laki-laki dari
hamba sahaya ayahku dilahirkan pada tempat tidurnya".
Lantas
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Dia itu milikmu
wahai 'Abd bin Zam'ah. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Anak itu milik pemilik kasur (suami) sedangkan lelaki pezina
baginya adalah batu (dirajam)”.
Kemudian
Beliau berkata kepada Saudah binti Zam'ah isteri Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam: "Berhijablah engkau daripadanya wahai Saudah, yang demikian
karena ada kemiripannya dengan 'Utbah".
Maka
anak laki-laki dari hamba sahaya Zam'ah itu tidak pernah melihat Saudah
selama-lamanya hingga Saudah berjumpa dengan Allah. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
'Adi bin Hatim radhiyallahu
‘anhu berkata, "Aku bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam: "Aku melepas anjing buruanku, lalu aku mendapati anjing lain
bersama dengan anjingku?"
Beliau
menjawab:
«فَلَا
تَأْكُلْ فَإِنَّمَا سَمَّيْتَ عَلَى كَلْبِكَ وَلَمْ تُسَمِّ عَلَى كَلْبٍ آخَرَ»
"Jangan
kamu makan, karena kamu membaca basmalah untuk anjingmu dan tidak untuk anjing
yang lain." [Shahih Bukhari]
Ø
Dari Abu Hurairah radliallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata:
«إِنِّي
لَأَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِي فَأَجِدُ التَّمْرَةَ سَاقِطَةً عَلَى فِرَاشِي
فَأَرْفَعُهَا لِآكُلَهَا ثُمَّ أَخْشَى أَنْ تَكُونَ صَدَقَةً فَأُلْقِيهَا»
"Ketika
aku pulang kepada keluargaku aku menemukan buah-buah kurma berserakan di tempat
tidurku maka aku ambil untuk aku makan, kemudian aku takut kalau kurma itu
sebagai zakat hingga akhirnya aku biarkan". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Syarah Arba’in hadits (6) An-Nu’man; Halal, haram, dan syubhat
6. Anjuran
berbuat dan berkata jujur.
Dari
Abdullah bin Mas'ud radliallahu 'anhu; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي
إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا»
"Sesungguhnya
kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke
surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan
dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan
mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke
neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan
dicatat baginya sebagai seorang pendusta." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat:
Syarah hadits Ibnu Mas’ud; Jujurlah jangan berdusta
7. Bahaya
dusta.
Dari
Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"أَكْبَرُ الْكَبَائِر:ِ الْإِشْرَاكُ
بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْن،ِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ، وَشَهَادَةُ
الزُّور،ِ ثَلَاثًا، أَوْ قَوْلُ الزُّورِ "، فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا
حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
"Dosa
yang paling besar diantara dosa-dosa besar lainnya adalah menyekutukan Allah,
durhaka kepada orang tua, kesaksian palsu, kesaksian palsu (beliau
mengulanginya tiga kali), atau ucapan dusta, "
Beliau
tidak henti-henti mengulang-ulanginya sehingga kami mengatakan; 'Duhai,
sekiranya beliau diam.' [Shahih Bukhari]
8. Hadits
ini adalah salah satu dalil dari kaidah fiqhiyah: (اليقين لا يزول بالشك)
Maksudnya:
“Suatu yang meyakinkan tidak ditinggalkan karena adanya suatu yang meragukan”
Dari
Abdullah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu; Bahwa ada seseorang yang
mengadukan keraguannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
bahwa seakan-akan ia mendapatkan sesuatu dalam shalatnya.
Beliau
lalu bersabda:
«لَا يَنْفَتِلْ أَوْ لَا يَنْصَرِفْ
حَتَّى يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا»
"Janganlah
kamu pindah atau pergi hingga kamu mendengar suara atau mencium baunya."
[Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Abu Sa'id
al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah -shallallahu'alaihi
wasallam- bersabda:
«إِذَا
شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِه،ِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَمْ
أَرْبَعًا، فَلْيَطْرَحْ الشَّكَّ، وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ، ثُمَّ
يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ، فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا
شَفَعْنَ لَهُ صَلَاتَهُ، وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لِأَرْبَعٍ كَانَتَا
تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ»
'Apabila
salah seorang dari kalian ragu dalam shalatnya, dan tidak mengetahui berapa
rakaat dia shalat, tiga ataukah empat rakaat maka buanglah keraguan, dan
ambilah yang pasti (yaitu yang sedikit). Kemudian sujudlah dua kali sebelum
memberi salam. Jika ternyata dia shalat lima rakaat, maka sujudnya telah
menggenapkan shalatnya. Dan jika, ternyata shalatnya memang empat rakaat maka
kedua sujudnya itu adalah sebagai penghinaan bagi setan'." [Shahih Muslim]
Lihat: Hadits Abu Sa’id, ‘Abdurrahman, dan Ibnu Ja’far; Sujud Sahwi ketika ragu dalam shalat
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (10) Abu Hurairah; Allah Maha Baik, tidak menerima kecuali yang baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...