Jumat, 11 Desember 2020

Hadits Anas; 3 jenis kedzaliman

 بسم الله الرحمن الرحيم

Dari Anas -radhiyallahu ‘anhu-; Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

" الظُّلْمُ ثَلاثَةٌ: فَظُلْمٌ لا يَتْرُكُهُ اللَّهُ، وَظُلْمٌ يُغْفَرُ، وَظُلْمٌ لا يُغْفَرُ، فَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لا يُغْفَرُ فَالشِّرْكُ لا يَغْفِرُهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي يُغْفَرُ فَظُلْمُ الْعَبْدِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ، وَأَمَّا الَّذِي لا يُتْرَكُ فظلم العباد، فيقتص الله بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ "

“Kedzaliman itu ada tiga: Ada kedzaliman yang tidak diabaikan, ada kedzaliman yang diampuni, dan ada kedzaliman yang tidak diampuni. Adapun kedzaliman yang tidak diampuni maka itu adalah syirik, tidak akan diampun olehi Allah, dan adapun kedzaliman yang diampuni maka itu adalah kedzaliman seorg hamba antara dirinya dan Rabb-nya, dan adapun kedzaliman yang tidak diabaikan maka itu adalah kedzaliman antara sesama hamba maka Allah akan memberikan pembalasan antara sebagian mereka dengan sebagian yang lain”. [Musnad Ath-Thayalisih: Shahih (Silsilah Ash-Shahihah no.1927)]

Allah mengharamkan pebuatan dzalim

Dari Abu Dzar Al-Gifariy -radhiyallahu ‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meriwayatkan dari Allah –‘azza wajalla- dalam sebuah hadits Qudsi:

«يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلَا تَظَالَمُوا»

“Wahai hamba-Ku .. sesungguhnya Aku mengharamkan kedzaliman bagi diri-Ku dan Aku haramkannya di antara kalian, maka janganlah kalian saling mendzalimi.” [Shahih Muslim]

Ø  Dari Abdullah bin ‘Umar -radhiyallahu 'anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ»

“Kezhaliman itu adalah kegelapan pada hari kiamat kelak." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Jabir bin 'Abdullah -radhiyallahu 'anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

"Hindarilah kezhaliman, karena kezhaliman itu adalah mendatangkan kegelapan pada hari kiamat kelak." [Shahih Muslim]

A.    Dzalim jenis pertama: Menyekutukan Allah subhanahu wata’aalaa.

Syirik, menyekutukan Allah dengan segala jenisnya adalah kedzaliman yang paling berat.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ} [البقرة: 217]

"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan syirik lebih besar (dosanya) daripada membunuh". (Al-Baqarah:217)

Ø  Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Ketika ayat ini turun firman Allah -‘azza wajalla-:

{الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ} [الأنعام: 82]

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al-An'aam:82]

Ayat ini terasa berat bagi umat Islam, maka sahabat bertanya: Ya Rasulullah, siapakah diantara kami yang tidak mendzalimi dirinya (dengan maksiat)?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«لَيْسَ ذَلِكَ إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ أَلَمْ تَسْمَعُوا مَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ»

"Bukan kezaliman itu yang dimaksud akan tetapi kesyirikan, tidakkah kalian mendengar apa yang dikatakan Luqman kepada anaknya sewaktu ia memberi nasehat kepadanya?

{يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} [لقمان: 13]

"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". [Luqman:13] [Shahih Bukhari dan Muslim]

Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah selama pelakunya tidak bertobat, karena meyekutukan Allah adalah dosa yang paling besar. Allah telah mengharamkan surga bagi orang-orang musyrik, dan menjanjikan bagi mereka kekekalan di neraka.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا} [النساء: 48]

"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar". [An-Nisaa':48]

{إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ} [المائدة: 72]

"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun". [Al-Maidah: 72]

Lihat: Bahaya syirik

B.     Dzalim jenis kedua: Maksiat antara hamba dan Rabb-nya.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ} [الطلاق: 1]

"Dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri." [At-Thalaaq:1]

Allah mengampuni segala dosa selain syirik bagaimanapun besarnya dan berapapun banyaknya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam hadits qudsi:

«أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ: أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ: أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ ». [صحيح البخاري، ومسلم]

“Seorang hamba melakukan suatu dosa lalu berkata: Ya Allah .. ampunilah dosaku. Allah tabaaraka wa ta’aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu kalau ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Kemudia hamba tersebut kembali melakukan dosa dan berkata: Ya Tuhanku .. ampunilah dosaku. Allah tabaaraka wa ta’aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu kalau ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Kemudia hamba tersebut kembali melakukan dosa dan berkata: Ya Tuhanku .. ampunilah dosaku. Allah tabaaraka wa ta’aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu kalau ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Berbuatlah sesukamu .. maka Aku akan mengampunimu (selama engkau bertaubat).” [Sahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

" قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً "

Allah tabaraka wata’aalaa berfirman "Wahai anak cucu Adam sesungguhnya jika engkau meminta dan mengharap kepada-Ku akan ku ampuni semua dosa yang engkau lakukan tampa Kupikirkan. Wahai anak cucu Adam seandainya dosamu mencapai awan di langit kemudian engkau meminta ampun pada-Ku maka aku akan mengampunimu tampa Kupikirkan. Wahai anak cucu Adam seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sebanyak bumi kemudian engkau menemuiku tampa menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sebanyak itu pula. [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Ø  Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dari Rabbnya ‘Azza Wa Jalla berfirman:

" لَوْ لَقِيتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا، مَا لَمْ تُشْرِكْ بِي، لَقِيتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً "

“Jika kamu bertemu dengan-Ku membawa dosa sepenuh bumi selama tidak menyekutukan Aku, maka Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi pula." [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلائِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلا كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا؟ فَيَقُولُ: لَا يَا رَبِّ! فَيَقُولُ: أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ؟ ثُمَّ يَقُولُ: أَلَكَ عَنْ ذَلِكَ حَسَنَةٌ؟ فَيُهَابُ الرَّجُلُ، فَيَقُولُ: لَا. فَيَقُولُ: بَلَى، إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ، وَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ. فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. قَالَ: فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ؟ فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ. فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كِفَّةٍ فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]

“Seorang dari umatku dipanggil pada hari kiamat di depan semua makluk. Lalu diperlihatkan untuknya 99 buku besar berisi dosa-dosanya, setiap buku panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian Allah ‘azza wajalla berkata padanya: Apakah ada yang engkau ingkari dari buku-buku tersebut? Apakah malaikat pencatatku mendzalimu kamu? Apakah kamu punya alasan? Sang hamba menjawab: Tidak , Ya Rab. Allah bertanya lagi: Apakah kamu punya kebaikan? Sang hamba dengan rasa malu menjawab: Tidak ada ya Rab. Allah berkata: Tapi engkau punya kebaikan pada kami, dan pada hari ini kamu tidak akan didzalimi. Lalu dikeluarkan untuknya sebuah kartu berisi dua kalimat syahadat. Sang hamba bertanya: Ya Rab .. apa yang bisa diperbuat oleh kartu ini dengan buku-buku besar itu? Allah menjawab: Kamu tidak akan didzalimi. Lalu buku-buku besar itu ditaruh pada satu piring timbangan dan kartu itu di piring yang satunya lagi, tiba-tiba buku-buku besar itu terangkat dan kartu itu berat di timbangan”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]

Lihat: Keutamaan tauhid

C.     Dzalim jenis ketiga: Menganiaya sesama manusia.

Dari Abdullah bin ‘Umar -radhiyallahu 'anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ» [صحيح البخاري ومسلم]

"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Dari Abu Musa -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ»

“Sesungguhnya Allah menangguhkan siksaan bagi orang dzalim sampai ketika Allah menghukumnya ia tidak akan bisa lepas dari-Nya”.

Kemudian Rasulullah membaca firman Allah ...

{وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ} [هود: 102]

"Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras." [Huud:102] [Sahih Bukhari dan Muslim]

Mendzalimi orang lain berarti mendzalimi diri sendiri.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ سَرِّحُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَلَا تُمْسِكُوهُنَّ ضِرَارًا لِتَعْتَدُوا وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ} [البقرة: 231]

Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. [Al-Baqarah: 231]

Kedzaliaman terhadap sesama manusia akan diqishash di dunia atau dibayar dengan pahala di akhirat

Allah subhanahu wata'ala berfiman:

{وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ} [المائدة: 45]

Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. [Al-Maaidah:45]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ، فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ» [صحيح البخاري]

"Siapa yang pernah berbuat aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka (nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya". [Shahih Bukhari]

Ø  Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepada para sahabatnya:

«أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟»

"Tahukah kalian apa itu orang bangkrut?”

Sahabat menjawab: Orang yang bangkrut dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta benda!

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ» [صحيح مسلم]

"Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang di hari kiamat dengan pahala salat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia telah mencaci si Ini, menuduh si Ini, memakan harta si Ini (dengan tidak halal), meneteskan darah si Ini, dan memukul si Ini. Maka pahala kebaikannya diberikan kepada si Ini dan si Ini, kemudian jika pahala kebaikannya sudah habis sebelum menutupi semua kezalimannya maka dosa-dosa mereka diberikan kepadanya, kemudian ia dijerumuskan ke neraka". [Sahih Muslim]

Lihat: Syarah Arba’in (14) Hadits Ibnu Mas'ud; Haram darah seorang muslim

Hati-hati dengan do’a orang yang terdzalimi

Anas bin Malik -radhiyallahu 'anhu- berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، وَإِنْ كَانَ كَافِرًا، فَإِنَّهُ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ»

"Berhati-hatilah kalian dari doa orang teraniaya meskipun kafir, karena doa yang diucapkannya tiada penghalang." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]

Lihat: Waktu mustajab

Do’a agar dijauhkan dari perbuatan dzalim atau terdzalimi

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seiring membaca do’a:

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ، وَالْقِلَّةِ، وَالذِّلَّةِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ»

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kemiskinan, kekurangan, dan kehinaan. Dan aku berlindung kepadaMu dari aku berbuat dzalim atau aku dizalimi” [Sunan Abi Daud: Shahih]

Ø  Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika keluar dari rumahnya membaca:

«بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نَزِلَّ، أَوْ نَضِلَّ، أَوْ نَظْلِمَ، أَوْ نُظْلَمَ، أَوْ نَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيْنَا»

“Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari kami tegelinci (dalam kesalahan), atau kami tersesat, atau kami mendzalimi, atau kami dizalimi, atau kami berbuat kebodohan, atau orang berbuat kebodohan terhadap kami”. [Sunan Tirmidzi: Shahih]

Menolong orang yang dzalim dan didzalimi

Dari Anas radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا» فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا، أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ؟ قَالَ: «تَحْجُزُهُ، أَوْ تَمْنَعُهُ، مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ» [صحيح البخاري]

"Tolonglah saudaramu baik ia zalim atau dizalimi."

Ada seorang laki-laki bertanya; 'Ya Rasulullah, saya maklum jika ia dizalimi, namun bagaimana saya menolong padahal ia zalim? '

Nabi menjawab; "Engkau mencegahnya atau menahannya dari kezaliman, itulah cara menolongnya." [Shahih Bukhari]

Lihat: Syarah Arba’in (17) Hadits Syaddad; Perintah berbuat baik

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Jangan mendzalimi diri - Syarah Kitab Tauhid bab (4); Takut dari perbuatan syirik - Taubat .. Kenapa tidak ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...