بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
"بَابُ الخَوْفِ
مِنَ اللَّهِ"
“Bab: Takut kepada Allah”
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
tentang keutamaan takut kepada Allah ta’aalaa dengan meriwayatkan dua
hadits yang semakna dari Hudzaifah bin Al-Yaman, Abu Sa’id Al-Khudriy
dan Salman Al-Farisiy radhiyallahu ‘anhum.
A. Hadits
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhuma.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6480 - حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ [بن عبد الحميد]، عَنْ
مَنْصُورٍ [بن المعتمِر]، عَنْ رِبْعِيٍّ [بن حِرَاشِ]، عَنْ حُذَيْفَةَ، عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: " كَانَ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ يُسِيءُ
الظَّنَّ بِعَمَلِهِ، فَقَالَ لِأَهْلِهِ: إِذَا أَنَا مُتُّ فَخُذُونِي
فَذَرُّونِي فِي البَحْرِ فِي يَوْمٍ صَائِفٍ، فَفَعَلُوا بِهِ، فَجَمَعَهُ
اللَّهُ ثُمَّ قَالَ: مَا حَمَلَكَ عَلَى الَّذِي صَنَعْتَ؟ قَالَ: مَا حَمَلَنِي
إِلَّا مَخَافَتُكَ، فَغَفَرَ لَهُ "
Telah menceritakan kepada kami Utsman bin
Abu Syaibah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarir [bin Abdil
Hamid], dari Manshur [bin Al-Mu’tamir], dari Rib'i [bin Hirasy], dari Hudzaifah,
dari Nabi ﷺ beliau bersabda,
"Sebelum kalian ada seseorang yang berburuk sangka dengan amalannya, lalu
dia berkata kepada keluarganya, 'Apabila aku mati, ambillah jasadku, lalu
sebarkan (abu) ku di laut pada saat hari sangat panas. Saat ia mati keluarganya
melaksanakan pesan itu. Lalu Allah menyatukannya dan berfirman padanya: Apa
yang membuatmu melakukan hal itu? Orang itu menjawab: Aku tidak melakukan hal
itu kecuali karena takut kepada-Mu. Maka Allah mengampuninya."
B. Hadits
Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6481 - حَدَّثَنَا مُوسَى
[بن إسماعيل أبو سلمة]، حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ [بنُ سُلَيْمَانَ بنِ طَرْخَانَ
التَّيْمِيُّ]، سَمِعْتُ أَبِي، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَبْدِ
الغَافِرِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ
النَّبِيِّ ﷺ ذَكَرَ رَجُلًا فِيمَنْ كَانَ سَلَفَ، أَوْ قَبْلَكُمْ، آتَاهُ
اللَّهُ مَالًا وَوَلَدًا - يَعْنِي أَعْطَاهُ - قَالَ: فَلَمَّا حُضِرَ قَالَ
لِبَنِيهِ: أَيَّ أَبٍ كُنْتُ لَكُمْ؟ قَالُوا: خَيْرَ أَبٍ، قَالَ: فَإِنَّهُ
لَمْ يَبْتَئِرْ عِنْدَ اللَّهِ خَيْرًا - فَسَّرَهَا قَتَادَةُ: لَمْ يَدَّخِرْ -
وَإِنْ يَقْدَمْ عَلَى اللَّهِ يُعَذِّبْهُ، فَانْظُرُوا فَإِذَا مُتُّ
فَأَحْرِقُونِي، حَتَّى إِذَا صِرْتُ فَحْمًا فَاسْحَقُونِي - أَوْ قَالَ:
فَاسْهَكُونِي - ثُمَّ إِذَا كَانَ رِيحٌ عَاصِفٌ فَأَذْرُونِي فِيهَا، فَأَخَذَ
مَوَاثِيقَهُمْ عَلَى ذَلِكَ - وَرَبِّي - فَفَعَلُوا، فَقَالَ اللَّهُ: كُنْ!،
فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ، ثُمَّ قَالَ: أَيْ عَبْدِي مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا
فَعَلْتَ؟ قَالَ: مَخَافَتُكَ - أَوْ فَرَقٌ مِنْكَ - فَمَا تَلاَفَاهُ أَنْ
رَحِمَهُ اللَّهُ.
Telah menceritakan kepada kami Musa [bin
Ismail Abu Salamah], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Mu'tamir [bin
Sulaiman bin Tharkhan At-Taimiy], ia berkata: Saya mendengar Ayahku, ia
berkata: Telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari 'Uqbah bin Abdul Ghafir,
dari Abu Sa'id Al-Khudriy radhiallahu'anhu dari Nabi ﷺ beliau menceritakan seseorang di zaman
dahulu atau orang sebelum kalian, Allah mengaruniai kepadanya harta dan anak
-maksudnya Allah memberinya-. Menjelang wafat, ia berkata kepada anak-anaknya,
"Hai anak-anakku, bagaimana keadaanku selaku ayah bagi kalian?
Anak-anaknya menjawab, 'Engkau adalah sebaik-baik ayah.' Beliau melanjutkan,
'Orang tadi merasa dirinya bukan orang baik di sisi Allah (orang shalih),
-Qatadah menafsirkan, 'Bahwa dia menyangka belum memiliki amalan- hingga
dirinya berprasangka jika Allah menakdirkan, pasti Dia menyiksanya. (Kata orang
tadi), 'Lihatlah, kalau aku mati, maka bakarlah aku, jika diriku telah menjadi
arang, tumbuklah aku -atau berkata- haluskanlah aku. Jika angin berembus
kencang, maka taburkanlah abuku dalam angin itu.' Maka sang ayah mengambil
janji teguh anak-anaknya, akhirnya mereka melakukan yang diwasiatkan oleh
ayahnya, lalu Allah berfirman: '(Jadilah engkau)' tiba-tiba orang itu berdiri
tegap. Allah bertanya: '(Hai hamba-Ku, apa yang mendorongmu berbuat seperti
itu? Hamba itu menjawab, 'Karena aku merasa takut terhadap-Mu.' Dan segala
perbuatan yang membinasakan dirinya Allah merahmatinya (karena rasa takutnya
kepada Allah).'
[قال سليمان:] فَحَدَّثْتُ
أَبَا عُثْمَانَ [النَّهْدِيُّ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بنُ مُلٍّ]، فَقَالَ: سَمِعْتُ
سَلْمَانَ [الفارسي]، غَيْرَ أَنَّهُ زَادَ: «فَأَذْرُونِي فِي البَحْرِ» أَوْ
كَمَا حَدَّثَ.
[Sulaiman berkata:] Lalu aku ceritakan
kepada Abu Utsman [An-Nahdiy Abdurraman bin Mull], dia berkata: Saya mendengar Salman
[Al-Farisiy] namun dia sedikit menambahkan, “Lalu taburkanlah (abuku) di lautan”,
atau sebagaimana yang ia ceritakan.'
وَقَالَ مُعَاذٌ [بن معاذ العنبري]:
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، سَمِعْتُ عُقْبَةَ، سَمِعْتُ أَبَا سَعِيدٍ
الخُدْرِيَّ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Dan Mu'adz [bin Mu’adz Al-‘Anbariy]
mengatakan; Telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Qatadah, ia berkata: Saya
mendengar 'Uqbah, ia berkata: Saya mendengar Abu Sa'id Al-Khudriy, dari
Nabi ﷺ.
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Biografi Abu Sa’id Al-Khudriy: Sa’ad bin Malik bin Sinan radhiyallahu
‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
3.
Biografi Salman Al-Farisiy radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
4.
Hadits ini diriwayatkan juga dari sahabat yang lain.
Diantaranya:
a) Hadits Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu.
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" أَسْرَفَ رَجُلٌ
عَلَى نَفْسِهِ، فَلَمَّا حَضَرَهُ الْمَوْتُ أَوْصَى بَنِيهِ فَقَالَ: إِذَا
أَنَا مُتُّ فَأَحْرِقُونِي، ثُمَّ اسْحَقُونِي، ثُمَّ اذْرُونِي فِي الرِّيحِ فِي
الْبَحْرِ، فَوَاللهِ لَئِنْ قَدَرَ عَلَيَّ رَبِّي لَيُعَذِّبُنِي عَذَابًا مَا
عَذَّبَهُ بِهِ أَحَدًا، قَالَ: فَفَعَلُوا ذَلِكَ بِهِ، فَقَالَ لِلْأَرْضِ:
أَدِّي مَا أَخَذْتِ! فَإِذَا هُوَ قَائِمٌ، فَقَالَ لَهُ: مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا
صَنَعْتَ؟ فَقَالَ: مَخَافَتُكَ يَا رَبِّ! فَغَفَرَ لَهُ بِذَلِكَ
"
"Seorang
laki-laki telah melampui batas atas dirinya. Tatkala dia hendak meninggal, dia
berwasiat pada anaknya seraya berkata; 'Apabila aku mati, maka bakarlah aku lalu
buanglah aku, dan buanglah sebagiannya di laut. Demi Allah, jika Rabbku mampu,
pasti Dia akan menyiksaku dengan suatu siksaan yang tidak pernah ditimpakan
kepada seorangpun’. Lalu mereka melakukan wasiat tersebut. Kemudian Allah
berfirman kepada bumi: "Kumpulkan apa yang telah kamu ambil”, Lalu dia pun
berdiri. Setelah itu Allah bertanya kepada orang tersebut: Kenapa kamu
melakukan hal tersebut? Dia menjawab; “Karena takut kepada-Mu wahai Rabbku”.
Karena hal itu Allah mengampuninya." [Shahih Bukhari dan Muslim]
b) Hadits Abu Mas’ud Al-Badriy ‘Uqbah
bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu.
Abu
Mas’ud Al-Badriy ‘Uqbah
bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Hudzaifah:
"Apakah engkau bersedia untuk menceritakan apa yang pernah kau dengar dari
Rasulullah ﷺ?"
Hudzifah
berkata: Aku juga pernah mendengar beliau ﷺ bersabda:
" إِنَّ رَجُلًا
حَضَرَهُ المَوْتُ، فَلَمَّا يَئِسَ مِنَ الحَيَاةِ أَوْصَى أَهْلَهُ: إِذَا أَنَا
مُتُّ فَاجْمَعُوا لِي حَطَبًا كَثِيرًا، وَأَوْقِدُوا فِيهِ نَارًا، حَتَّى إِذَا
أَكَلَتْ لَحْمِي وَخَلَصَتْ إِلَى عَظْمِي فَامْتُحِشَتْ، فَخُذُوهَا
فَاطْحَنُوهَا، ثُمَّ انْظُرُوا يَوْمًا رَاحًا فَاذْرُوهُ فِي اليَمِّ،
فَفَعَلُوا، فَجَمَعَهُ اللَّهُ فَقَالَ لَهُ: لِمَ فَعَلْتَ ذَلِكَ؟ قَالَ: مِنْ
خَشْيَتِكَ، فَغَفَرَ اللَّهُ لَهُ "
"Ada
seseorang ketika kematiannya sudah hampir dekat dan sudah tidak punya harapan
untuk bertahan hidup, ia berwasiat kepada keluarganya: "Jika nanti aku
meninggal dunia, kumpulkanlah kayu bakar yang banyak, lalu nyalakanlah api pada
kayu-kayu itu (untuk membakarku) hingga apabila api telah melumat dagingku dan
menghancurkan tulang belulangku, lalu menjadi abu, maka ambillah, kumpulkanlah
abu jasadku itu, lalu lihatlah suatu hari ketika angin berembus kencang, maka
hanyutkanlah abu jasadku itu ke sungai. Keluarganya pun melakukan wasiatnya.
Pada hari kiamat, Allah mengumpulkan kembali abu jasadnya itu, lalu dihidupkan
kembali, iapun akan ditanya: "Mengapa kamu lakukan itu?" Orang
tersebut menjawab: "Karena aku takut kepada-Mu." Maka Allah
mengampuni orang itu."
'Uqbah
bin 'Amr berkata:
وَأَنَا سَمِعْتُهُ يَقُولُ ذَاكَ: "وَكَانَ
نَبَّاشًا" [صحيح البخاري]
"Dan
aku mendengar beliau ﷺ bersabda seperti itu, dan disebutkan bahwa orang yang dimaksud
itu pekerjaannya sebagai tukang penggali kubur (mencuri kain kafan dan
hartanya)". [Shahih Bukhari]
5.
Tidak boleh berburuk sangka kepada Allah ta’aalaa.
Jabir radhiyallahu 'anhu
berkata: Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda
tiga hari sebelum beliau wafat:
«لَا يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللهِ
عَزَّ وَجَلَّ» [صحيح مسلم]
“Jangalah salah seorang dari kalian
meninggal dunia kecuali ia berbaik sangka kepada Allah." [Shahih Muslim]
6.
Maksiat mengundang murka Allah ta’aalaa.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ
مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلَا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي وَمَنْ
يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى} [طه:
81]
Makanlah dari
rezeki yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui
batas, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Barangsiapa ditimpa
kemurkaan-Ku, maka sungguh, binasalah dia. [Thaha:
81]
Lihat: Akibat maksiat
7.
Tidak boleh menunaikan wasiat jika menyelisihi syari’at.
Dari 'Imran bin Hushain radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ» [المعجم
الكبير: صححه الألباني]
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam
kemaksiatan kepada Al-Khalik (Allah)". [Al-Mu'jam Al-Kabiir: Shahih]
8.
Hadits ini bantahan kepada kaum Khawarij yang mengkafirkan
pelaku dosa besar.
9.
Hadits ini dalil adanya hari kebangkitan.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{قَالَ مَنْ يُحْيِ
الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ (78) قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ
مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ} [يس:
78 - 79]
Ia berkata: "Siapakah yang dapat
menghidupkan tulang belulang, yang Telah hancur luluh?" Katakanlah:
"Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama, dan
Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk. [Yaasiin: 78-79]
Lihat: Perjalanan setelah kematian
10.
Maha Besar Kekuasaan Allah ta’aalaa dalam
menciptakan.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ
فَيَكُونُ} [يس: 82]
Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka
terjadilah ia. [Yaasiin: 82]
11.
Adanya udzur bagi orang yang bermaksiat karena tidak tahu
hukum atau tidak sadar.
Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu
berkata; Rasulullah ﷺ bersabda:
" لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ
إِلَيْهِ، مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ،
فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ، فَأَيِسَ مِنْهَا،
فَأَتَى شَجَرَةً، فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا، قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ،
فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا، قَائِمَةً عِنْدَهُ، فَأَخَذَ
بِخِطَامِهَا، ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ: اللهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي
وَأَنَا رَبُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ " [صحيح
مسلم]
"Sungguh kegembiraan Allah karena
tobatnya hamba-Nya melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian terhadap
hewan tunggangannya di sebuah padang pasir yang luas, namun tiba-tiba hewan
tersebut lepas, padahal di atasnya ada makanan dan minuman hingga akhirnya dia
merasa putus asa untuk menemukannya kembali. kemudian ia beristirahat di bawah
pohon, namun di saat itu, tiba-tiba dia mendapatkan untanya sudah berdiri di
sampingnya. Ia pun segera mengambil tali kekangnya kemudian berkata; 'Ya Allah
Engkau hambaku dan aku ini Tuhan-Mu.' Dia telah salah berdoa karena terlalu
senang.' [Shahih Muslim]
12.
Keutamaan takut kepada Allah ta’aalaa.
a) Mendapatkan ampunan.
b) Mendapatkan tempat dan kehidupan
yang baik di dunia.
Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلَنُسْكِنَنَّكُمُ الْأَرْضَ مِنْ
بَعْدِهِمْ ذَلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِي وَخَافَ وَعِيدِ} [إبراهيم: 14]
Dan
Kami pasti akan menempatkan kamu di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang
demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) kehadirat-Ku
dan yang takut kepada ancaman-Ku". [Ibrahim: 14]
c) Aman dari rasa takut di akhirat.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{يُوفُونَ بِالنَّذْرِ
وَيَخَافُونَ يَوْمًا كَانَ شَرُّهُ مُسْتَطِيرًا (7) وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ
عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (8) إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ
لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا (9) إِنَّا نَخَافُ
مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا (10) فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ
ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا (11) وَجَزَاهُمْ بِمَا
صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا} [الإنسان: 7 - 12]
Mereka
menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di
mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,
anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu
hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan
dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut
akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka
masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu,
dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia
memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan
(pakaian) sutera. [Al-Insan:
7-12]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ meriwayatkan dari
Tuhannya jalla wa’alaa berfirman:
«وَعِزَّتِي لَا أَجْمَعُ عَلَى
عَبْدِي خَوْفَيْنِ وَأَمْنَيْنِ، إِذَا خَافَنِي فِي الدُّنْيَا أَمَّنْتُهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَإِذَا أَمِنَنِي فِي الدُّنْيَا أَخَفْتُهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ». [صحيح ابن حبان]
“Demi
KeagunganKu, Aku tidak akan menggabungkan pada hambaKu dua ketakutan dan dua
keamanan, jika ia takut kepadaKu di dunia maka Aku berikan ia keamanan pada
hari kiamat, dan jika ia merasa aman dariKu di dunia maka Aku akan
menjadikannya ketakutan pada hari kiamat”. [Shahih Ibnu Hibban]
d) Mendapatkan naungan di padang
mahsyar.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ
إِلَّا ظِلُّهُ: ... وَرَجُلٌ دَعَتْهُ
امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: "إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ"
...»
"Ada tujuh (golongan orang
beriman) yang akan mendapat naungan (perlindungan) dari Allah dibawah
naunganNya (pada hari qiyamat) yang ketika tidak ada naungan kecuali
naunganNya. Yaitu; …,
seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita kaya lagi
cantik lalu dia berkata, "aku takut kepada Allah", …". [Shahih
Bukhari dan Muslim]
e) Mendapatkan surga di akhirat.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ
رَبِّهِ جَنَّتَانِ} [الرحمن: 46]
Dan
bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga. [Ar-Rahman: 46]
{وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ
وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى} [النازعات: 40، 41]
Dan
adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). [An-Nazi’at: 40-41]
13.
Takut hanya kepada Allah ta’aalaa.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ
أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ} [آل
عمران : 175]
Sesungguhnya mereka itu tidak lain
hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. [Ali 'Imran: 175]
Lihat: Sifat Al-Khauf; Takut hanya kepada Allah
14.
Pelaku maksiat takut dosanya tidak diampuni oleh Allah ta’aalaa,
sedangkan ahli ibadah takut amalannya tidak diterima.
Aisyah radhiyallahu 'anha
istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata: Aku bertanya
kepada Rasulullah tentang ayat ini { وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ } , ”Dan orang-orang yang memberikan apa
yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut”, apakah mereka yang
dimaksud adalah peminum khamar dan pencuri?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab:
"لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ
يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا تُقْبَلَ
مِنْهُمْ {أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ}"
[سنن الترمذي: صحيح]
“Bukan wahai putri As-Siddiq, akan tetapi
mereka adalah orang yang puasa, shalat, dan sedekah, dan mereka takut
ibadah mereka tidak diterima, mereka itu adalah orang-orang bersegera untuk
mendapat kebaikan-kebaikan”. [Sunan Tirmidzi: Shahih]
15.
Semakin kuat rasa takut kepada Allah ta’aalaa, maka
semakin semangat ia beribadah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ خَافَ أَدْلَجَ وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ الْمَنْزِلَ أَلَا إِنَّ
سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ»
"Barangsiapa yang takut maka
dia berjalan, dan barangsiapa yang berjalan niscaya dia akan sampai ke tempat
tinggal, ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu sangat mahal,
ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga." [Sunan
Tirmidziy: Shahih]
16.
Orang beriman senantiasa takut kepada Allah ta’aalaa,
berbeda dengan orang munafiq.
Allah
subhanahu wata’aalaa berfirman:
{رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ
تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ
الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ} [النور: 37]
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh
perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari)
mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada
suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. [An-Nuur:
37]
Ø Umar bin Khathab radhiyallahu 'anhu berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَمَارَةُ الْمُنَافِقِ الَّذِي
لا تَسُؤُهُ سَيِّئَتُهُ، وَلا تَسُرُّهُ حَسَنَتُهُ، إِنْ عَمِلَ خَيْرًا لَمْ يَرْجُو
مِنَ اللَّهِ فِي ذَلِكَ الْخَيْرِ ثَوَابًا، وَإِنْ عَمِلَ شَرًّا لَمْ يَخَفْ مِنَ
اللَّهِ فِي ذَلِكَ الشَّرِّ عُقُوبَةً» [صفة
النفاق لأبي نعيم: إسناده حسن]
“Tanda
seorang munafiq adalah orang yang tidak bersedih atas keburukannya, dan tidak
bergembira atas kebaikannya, jika ia beramal satu kebaikan ia tidak mengharap
pahala dari Allah atas kebaikannya itu, dan jika ia melakukan keburukan ia
tidak takut hukuman Allah atas keburukannya itu”. [Shifatun Nifaq karya Abu
Nu’aim: Sanadnya hasan]
Lihat: Hadits tentang sifat Nifaq dan Munafiq
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 24; Menangis karena takut kepada Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...