Rabu, 24 Februari 2021

Kitab Ilmu bab 25; Motifasi Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- kepada utusan Abdul Qais untuk menjaga iman dan ilmu

 بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ تَحْرِيضِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفْدَ عَبْدِ القَيْسِ عَلَى أَنْ يَحْفَظُوا الإِيمَانَ وَالعِلْمَ، وَيُخْبِرُوا مَنْ وَرَاءَهُمْ

“Bab: Motifasi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada utusan Abdul Qais untuk menjaga iman dan ilmu, dan agar mereka menyampaikannya kepada orang yang ada di belakang mereka (kaumnya)”

Dalam bab ini, imam Bukhari mejelaskan tentang pentingnya menjaga ilmu dengan mempelajarinya kemudian mengajarkan kepada orang lain terkhusus kepada keluarga dan kerabat terdekat.

Beliau menyebutkan satu hadits mu’allaq dari Malik bin Al-Huwairits dan satu hadits muttasil dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhum.

A.    Hadits Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

وقَالَ مَالِكُ بْنُ الحُوَيْرِثِ: قَالَ لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ»

Dan Malik bin Al-Huwairits berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada kami: "Kembalilah kepada keluarga kalian dan ajarilah mereka."

Takhrij hadits ini:

Akan diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara utuh dalam kitab Shahihnya pada beberapa bab di kitab Shalat, diantaranya bab: “Adzan untuk orang yang musafir”.

Malik bin Al-Huwairits radhiyallahu 'anhu berkata:

«أَتَيْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَبَةٌ مُتَقَارِبُونَ، فَأَقَمْنَا عِنْدَهُ عِشْرِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحِيمًا رَفِيقًا، فَلَمَّا ظَنَّ أَنَّا قَدْ اشْتَهَيْنَا أَهْلَنَا - أَوْ قَدْ اشْتَقْنَا - سَأَلَنَا عَمَّنْ تَرَكْنَا بَعْدَنَا، فَأَخْبَرْنَاهُ قَالَ: ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ، فَأَقِيمُوا فِيهِمْ، وَعَلِّمُوهُمْ وَمُرُوهُمْ، - وَذَكَرَ أَشْيَاءَ أَحْفَظُهَا أَوْ لَا أَحْفَظُهَا - وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي، فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَلْيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ، وَلْيَؤُمَّكُمْ أَكْبَرُكُمْ»

"Kami datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, saat itu kami adalah para pemuda yang usianya sebaya. Maka kami tinggal bersama beliau selama dua puluh hari dua puluh malam. Beliau adalah seorang yang sangat penuh kasih dan lembut. Ketika beliau merasa bahwa kami telah ingin, atau merindukan keluarga kami, beliau bertanya kepada kami tentang orang yang kami tinggalkan. Maka kami pun mengabarkannya kepada beliau. Kemudian beliau bersabda: "Kembalilah kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan perintahkan (untuk shalat)." -Beliau lantas menyebutkan sesuatu yang aku pernah ingat atau lupa -. Beliau mengatakan: "Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat. Maka jika waktu shalat sudah tiba, hendaklah salah seorang dari kalian mengumandangkan adzan, dan hendaklah yang menjadi Imam adalah yang paling tua di antara kalian."

Lihat: Hadits Malik bin Al-Huwairits; "Shalatlah seperti kalian melihatku shalat"

B.     Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

87 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ [محمد بن جعفر]، قَالَ: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ أَبِي جَمْرَةَ [نَصْرُ بنُ عِمْرَانَ الضُّبَعِيُّ]، قَالَ: كُنْتُ أُتَرْجِمُ بَيْنَ ابْنِ عَبَّاسٍ وَبَيْنَ النَّاسِ، فَقَالَ: إِنَّ وَفْدَ عَبْدِ القَيْسِ أَتَوُا النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «مَنِ الوَفْدُ أَوْ مَنِ القَوْمُ» قَالُوا: رَبِيعَةُ فَقَالَ: «مَرْحَبًا بِالقَوْمِ أَوْ بِالوَفْدِ، غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ نَدَامَى» قَالُوا: إِنَّا نَأْتِيكَ مِنْ شُقَّةٍ بَعِيدَةٍ، وَبَيْنَنَا وَبَيْنَكَ هَذَا الحَيُّ مِنْ كُفَّارِ مُضَرَ، وَلاَ نَسْتَطِيعُ أَنْ نَأْتِيَكَ إِلَّا فِي شَهْرٍ حَرَامٍ، فَمُرْنَا بِأَمْرٍ نُخْبِرُ بِهِ مَنْ وَرَاءَنَا، نَدْخُلُ بِهِ الجَنَّةَ. فَأَمَرَهُمْ بِأَرْبَعٍ وَنَهَاهُمْ عَنْ أَرْبَعٍ: أَمَرَهُمْ بِالإِيمَانِ بِاللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَحْدَهُ، قَالَ: «هَلْ تَدْرُونَ مَا الإِيمَانُ بِاللَّهِ وَحْدَهُ؟» قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: «شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامُ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ، وَصَوْمُ رَمَضَانَ، وَتُعْطُوا الخُمُسَ مِنَ المَغْنَمِ» وَنَهَاهُمْ عَنِ الدُّبَّاءِ وَالحَنْتَمِ وَالمُزَفَّتِ "

قَالَ شُعْبَةُ: رُبَّمَا قَالَ: «النَّقِيرِ» وَرُبَّمَا قَالَ: «المُقَيَّرِ» قَالَ: «احْفَظُوهُ وَأَخْبِرُوهُ مَنْ وَرَاءَكُمْ»

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ghundar [Muhammad bin Ja’far], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Jamrah [Nashr bin ‘Imran Adh-Dhuba’iy], ia berkata: Aku pernah menjadi penerjemah antara Ibnu 'Abbas dan orang-orang, katanya; bahwasanya telah datang rombongan utusan Abdul Qais menemui Nabi lalu Nabi berkata, "Utusan siapakah ini atau kaum manakah ini?" Utusan itu menjawab, "Rabi'ah". Lalu Nabi berkata, "Selamat datang kaum atau para utusan dengan tidak terhinakan dan tanpa menyesal". Para utusan berkata, "Wahai Rasulullah kami datang dari perjalanan yang jauh sementara diantara kampung kami dan engkau ada kampung kaum kafir (suku) Mudhar, dan kami tidak sanggup untuk mendatangi engkau kecuali di bulan suci. Ajarkanlah kami dengan satu perintah yang jelas, yang dapat kami amalkan dan kami ajarkan kepada orang-orang di kampung kami dan dengan begitu kami dapat masuk surga." Maka Nabi memerintahkan mereka dengan empat hal dan melarang dari empat hal, memerintahkan mereka untuk beriman kepada Allah satu-satunya, beliau berkata, "Tahukah kalian apa arti beriman kepada Allah satu-satunya?" Mereka menjawab, "Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui." Nabi menjelaskan, "Persaksian tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan dan kalian mengeluarkan seperlima dari harta rampasan perang". Dan Nabi melarang mereka dari empat perkara, yaitu dari meminum dari a-hantam, ad-dubbaa` dan al-muzaffaat.

Syu'bah menerangkan; Terkadang beliau menyebutkan “an-naqir”, dan terkadang “al-muqoyyir” (bukan naqir). Kemudian Nabi bersabda, "Jagalah semuanya dan beritahukanlah kepada orang-orang di kampung kalian".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Abdullah bin 'Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: Keistimewaan Abdullah bin ‘Abbas

2.      Boleh menerima ilmu dari terjemahan jika penerjemahnya paham dan amanah.

3.      Menanyakan identitas tamu yang tidak dikenal.

Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhuma berkata;

أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَيْنٍ كَانَ عَلَى أَبِي، فَدَقَقْتُ البَابَ، فَقَالَ: «مَنْ ذَا» فَقُلْتُ: أَنَا، فَقَالَ: «أَنَا أَنَا» كَأَنَّهُ كَرِهَهَا [صحيح البخاري ومسلم]

Aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam karena hutang ayahku, lalu aku mengetuk pintu rumah beliau, beliau bertanya: Siapakah itu?

Aku menjawab; "Saya."

Beliau bersabda: Saya, saya!?

Seolah-olah beliau membencinya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

4.      Memberi sambutan yang baik.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا} [الحشر: 9]

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). [Al-Hasyr: 9]

Ø  Shafwan bin 'Assaal Al-Muradiy radhiyallahu 'anhu berkata: Ya Rasulullah, aku datang untuk menuntut ilmu!

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

«مَرْحَبًا بطالبِ الْعِلْمِ، طَالِبُ الْعِلْمِ لَتَحُفُّهُ الْمَلَائِكَةُ وَتُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا، ثُمَّ يَرْكَبُ بَعْضُهُ بَعْضًا حَتَّى يَبْلُغُوا السَّمَاءَ الدُّنْيَا مِنْ حُبِّهِمْ لِمَا يَطْلُبُ» [المعجم الكبير للطبراني: حسنه الألباني]

“Selamat datang wahai penuntut ilmu, orang yang menuntut ilmu dikelilingi oleh malaikat, dan dinaungi dengan sayapnya kemudian mereka saling menaiki satu sama lain sampai mencapai langit dunia karena cinta mereka kepada penuntut ilmu.” [Al-Mu'jam Al-Kabir Ath-Thabaraniy: Hasan]

5.      Semangat sahabat dalam menuntut ilmu.

Lihat: Kitab Ilmu bab 19; Pergi menuntut ilmu

6.      Pengorbanan dalam menuntut ilmu.

Lihat: Kitab Ilmu bab 16; Perginya Musa ke laut untuk menemui Khidhir

7.      Menyampaikan ilmu yang telah dipelajari terutama kepada keluarga dan kerabat terdekat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ} [الشعراء : 214]

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. [Asy-Syu'araa: 214]

{وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَائِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ} [التوبة : 122]

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [At-Taubah: 122]

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا} [التحريم : 6]

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. [At-Tahriim: 6]

{وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى} [طه: 132]

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. [Thaahaa:132]

Lihat: Kitab Ilmu bab 20; Keutamaan orang yang berilmu dan mengajarkannya

8.      Menuntutu ilmu jalan menuju surga.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ» [صحيح مسلم]

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga, dan tidaklah satu kaum berkumpul di salah satu "rumah Allah" (mesjid) membaca kitabullah (Al-Qur'an) dan mempelajarinya di antara mereka kecuali Allah menurunkan kepada mereka ketenangan dan mereka dinaungi dengan rahmat dan malaikat mengerumungi mereka dan Allah menyebut mereka pada siapa yang ada di sisi-Nya”. [Sahih Muslim]

9.      Keseimbangan antar perintah dan larangan dalam berda’wah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ} [سبأ: 28]

Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. [Saba':28]

10.  Mengutamakan pemurnian aqidah tauhid.

Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Dikala Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengutus Mu'adz ke negeri Yaman, Nabi berpesan:

إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ فَإِذَا صَلَّوْا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِي أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ

"Wahai Mu'adz, engkau mendatangi kaum ahli kitab, maka jadikanlah materi dakwah pertama-tama yang engkau sampaikan adalah agar mereka mentauhidkan Allah ta'ala. Jika mereka telah sadar terhadap hal ini, beritahulah mereka bahwa Allah mewajibkan lima shalat kepada mereka dalam sehari semalam. Jika mereka telah shalat, beritahulah mereka bahwa Allah mewajibkan zakat harta mereka, yang diambil dari yang kaya, dan diberikan kepada yang miskin, dan jika mereka telah mengikrarkan yang demikian, ambilah harta mereka dan jagalah harta mereka yang kesemuanya harus dijaga kehormatannya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Kitab tauhid bab 5; Mengajak untuk bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah

11.  Makna Iman kepada Allah: Adalah tauhid dan meneladani Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.

Lihat: Syarah Kitab tauhid bab 6; Penjelasan makna tauhid dan persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah

12.  Keutamaan shalat lima waktu.

Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

«خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللَّهُ عَلَى الْعِبَادِ، فَمَنْ جَاءَ بِهِنَّ لَمْ يُضَيِّعْ مِنْهُنَّ شَيْئًا اسْتِخْفَافًا بِحَقِّهِنَّ، كَانَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ، وَمَنْ لَمْ يَأْتِ بِهِنَّ فَلَيْسَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ عَهْدٌ، إِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ، وَإِنْ شَاءَ أَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ» [سنن أبي داود: صححه الشيخ الألباني]

“Lima shalat, Allah mewajibkannya kepada semua hamba, maka barangsiapa yang mendirikannya, tidak melalaikan satupun darinya karena meremehkan haknya maka untuknya di sisi Allah janji akan memasukkannya syurga, dan barangsiapa yang tidak mendirikannya maka tidak ada untuknya di sisi Allah janji, jika Allah menghendaki akan menyiksanya, dan jika Allah menghendaki Allah akan memasukkannya syurga”. [Sunan Abu Dawud: Sahih]

Lihat: Keutamaan shalat

13.  Keutamaan zakat.

Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabsa:

«مَنْ أَدَّى زَكَاةَ مَالِهِ، فَقَدْ ذَهَبَ عَنْهُ شَرُّهُ» [المعجم الأوسط للطبراني: حسنه الشيخ الألباني]

“Barangsiapa yang menunaikan zakat hartanya maka telah hilang darinya keburukannya”. [Al-Mu’jam Al-Ausath: Hasan]

Lihat: Keutamaan zakat

14.  Keutamaan puasa.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan keimanan dan harapan, maka diampuni untuknya semua dosanya yang telah lalu”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Keutamaan puasa Ramadhan

15.  Menyerahkan 1/5 dari harta rampasan perang.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ إِنْ كُنْتُمْ آمَنْتُمْ بِاللَّهِ وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [الأنفال: 41]

Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. [Al-Anfal: 41]

16.  Larangan membuat minuman rendaman kurma atau kismis dari empat bejanah.

a)       Ad-Dubaa’= Bejana yang terbuat dari labu.

b)      Al-Hantam= Bejana yang terbuat dari tanah liat.

c)       Al-Muzaffat atau Al-Muqayyar = Bejana yang dilapisi dengan ter/aspal.

d)      An-Naqiir= Bejana yang terbuat dari batang pohon kurma.

Alasan pelarangan ini karena akan cepat menjadikannya khamar (memabukkan), tapi larangan tersebut sudah di-nasakh (hukumnya tidak berlaku lagi).

Buraidahradhiyallahu ‘anhu- berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«نَهَيْتُكُمْ عَنِ النَّبِيذِ إِلَّا فِي سِقَاءٍ، فَاشْرَبُوا فِي الْأَسْقِيَةِ كُلِّهَا، وَلَا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا»

"Dahulu aku melarang kalian membuat nabidz (minuman rendaman kurma atau anggur kering) selain dalam qirbah, maka sekarang minumlah dari segala tempat air, asal jangan kamu minum yang memabukkan."  [Shahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 23 dan 24; Tentang adab berfatwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...