بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abu Hurairah radhiallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مِنْ
أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي، يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ
رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِهِ»
"Diantara ummatku yang sangat
mencintaiku adalah orang-orang yang datang sepeninggalku, salah seorang diantara mereka sangat ingin melihatku (walau harus) dengan (mengorbankan) keluargan dan hartanya." [Shahih
Muslim]
Di dunia ini kita tidak mungkin bertemu dengan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kecuali dalam mimpi, namun kita sangat berharap semoga bisa bertemu langsung dan bersama beliau dalam surga.
Ada beberapa amalan untuk bisa
dekat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam surga, diantaranya:
1.
Menta’ati Allah dan
Rasulnya.
Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu
-mantan budak Nabi-, ia sangat mencintai Nabi shallallahu ' alaihi wasallam,
ia sangat tidak sabar untuk senantiasa bersama beliau. Suatu hari ia menghadap
Nabi dengan wajah yang berubah, nampak kesedihan di wajahnya. Maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«ما
غيَرَ لَوْنَكَ؟»
“Apa yang menyebabkan wajahmu berubah
begini?”
Tsauban menjawab:
يا رسولَ
اللهِ ، ما بي مَرَضٌ ولا وَجَعٌ؛ غيرَ أني إذا لم أَرَكَ اسْتَوْحَشْتُ وَحْشَةً
شديدةً حتى ألقاك، ثم إني إذا ذَكَرْتُ الآخِرَةَ أخافُ أَلَّا أراكَ لأنكَ
تُرْفَعُ إلى عِلِّيِّينَ مع النَّبِيِّينَ؛ وإني إن دَخَلْتُ الجنةَ كنتُ في
منزلةٍ أَدْنَى من منزِلتِكَ، وإن لم أَدْخُلْها لم أَرَكَ أبدًا، فنزل قولُه
تعالى: {وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ
اللهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا}. [ضعف إسناده الشيخ الألباني في فقه
السيرة ص210]
“Wahai Rasulullah, aku tidak sedang sakit,
hanya saja jika aku tidak melihatmu aku merasakan kerinduan yang sangat
mendalam sampai aku menemuimu, kemudian aku mengingat akhirat dan aku takut
tidak bisa lagi melihatmu karena engkau berada di surga tertinggi bersama para
Nabi, sedangkan aku jika masuk surga maka aku akan berada di tempat yang lebih
rendah dari tempatmu. Namu jika aku tidak masuk surga, maka aku tidak akan
pernah lagi menemuimu”.
Maka firman Allah ta'aalaa turun: {Dan
barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin (jujur keimanannya), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya}. [An-Nisaa': 69]
Sanad hadits ini
dilemahkan oleh syekh Albaniy rahimahullah dalam tahkik kitab Fiqhus
Sirah hal.210, akan tetapi matannya shahih dengan beberapa penguat
dari hadits Aisyah dan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum:
a) Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:
Seorang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan berkata: Wahai Rasulullah demi Allah seseungguhnya engkau
lebih saya cintai dari diriku sendiri, dan sesungguhnya engkau lebih saya
cintai dari keluargaku, dan lebih aku cintai dari anakku. Dan sungguh aku
berada dalam rumah, kemudian aku mengingatmu lalu aku tidak sabar untuk bertemu
denganmu kemudian melihatmu. Dan jika aku mengingat kematianku dan kematianmu,
aku yakin engkau akan masuk surga dan diangkat bersama para Nabi, sedangkan aku
jika masuk surga aku khawatir tidak dapat melihatmu!
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
membalasnya sampai Jibril turun membawa ayat ini {Dan barangsiapa
yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya}. [An-Nisaa': 69] [Al-Mu’jam Al-Ausath
karya Ath-Thabaraniy]
b) Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata:
أَنَّ رَجُلًا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي لَأُحِبُّكَ حَتَّى
إِنِّي لَأَذْكُرُكَ، فَلَوْلَا أَنِّي أَجِيءُ فَأَنْظُرُ إِلَيْكَ ظَنَنْتُ
أَنَّ نَفْسِي تَخْرُجُ، فَأَذْكُرُ أَنِّي إِنْ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ صِرْتُ
دُونَكَ فِي الْمَنْزِلَةِ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيَّ، وَأُحِبُّ أَنْ أَكُونَ مَعَكَ
فِي الدَّرَجَةِ، " فَلَمْ يَرُدَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ شَيْئًا، فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ} [النساء: 69] الْآيَةَ، فَدَعَاهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَتَلَاهَا عَلَيْهِ " [المعجم الكبير
للطبراني (12/ 86)]
Seorang
mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya: Wahai
Rasulullah, seseunggunya aku mencintaimu sampai terkadang aku mengingatmu dan
sekiranya aku tidak mendatangimu dan melihatmu maka aku merasa ruhku akan
keluar. Kemudian aku teringat bahwa jika aku masuk surga maka aku akan berada
di bawah kedudukanmu, maka itu memberatkanku karena aku ingin bersamamu dalam
satu derajat.
Maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak membalas dengan sesuatu
pun, kemudian Allah ‘azza wajalla menurunkan firmanNya: {Dan
barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya}. [An-Nisaa': 69]
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam memanggilnya dan membacakan ayat ini kepadanya. [Al-Mu’jam
Al-Kabiir karya Ath-Thabaraniy]
Hadits
ini dihukumi shahih oleh syekh Albaniy rahimahullah
dalam kitabnya Silsilah Ash-Shahihah (6/1044) no.2933.
Ø ‘Amr bin Murrah
Al-Juhaniy radhiyallahu
'anhu berkata: Seseorang datang
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: Wahai Rasulullah,
aku telah bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan
bahwasanya engkau adalah Rasul Allah, dan aku mendirikan shalat lima waktu, dan
aku menunaikan zakat, dan aku berpuasa di bulan Ramadhan!
Maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ مَاتَ عَلَى هَذَا،
كَانَ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
هَكَذَا - وَنَصَبَ إِصْبَعَيْهِ -، مَا لَمْ يُعَقَّ وَالِدَيْهِ» [مسند أحمد: صحيح]
“Siapa
yang mati dalam keadaan seperti ini, ia akan bersama para Nabi, shiddiq, dan
syuhada’ pada hari kiamat seperti ini -beliau mengacungkan kedua jarinya-,
selama ia tidak durhaka kepada kedua orang tuanya”. [Musnad Ahmad: Shahih]
2.
Memperbanyak shalat
sunnah.
Rabi'ah bin Ka'ab al-Aslamiy radhiallahu 'anhu berkata:
«كُنْتُ
أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ
وَحَاجَتِهِ فَقَالَ: لِي سَلْ! فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي
الْجَنَّةِ قَال:َ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ؟ قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ قَال:َ فَأَعِنِّي
عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ»
"Saya bermalam bersama Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam (tidur depan pintu Nabi), lalu aku membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya, maka beliau bersabda kepadaku, 'Mintalah kepadaku.'
Maka aku
berkata, 'Aku meminta kepadamu agar aku menemanimu di surga'.
Rasulullah shallallahu ' alaihi wasallam
bertanya: 'Adakah selain itu'.
Aku menjawab, 'Itu saja'.
Maka beliau menjawab, 'Bantulah aku untuk mewujudkan
keinginanmu dengan banyak melakukan sujud'. [Shahih Muslim]
Lihat: Keutamaan shalat
3.
Memohon kepada Allah subhanahu
wata’aalaa.
Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu
'anhu (pembawa sendal Nabi); "Rasulullah -shallallahu 'alaihi
wasallam- masuk masjid bersama dengan Abu Bakar dan Umar. Sementara Ibnu
Mas'ud sedang melaksanakan shalat di dalam masjid dengan membaca surat
An-Nisaa` hingga selesai ayat keseratus. Kemudian Ibnu Mas'ud berdoa dalam
keadaan berdiri shalat, beliau lalu bersabda:
«اسْأَلْ
تُعْطَهْ، اسْأَلْ تُعْطَهْ»
"Mintalah niscaya engkau akan diberi,
mintalah niscaya engkau akan diberi."
Kemudian beliau bersabda:
«مَنْ
سَرَّهُ أَنْ يَقْرَأَ الْقُرْآنَ غَضًّا كَمَا أُنْزِلَ فَلْيَقْرَأْهُ
بِقِرَاءَةِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ»
"Barangsiapa ingin membaca Al-Qur'an
sebagaimana ia diturunkan, hendaklah ia membaca dengan qira'ah Ibnu Ummi
'Abd."
Ketika tiba waktu pagi, Abu Bakar pergi
menemui Abdullah bin Mas'ud untuk menyampaikan kabar gembira tersebut. Abu
Bakar lalu bertanya, "Apa yang kamu minta kepada Allah tadi malam?"
Ibnu Mas'ud menjawab, "Aku
mengucapkan:
«اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ إِيمَانًا لَا يَرْتَدُّ، وَنَعِيمًا لَا يَنْفَدُ،
وَمُرَافَقَةَ مُحَمَّدٍ فِي أَعْلَى جَنَّةِ الْخُلْدِ»
'Ya Allah, aku meminta kepadamu keimanan
yang tidak akan murtad, kenikmatan yang tidak akan hilang, bisa menemani
Muhammad di surga yang tinggi dan kekal."
Umar lalu datang, lantas dikatakan kepadanya,
"Sesungguhnya Abu Bakar telah mendahuluimu."
Maka Umar pun berkata, "Semoga Allah
merahmati Abu Bakar, tidaklah aku berlomba dengannya dalam kebaikan kecuali ia
mendahuluiku." [Musnad Ahmad: Shahih]
Lihat: Keutamaan berdo’a
4. Mencintai
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Anas bin Malik radhiallahu 'anhu
berkata:
«جَاءَ
رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى
السَّاعَةُ؟ قَالَ: وَمَا أَعْدَدْتَ لِلسَّاعَةِ؟ قَالَ: حُبَّ اللَّهِ
وَرَسُولِهِ، قَالَ: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ: فَمَا
فَرِحْنَا بَعْدَ الْإِسْلَامِ فَرَحًا أَشَدَّ مِنْ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ. قَالَ أَنَسٌ:
فَأَنَا أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ، فَأَرْجُو أَنْ
أَكُونَ مَعَهُمْ وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِأَعْمَالِهِمْ»
"Pada suatu hari seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
seraya bertanya; 'Ya RasululIah, kapankah kiamat itu akan datang? '
Mendengar pertanyaan laki-laki itu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam balik bertanya: 'Apa yang telah
kamu siapkan untuk menghadapi kiamat? '
Laki-laki itu menjawab; 'Kecintaan kepada
Allah dan Rasul-Nya.'
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: 'Sesungguhnya kamu akan bersama orang yang kamu cintai.'
Anas berkata; 'Tidak ada yang lebih
menyenangkan hati kami setelah masuk Islam selain sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang berbunyi:
'Sesungguhnya kamu akan bersama orang yang kamu cintai.'
Anas berkata; 'Karena saya mencintai Allah,
Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar, maka saya berharap kelak akan bersama mereka
meskipun saya tidak dapat beramal seperti mereka.' [Shahih Muslim]
Ø Abdullah bin Mas'ud radhiallahu'anhu berkata:
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ تَقُولُ
فِي رَجُلٍ أَحَبَّ قَوْمًا وَلَمْ يَلْحَقْ بِهِمْ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah ﷺ seraya bertanya,
"Wahai Rasulullah, bagaimana Anda mengatakan mengenai seseorang yang
mencintai suatu kaum, namun dia tidak
mencapai kaum tersebut (dalam amalan dan keutamaan)?"
Maka Rasulullah ﷺ
bersabda, "Seseorang akan bersama dengan yang di cintainya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Abu Musa radhiallahu'anhu berkata:
قِيلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الرَّجُلُ يُحِبُّ القَوْمَ وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ؟ قَالَ:
«المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ» [صحيح البخاري]
Diberitahukan kepada Nabi ﷺ bahwa ada seseorang yang mencintai suatu kaum, namun dia tidak mencapai kaum tersebut (dalam
amalan dan keutamaan)?
Beliau bersabda, "Seseorang akan
bersama dengan orang yang di cintainya." [Shahih Bukhari]
Ø Abu Dzar radhiyallahu 'anhu bertanya:
يَا رَسُولَ اللَّهِ: الرَّجُلُ
يُحِبُّ الْقَوْمَ، وَلَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَعْمَلَ كَعَمَلِهِمْ، قَالَ: «أَنْتَ
يَا أَبَا ذَرٍّ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ»، قَالَ: فَإِنِّي أُحِبُّ اللَّهَ،
وَرَسُولَهُ، قَالَ: «فَإِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ» قَالَ: فَأَعَادَهَا أَبُو
ذَرٍّ فَأَعَادَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [سنن أبي داود: صحيح]
"Wahai Rasulullah, seorang laki-laki
menyukai suatu kaum, namun ia tidak bisa (meniru) amalan yang mereka
lakukan?"
Beliau menjawab, "Wahai Abu Dzar, kamu
akan bersama dengan orang yang kamu sukai."
Abu Dzar berkata, "Sungguh, aku
menyukai Allah dan rasul-Nya."
Beliau bersabda, "Kamu bersama siapa
yang kamu sukai."
Abu Dzar mengulangi ucapannya, maka
Rasulullah ﷺ
pun mengulangi ucapannya." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Dari Shafwan bin 'Assal Al Muradiy radhiyallahu 'anhu;
Seorang Badui tersebut berkata:
المَرْءُ
يُحِبُّ القَوْمَ وَلَمَّا يَلْحَقْ بِهِمْ؟ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ يَوْمَ القِيَامَةِ» [سنن
الترمذي: حسن]
Bagaimana nasib seseorang mencintai sebuah
kaum, namun dia tidak mencapai kaum
tersebut (dalam amalan dan keutamaan)?
Nabi ﷺ bersabda, "Seseorang akan bersama
dengan orang yang dicintainya pada hari kiamat." [Sunan Tirmidziy: Hasan]
Ø Dari Jabir radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«الْعَبْدُ مَعَ مَنْ
أَحَبَّ» [مسند أحمد: حسن لغيره]
"Seorang hamba itu akan dikumpulkan
bersama yang dia cintai." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Lihat: Cinta Rabi'ah kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
5. Memperbanyak
shalawat
Dari Abu Umamah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"
أَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَلَاةِ فِي كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ , فَإِنَّ صَلَاةَ
أُمَّتِي تُعْرَضُ عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ
عَلَىَّ صَلَاةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّي مَنْزِلَةً " [شعب الإيمان للبيهقي: حسن]
"Perbanyaklah kalian berselawat padaku setiap hari
Jum'at, karena shalawat umatku diperlihatkan padaku di setiap hari Jum'at, dan
barangsiapa yang paling banyak shalawatnya padaku maka dialah yang paling dekat
kedudukannya dariku". [Syu'ab Al-Iman karya Al-Baehiqy: Hasan]
Ø Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً» [صحيح ابن حبان]
"Sesungguhnya manusia yang paling utama denganku pada
hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat kepadaku". [Sahih Ibnu
Hibban]
Lihat: Keutamaan bershalawat
6. Berakhlak
mulia.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ
مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ
أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي
مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالمُتَشَدِّقُونَ
وَالمُتَفَيْهِقُونَ»
“Sesungguhnya yang paling aku cintai dari
kalian dan yang paling dekat dariku di hari kiamat adalah yang paling baik
akhlaknya, dan sesungguhnya yang yang paling aku benci dari kalian dan paling
jauh dariku di hari kiamat "ats-tsartsaruun" (yang banyak
bicara), "al-mutasyaddiquun" (yang terlalu bergaya/berlebian
cara berbicaranya), dan "al-mutafaihiquun”.”
Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, kami sudah
tahu makna "ats-tsartsaruun" dan "al-mutasyaddiquun",
lalu apa makna "al-mutafaihiquun”?
Rasulullah menjawab:
«المُتَكَبِّرُونَ»
[سنن الترمذي:
صححه الألباني]
“Orang yang sombong (dalam berbicara)”.
[Sunan At-Tirmidziy: Sahih]
Lihat: Keutamaan akhlak mulia
7. Merawat
dua anak perempuan atau lebih
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ
عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا، جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ» [صحيح مسلم]
“Barangsiapa yang menanggung nafkah dua
anak gadis sampai balig maka ia akan datang pada hari kiamat (masuk surga)
bersamaku (seperti ini)”.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
mendekatkan dua jarinya. [Shahih Muslim]
Ø Dalam riwayat lain:
"
مَنْ عَالَ ابْنَتَيْنِ، أَوْ
ثَلَاثَ بَنَاتٍ، أَوْ أُخْتَيْنِ، أَوْ ثَلَاثَ أَخَوَاتٍ، حَتَّى يَبِنَّ أَوْ
يَمُوتَ عَنْهُنَّ، كُنْتُ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ " [مسند أحمد: صحيح]
“Barangsiapa yang menanggung nafkah dua
anak perempuan atau tiga, atau dua saudari perempuan atau tiga sampai mereka
pergi atau ia mati maka aku dan ia di surga seperti ini”.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menunjukkan jari telunjuk dan tengahnya. [Musnad Ahmad: Sahih]
Lihat: Penghargaan Islam terhadap perempuan
8. Menanggung
anak yatim.
Dari Sahl bin Sa'd radhiyallahu 'anhuma; Nabi ﷺ bersabda:
«أَنَا
وَكَافِلُ اليَتِيمِ فِي الجَنَّةِ هَكَذَا»
"Aku dan orang yang menanggung anak yatim berada di surga
seperti ini."
Beliau mengisyaratkan dengan kedua jarinya yaitu
telunjuk dan jari tengah. [Shahih Bukhari]
Ø Abu Hurariah radhiyallahu 'anhu berkata,
Rasulullah ﷺ
bersabda:
«كَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي
الْجَنَّةِ»
"Orang yang
menanggung anak yatim miliknya atau milik orang lain, aku dan dia seperti dua
ini di surga."
Imam Malik mengisyaratkan jari
telunjuk dan jari tengah. [Shahih Muslim]
9. Pedagang
yang jujur dan amanah.
Dari Abu Sa'id radhiyallahu
'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«التَّاجِرُ
الصَّدُوقُ الأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ، وَالصِّدِّيقِينَ، وَالشُّهَدَاءِ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Seorang pedagang yang jujur
dan dipercaya akan bersama dengan para Nabi, shiddiqun dan para syuhada`."
[Sunan Tirmidziy: Hasan]
Lihat: Syarh hadits Ibnu Mas’ud: Jujurlah jangan berdusta
10.Tidak
merubah ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dari
Abu Hurairah radhiallahu 'anhu; bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam pernah menziarahi kuburan lalu berdo’a:
«السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ
مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ، وَدِدْتُ أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا
إِخْوَانَنَا»
"Semoga
keselamatan tetap dilimpahkan kepadamu, wahai kaum mukminin. Dan kami, insya
Allah akan menyusulmu. Aku senang apabila aku dapat bertemu dengan
saudara-saudaraku.”
Para
sahabat bertanya: ‘Bukankah kami saudara-saudaramu, wahai Rasulullah?’
Beliau
menjawab:
«أَنْتُمْ أَصْحَابِي، وَإِخْوَانُنَا
الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ»
“Engkau
adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudara kita adalah orang-orang
yang datang setelahku.”
Mereka
bertanya: ‘Bagaimana engkau dapat mengenal umatmu yang belum datang?’
Beliau
bersabda:
«أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ
غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ»
“Tahukah
engkau, seandainya seseorang memiliki kuda yang muka, kaki dan tangannya
bersinar, kuda itu berada di antara kuda-kuda hitam legam, dapatkah ia
mengenali kudanya?”
Mereka
menjawab: ‘Tentu, wahai Rasulullah.’
Beliau
bersabda:
«فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ
مِنْ الْوُضُوءِ، وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ، أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ
عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ، أُنَادِيهِمْ: أَلَا هَلُمَّ! فَيُقَالُ:
إِنَّهُمْ قَدْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ! فَأَقُولُ: سُحْقًا سُحْقًا»
“Sesungguhnya
umatku akan datang dengan wajah, kaki dan tangan yang bersinar karena bekas
wudhu. Aku menyambut mereka di telaga. Ketahuilah! Ada beberapa orang akan
dihalang-halangi mendatangi telagaku, sebagaimana unta hilang yang dihalang-halangi.
Aku berseru kepada mereka: ‘Kemarilah!’ Lalu dikatakan: ‘Sesungguhnya mereka
telah mengganti (ajaranmu) setelahmu.’ Maka aku berkata: ‘Menjauhlah,
menjauhlah.’” [Shahih Muslim]
Lihat: Bahaya perkara bid’ah dalam agama
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Upaya Al-Musthafa -shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam menjaga tauhid dan menutup seluruh jalan yang menuju kepada kemusyrikan - Orang yang merasakan manisnya iman - Meninggalkan perkara yang meragukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...