Rabu, 07 Oktober 2020

Syarah Arba’in hadits (9) Abu Hurairah; Menjauhi larangan dan menjalankan perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa wasallam bersabda: “Apa yang kularang kalian mengerjakannya, maka jauhilah, dan apa yag kuperintahkan mengerjakannya, maka laksanakanlah semampu kalian, karena sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu binasa karena mereka banyak tanya dan suka menyelisihi para Nabi mereka." Diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim.

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat di sini: Abu Hurairah dan keistimewaannya

2.      Sebab wurud hadits ini.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyampaikan khutbah kepada kami seraya bersabda:

"أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ الْحَجَّ فَحُجُّوا "، فَقَالَ رَجُلٌ: أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّه؟ِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ "، ثُمَّ قَال: "َ ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ "

"Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk menunaikan ibadah haji. Karena itu, tunaikanlah ibadah haji."

Kemudian seorang laki-laki (Al-Aqra' bin Habis At-Tamimiy) bertanya, "Apakah setiap tahun ya Rasulullah?"

Beliau terdiam beberapa saat, hingga laki-laki itu mengulanginya hingga tiga kali. Maka beliau pun bersabda: "Sekiranya aku menjawab, 'Ya' niscaya akan menjadi kewajiban setiap tahun dan kalian tidak akan sanggup melaksanakannya. Karena itu, biarkanlah apa adanya masalah yang kutinggalkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu mendapat celaka karena mereka banyak tanya dan suka mendebat para Nabi mereka. karena itu, bila kuperintahkan mengerjakan sesuatu, laksanakanlah sebisa-bisanya, dan apabila kularang kalian mengerjakan sesuatu, maka hentikanlah segera." [Shahih Muslim]

3.      Hukum asal larangan adalah pengharaman, sampai ada dalil yang mengalihkannya kepada pemakruhan, atau sebatas anjuran meninggalkan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [الحشر : 7]

Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. [Al-Hasyr: 7]

4.      Hukum asal perintah adalah wajib sampai ada dalil yang mengalihkan kepada istihbab (sunnah).

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور : 63]

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. [An-Nuur: 63]

5.      Perintah menjauhi larangan dan tidak mendekatinya, sebagai bentuk kehati-hatian.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا} [البقرة: 187]

Itulah larangan (hukum) Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. [Al-Baqarah: 187]

{وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ} [البقرة: 35] [الأعراف: 19]

Dan janganlah kamu (nabi Adam dan istrinya) dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. [Al-Baqarah:35] [Al-A'raaf:19]

{وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ} [الأنعام: 151]

Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi. [Al-An'aam: 151]

6.      Hukum asal manusia adalah tanpa beban/bebas, sampai ada dalil yg mewajibkan atau mengharamkan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا} [الإسراء : 15]

Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. [Al-Israa': 15]

7.      Meninggalkan larangan lebih mudah daripada mengerjakan perintah karena larangan sedikit dan cukup menahan diri. Sedangkan perintah banyak dan membutuhkan usaha untuk melaksanakannya.

8.      Allah tidak membebani manusia dengan syai'at kecuali sesuai dengan kemampuan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْرًا لِّأَنفُسِكُمْ} [التغابن : 16]

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. [At-Tagabun: 16]

{لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ} [البقرة : 286]

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir". [Al-Baqarah: 286]

9.      Agama Islam adalah agama yang mudah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ} [الحج : 78]

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Al-Hajj: 78]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ»

"Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, mendekatlah (kepada yang benar) dan berilah kabar gembira dan minta tolonglah dengan Al Ghadwah (berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah (berangkat di waktu malam) ". [Shahih Bukhari]

10.  Pertanyan yang dibolehkan:

a.       Untuk diamalkan.

Asma' radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang mandinya orang yang haid. Beliau bersabda,

«تَأْخُذُ إِحْدَاكُنَّ مَاءَهَا وَسِدْرَتَهَا فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ دَلْكًا شَدِيدًا حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تَصُبُّ عَلَيْهَا الْمَاءَ ثُمَّ تَأْخُذُ فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَطَهَّرُ بِهَا»

"Salah seorang dari kalian mengambil air dan daun bidara. Maka bersucilah dia dan sempurnakanlah dalam bersucinya. Kemudia tuangkanlah air di kepalanya sambil memijat-mijatnya dengan kuat hingga meresap pada akar rambutnya, kemudian tuangkan air ke sekujur tubuhnya, setelah itu ambillah sepotong kapas yang sudah diberi minyak wangi yang di gunakan untuk membersihkannya.”

Asma' berkata; 'Bagaimana cara membersihkannya?'

Beliau bersabda; “Subhanallah, bersihkanlah dengannya.”

Lalu Aisyah berkata dengan melirihkan suaranya; 'Kamu besihkan sisa-sisa darah tersebut dengan kapas.'

Dan dia bertanya kepada beliau tentang mandi junub, beliau bersabda:

«تَأْخُذُ مَاءً فَتَطَهَّرُ فَتُحْسِنُ الطُّهُورَ أَوْ تُبْلِغُ الطُّهُورَ ثُمَّ تَصُبُّ عَلَى رَأْسِهَا فَتَدْلُكُهُ حَتَّى تَبْلُغَ شُؤُونَ رَأْسِهَا ثُمَّ تُفِيضُ عَلَيْهَا الْمَاءَ »

“Hendaklah ia mengambil air, kemudian bersuci dan memperbagus bersucinya atau menyempurnakan bersucinya. Kemudian menuangkan air di kepalanya sambil memijat-mijat hingga meresap pada akar kepalanya, setelah itu menuangkan air ke seluruh tubuhnya.”

Aisyah berkata;

«نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الْأَنْصَارِ لَمْ يَكُنْ يَمْنَعُهُنَّ الْحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ»

'Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshar, rasa malu tidak menjadi penghalang mereka untuk mendalami masalah agamanya.’  [Shahih Muslim]

Ø  Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata; Kami pernah keluar dalam sebuah perjalanan, lalu salah seorang di antara kami terkena batu pada kepalanya yang membuatnya terluka serius. Kemudian dia bermimpi junub, maka dia bertanya kepada para sahabatnya; Apakah ada keringanan untukku agar saya bertayammum saja?

Mereka menjawab; Kami tidak mendapatkan keringanan untukmu sementara kamu mampu untuk menggunakan air, maka orang tersebut mandi dan langsung meninggal. Ketika kami sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau diberitahukan tentang kejadian tersebut, maka beliau bersabda:

«قَتَلُوهُ قَتَلَهُمْ اللَّهُ، أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا، فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ، إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيهِ أَنْ يَتَيَمَّمَ وَيَعْصِرَ أَوْ يَعْصِبَ عَلَى جُرْحِهِ خِرْقَة،ً ثُمَّ يَمْسَحَ عَلَيْهَا، وَيَغْسِلَ سَائِرَ جَسَدِهِ»

"Mereka telah membunuhnya, semoga Allah membunuh mereka! Tidakkah mereka bertanya apabila mereka tidak mengetahui, karena obat dari kebodohan adalah bertanya! Sesungguhnya cukuplah baginya untuk bertayammum dan meneteskan air pada lukanya atau mengikat lukanya, kemudian mengusapnya saja dan mandi untuk selain itu pada seluruh tubuhnya yang lain." [Sunan Abi Daud: Hasan]

b.      Untuk diketahui orang lain, seperti pertanyaan Jibril -'alaihissalam- tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda kiamat kepada Nabi shallallahu ' alaihi wasallam.

Lihat: Syarah Arba’in hadits (2) Umar; Jibril bertanya tentang iman, islam, ihsan, dan kiamat

c.       Untuk menguatkan apa yang sudah diketahui.

Ma’daan bin Abi Thalhah Al-Ya’mariy rahimahullah berkata:

لَقِيتُ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقُلْتُ: أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْخِلُنِي اللهُ بِهِ الْجَنَّةَ؟ أَوْ قَالَ قُلْتُ: بِأَحَبِّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ، فَسَكَتَ. ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَسَكَتَ. ثُمَّ سَأَلْتُهُ الثَّالِثَةَ فَقَالَ: سَأَلْتُ عَنْ ذَلِكَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: «عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ لِلَّهِ، فَإِنَّكَ لَا تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً، إِلَّا رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً، وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً» قَالَ مَعْدَانُ: ثُمَّ لَقِيتُ أَبَا الدَّرْدَاءِ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ لِي مِثْلَ مَا قَالَ لِي ثَوْبَانُ

Aku menemui Tsauban radhiyallahu ‘anhu bekas budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka aku bertanya: Beritahulah aku tentang amalan yang jika aku amalkan maka Allah akan memasukkanku ke surga! Atau: Amalan yang paling dicintai oleh Allah!

Maka ia terdiam, kemudian aku menanyainya lagi namun ia tetap diam, kemudian aku menanyainya yang ke tiga kali maka ia berkata: Aku telah menanyakan hal itu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka beliau bersabda: “Hendaklah engkau memperbanyak sujud kepada Allah, karena sesungguhnya engkau tidak sujud kepada Allah satu sujud kecuali Allah mengangkatmu dengannya satu derajat dan menghapus darimu dengannya satu dosa”

Ma’daan berkata: Kemudian aku menemui Abu Ad-Dardaa’ radhiyallahu ‘anhu, dan aku menanyainya tentang itu, maka ia menjawabku seperti apa yang dikatakan Tsauban kepadaku. [Sahih Muslim]

d.      Untuk menguji kemampuan.

Lihat: Shahih Bukhari kitab Ilmu “Bab: Pemimpin yang melemparkan pertanyaan kepada para sahabatnya untuk mengetahui kadar ilmu mereka”

11.  Jenis pertanyaan yang dilarang:

a)      Suatu yang tidak bermanfaat.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَسْأَلَنِي عَنْ شَيْءٍ فَلْيَسْأَلْنِي عَنْهُ فَوَاللَّهِ لَا تَسْأَلُونَنِي عَنْ شَيْءٍ إِلَّا أَخْبَرْتُكُمْ بِهِ مَا دُمْتُ فِي مَقَامِي هَذَا»

"Siapa yang ingin bertanya kepadaku mengenai sesuatu, tanyakanlah. Demi Allah, jika ada pertanyaan yang ingin kalian tanyakan kepadaku, niscaya akan kujawab selama aku masih berdiri di tempatku ini."

Maka banyaklah orang menangis mendengar ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tersebut. Kemudian beliau mengulang-ulang ucapannya itu, "Bertanyalah kepadaku!"

Maka berdirilah 'Abdullah bin Hudzafah lalu dia bertanya: "Siapa bapakku, ya Rasulullah?"

Jawab Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; "Bapakmu Hudzafah!"

Ummu 'Abdullah bin Hudzafah berkata kepada anaknya, 'Abdullah bin Hudzafah:

«مَا سَمِعْتُ بِابْنٍ قَطُّ أَعَقَّ مِنْكَ أَأَمِنْتَ أَنْ تَكُونَ أُمُّكَ قَدْ قَارَفَتْ بَعْضَ مَا تُقَارِفُ نِسَاءُ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ فَتَفْضَحَهَا عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ»

" Aku tidak pernah mendengar seorang pun anak yang lebih durhaka daripadamu. Percayakah engkau bahwa ibumu telah melacur seperti halnya wanita-wanita jahiliyah, lalu 'aibnya terbuka di kalangan orang banyak?"

Kata 'Abdullah bin Hudzafah;

«وَاللَّهِ لَوْ أَلْحَقَنِي بِعَبْدٍ أَسْوَدَ لَلَحِقْتُهُ»

"Demi Allah, seandainya aku dinasabkan kepada budak hitam sekalipun, tentu aku akan mau." [Shahih Muslim]

b)      Sesuatu yang bisa menambah beban.

'Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata; "Tatkala turun ayat

{وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا}

{Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah} [Ali 'Imran: 96-97]

قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفِي كُلِّ عَامٍ فَسَكَتَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فِي كُلِّ عَامٍ قَالَ لَا وَلَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ}

Sahabat bertanya; 'Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun? '

Namun beliau diam. Mereka bertanya lagi; 'Wahai Rasulullah, apakah dilakukan setiap tahun? '

Beliau menjawab; 'Tidak, jika aku katakan ya, maka hukumnya menjadi wajib. Lantas Allah menurunkan ayat: {Wahai orang-orang beriman, janganlah kalian bertanya/meminta akan banyak hal, karena jika diungkap/diwajibkan akan menyusahkan kalian}." [Al-Maidah: 101] [Sunan Tirmidziy: Sanadnya lemah]

Ø  Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِينَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ»

"Orang muslim yang paling besar dosanya terhadap kaum muslimin lainnya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang sebelumnya tidak diharamkan bagi kaum muslimin, tetapi akhirnya sesuatu tersebut diharamkan bagi mereka karena pertanyaannya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

c)       Pertanyaan yang sifatnya menentang.

Mu'adzah berkata, "Saya bertanya kepada Aisyah -radhiyallahu ‘anhu- seraya berkata; 'Kenapa wanita haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat?’

Aisyah menjawab; ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah (Khawarij)?’

Aku menjawab; ‘Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.'

Dia menjawab;

«كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ»

‘Kami dahulu mengalami haid, kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan mengqadha' shalat'. [Shahih Muslim]

d)      Pertanyaan yang sifatnya sebatas menguji dan tidak mau mengikuti kebenaran.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata; Orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu bertanya; "Wahai Abul Qasim, kami akan menanyakan kepadamu tentang lima hal, bila engkau memberitahu kami tentang itu, maka kami tahu bahwa engkau adalah seorang Nabi dan kami akan mengikutimu."

Lalu beliau mengambil sumpah atas mereka sebagaimana Israil terhadap anak-anaknya, yaitu mereka mengatakan:

{اللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ}

(Allah adalah saksi terhadap yang kita ucapkan (ini)).

Beliau pun berkata: "Sampaikanlah."

Mereka berkata; "Beritahu kami tentang tanda seorang Nabi."

Beliau menjawab:

«تَنَامُ عَيْنَاهُ وَلَا يَنَامُ قَلْبُهُ»

"Kedua matanya (bisa) tertidur namun hatinya tidak tidur."

Mereka berkata lagi; "Beritahu kami, bagaimana (proses bayi) menjadi perempuan dan bagaimana menjadi laki-laki?"

Beliau menjawab:

«يَلْتَقِي الْمَاءَانِ فَإِذَا عَلَا مَاءُ الرَّجُلِ مَاءَ الْمَرْأَةِ أَذْكَرَتْ وَإِذَا عَلَا مَاءُ الْمَرْأَةِ آنَثَتْ»

"Saat bertemunya dua air (yakni sperma laki-laki dan sel telur perempuan), bila sperma laki-laki lebih dominan terhadap sel telur perempuan, maka (anaknya) menjadi laki-laki, dan bila sel telur perempuan lebih dominan terhadap sperma laki-laki maka (anaknya) menjadi perempuan."

Mereka bertanya lagi, "Beritahu kami, apa yang diharamkan Israil atas dirinya sendiri."

Beliau menjawab:

«كَانَ يَشْتَكِي عِرْقَ النَّسَا فَلَمْ يَجِدْ شَيْئًا يُلَائِمُهُ إِلَّا أَلْبَانَ كَذَا وَكَذَا (يَعْنِي الْإِبِل)َ فَحَرَّمَ لُحُومَهَا»

"Beliau pernah menderita penyakit kulit dan tidak menemukan sesuatu (makanan) yang cocok kecuali susu anu dan anu (Yakni unta). Maka ia mengharamkan dagingnya (atas dirinya)."

Mereka berkata; "Engkau benar."

Lalu mereka bertanya lagi, "Beritahu kami, apa (hakikat) petir itu?"

Beliau menjawab:

«مَلَكٌ مِنْ مَلَائِكَةِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مُوَكَّلٌ بِالسَّحَابِ بِيَدِهِ أَوْ فِي يَدِهِ مِخْرَاقٌ مِنْ نَارٍ يَزْجُرُ بِهِ السَّحَابَ يَسُوقُهُ حَيْثُ أَمَرَ اللَّهُ»

"Salah satu dari malaikat Allah 'azza wajalla yang ditugasi mengurusi awan, pada tangannya, atau di tangannya, terdapat cemeti yang terbuat dari api, dia mencambuki awan untuk menggiringnya ke arah yang diperintahkan Allah."

Mereka berkata lagi; "Lalu suara apa yang terdengar itu?"

Beliau menjawab: "Itu suaranya."

Mereka berkata; "Engkau benar. Kini tinggal satu (pertanyaan), inilah (penentu) yang kami jadikan alasan untuk berbai'at kepadamu bila engkau memberitahu ka kami tentang ini. Sesungguhnya tidak ada seorang Nabi pun kecuali ada satu malaikat yang mendatanginya dengan membawa berita, beritahu kami siapa temanmu itu?"

Beliau menjawab: "Jibril 'alaihis salam."

Mereka berkata; "Jibril, dia yang menurunkan peperangan, pembunuhan dan siksaan, dia adalah musuh kami! Seandainya engkau mengatakan Mika`il, yang menurunkan rahmat, menumbuhkan tanaman dan menurunkan hujan, pasti (kami mengikutimu)."

Maka Allah 'azza wajalla menurunkan ayat:

{ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ } إِلَى آخِرِ الْآيَةَ

{Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril} hingga akhir ayat. [Musnad Ahmad: Hasan]

12.  Mengimani semua nama dan sifat Allah tanpa menanyakan tentang cara dan gambarannya, karena tidak ada sesuatupun yang menyamai Allah 'azza wajalla.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ} [الشورى : 11]

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. [Asy-Syuraa: 11]

{رَّبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيًّا} [مريم : 65]

Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? [Maryam: 65]

Lihat: Kaedah nama dan sifat Allah

13.  Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- berhak menetapkan hukum atas izin Allah.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى} [النجم: 3 - 4]

Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). [An-Najm: 3 - 4]

14.  Menjauhi perkara bid'ah.

Lihat: Bahaya bid’ah

15.  Menyelisihi Nabi adalah sebab kebinasan.

Lihat: Hadits tentang sebab kebinasaan

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (8) Ibnu Umar; Perintah memerangi manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...