Selasa, 29 Agustus 2023

Kitab Ar-Riqaq, bab 25; Takut kepada Allah

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"بَابُ الخَوْفِ مِنَ اللَّهِ"

“Bab: Takut kepada Allah”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang keutamaan takut kepada Allah ta’aalaa dengan meriwayatkan dua hadits yang semakna dari Hudzaifah bin Al-Yaman, Abu Sa’id Al-Khudriy dan Salman Al-Farisiy radhiyallahu ‘anhum.

A.    Hadits Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhuma.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6480 - حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ [بن عبد الحميد]، عَنْ مَنْصُورٍ [بن المعتمِر]، عَنْ رِبْعِيٍّ [بن حِرَاشِ]، عَنْ حُذَيْفَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: " كَانَ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ يُسِيءُ الظَّنَّ بِعَمَلِهِ، فَقَالَ لِأَهْلِهِ: إِذَا أَنَا مُتُّ فَخُذُونِي فَذَرُّونِي فِي البَحْرِ فِي يَوْمٍ صَائِفٍ، فَفَعَلُوا بِهِ، فَجَمَعَهُ اللَّهُ ثُمَّ قَالَ: مَا حَمَلَكَ عَلَى الَّذِي صَنَعْتَ؟ قَالَ: مَا حَمَلَنِي إِلَّا مَخَافَتُكَ، فَغَفَرَ لَهُ "

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarir [bin Abdil Hamid], dari Manshur [bin Al-Mu’tamir], dari Rib'i [bin Hirasy], dari Hudzaifah, dari Nabi beliau bersabda, "Sebelum kalian ada seseorang yang berburuk sangka dengan amalannya, lalu dia berkata kepada keluarganya, 'Apabila aku mati, ambillah jasadku, lalu sebarkan (abu) ku di laut pada saat hari sangat panas. Saat ia mati keluarganya melaksanakan pesan itu. Lalu Allah menyatukannya dan berfirman padanya: Apa yang membuatmu melakukan hal itu? Orang itu menjawab: Aku tidak melakukan hal itu kecuali karena takut kepada-Mu. Maka Allah mengampuninya."

B.     Hadits Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6481 - حَدَّثَنَا مُوسَى [بن إسماعيل أبو سلمة]، حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ [بنُ سُلَيْمَانَ بنِ طَرْخَانَ التَّيْمِيُّ]، سَمِعْتُ أَبِي، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَبْدِ الغَافِرِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ ذَكَرَ رَجُلًا فِيمَنْ كَانَ سَلَفَ، أَوْ قَبْلَكُمْ، آتَاهُ اللَّهُ مَالًا وَوَلَدًا - يَعْنِي أَعْطَاهُ - قَالَ: فَلَمَّا حُضِرَ قَالَ لِبَنِيهِ: أَيَّ أَبٍ كُنْتُ لَكُمْ؟ قَالُوا: خَيْرَ أَبٍ، قَالَ: فَإِنَّهُ لَمْ يَبْتَئِرْ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرًا - فَسَّرَهَا قَتَادَةُ: لَمْ يَدَّخِرْ - وَإِنْ يَقْدَمْ عَلَى اللَّهِ يُعَذِّبْهُ، فَانْظُرُوا فَإِذَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي، حَتَّى إِذَا صِرْتُ فَحْمًا فَاسْحَقُونِي - أَوْ قَالَ: فَاسْهَكُونِي - ثُمَّ إِذَا كَانَ رِيحٌ عَاصِفٌ فَأَذْرُونِي فِيهَا، فَأَخَذَ مَوَاثِيقَهُمْ عَلَى ذَلِكَ - وَرَبِّي - فَفَعَلُوا، فَقَالَ اللَّهُ: كُنْ!، فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ، ثُمَّ قَالَ: أَيْ عَبْدِي مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا فَعَلْتَ؟ قَالَ: مَخَافَتُكَ - أَوْ فَرَقٌ مِنْكَ - فَمَا تَلاَفَاهُ أَنْ رَحِمَهُ اللَّهُ.

Telah menceritakan kepada kami Musa [bin Ismail Abu Salamah], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Mu'tamir [bin Sulaiman bin Tharkhan At-Taimiy], ia berkata: Saya mendengar Ayahku, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari 'Uqbah bin Abdul Ghafir, dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiallahu'anhu dari Nabi beliau menceritakan seseorang di zaman dahulu atau orang sebelum kalian, Allah mengaruniai kepadanya harta dan anak -maksudnya Allah memberinya-. Menjelang wafat, ia berkata kepada anak-anaknya, "Hai anak-anakku, bagaimana keadaanku selaku ayah bagi kalian? Anak-anaknya menjawab, 'Engkau adalah sebaik-baik ayah.' Beliau melanjutkan, 'Orang tadi merasa dirinya bukan orang baik di sisi Allah (orang shalih), -Qatadah menafsirkan, 'Bahwa dia menyangka belum memiliki amalan- hingga dirinya berprasangka jika Allah menakdirkan, pasti Dia menyiksanya. (Kata orang tadi), 'Lihatlah, kalau aku mati, maka bakarlah aku, jika diriku telah menjadi arang, tumbuklah aku -atau berkata- haluskanlah aku. Jika angin berembus kencang, maka taburkanlah abuku dalam angin itu.' Maka sang ayah mengambil janji teguh anak-anaknya, akhirnya mereka melakukan yang diwasiatkan oleh ayahnya, lalu Allah berfirman: '(Jadilah engkau)' tiba-tiba orang itu berdiri tegap. Allah bertanya: '(Hai hamba-Ku, apa yang mendorongmu berbuat seperti itu? Hamba itu menjawab, 'Karena aku merasa takut terhadap-Mu.' Dan segala perbuatan yang membinasakan dirinya Allah merahmatinya (karena rasa takutnya kepada Allah).'

[قال سليمان:] فَحَدَّثْتُ أَبَا عُثْمَانَ [النَّهْدِيُّ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بنُ مُلٍّ]، فَقَالَ: سَمِعْتُ سَلْمَانَ [الفارسي]، غَيْرَ أَنَّهُ زَادَ: «فَأَذْرُونِي فِي البَحْرِ» أَوْ كَمَا حَدَّثَ.

[Sulaiman berkata:] Lalu aku ceritakan kepada Abu Utsman [An-Nahdiy Abdurraman bin Mull], dia berkata: Saya mendengar Salman [Al-Farisiy] namun dia sedikit menambahkan, “Lalu taburkanlah (abuku) di lautan”, atau sebagaimana yang ia ceritakan.'

وَقَالَ مُعَاذٌ [بن معاذ العنبري]: حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، سَمِعْتُ عُقْبَةَ، سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ الخُدْرِيَّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Dan Mu'adz [bin Mu’adz Al-‘Anbariy] mengatakan; Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Qatadah, ia berkata: Saya mendengar 'Uqbah, ia berkata: Saya mendengar Abu Sa'id Al-Khudriy, dari Nabi .

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Biografi Abu Sa’id Al-Khudriy: Sa’ad bin Malik bin Sinan radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

3.      Biografi Salman Al-Farisiy radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

4.      Hadits ini diriwayatkan juga dari sahabat yang lain.

Diantaranya:

a)      Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

" أَسْرَفَ رَجُلٌ عَلَى نَفْسِهِ، فَلَمَّا حَضَرَهُ الْمَوْتُ أَوْصَى بَنِيهِ فَقَالَ: إِذَا أَنَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي، ثُمَّ اسْحَقُونِي، ثُمَّ اذْرُونِي فِي الرِّيحِ فِي الْبَحْرِ، فَوَاللهِ لَئِنْ قَدَرَ عَلَيَّ رَبِّي لَيُعَذِّبُنِي عَذَابًا مَا عَذَّبَهُ بِهِ أَحَدًا، قَالَ: فَفَعَلُوا ذَلِكَ بِهِ، فَقَالَ لِلْأَرْضِ: أَدِّي مَا أَخَذْتِ! فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ، فَقَالَ لَهُ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟ فَقَالَ: مَخَافَتُكَ يَا رَبِّ! فَغَفَرَ لَهُ بِذَلِكَ "

"Seorang laki-laki telah melampui batas atas dirinya. Tatkala dia hendak meninggal, dia berwasiat pada anaknya seraya berkata; 'Apabila aku mati, maka bakarlah aku lalu buanglah aku, dan buanglah sebagiannya di laut. Demi Allah, jika Rabbku mampu, pasti Dia akan menyiksaku dengan suatu siksaan yang tidak pernah ditimpakan kepada seorangpun’. Lalu mereka melakukan wasiat tersebut. Kemudian Allah berfirman kepada bumi: "Kumpulkan apa yang telah kamu ambil”, Lalu dia pun berdiri. Setelah itu Allah bertanya kepada orang tersebut: Kenapa kamu melakukan hal tersebut? Dia menjawab; “Karena takut kepada-Mu wahai Rabbku”. Karena hal itu Allah mengampuninya." [Shahih Bukhari dan Muslim]

b)      Hadits Abu Mas’ud Al-Badriy ‘Uqbah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu.

Abu Mas’ud Al-Badriy ‘Uqbah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Hudzaifah: "Apakah engkau bersedia untuk menceritakan apa yang pernah kau dengar dari Rasulullah ?"

Hudzifah berkata: Aku juga pernah mendengar beliau bersabda:

" إِنَّ رَجُلًا حَضَرَهُ المَوْتُ، فَلَمَّا يَئِسَ مِنَ الحَيَاةِ أَوْصَى أَهْلَهُ: إِذَا أَنَا مُتُّ فَاجْمَعُوا لِي حَطَبًا كَثِيرًا، وَأَوْقِدُوا فِيهِ نَارًا، حَتَّى إِذَا أَكَلَتْ لَحْمِي وَخَلَصَتْ إِلَى عَظْمِي فَامْتُحِشَتْ، فَخُذُوهَا فَاطْحَنُوهَا، ثُمَّ انْظُرُوا يَوْمًا رَاحًا فَاذْرُوهُ فِي اليَمِّ، فَفَعَلُوا، فَجَمَعَهُ اللَّهُ فَقَالَ لَهُ: لِمَ فَعَلْتَ ذَلِكَ؟ قَالَ: مِنْ خَشْيَتِكَ، فَغَفَرَ اللَّهُ لَهُ "

"Ada seseorang ketika kematiannya sudah hampir dekat dan sudah tidak punya harapan untuk bertahan hidup, ia berwasiat kepada keluarganya: "Jika nanti aku meninggal dunia, kumpulkanlah kayu bakar yang banyak, lalu nyalakanlah api pada kayu-kayu itu (untuk membakarku) hingga apabila api telah melumat dagingku dan menghancurkan tulang belulangku, lalu menjadi abu, maka ambillah, kumpulkanlah abu jasadku itu, lalu lihatlah suatu hari ketika angin berembus kencang, maka hanyutkanlah abu jasadku itu ke sungai. Keluarganya pun melakukan wasiatnya. Pada hari kiamat, Allah mengumpulkan kembali abu jasadnya itu, lalu dihidupkan kembali, iapun akan ditanya: "Mengapa kamu lakukan itu?" Orang tersebut menjawab: "Karena aku takut kepada-Mu." Maka Allah mengampuni orang itu."

'Uqbah bin 'Amr berkata:

وَأَنَا سَمِعْتُهُ يَقُولُ ذَاكَ: "وَكَانَ نَبَّاشًا" [صحيح البخاري]

"Dan aku mendengar beliau bersabda seperti itu, dan disebutkan bahwa orang yang dimaksud itu pekerjaannya sebagai tukang penggali kubur (mencuri kain kafan dan hartanya)". [Shahih Bukhari]

5.      Tidak boleh berburuk sangka kepada Allah ta’aalaa.

Jabir radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Nabi bersabda tiga hari sebelum beliau wafat:

«لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ» [صحيح مسلم]

“Jangalah salah seorang dari kalian meninggal dunia kecuali ia berbaik sangka kepada Allah." [Shahih Muslim]

6.      Maksiat mengundang murka Allah ta’aalaa.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلَا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى} [طه: 81]

Makanlah dari rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Barangsiapa ditimpa kemurkaan-Ku, maka sungguh, binasalah dia. [Thaha: 81]

Lihat: Akibat maksiat

7.      Tidak boleh menunaikan wasiat jika menyelisihi syari’at.

Dari 'Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ» [المعجم الكبير: صححه الألباني]

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Al-Khalik (Allah)". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Shahih]

8.      Hadits ini bantahan kepada kaum Khawarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar.

Lihat: Kitab Iman bab 22; Perbuatan maksiat merupakan kebiasaan Jahiliyah, tidak dikafirkan pelakunya kecuali perbuatan syirik

9.      Hadits ini dalil adanya hari kebangkitan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قَالَ مَنْ يُحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ (78) قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ} [يس: 78 - 79]

Ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang Telah hancur luluh?" Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama, dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. [Yaasiin: 78-79]

Lihat: Perjalanan setelah kematian

10.  Maha Besar Kekuasaan Allah ta’aalaa dalam menciptakan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ} [يس: 82]

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka terjadilah ia. [Yaasiin: 82]

11.  Adanya udzur bagi orang yang bermaksiat karena tidak tahu hukum atau tidak sadar.

Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata; Rasulullah bersabda:

" لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ، مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ، فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ، فَأَيِسَ مِنْهَا، فَأَتَى شَجَرَةً، فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا، قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ، فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا، قَائِمَةً عِنْدَهُ، فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا، ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ: اللهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ " [صحيح مسلم]

"Sungguh kegembiraan Allah karena tobatnya hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian terhadap hewan tunggangannya di sebuah padang pasir yang luas, namun tiba-tiba hewan tersebut lepas, padahal di atasnya ada makanan dan minuman hingga akhirnya dia merasa putus asa untuk menemukannya kembali. kemudian ia beristirahat di bawah pohon, namun di saat itu, tiba-tiba dia mendapatkan untanya sudah berdiri di sampingnya. Ia pun segera mengambil tali kekangnya kemudian berkata; 'Ya Allah Engkau hambaku dan aku ini Tuhan-Mu.' Dia telah salah berdoa karena terlalu senang.' [Shahih Muslim]

12.  Keutamaan takut kepada Allah ta’aalaa.

Diantaranya:

a)      Mendapatkan ampunan.

b)      Mendapatkan tempat dan kehidupan yang baik di dunia.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ} [إبراهيم: 14]

Dan Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku". [Ibrahim: 14]

c)       Aman dari rasa takut di akhirat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{يُوفُونَ بِالنَّذْرِ وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا (7) وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (8) إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا (9) إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا (10) فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا (11) وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا} [الإنسان: 7 - 12]

Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera. [Al-Insan: 7-12]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah meriwayatkan dari Tuhannya jalla wa’alaa berfirman:

«وَعِزَّتِي لَا أَجْمَعُ عَلَى عَبْدِي خَوْفَيْنِ وَأَمْنَيْنِ، إِذَا خَافَنِي فِي الدُّنْيَا أَمَّنْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِذَا أَمِنَنِي فِي الدُّنْيَا أَخَفْتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ». [صحيح ابن حبان]

“Demi KeagunganKu, Aku tidak akan menggabungkan pada hambaKu dua ketakutan dan dua keamanan, jika ia takut kepadaKu di dunia maka Aku berikan ia keamanan pada hari kiamat, dan jika ia merasa aman dariKu di dunia maka Aku akan menjadikannya ketakutan pada hari kiamat”. [Shahih Ibnu Hibban]

d)      Mendapatkan naungan di padang mahsyar.

Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: ... وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: "إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ" ...»

"Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan (perlindungan) dari Allah dibawah naunganNya (pada hari qiyamat) yang ketika tidak ada naungan kecuali naunganNya. Yaitu; , seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi cantik lalu dia berkata, "aku takut kepada Allah", …". [Shahih Bukhari dan Muslim]

e)      Mendapatkan surga di akhirat.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ} [الرحمن: 46]

Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. [Ar-Rahman: 46]

{وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى} [النازعات: 40، 41]

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). [An-Nazi’at: 40-41]

13.  Takut hanya kepada Allah ta’aalaa.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ} [آل عمران : 175]

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. [Ali 'Imran: 175]

Lihat: Sifat Al-Khauf; Takut hanya kepada Allah

14.  Pelaku maksiat takut dosanya tidak diampuni oleh Allah ta’aalaa, sedangkan ahli ibadah takut amalannya tidak diterima.

Aisyah radhiyallahu 'anha istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini { وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ } , Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut”, apakah mereka yang dimaksud adalah peminum khamar dan pencuri?

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:

"لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا تُقْبَلَ مِنْهُمْ {أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ}" [سنن الترمذي: صحيح]

“Bukan wahai putri As-Siddiq, akan tetapi mereka adalah orang yang puasa, shalat, dan sedekah, dan mereka takut ibadah mereka tidak diterima, mereka itu adalah orang-orang bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan”. [Sunan Tirmidzi: Shahih]

15.  Semakin kuat rasa takut kepada Allah ta’aalaa, maka semakin semangat ia beribadah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ خَافَ أَدْلَجَ وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ»

"Barangsiapa yang takut maka dia berjalan, dan barangsiapa yang berjalan niscaya dia akan sampai ke tempat tinggal, ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu sangat mahal, ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

16.  Orang beriman senantiasa takut kepada Allah ta’aalaa, berbeda dengan orang munafiq.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ} [النور: 37]

Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. [An-Nuur: 37]

Ø  Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«أَمَارَةُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لا تَسُؤُهُ سَيِّئَتُهُ، وَلا تَسُرُّهُ حَسَنَتُهُ، إِنْ عَمِلَ خَيْرًا لَمْ يَرْجُو مِنَ اللَّهِ فِي ذَلِكَ الْخَيْرِ ثَوَابًا، وَإِنْ عَمِلَ شَرًّا لَمْ يَخَفْ مِنَ اللَّهِ فِي ذَلِكَ الشَّرِّ عُقُوبَةً» [صفة النفاق لأبي نعيم: إسناده حسن]

“Tanda seorang munafiq adalah orang yang tidak bersedih atas keburukannya, dan tidak bergembira atas kebaikannya, jika ia beramal satu kebaikan ia tidak mengharap pahala dari Allah atas kebaikannya itu, dan jika ia melakukan keburukan ia tidak takut hukuman Allah atas keburukannya itu”. [Shifatun Nifaq karya Abu Nu’aim: Sanadnya hasan]

Lihat: Hadits tentang sifat Nifaq dan Munafiq

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 24; Menangis karena takut kepada Allah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...