بسم الله الرحمن الرحيم
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ مَا جَاءَ فِي العِلْمِ.
وَقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا} [طه:
114]
“Bab: Tentang ilmu, dan firman Allah ‘azza
wajalla: {Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan"} [Thaaha:114]
Sebagian
ulama mempermasalahkan judul bab ini, karena sudah disebutkan pada bab pertama,
dan pada beberapa nuskhah disebutkan dengan judul bab:
القِرَاءَةُ وَالعَرْضُ عَلَى المُحَدِّثِ
“Bacaan dan paparan kepada seorang ahli
hadits"
Judul
ini lebih pantas karena dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan perselisihan
ulama tentan cara menerima dan menyampaikan hadits melalui bacaan dan pemaparan
murid terhadap guru, apakah sama jika guru yang membacakan hadits kepada
muridnya?
Imam
Bukhari menguatkan pendapat yang menyamakannya dengan meriwayatkan dengan sanad
bersambung perkataan Al-Hasan Al-Bashriy, Sufyan Ats-Tsauri, dan Malik rahimahumullah.
Dan meriwayatkan satu hadits dengan dua jalur sanad dari Anas bin Malik
tentang kisah Dhimam bin Tsa’labah -radhiyallahu ‘anhuma- sebagai
dalil.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَرَأَى الحَسَنُ، وَالثَّوْرِيُّ،
وَمَالِكٌ: «القِرَاءَةَ جَائِزَةً» وَاحْتَجَّ بَعْضُهُمْ فِي القِرَاءَةِ عَلَى
العَالِمِ " بِحَدِيثِ ضِمَامِ بْنِ ثَعْلَبَةَ: قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: آللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ تُصَلِّيَ الصَّلَوَاتِ قَالَ:
«نَعَمْ» قَالَ: «فَهَذِهِ قِرَاءَةٌ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَخْبَرَ ضِمَامٌ قَوْمَهُ بِذَلِكَ فَأَجَازُوهُ» وَاحْتَجَّ مَالِكٌ:
" بِالصَّكِّ يُقْرَأُ عَلَى القَوْمِ، فَيَقُولُونَ أَشْهَدَنَا فُلاَنٌ
وَيُقْرَأُ ذَلِكَ قِرَاءَةً عَلَيْهِمْ وَيُقْرَأُ عَلَى المُقْرِئِ، فَيَقُولُ
القَارِئُ: أَقْرَأَنِي فُلاَنٌ "
“Dan Al-Hasan, Ats-Tsauriy, dan Malik berpendapat bahwa: “Bacaan
(kepada ahli hadits) hukumnya boleh”. Dan Sebagian ulama berhujjah akan
bolehnya bacaan kepada seorang ulama dengan hadits Dhimam bin Tsa’labah;
Ia berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: Apakah Allah yang
memerintahkanmu untuk shalat? Beliau menjawab: “Iya”. Ia berkata: Maka dengan
bacaan (pemaparan) ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Dhimam
mengabarkan kepada kaumnya hal tersebut dan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam mengizinkannya. Dan Malik berhujjah dengan buku yang dibaca kepada
suatu kaum dan mereka berkata: “Fulan telah mempersaksikan kepada kami”, dan
bacaan tersebut dibacakan kepada mereka dan dibacakan kepada yang dibacakan,
dan yang membaca berkata: “Fulan telah mendengarkan bacaanku”.
a. Atsar Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullah.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلاَمٍ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الحَسَنِ الوَاسِطِيُّ، عَنْ عَوْفٍ [بن أبي جَمِيْلَةَ
الأعربي]، عَنِ الحَسَنِ، قَالَ: «لاَ بَأْسَ بِالقِرَاءَةِ عَلَى العَالِمِ»
Telah
menceritakan kepada kami, Muhammad bin Salam ia berkata: Telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al-Hasan Al-Wasithiy,
dari ‘Auf [bin Abi Jamilah Al-A’rabiy], dari Al-Hasan, ia berkata:
“Tidak mengapa (menerima hadits) dengan cara membacakan kepada seorang alim”.
b. Atsar Sufyan Ats-Tsauriy dan Malik rahimahumallah.
Imam
Bukhari -rahimahullah- berkata:
وَأَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ
الفَرَبْرِيُّ، وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ البُخَارِيُّ قَالَ:
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ سُفْيَانَ قَالَ: "إِذَا
قُرِئَ عَلَى المُحَدِّثِ فَلاَ بَأْسَ أَنْ يَقُولَ: حَدَّثَنِي ". قَالَ: وَسَمِعْتُ
أَبَا عَاصِمٍ [الضحاك بن مخلد] يَقُولُ عَنْ مَالِكٍ، وَسُفْيَانَ: " القِرَاءَةُ عَلَى العَالِمِ
وَقِرَاءَتُهُ سَوَاءٌ "
Dan
telah memberitakankepada kami, Muhammad bin Yusuf Al-Farabriy, dan telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Isma’il Al-Bukhariy, ia berkata: Telah
menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Musa, dari Sufyan, ia berkata: “Apabila dibacakan kepada seorang ahli hadits
maka itu tidak mengapa untuk mengatakan: Haddatsaniy”. Ia berkata: Dan
aku mendengar Abu ‘Ashim [Adh-Dhahhak bin Maklad] berkata dari Malik dan Sufyan:
“Bacaan terhadap seorang alim dan bacaannya adalah sama”.
c. Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Jalur pertama: Imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
63 - حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ،
قَالَ: حَدَّثَنَا اللَّيْثُ [بن سعد]، عَنْ سَعِيدٍ [بن أبي سعيد] هُوَ
المَقْبُرِيُّ، عَنْ شَرِيكِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ، أَنَّهُ
سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، يَقُولُ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ مَعَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي المَسْجِدِ، دَخَلَ رَجُلٌ عَلَى جَمَلٍ،
فَأَنَاخَهُ فِي المَسْجِدِ ثُمَّ عَقَلَهُ، ثُمَّ قَالَ لَهُمْ: أَيُّكُمْ
مُحَمَّدٌ؟ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَّكِئٌ بَيْنَ
ظَهْرَانَيْهِمْ، فَقُلْنَا: هَذَا الرَّجُلُ الأَبْيَضُ المُتَّكِئُ. فَقَالَ
لَهُ الرَّجُلُ: يَا ابْنَ عَبْدِ المُطَّلِبِ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قَدْ أَجَبْتُكَ». فَقَالَ الرَّجُلُ لِلنَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنِّي سَائِلُكَ فَمُشَدِّدٌ عَلَيْكَ فِي
المَسْأَلَةِ، فَلاَ تَجِدْ عَلَيَّ فِي نَفْسِكَ؟ فَقَالَ: «سَلْ عَمَّا بَدَا
لَكَ» فَقَالَ: أَسْأَلُكَ بِرَبِّكَ وَرَبِّ مَنْ قَبْلَكَ، آللَّهُ أَرْسَلَكَ
إِلَى النَّاسِ كُلِّهِمْ؟ فَقَالَ: «اللَّهُمَّ نَعَمْ». قَالَ: أَنْشُدُكَ
بِاللَّهِ، آللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ نُصَلِّيَ الصَّلَوَاتِ الخَمْسَ فِي اليَوْمِ
وَاللَّيْلَةِ؟ قَالَ: «اللَّهُمَّ نَعَمْ». قَالَ: أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ، آللَّهُ
أَمَرَكَ أَنْ نَصُومَ هَذَا الشَّهْرَ مِنَ السَّنَةِ؟ قَالَ: «اللَّهُمَّ
نَعَمْ». قَالَ: أَنْشُدُكَ بِاللَّهِ، آللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ تَأْخُذَ هَذِهِ
الصَّدَقَةَ مِنْ أَغْنِيَائِنَا فَتَقْسِمَهَا عَلَى فُقَرَائِنَا؟ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «اللَّهُمَّ نَعَمْ». فَقَالَ
الرَّجُلُ: آمَنْتُ بِمَا جِئْتَ بِهِ، وَأَنَا رَسُولُ مَنْ وَرَائِي مِنْ
قَوْمِي، وَأَنَا ضِمَامُ بْنُ ثَعْلَبَةَ أَخُو بَنِي سَعْدِ بْنِ بَكْرٍ
Telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, ia berkata: Telah menceritakan
kepada kami Al-Laits [bin Sa’d], dari Sa'id
[bin Abi Sa’id] Al Maqburiy, dari Syarik bin Abdullah bin Abu Namir; bahwa dia
mendengar Anas bin Malik berkata: Ketika kami sedang duduk-duduk bersama
Nabi ﷺ di dalam Masjid, ada seorang yang menunggang unta datang lalu
menambatkannya di dekat Masjid lalu berkata kepada mereka (para sahabat):
"Siapa diantara kalian yang bernama Muhammad?" Pada saat itu Nabi ﷺ
bersandaran di tengah para sahabat, lalu kami menjawab, "Orang Ini, yang
berkulit putih yang sedang bersandar". Orang itu berkata kepada beliau,
"Wahai putra Abdul Muththalib" Nabi ﷺ menjawab, "Ya, aku sudah
menjawabmu". Maka orang itu berkata kepada Nabi ﷺ,
"Aku bertanya kepadamu persoalan yang mungkin berat buatmu namun janganlah
kamu merasakan sesuatu terhadapku." Maka Nabi ﷺ
menjawab, "Tanyalah apa yang menjadi persoalanmu". Orang itu berkata,
"Aku bertanya kepadamu demi Rabb-mu dan Rabb orang-orang sebelummu. Apakah
Allah yang mengutusmu kepada manusia seluruhnya?" Nabi ﷺ
menjawab, "Demi Allah, ya benar!" Kata orang itu, "Aku bersumpah
kepadamu atas nama Allah, apakah Allah yang memerintahkanmu supaya kami shalat
lima (waktu) dalam sehari semalam?" Nabi ﷺ menjawab, "Demi Allah, ya
benar!" Kata orang itu, "Aku bersumpah kepadamu atas nama Allah,
apakah Allah yang memerintahkanmu supaya kami puasa di bulan ini dalam satu
tahun?" Nabi ﷺ menjawab, "Demi Allah, ya benar!" Kata orang itu,
"Aku bersumpah kepadamu atas nama Allah, apakah Allah yang memerintahkanmu
supaya mengambil sedekah dari orang-orang kaya di antara kami lalu
membagikannya kepada orang-orang fakir diantara kami?" Nabi ﷺ
menjawab, "Demi Allah, ya benar!" Kata orang itu, "Aku beriman
dengan apa yang engkau bawa dan aku adalah utusan kaumku, aku Dlamam bin
Tsa'labah saudara dari Bani Sa'd bin Bakr."
Jalur kedua: Imam Bukhari -rahimahullah-
berkata:
وَرَوَاهُ مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ،
وَعَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الحَمِيدِ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ المُغِيرَةِ، عَنْ
ثَابِتٍ [بن أسلم البناني]، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِهَذَا
Dan
diriwayatkan juga oleh Musa bin Isma'il dan Ali bin Abdul Hamid, dari Sulaiman
bin Al Mughirah, dari Tsabit [bin Aslam Al-Bunaniy], dari Anas dari Nabi ﷺ
seperti hadits ini.
Penjelasan singkat
hadits Anas:
1.
Biografi
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.
Lihat
di sini: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Biografi
Dhimam bin Tsa’labah As-Sa’diy radhiyallahu ‘anhu.
Ia
mendatangai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada tahun 9 hijriyah.
Abdullah
bin Abbas radhiyallahu
‘anhuma berkata;
بَعَثَتْ بَنُو سَعْدِ بْنِ بَكْرٍ
ضِمَامَ بْنَ ثَعْلَبَةَ وَافِدًا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَقَدِمَ عَلَيْهِ، وَأَنَاخَ بَعِيرَهُ عَلَى بَابِ الْمَسْجِدِ،
ثُمَّ عَقَلَهُ، ثُمَّ دَخَلَ الْمَسْجِدَ، وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، جَالِسٌ فِي أَصْحَابِهِ، وَكَانَ ضِمَامٌ رَجُلًا جَلْدًا
أَشْعَرَ ذَا غَدِيرَتَيْنِ، فَأَقْبَلَ حَتَّى وَقَفَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِي أَصْحَابِهِ فَقَالَ: أَيُّكُمُ ابْنُ
عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«أَنَا ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ» ، قَالَ مُحَمَّدٌ؟ قَالَ: «نَعَمْ» ، فَقَالَ:
ابْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ، إِنِّي سَائِلُكَ وَمُغَلِّظٌ فِي الْمَسْأَلَةِ، فَلا
تَجِدَنَّ فِي نَفْسِكَ، قَالَ: «لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي، فَسَلْ عَمَّا بَدَا
لَكَ» قَالَ: أَنْشُدُكَ اللَّهَ إِلَهَكَ، وَإِلَهَ مَنْ كَانَ قَبْلَكَ،
وَإِلَهَ مَنْ هُوَ كَائِنٌ بَعْدَكَ، آللَّهُ بَعَثَكَ إِلَيْنَا رَسُولًا؟
فَقَالَ: «اللَّهُمَّ نَعَمْ» قَالَ: فَأَنْشُدُكَ اللَّهَ إِلَهَكَ، وَإِلَهَ مَنْ
كَانَ قَبْلَكَ، وَإِلَهَ مَنْ هُوَ كَائِنٌ بَعْدَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ
تَأْمُرَنَا أَنْ نَعْبُدَهُ وَحْدَهُ، لَا نُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ
نَخْلَعَ هَذِهِ الْأَنْدَادَ الَّتِي كَانَتْ آبَاؤُنَا يَعْبُدُونَ مَعَهُ؟
قَالَ: «اللَّهُمَّ نَعَمْ» ، قَالَ: فَأَنْشُدُكَ اللَّهَ إِلَهَكَ، وَإِلَهَ
مَنْ كَانَ قَبْلَكَ، وَإِلَهَ مَنْ هُوَ كَائِنٌ بَعْدَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ أَنْ
نُصَلِّيَ هَذِهِ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ؟ قَالَ: «اللَّهُمَّ نَعَمْ» قَالَ:
ثُمَّ جَعَلَ يَذْكُرُ فَرَائِضَ الْإِسْلامِ فَرِيضَةً فَرِيضَةً: الزَّكَاةَ،
وَالصِّيَامَ، وَالْحَجَّ، وَشَرَائِعَ الْإِسْلامِ كُلَّهَا، يُنَاشِدُهُ عِنْدَ
كُلِّ فَرِيضَةٍ كَمَا يُنَاشِدُهُ فِي الَّتِي قَبْلَهَا، حَتَّى إِذَا فَرَغَ
قَالَ: فَإِنِّي أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُولُ اللَّهِ، وَسَأُؤَدِّي هَذِهِ الْفَرَائِضَ، وَأَجْتَنِبُ مَا نَهَيْتَنِي
عَنْهُ، ثُمَّ لَا أَزِيدُ وَلا أَنْقُصُ، قَالَ: ثُمَّ انْصَرَفَ رَاجِعًا إِلَى
بَعِيرِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ
وَلَّى: «إِنْ يَصْدُقْ ذُو الْعَقِيصَتَيْنِ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ» قَالَ: فَأَتَى
إِلَى بَعِيرِهِ، فَأَطْلَقَ عِقَالَهُ، ثُمَّ خَرَجَ حَتَّى قَدِمَ عَلَى
قَوْمِهِ، فَاجْتَمَعُوا إِلَيْهِ، فَكَانَ أَوَّلَ مَا تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ
قَالَ: بِئْسَتِ اللاتُ وَالْعُزَّى، قَالُوا: مَهْ يَا ضِمَامُ، اتَّقِ الْبَرَصَ
وَالْجُذَامَ، اتَّقِ الْجُنُونَ، قَالَ: وَيْلَكُمْ، إِنَّهُمَا وَاللَّهِ لَا
يَضُرَّانِ وَلا يَنْفَعَانِ، إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ بَعَثَ رَسُولًا،
وَأَنْزَلَ عَلَيْهِ كِتَابًا اسْتَنْقَذَكُمْ بِهِ مِمَّا كُنْتُمْ فِيهِ،
وَإِنِّي أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ،
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، إِنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ مِنْ عِنْدِهِ
بِمَا أَمَرَكُمْ بِهِ، وَنَهَاكُمْ عَنْهُ، قَالَ: فَوَاللَّهِ مَا أَمْسَى مِنْ
ذَلِكَ الْيَوْمِ وَفِي حَاضِرِهِ رَجُلٌ وَلا امْرَأَةٌ إِلا مُسْلِمًا قَالَ:
يَقُولُ ابْنُ عَبَّاسٍ: «فَمَا سَمِعْنَا بِوَافِدِ قَوْمٍ كَانَ أَفْضَلَ مِنْ
ضِمَامِ بْنِ ثَعْلَبَةَ» [مسند أحمد: حسن]
Bani
Sa'd bin Bakar mengutus Dlimam bin Tsa'labah sebagai utusan kepada Rasulullah ﷺ, lalu ia pun datang kepada beliau. Dia
menderumkan untanya di pintu masjid lalu mengikatnya, kemudian ia pun masuk
masjid, sementara Rasulullah ﷺ
sedang duduk bersama para sahabatnya. Dlimam adalah seorang laki-laki berambut
lebat yang dikepang dua. Dia menghampiri hingga berdiri di hadapan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya, lalu berkata,
"Siapa di antara kalian putra Abdul Muththalib?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Akulah putra Abdul
Muththalib." Dia berkata lagi, "Muhammad." Beliau menjawab,
"Ya." Dia berkata lagi, "Wahai Putra Abdul Muththalib! Aku akan
bertanya kepadamu, dan aku serius dalam bertanya, maka janganlah engkau merasa
tersinggung." Beliau menjawab,: "Aku tidak akan tersinggung, silakan
tanyakan apa yang engkau kehendaki." Dia berkata lagi, "Aku persaksikan
engkau kepada Allah Tuhanmu, Tuhan orang-orang sebelummu dan Tuhan siapa pun
setelahmu. Benarkah Allah telah mengutusmu kepada kami sebagai rasul?"
beliau menjawab, "Allahumma, ya." Dia berkata lagi, "Aku
persaksikan engkau kepada Allah Tuhanmu, Tuhan orang-orang sebelummu dan Tuhan
siapa pun setelahmu. Apakah Allah telah memerintahkanmu agar engkau
memerintahkan kami menyembah-Nya semata, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
pun dan agar kami meninggalkan sekutu-sekutu yang biasa disembah oleh para
leluhur kita bersama-Nya?" Beliau menjawab, "Allahumma, ya." Dia
berkata lagi, "Aku persaksikan engkau kepada Allah Tuhanmu, Tuhan
orang-orang sebelummu dan Tuhan siapa pun setelahmu. Apakah Allah telah
memerintahkanmu agar kami melaksanakan shalat yang lima ini?" Beliau
menjawab, "Allahumma, ya." Kemudian ia menanyakan tentang
kewajiban-kewajiban Islam satu persatu, yaitu zakat, puasa, haji dan syari
'at-syari 'at Islam semuanya, dia mempersaksikan beliau kepada Allah pada
setiap kewajiban itu sebagaimana yang sebelumnya, hingga setelah selesai dari
pertanyaannya ia berkata, "Sungguh aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang haq selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Aku
akan melaksanakan kewajiban-kewajiban ini dan menjauhi apa yang dilarang.
Kemudian aku tidak akan menambahi dan tidak pula mengurangi." Ibnu Abbas
berkata; Setelah itu ia berbalik menuju untanya, setelah ia beranjak,
Rasulullah ﷺ bersabda, "Bila si kepang dua ini
benar, niscaya ia akan masuk surga." Ibnu Abbas berkata; Kemudian
laki-laki itu menghampiri untanya, lalu melepaskan ikatannya, kemudian ia
berangkat hingga sampai kepada kaumnya, lalu mereka pun mengerumuninya. Yang
pertama kali diucapkannya adalah, "Sialan Latta dan Uzza!" Kaumnya
berkata, "Huss Dlimam! Hati-hati terhadap si sopak dan si buntung!
Hati-hati terhadap si gila!" Dlimam berkata, "Celakalah kalian! Demi
Allah, sungguh keduanya itu tidak dapat mendatangkan mudharat dan tidak pula
manfaat. Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla telah mengutus seorang rasul dan
menurunkan kitab kepadanya untuk menyelamatkan kalian dari apa yang kalian
berada di dalamnya. Dan sesungguhnya aku telah bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang haq selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad
adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Sungguh aku datang kepada kalian dari sisinya
dengan membawa apa yang diperintahkan kepada kalian dan apa yang dilarang pada
kalian."
Ibnu
Abbas melanjutkan, "Demi Allah, sejak hari itu, tidak ada seorang pun yang
mendatanginya, baik laki-laki maupun perempuan, kecuali dia telah memeluk
Islam."
Selanjutnya
Ibnu Abbas berkata, "Kami pernah mendengar utusan suatu kaum yang lebih baik
daripada Dlimam bin Tsa 'labah." [Musnad Ahmad: Hasan]
3.
Seorang
guru atau imam boleh bersandar di hadapan murid atau sahabatnya.
Dari Abu
Bakrah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«أَلاَ
أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الكَبَائِرِ؟»
"Maukah kalian
kuberi tahu tentang dosa yang paling besar?" diulang tiga kali.
Sahabat
menjawab: Tentu, wahai Rasulullah!
Beliau
menjawab:
«الإِشْرَاكُ
بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ - وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ -
أَلاَ وَقَوْلُ الزُّورِ»
"Menyekutukan
Allah, durhaka kepada kedua orang tua".
Beliau
kemudian duduk setelah bersandar, kemudian bersabda lagi:
"Ketahuilah, dan ucapan dusta (juga)"
Abu
Bakrah berkata: Rasulullah terus mengulanginya sampai kami berkata dalam hati: “Andai
beliau diam" [Sahih Bukhari dan Muslim]
4.
Tawadhu' Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Beliau
tidak menampakkan perbedaan penampilan di antara sahabatnya sehingga Dhimam
tidak bisa membedakan beliau dengan yang lainnya.
Dari 'Iyadh
bin Himar radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«إِنَّ
اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ،
وَلَا يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ» [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya
Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu' (rendah hati) sampai
seseorang tidak sombong terhadap yang lainnya, dan seseorang tidak melampaui
batas terhadap yang lainnya". [Sahih Muslim]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«وَمَا
تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ» [صحيح مسلم]
"Dan seseorang tidak bersikap tawadhu' demi Alla kecuali
Allah akan mengangkat derajatnya". [Sahih Muslim]
5.
Warna
kulit Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam putih kemerah-merahan.
Anas bin Malik radhiallahu'anhu menceritakan
sifat-sifat Nabi ﷺ, katanya:
«كَانَ
رَبْعَةً مِنَ القَوْمِ لَيْسَ بِالطَّوِيلِ وَلاَ بِالقَصِيرِ، أَزْهَرَ
اللَّوْنِ لَيْسَ بِأَبْيَضَ، أَمْهَقَ وَلاَ آدَمَ، لَيْسَ بِجَعْدٍ قَطَطٍ،
وَلاَ سَبْطٍ رَجِلٍ» [صحيح البخاري
ومسلم]
"Beliau adalah seorang laki-laki dari suatu kaum
yang tidak tinggi dan juga tidak pendek. Kulitnya terang tidak terlalu putih
dan tidak pula terlalu kecoklatan. Rambut beliau tidak terlalu keriting dan
tidak lurus". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Ali bin Abu Thalib radhiallahu
'anhu mensifatkan Nabi ﷺ, dia menyebutkan bahwa:
«كَانَ
عَظِيمَ الْهَامَةِ، أَبْيَضَ مُشْرَبًا حُمْرَةً، عَظِيمَ اللِّحْيَةِ، ضَخْمَ
الْكَرَادِيسِ، شَثْنَ الْكَفَّيْنِ وَالْقَدَمَيْنِ، طَوِيلَ الْمَسْرُبَةِ،
كَثِيرَ شَعَرِ الرَّأْسِ رَجْلَهُ، يَتَكَفَّأُ فِي مِشْيَتِهِ كَأَنَّمَا
يَنْحَدِرُ فِي صَبَبٍ، لَا طَوِيلٌ، وَلا قَصِيرٌ، لَمْ أَرَ مِثْلَهُ قَبْلَهُ
وَلَا بَعْدَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» [زوائد مسند أحمد: حسن لغيره]
"Beliau adalah seorang yang kepalanya besar,
berkulit putih kemerah-merahan, jenggotnya lebat dan tulang kepalanya juga
besar, jari-jari pada tangan dan kakinya kasar. Rambut dadanya lebat, dan
rambut kepalanya lebat, condong kekanan dan kekiri seakan-akan menuruni tempat
yang menurun, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Saya belum pernah
menjumpai orang seperti beliau sebelum dan sesudahnya." [Zawaid Musnad
Ahmad: Hasan ligairih]
6.
Kesabaran
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyikapi orang yang berlaku kasar
kepadanya.
Anas
bin Malik radhiallahu 'anhu
berkata:
«كُنْتُ
أَمْشِي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ
غَلِيظُ الحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ فَجَذَبَهُ جَذْبَةً شَدِيدَةً، حَتَّى
نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ
أَثَّرَتْ بِهِ حَاشِيَةُ الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَذْبَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: مُرْ لِي
مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ! فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ فَضَحِكَ، ثُمَّ أَمَرَ
لَهُ بِعَطَاءٍ»
"Aku
pernah berjalan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang ketika
itu Beliau mengenakan selendang yang tebal dan kasar buatan Najran. Kemudian
seorang Arab Baduy datang lalu menarik Beliau dengan tarikan yang keras hingga
aku melihat permukaan pundak Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berbekas
akibat tarikan yang keras itu. Lalu Beliau berkata: "Perintahkanlah, agar
aku diberikan harta Allah yang ada padamu". Kemudian Beliau memandang
kepada orang Arab Baduy itu dan tertawa Lalu Beliau memerintahkan agar
memberinya". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat:
Akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
7.
Boleh
bertanya untuk menegaskan suatu ilmu.
Anas
bin Malik radhiyallahu
'anhu berkata:
نُهِينَا أَنْ
نَسْأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ شَيْءٍ، فَكَانَ
يُعْجِبُنَا أَنْ يَجِيءَ الرَّجُلُ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ الْعَاقِلُ،
فَيَسْأَلَهُ، وَنَحْنُ نَسْمَعُ، فَجَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ،
فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَتَانَا رَسُولُكَ فَزَعَمَ لَنَا أَنَّكَ تَزْعُمُ
أَنَّ اللهَ أَرْسَلَكَ، قَالَ: «صَدَقَ»، قَالَ: فَمَنْ خَلَقَ السَّمَاءَ؟
قَالَ: «اللهُ»، قَالَ: فَمَنْ خَلَقَ الْأَرْضَ؟ قَالَ: «اللهُ»، قَالَ: فَمَنْ
نَصَبَ هَذِهِ الْجِبَالَ، وَجَعَلَ فِيهَا مَا جَعَلَ؟ قَالَ: «اللهُ»، قَالَ:
فَبِالَّذِي خَلَقَ السَّمَاءَ، وَخَلَقَ الْأَرْضَ، وَنَصَبَ هَذِهِ الْجِبَالَ،
آللَّهُ أَرْسَلَكَ؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا
خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِنَا، وَلَيْلَتِنَا، قَالَ: «صَدَقَ»، قَالَ:
فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قَالَ:
وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا زَكَاةً فِي أَمْوَالِنَا، قَالَ: «صَدَقَ»،
قَالَ: فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ بِهَذَا؟ قَالَ: «نَعَمْ»،
قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ فِي
سَنَتِنَا، قَالَ: «صَدَقَ»، قَالَ: فَبِالَّذِي أَرْسَلَكَ، آللَّهُ أَمَرَكَ
بِهَذَا؟ قَالَ: «نَعَمْ»، قَالَ: وَزَعَمَ رَسُولُكَ أَنَّ عَلَيْنَا حَجَّ
الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا، قَالَ: «صَدَقَ»، قَالَ: ثُمَّ
وَلَّى، قَالَ: وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ، لَا أَزِيدُ عَلَيْهِنَّ، وَلَا
أَنْقُصُ مِنْهُنَّ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَئِنْ
صَدَقَ لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ» [صحيح مسلم]
"Kami dilarang untuk (banyak) bertanya
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang sesuatu, dan kami
senang jika datang seorang laki-laki dari penduduk gurun yang berakal (cerdas),
lalu dia bertanya, sedangkan kami mendengarnya. Lalu seorang laki-laki dari
penduduk gurun datang seraya berkata: 'Wahai Muhammad, utusanmu mendatangi
kami, lalu mengklaim untuk kami bahwa kamu mengklaim bahwa Allah mengutusmu.'
Rasulullah menjawab: 'Benar'. Dia bertanya, 'Siapakah yang menciptakan langit?
' Rasulullah menjawab: 'Allah.' Dia bertanya, 'Siapakah yang menciptakan bumi?
' Rasulullah menjawab: 'Allah.' Dia bertanya, 'Siapakah yang memancangkan
gunung-gunung ini dan menjadikan isinya segala sesuatu yang Dia ciptakan? '
Beliau menjawab: 'Allah.' Dia bertanya, 'Maka demi Dzat yang menciptakan
langit, menciptakan bumi, dan memancangkan gunung-gunung ini, apakah Allah yang
mengutusmu? ' Beliau menjawab: 'Ya.' Dia bertanya, 'Utusanmu mengklaim bahwa
kami wajib melakukan shalat lima waktu sehari semalam, (apakah ini benar)? '
Beliau menjawab: 'Benar'. Dia bertanya, 'Demi Dzat yang mengutusmu, apakah
Allah menyuruhmu untuk melakukan ini? ' Beliau menjawab: 'Ya'. Dia bertanya,
'Utusanmu mengklaim bahwa kitab wajib melakukan puasa Ramadlan pada setiap
tahun kita, (apakah ini benar)? ' Beliau menjawab: 'Ya'. Dia bertanya, 'Demi
Dzat yang mengutusmu, apakah Allah menyuruhmu untuk melakukan ini? ' Beliau
menjawab: 'Ya'. Dia bertanya, 'Utusanmu
mengklaim bahwa kami wajib melakukan haji bagi siapa di antara kami yang mampu
menempuh jalan-Nya, (apakah ini benar)? ' Beliau menjawab, 'Ya benar'. Kemudian
dia berpaling dan berkata, 'Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku
tidak akan menambah atas kewajiban tersebut dan tidak akan mengurangi darinya'.
Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika benar (yang
dikatakannya), sungguh dia akan masuk surga'." [Shahih Muslim]
8.
Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
diutus untuk seluruh umat manusia.
Allah
-subhanahu wata'ala- berfirman:
{وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ
لَا يَعْلَمُونَ} [سبأ: 28]
Dan
kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui.
[Saba':28]
Ø
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
" أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ
أَحَدٌ مِنَ الأَنْبِيَاءِ قَبْلِي: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ، وَجُعِلَتْ
لِي الأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ
الصَّلاَةُ فَلْيُصَلِّ، وَأُحِلَّتْ لِي الغَنَائِمُ، وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ
إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً، وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ
" [صحيح البخاري ومسلم]
"Aku diberi lima perkara
yang tidak diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku: Aku diberi pertolongan
dengan rasa takut (yang menyelimuti musuh) sebelum tiba di medan perang sejauh
satu bulan perjalanan, dan dijadikan untukku bumi sebagai mesjid dan alat bersuci
(pengganti air) maka siapa saja dari umatku yang didapati waktu salat maka
hendaklah ia salat. Dan dihalalkan bagiku harta rampasan perang, dan Nabi
sebelumnya diutus kepada kaumnya saja sedangkan aku diutus kepada manusia
seluruhnya, dan aku diberi syafa'at". [Sahih Bukhari dan
Muslim]
Lihat: Keistimewaan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
9.
Kewajiban
shalat lima waktu.
Lihat: Keutamaan shalat dalam As-Sunnah
10. Kewajiban puasa Ramadhan.
Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (1) Kewajiban puasa Ramadhan
11. Kewajiban zakat.
Lihat: Keutamaan zakat, infaq, dan sedekah dalam As-Sunnah
12. Penyaluran zakat dan sedekah diutamakan untuk orang
miskin di daerah pemungutan.
Ibnu
'Abbas radhiyallahu 'anhuma
berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz radhiyallahu
'anhu ke negeri Yaman, Beliau berwasiat:
«إِنَّكَ
تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنَّ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ،
فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ
يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ، فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ
افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِي
فُقَرَائِهِمْ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ، فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ
أَمْوَالِهِمْ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا
وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ» [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya kamu akan mendatangi
suatu kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka kepada persaksian bahwa tidak
ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan bahwa aku adalah utusan
Allah. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut, maka beritahukanlah kepada
mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu pada setiap
siang dan malam. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka beritahukanlah
kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka sedekah yang diambil
dari orang kaya mereka lalu dibagikan kepada orang-orang fakir di antara
mereka. Jika mereka mentaatimu untuk hal tersebut maka kamu jauhilah harta
mulia mereka. Takutlah kamu terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada
penghalang antara dia dan Allah'." [Shahih Muslim]
13. Keutamaan menyampaikan ilmu yang dimiliki.
Allah
-subhanahu wata'ala- berfirman:
{وَمَنْ
أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي
مِنَ الْمُسْلِمِينَ} [فصلت:
33]
Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri?"
[Fushilat: 33]
Ø Dari Zayd bin Tsabit
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«نَضَّرَ
اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مِنَّا حَدِيثًا، فَحَفِظَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ، فَرُبَّ
حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ، وَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ لَيْسَ
بِفَقِيهٍ» [سنن
أبي داود: صحيح]
"Allah memberi
cahaya pada wajah (atau kenimatan) pada orang yang mendengar dariku suatu
hadits kemudian ia menghafalnya untuk ia sampaikan kepada orang lain. Karena
bisa jadi seorang yang menghafal suatu pemahaman (hadits) kemudian
menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya, dan bisa jadi orang yang
menghafal suatu pemahaman (hadits) tapi ia tidak paham". [Sunan Abu Daud:
Sahih]
14. Mengutus seseorang untuk menuntut ilmu agar kemudian kembali
mengajarkannya.
Allah
-subhanahu wata'ala- berfirman:
{وَمَا
كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ
مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا
رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ} [التوبة: 122]
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [At-Taubah:122]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ilmu bab 4 dan 5; Hadits Ibnu Umar "Perumpamaan pohon kurma"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...