بسم
الله الرحمن الرحيم
Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa wasallam bersabda: “Apa yang kularang kalian mengerjakannya, maka jauhilah, dan apa yag kuperintahkan mengerjakannya, maka laksanakanlah semampu kalian, karena sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu binasa karena mereka banyak tanya dan suka menyelisihi para Nabi mereka." Diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim.
Penjelasan
singkat hadits ini:
1. Biografi
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat
di sini: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2. Sebab
wurud hadits ini.
Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khutbah kepada kami seraya
bersabda:
"أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ
عَلَيْكُمْ الْحَجَّ فَحُجُّوا "، فَقَالَ رَجُلٌ: أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ
اللَّه؟ِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا
اسْتَطَعْتُمْ "، ثُمَّ قَال: "َ ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ ،
فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ
عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا
اسْتَطَعْتُمْ، وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ "
"Wahai
sekalian manusia, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk menunaikan ibadah
haji. Karena itu, tunaikanlah ibadah haji."
Kemudian
seorang laki-laki (Al-Aqra' bin Habis At-Tamimiy) bertanya, "Apakah setiap
tahun ya Rasulullah?"
Beliau
terdiam beberapa saat, hingga laki-laki itu mengulanginya hingga tiga kali.
Maka beliau pun bersabda: "Sekiranya aku menjawab, 'Ya' niscaya akan
menjadi kewajiban setiap tahun dan kalian tidak akan sanggup melaksanakannya.
Karena itu, biarkanlah apa adanya masalah yang kutinggalkan untuk kalian.
Sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu mendapat celaka karena mereka banyak
tanya dan suka mendebat para Nabi mereka. karena itu, bila kuperintahkan
mengerjakan sesuatu, laksanakanlah sebisa-bisanya, dan apabila kularang kalian
mengerjakan sesuatu, maka hentikanlah segera." [Shahih Muslim]
3. Hukum
asal larangan adalah pengharaman, sampai ada dalil yang mengalihkannya kepada
pemakruhan, atau sebatas anjuran meninggalkan.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَمَا آتَاكُمُ
الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [الحشر : 7]
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka
terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [Al-Hasyr: 7]
4. Hukum
asal perintah adalah wajib sampai ada dalil yang mengalihkan kepada istihbab
(sunnah).
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ
يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ
أَلِيمٌ} [النور : 63]
Maka hendaklah orang-orang yang
menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.
[An-Nuur: 63]
5. Perintah
menjauhi larangan dan tidak mendekatinya, sebagai bentuk kehati-hatian.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{تِلْكَ
حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا} [البقرة: 187]
Itulah larangan (hukum) Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. [Al-Baqarah: 187]
{وَلَا
تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ} [البقرة: 35] [الأعراف: 19]
Dan janganlah kamu (nabi Adam dan
istrinya) dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang
zalim. [Al-Baqarah:35] [Al-A'raaf:19]
{وَلَا
تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ} [الأنعام: 151]
Dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi. [Al-An'aam: 151]
6. Hukum
asal manusia adalah tanpa beban/bebas, sampai ada dalil yg mewajibkan atau
mengharamkan.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَمَا كُنَّا
مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا} [الإسراء
: 15]
Kami tidak akan mengazab sebelum Kami
mengutus seorang rasul. [Al-Israa': 15]
7. Meninggalkan
larangan lebih mudah daripada mengerjakan perintah karena larangan sedikit dan
cukup menahan diri. Sedangkan perintah banyak dan membutuhkan usaha untuk
melaksanakannya.
8. Allah
tidak membebani manusia dengan syai'at kecuali sesuai dengan kemampuan.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا
اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْرًا لِّأَنفُسِكُمْ} [التغابن : 16]
Maka bertakwalah kamu kepada Allah
menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang
baik untuk dirimu. [At-Tagabun: 16]
{لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ
نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ
عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا
تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} [البقرة : 286]
Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
[Al-Baqarah: 286]
9. Agama
Islam adalah agama yang mudah.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ
حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ
حَرَجٍ} [الحج : 78]
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah
dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali
tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Al-Hajj: 78]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ
يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا،
وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ»
"Sesungguhnya agama itu mudah, dan
tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat
dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada yang benar) dan
berilah kabar gembira dan minta tolonglah dengan Al Ghadwah (berangkat di awal
pagi) dan ar-ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah
(berangkat di waktu malam) ". [Shahih Bukhari]
10. Pertanyan
yang dibolehkan:
a.
Untuk diamalkan.
Asma' radhiyallahu ‘anha bertanya
kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang mandinya orang yang
haid. Beliau bersabda,
«تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا
وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا
فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ
عَلَيْهَا الْمَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا»
"Salah seorang dari kalian mengambil
air dan daun bidara. Maka bersucilah dia dan sempurnakanlah dalam bersucinya.
Kemudia tuangkanlah air di kepalanya sambil memijat-mijatnya dengan kuat hingga
meresap pada akar rambutnya, kemudian tuangkan air ke sekujur tubuhnya, setelah
itu ambillah sepotong kapas yang sudah diberi minyak wangi yang di gunakan
untuk membersihkannya.”
Asma' berkata; 'Bagaimana cara
membersihkannya?'
Beliau bersabda; “Subhanallah, bersihkanlah
dengannya.”
Lalu Aisyah berkata dengan melirihkan
suaranya; 'Kamu besihkan sisa-sisa darah tersebut dengan kapas.'
Dan dia bertanya kepada beliau tentang
mandi junub, beliau bersabda:
«تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ
الطُّهُورَ أَوْ تُبْلِغُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ
حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ »
“Hendaklah ia mengambil air, kemudian
bersuci dan memperbagus bersucinya atau menyempurnakan bersucinya. Kemudian
menuangkan air di kepalanya sambil memijat-mijat hingga meresap pada akar
kepalanya, setelah itu menuangkan air ke seluruh tubuhnya.”
Aisyah berkata;
«نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ
الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي
الدِّينِ»
'Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar,
rasa malu tidak menjadi penghalang mereka untuk mendalami masalah
agamanya.’ [Shahih Muslim]
Ø Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata; Kami pernah
keluar dalam sebuah perjalanan, lalu salah seorang di antara kami terkena batu
pada kepalanya yang membuatnya terluka serius. Kemudian dia bermimpi junub,
maka dia bertanya kepada para sahabatnya; Apakah ada keringanan untukku agar
saya bertayammum saja?
Mereka menjawab; Kami tidak mendapatkan
keringanan untukmu sementara kamu mampu untuk menggunakan air, maka orang
tersebut mandi dan langsung meninggal. Ketika kami sampai kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, beliau diberitahukan tentang kejadian tersebut, maka
beliau bersabda:
«قَتَلُوهُ قَتَلَهُمْ اللَّهُ، أَلَا
سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا، فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ، إِنَّمَا
كَانَ يَكْفِيهِ أَنْ يَتَيَمَّمَ وَيَعْصِرَ أَوْ يَعْصِبَ عَلَى جُرْحِهِ
خِرْقَة،ً ثُمَّ يَمْسَحَ عَلَيْهَا، وَيَغْسِلَ سَائِرَ جَسَدِهِ»
"Mereka telah membunuhnya, semoga
Allah membunuh mereka! Tidakkah mereka bertanya apabila mereka tidak
mengetahui, karena obat dari kebodohan adalah bertanya! Sesungguhnya cukuplah
baginya untuk bertayammum dan meneteskan air pada lukanya atau mengikat
lukanya, kemudian mengusapnya saja dan mandi untuk selain itu pada seluruh
tubuhnya yang lain." [Sunan Abi Daud: Hasan]
b.
Untuk diketahui orang lain, seperti pertanyaan Jibril -'alaihissalam-
tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda kiamat kepada Nabi shallallahu ' alaihi
wasallam.
Lihat: Syarah Arba’in hadits (2) Umar; Jibril bertanya tentang iman, islam, ihsan, dan kiamat
c.
Untuk menguatkan apa yang sudah diketahui.
Ma’daan bin Abi Thalhah Al-Ya’mariy rahimahullah
berkata:
لَقِيتُ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْخِلُنِي
اللهُ بِهِ الْجَنَّةَ؟ أَوْ قَالَ قُلْتُ: بِأَحَبِّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ،
فَسَكَتَ. ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَسَكَتَ. ثُمَّ سَأَلْتُهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ:
سَأَلْتُ عَنْ ذَلِكَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ:
«عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ، فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ
سَجْدَةً، إِلَّا رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً»
قَالَ مَعْدَانُ: ثُمَّ لَقِيتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ لِي
مِثْلَ مَا قَالَ لِي ثَوْبَانُ
Aku menemui Tsauban radhiyallahu ‘anhu bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka aku
bertanya: Beritahulah aku tentang amalan yang jika aku amalkan maka Allah akan
memasukkanku ke surga! Atau: Amalan yang paling dicintai oleh Allah!
Maka ia terdiam, kemudian aku menanyainya lagi
namun ia tetap diam, kemudian aku menanyainya yang ke tiga kali maka ia
berkata: Aku telah menanyakan hal itu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, maka beliau bersabda: “Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada
Allah, karena sesungguhnya engkau tidak sujud kepada Allah satu sujud kecuali
Allah mengangkatmu dengannya satu derajat dan menghapus darimu dengannya satu
dosa”
Ma’daan berkata: Kemudian aku menemui Abu
Ad-Dardaa’ radhiyallahu
‘anhu, dan aku menanyainya tentang itu, maka ia menjawabku seperti apa yang
dikatakan Tsauban kepadaku. [Sahih Muslim]
d.
Untuk menguji kemampuan.
Lihat: Shahih Bukhari
kitab Ilmu “Bab: Pemimpin yang melemparkan pertanyaan kepada para
sahabatnya untuk mengetahui kadar ilmu mereka”
11. Jenis
pertanyaan yang dilarang:
a)
Suatu yang tidak bermanfaat.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَسْأَلَنِي عَنْ
شَيْءٍ فَلْيَسْأَلْنِي عَنْهُ فَوَاللَّهِ لَا تَسْأَلُونَنِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا
أَخْبَرْتُكُمْ بِهِ مَا دُمْتُ فِي مَقَامِي هَذَا»
"Siapa yang ingin bertanya kepadaku
mengenai sesuatu, tanyakanlah. Demi Allah, jika ada pertanyaan yang ingin
kalian tanyakan kepadaku, niscaya akan kujawab selama aku masih berdiri di
tempatku ini."
Maka banyaklah orang menangis mendengar
ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tersebut. Kemudian beliau
mengulang-ulang ucapannya itu, "Bertanyalah kepadaku!"
Maka berdirilah 'Abdullah bin Hudzafah lalu
dia bertanya: "Siapa bapakku, ya Rasulullah?"
Jawab Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam; "Bapakmu Hudzafah!"
Ummu 'Abdullah bin Hudzafah berkata kepada
anaknya, 'Abdullah bin Hudzafah:
«مَا سَمِعْتُ بِابْنٍ قَطُّ أَعَقَّ
مِنْكَ أَأَمِنْتَ أَنْ تَكُونَ أُمُّكَ قَدْ قَارَفَتْ بَعْضَ مَا تُقَارِفُ
نِسَاءُ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ فَتَفْضَحَهَا عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ»
" Aku tidak pernah mendengar seorang
pun anak yang lebih durhaka daripadamu. Percayakah engkau bahwa ibumu telah
melacur seperti halnya wanita-wanita jahiliyah, lalu 'aibnya terbuka di
kalangan orang banyak?"
Kata 'Abdullah bin Hudzafah;
«وَاللَّهِ لَوْ أَلْحَقَنِي بِعَبْدٍ
أَسْوَدَ لَلَحِقْتُهُ»
"Demi Allah, seandainya aku dinasabkan
kepada budak hitam sekalipun, tentu aku akan mau." [Shahih Muslim]
b)
Sesuatu yang bisa menambah beban.
'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
berkata; "Tatkala turun ayat
{وَلِلَّهِ عَلَى
النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا}
{Mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah} [Ali 'Imran: 96-97]
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفِي
كُلِّ عَامٍ فَسَكَتَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فِي كُلِّ عَامٍ قَالَ لَا
وَلَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ}
Sahabat bertanya; 'Wahai Rasulullah, apakah
setiap tahun? '
Namun beliau diam. Mereka bertanya lagi;
'Wahai Rasulullah, apakah dilakukan setiap tahun? '
Beliau menjawab; 'Tidak, jika aku katakan
ya, maka hukumnya menjadi wajib. Lantas Allah menurunkan ayat: {Wahai
orang-orang beriman, janganlah kalian bertanya/meminta akan banyak hal, karena
jika diungkap/diwajibkan akan menyusahkan kalian}." [Al-Maidah: 101]
[Sunan Tirmidziy: Sanadnya lemah]
Ø
Dari Sa'ad bin Abi
Waqqash radhiyallahu ‘anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
أَعْظَمَ الْمُسْلِمِينَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ
فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ»
"Orang
muslim yang paling besar dosanya terhadap kaum muslimin lainnya adalah orang
yang bertanya tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan bagi kaum
muslimin, tetapi akhirnya sesuatu tersebut diharamkan bagi mereka karena
pertanyaannya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
c)
Pertanyaan yang sifatnya menentang.
Mu'adzah berkata, "Saya bertanya
kepada Aisyah -radhiyallahu
‘anhu- seraya berkata; 'Kenapa wanita haid mengqadha' puasa dan
tidak mengqadha' shalat?’
Aisyah menjawab; ‘Apakah kamu dari golongan
Haruriyah (Khawarij)?’
Aku menjawab; ‘Aku bukan Haruriyah, akan
tetapi aku hanya bertanya.'
Dia menjawab;
«كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ
بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ»
‘Kami dahulu mengalami haid, kami
diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan mengqadha'
shalat'. [Shahih Muslim]
d)
Pertanyaan yang sifatnya sebatas menguji dan tidak mau
mengikuti kebenaran.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma
berkata; Orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam lalu bertanya; "Wahai Abul Qasim, kami akan menanyakan
kepadamu tentang lima hal, bila engkau memberitahu kami tentang itu, maka kami
tahu bahwa engkau adalah seorang Nabi dan kami akan mengikutimu."
Lalu beliau mengambil sumpah atas mereka
sebagaimana Israil terhadap anak-anaknya, yaitu mereka mengatakan:
{اللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ}
(Allah adalah saksi terhadap yang kita
ucapkan (ini)).
Beliau pun berkata:
"Sampaikanlah."
Mereka berkata; "Beritahu kami tentang
tanda seorang Nabi."
Beliau menjawab:
«تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ
قَلْبُهُ»
"Kedua matanya (bisa) tertidur namun
hatinya tidak tidur."
Mereka berkata lagi; "Beritahu kami,
bagaimana (proses bayi) menjadi perempuan dan bagaimana menjadi
laki-laki?"
Beliau menjawab:
«يَلْتَقِي الْمَاءَانِ فَإِذَا عَلَا
مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ أَذْكَرَتْ وَإِذَا عَلَا مَاءُ الْمَرْأَةِ
آنَثَتْ»
"Saat bertemunya dua air (yakni sperma
laki-laki dan sel telur perempuan), bila sperma laki-laki lebih dominan
terhadap sel telur perempuan, maka (anaknya) menjadi laki-laki, dan bila sel
telur perempuan lebih dominan terhadap sperma laki-laki maka (anaknya) menjadi
perempuan."
Mereka bertanya lagi, "Beritahu kami,
apa yang diharamkan Israil atas dirinya sendiri."
Beliau menjawab:
«كَانَ يَشْتَكِي عِرْقَ النَّسَا
فَلَمْ يَجِدْ شَيْئًا يُلَائِمُهُ إِلَّا أَلْبَانَ كَذَا وَكَذَا (يَعْنِي
الْإِبِل)َ فَحَرَّمَ لُحُومَهَا»
"Beliau pernah menderita penyakit
kulit dan tidak menemukan sesuatu (makanan) yang cocok kecuali susu anu dan anu
(Yakni unta). Maka ia mengharamkan dagingnya (atas dirinya)."
Mereka berkata; "Engkau benar."
Lalu mereka bertanya lagi, "Beritahu
kami, apa (hakikat) petir itu?"
Beliau menjawab:
«مَلَكٌ مِنْ مَلَائِكَةِ اللَّهِ عَزَّ
وَجَلَّ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ بِيَدِهِ أَوْ فِي يَدِهِ مِخْرَاقٌ مِنْ نَارٍ
يَزْجُرُ بِهِ السَّحَابَ يَسُوقُهُ حَيْثُ أَمَرَ اللَّهُ»
"Salah satu dari malaikat Allah 'azza
wajalla yang ditugasi mengurusi awan, pada tangannya, atau di tangannya,
terdapat cemeti yang terbuat dari api, dia mencambuki awan untuk menggiringnya
ke arah yang diperintahkan Allah."
Mereka berkata lagi; "Lalu suara apa
yang terdengar itu?"
Beliau menjawab: "Itu suaranya."
Mereka berkata; "Engkau benar. Kini
tinggal satu (pertanyaan), inilah (penentu) yang kami jadikan alasan untuk
berbai'at kepadamu bila engkau memberitahu ka kami tentang ini. Sesungguhnya
tidak ada seorang Nabi pun kecuali ada satu malaikat yang mendatanginya dengan
membawa berita, beritahu kami siapa temanmu itu?"
Beliau menjawab: "Jibril 'alaihis
salam."
Mereka berkata; "Jibril, dia yang
menurunkan peperangan, pembunuhan dan siksaan, dia adalah musuh kami!
Seandainya engkau mengatakan Mika`il, yang menurunkan rahmat, menumbuhkan
tanaman dan menurunkan hujan, pasti (kami mengikutimu)."
Maka Allah 'azza wajalla menurunkan
ayat:
{ مَنْ كَانَ عَدُوًّا
لِجِبْرِيلَ } إِلَى آخِرِ الْآيَةَ
{Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril} hingga akhir ayat. [Musnad Ahmad: Hasan]
12. Mengimani
semua nama dan sifat Allah tanpa menanyakan tentang cara dan gambarannya, karena
tidak ada sesuatupun yang menyamai Allah 'azza wajalla.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{لَيْسَ كَمِثْلِهِ
شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} [الشورى : 11]
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan
Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. [Asy-Syuraa: 11]
{رَّبُّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ
تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا} [مريم : 65]
Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi
dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh
hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang
sama dengan Dia (yang patut disembah)? [Maryam: 65]
Lihat: Kaedah nama dan sifat Allah
13. Rasulullah
-shallallahu 'alaihi wasallam- berhak menetapkan hukum atas izin Allah.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{وَمَا
يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى} [النجم: 3 - 4]
Dan tiadalah yang diucapkannya itu
menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya). [An-Najm: 3 - 4]
14. Menjauhi
perkara bid'ah.
Lihat: Bahaya bid’ah
15. Menyelisihi
Nabi adalah sebab kebinasan.
Lihat: Hadits tentang sebab kebinasaan
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (8) Ibnu Umar; Perintah memerangi manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...