بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Anas -radhiyallahu ‘anhu-;
Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
" الظُّلْمُ ثَلاثَةٌ: فَظُلْمٌ لا
يَتْرُكُهُ اللَّهُ، وَظُلْمٌ يُغْفَرُ، وَظُلْمٌ لا يُغْفَرُ، فَأَمَّا الظُّلْمُ
الَّذِي لا يُغْفَرُ فَالشِّرْكُ لا يَغْفِرُهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الظُّلْمُ
الَّذِي يُغْفَرُ فَظُلْمُ الْعَبْدِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ، وَأَمَّا
الَّذِي لا يُتْرَكُ فظلم العباد، فيقتص الله بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ "
“Kedzaliman itu ada tiga: Ada kedzaliman yang
tidak diabaikan, ada kedzaliman yang diampuni, dan ada kedzaliman yang tidak
diampuni. Adapun kedzaliman yang tidak diampuni maka itu adalah syirik, tidak
akan diampun olehi Allah, dan adapun kedzaliman yang diampuni maka itu adalah
kedzaliman seorg hamba antara dirinya dan Rabb-nya, dan adapun kedzaliman yang
tidak diabaikan maka itu adalah kedzaliman antara sesama hamba maka Allah akan
memberikan pembalasan antara sebagian mereka dengan sebagian yang lain”. [Musnad
Ath-Thayalisih: Shahih (Silsilah Ash-Shahihah no.1927)]
Allah mengharamkan pebuatan dzalim
Dari Abu Dzar Al-Gifariy -radhiyallahu
‘anhu-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam meriwayatkan dari
Allah –‘azza wajalla- dalam sebuah hadits Qudsi:
«يَا عِبَادِي إِنِّي
حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلَا
تَظَالَمُوا»
“Wahai hamba-Ku .. sesungguhnya Aku
mengharamkan kedzaliman bagi diri-Ku dan Aku haramkannya di antara kalian, maka
janganlah kalian saling mendzalimi.” [Shahih Muslim]
Ø Dari Abdullah bin ‘Umar -radhiyallahu 'anhuma-;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ
القِيَامَةِ»
“Kezhaliman itu adalah kegelapan pada hari
kiamat kelak." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Jabir bin 'Abdullah -radhiyallahu 'anhuma-;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اتَّقُوا الظُّلْمَ، فَإِنَّ
الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
"Hindarilah kezhaliman,
karena kezhaliman itu adalah mendatangkan kegelapan pada hari kiamat
kelak." [Shahih Muslim]
A. Dzalim
jenis pertama: Menyekutukan Allah subhanahu wata’aalaa.
Syirik, menyekutukan Allah dengan segala
jenisnya adalah kedzaliman yang paling berat.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{يَسْأَلُونَكَ
عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ وَصَدٌّ عَنْ
سَبِيلِ اللَّهِ وَكُفْرٌ بِهِ وَالْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَإِخْرَاجُ أَهْلِهِ
مِنْهُ أَكْبَرُ عِنْدَ اللَّهِ وَالْفِتْنَةُ أَكْبَرُ مِنَ الْقَتْلِ} [البقرة: 217]
"Mereka bertanya kepadamu tentang
berperang pada bulan Haram. Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah
dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah,
(menghalangi masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari sekitarnya,
lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan syirik lebih besar (dosanya) daripada
membunuh". (Al-Baqarah:217)
Ø Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
Ketika ayat ini turun firman Allah -‘azza wajalla-:
{الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ
بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ} [الأنعام: 82]
Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. [Al-An'aam:82]
Ayat ini terasa berat bagi umat Islam, maka
sahabat bertanya: Ya Rasulullah, siapakah diantara kami yang tidak mendzalimi
dirinya (dengan maksiat)?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
«لَيْسَ ذَلِكَ إِنَّمَا هُوَ الشِّرْكُ
أَلَمْ تَسْمَعُوا مَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ»
"Bukan
kezaliman itu yang dimaksud akan tetapi kesyirikan, tidakkah kalian mendengar
apa yang dikatakan Luqman kepada anaknya sewaktu ia memberi nasehat
kepadanya?
{يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ} [لقمان: 13]
"Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar". [Luqman:13] [Shahih Bukhari dan Muslim]
Dosa syirik tidak akan diampuni oleh Allah selama pelakunya tidak
bertobat, karena meyekutukan Allah adalah dosa yang paling besar. Allah telah
mengharamkan surga bagi orang-orang musyrik, dan menjanjikan bagi mereka
kekekalan di neraka.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّ
اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا} [النساء: 48]
"Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar". [An-Nisaa':48]
{إِنَّهُ
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ} [المائدة: 72]
"Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu
seorang penolongpun". [Al-Maidah: 72]
Lihat: Bahaya syirik
B. Dzalim
jenis kedua: Maksiat antara hamba dan Rabb-nya.
Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
{وَمَنْ
يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ} [الطلاق: 1]
"Dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka
sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri."
[At-Thalaaq:1]
Allah mengampuni segala dosa selain syirik bagaimanapun
besarnya dan berapapun banyaknya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Allah subhanahu
wata'ala berfirman dalam hadits qudsi:
«أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى:
أَذْنَبَ عَبْدِي ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ
وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ: أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى
ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ
لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ
فَقَالَ: أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ
عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ
بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ ». [صحيح
البخاري، ومسلم]
“Seorang hamba melakukan suatu dosa lalu
berkata: Ya Allah .. ampunilah dosaku. Allah tabaaraka wa ta’aalaa
berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu kalau ia mempunyai Tuhan yang
mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Kemudia hamba tersebut kembali
melakukan dosa dan berkata: Ya Tuhanku .. ampunilah dosaku. Allah tabaaraka
wa ta’aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu kalau ia mempunyai
Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa. Kemudia hamba tersebut
kembali melakukan dosa dan berkata: Ya Tuhanku .. ampunilah dosaku.
Allah tabaaraka wa ta’aalaa berkata: Hamba-Ku melakukan dosa dan tahu
kalau ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karena dosa.
Berbuatlah sesukamu .. maka Aku akan mengampunimu (selama engkau bertaubat).”
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
" قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا
كَانَ فِيكَ وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ
السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، وَلَا أُبَالِي، يَا ابْنَ
آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي
لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً "
Allah tabaraka wata’aalaa berfirman
"Wahai anak cucu Adam sesungguhnya jika engkau meminta dan mengharap
kepada-Ku akan ku ampuni semua dosa yang engkau lakukan tampa Kupikirkan. Wahai
anak cucu Adam seandainya dosamu mencapai awan di langit kemudian engkau
meminta ampun pada-Ku maka aku akan mengampunimu tampa Kupikirkan. Wahai anak
cucu Adam seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sebanyak bumi kemudian
engkau menemuiku tampa menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, maka Aku
akan mendatangimu dengan ampunan sebanyak itu pula. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, dari Rabbnya ‘Azza Wa Jalla berfirman:
" لَوْ لَقِيتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا، مَا لَمْ
تُشْرِكْ بِي، لَقِيتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً "
“Jika kamu bertemu dengan-Ku membawa dosa
sepenuh bumi selama tidak menyekutukan Aku, maka Aku akan datang
kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi pula." [Musnad Ahmad: Shahih]
Ø Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ
الْخَلائِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلا كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ
الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا؟
فَيَقُولُ: لَا يَا رَبِّ! فَيَقُولُ: أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ؟
ثُمَّ يَقُولُ: أَلَكَ عَنْ ذَلِكَ حَسَنَةٌ؟ فَيُهَابُ الرَّجُلُ، فَيَقُولُ: لَا.
فَيَقُولُ: بَلَى، إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ، وَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ
الْيَوْمَ. فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. قَالَ: فَيَقُولُ: يَا رَبِّ،
مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ؟ فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا
تُظْلَمُ. فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كِفَّةٍ
فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
“Seorang dari umatku dipanggil pada hari
kiamat di depan semua makluk. Lalu diperlihatkan untuknya 99 buku besar berisi
dosa-dosanya, setiap buku panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian Allah ‘azza
wajalla berkata padanya: Apakah ada yang engkau ingkari dari buku-buku
tersebut? Apakah malaikat pencatatku mendzalimu kamu? Apakah kamu punya alasan?
Sang hamba menjawab: Tidak , Ya Rab. Allah bertanya lagi: Apakah kamu punya
kebaikan? Sang hamba dengan rasa malu menjawab: Tidak ada ya Rab. Allah
berkata: Tapi engkau punya kebaikan pada kami, dan pada hari ini kamu tidak
akan didzalimi. Lalu dikeluarkan untuknya sebuah kartu berisi dua kalimat
syahadat. Sang hamba bertanya: Ya Rab .. apa yang bisa diperbuat oleh kartu ini
dengan buku-buku besar itu? Allah menjawab: Kamu tidak akan didzalimi. Lalu
buku-buku besar itu ditaruh pada satu piring timbangan dan kartu itu di piring
yang satunya lagi, tiba-tiba buku-buku besar itu terangkat dan kartu itu berat
di timbangan”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Lihat: Keutamaan tauhid
C. Dzalim
jenis ketiga: Menganiaya sesama manusia.
Dari Abdullah bin ‘Umar -radhiyallahu
'anhuma-; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ
يَظْلِمُهُ وَلاَ يُسْلِمُهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
"Seorang
muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak
membiarkannya untuk disakiti. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø Dari Abu Musa -radhiyallahu 'anhu-; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ
يُفْلِتْهُ»
“Sesungguhnya Allah menangguhkan siksaan
bagi orang dzalim sampai ketika Allah menghukumnya ia tidak akan bisa lepas
dari-Nya”.
Kemudian Rasulullah membaca firman Allah
...
{وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ
إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ} [هود: 102]
"Dan begitulah azab
Tuhanmu, apabila dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim.
Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras." [Huud:102]
[Sahih Bukhari dan Muslim]
Mendzalimi orang lain berarti mendzalimi diri
sendiri.
Allah
subhanahu wata'ala berfirman:
{وَإِذَا طَلَّقْتُمُ
النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ
سَرِّحُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَلَا تُمْسِكُوهُنَّ ضِرَارًا لِتَعْتَدُوا وَمَنْ
يَفْعَلْ ذَلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ} [البقرة:
231]
Apabila kamu mentalak isteri-isterimu,
lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang
ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu
rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu
menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat
zalim terhadap dirinya sendiri. [Al-Baqarah: 231]
Kedzaliaman terhadap sesama manusia akan
diqishash di dunia atau dibayar dengan pahala di akhirat
Allah subhanahu wata'ala berfiman:
{وَكَتَبْنَا عَلَيْهِمْ فِيهَا أَنَّ
النَّفْسَ بِالنَّفْسِ وَالْعَيْنَ بِالْعَيْنِ وَالْأَنْفَ بِالْأَنْفِ
وَالْأُذُنَ بِالْأُذُنِ وَالسِّنَّ بِالسِّنِّ وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ} [المائدة:
45]
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka
di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan
mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka
luka (pun) ada kisasnya. [Al-Maaidah:45]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ،
فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ اليَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ
دِرْهَمٌ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ،
وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ
عَلَيْهِ» [صحيح البخاري]
"Siapa yang pernah berbuat
aniaya (zalim) terhadap kehormatan saudaranya atau sesuatu apapun hendaklah dia
meminta kehalalannya (maaf) pada hari ini (di dunia) sebelum datang hari yang
ketika itu tidak bermanfaat dinar dan dirham. Jika dia tidak lakukan, maka
(nanti pada hari kiamat) bila dia memiliki amal shalih akan diambil darinya
sebanyak kezholimannya. Apabila dia tidak memiliki kebaikan lagi maka keburukan
saudaranya yang dizholiminya itu akan diambil lalu ditimpakan kepadanya".
[Shahih Bukhari]
Ø Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bertanya kepada para sahabatnya:
«أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟»
"Tahukah
kalian apa itu orang bangkrut?”
Sahabat menjawab: Orang yang bangkrut
dikalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan harta benda!
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
«إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي
يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ
هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ
هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ
فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ» [صحيح مسلم]
"Sesungguhnya orang yang bangkrut dari
umatku adalah orang yang datang di hari kiamat dengan pahala salat, puasa, dan
zakat. Akan tetapi ia telah mencaci si Ini, menuduh si Ini, memakan harta si
Ini (dengan tidak halal), meneteskan darah si Ini, dan memukul si Ini. Maka
pahala kebaikannya diberikan kepada si Ini dan si Ini, kemudian jika pahala kebaikannya
sudah habis sebelum menutupi semua kezalimannya maka dosa-dosa mereka diberikan
kepadanya, kemudian ia dijerumuskan ke neraka". [Sahih Muslim]
Lihat: Syarah Arba’in
(14) Hadits Ibnu Mas'ud; Haram darah seorang muslim
Hati-hati dengan do’a orang yang terdzalimi
Anas bin Malik -radhiyallahu
'anhu- berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، وَإِنْ كَانَ كَافِرًا، فَإِنَّهُ
لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ»
"Berhati-hatilah kalian dari
doa orang teraniaya meskipun kafir, karena doa yang diucapkannya tiada
penghalang." [Musnad Ahmad: Hasan ligairih]
Lihat: Waktu mustajab
Do’a agar dijauhkan dari perbuatan dzalim atau
terdzalimi
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam seiring membaca do’a:
«اللَّهُمَّ إِنِّي
أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ، وَالْقِلَّةِ، وَالذِّلَّةِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ
أَظْلِمَ، أَوْ أُظْلَمَ»
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari kemiskinan, kekurangan, dan kehinaan. Dan aku berlindung kepadaMu
dari aku berbuat dzalim atau aku dizalimi” [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø Dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam jika keluar dari rumahnya membaca:
«بِسْمِ اللَّهِ،
تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ نَزِلَّ، أَوْ
نَضِلَّ، أَوْ نَظْلِمَ، أَوْ نُظْلَمَ، أَوْ نَجْهَلَ، أَوْ يُجْهَلَ عَلَيْنَا»
“Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada
Allah, Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari kami tegelinci
(dalam kesalahan), atau kami tersesat, atau kami mendzalimi, atau kami
dizalimi, atau kami berbuat kebodohan, atau orang berbuat kebodohan terhadap
kami”. [Sunan Tirmidzi: Shahih]
Menolong orang yang dzalim dan didzalimi
Dari Anas radhiyallahu 'anhu,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا» فَقَالَ رَجُلٌ: يَا
رَسُولَ اللَّهِ، أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا، أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ
ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ؟ قَالَ: «تَحْجُزُهُ، أَوْ تَمْنَعُهُ، مِنَ الظُّلْمِ
فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ» [صحيح البخاري]
"Tolonglah saudaramu baik ia
zalim atau dizalimi."
Ada seorang laki-laki bertanya; 'Ya
Rasulullah, saya maklum jika ia dizalimi, namun bagaimana saya menolong padahal
ia zalim? '
Nabi menjawab; "Engkau mencegahnya
atau menahannya dari kezaliman, itulah cara menolongnya." [Shahih Bukhari]
Lihat: Syarah Arba’in (17) Hadits Syaddad; Perintah berbuat baik
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Jangan mendzalimi diri - Syarah Kitab Tauhid bab (4); Takut dari perbuatan syirik - Taubat .. Kenapa tidak ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...