بسم الله الرحمن الرحيم
Ayat pertama, Allah ta’aalaa
berfirman:
{وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ
وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ
الْعِقَابِ} [الحشر: 7]
Dan apa yang diberikan Rasul
kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
[Al-Hasyr:7]
Kewajiban mentaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ancaman bagi orang yang menyelisihinya
Ayat kedua, Allah ta’aalaa
berfirman:
{وَالنَّجْمِ إِذَا هَوَى (1) مَا ضَلَّ
صَاحِبُكُمْ وَمَا غَوَى (2) وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ
إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى} [النجم: 1 - 4]
Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu
(Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan tiadalah yang diucapkannya
itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya). [An-Najm: 1-4]
Sunnah
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah wahyu dari Allah ta’aalaa
Ayat ketiga, Allah ta’aalaa
berfirman:
{قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ
فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَّحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا
فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ} [آل عمران: 31 - 32]
Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". [Ali ' Imran: 31
- 32]
Orang
yang mencintai Allah dan ingin beribadah kepada Allah harus mengikuti sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Ayat keempat, Allah ta’aalaa
berfirman:
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ
أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ
وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا} [الأحزاب: 21]
Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. [Al-Ahzaab:21]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah suri teladan terbaik
Ayat kelima, Allah ta’aalaa
berfirman:
{فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى
يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ
حَرَجاً مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيماً} [النساء: 65]
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara
yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka
sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya". [An-Nisaa:65]
Sebab
turunya ayat ini:
'Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu
'anhuma menceritakan:
أَنَّ رَجُلًا مِنَ الأَنْصَارِ خَاصَمَ الزُّبَيْرَ عِنْدَ
النَّبِيِّ ﷺ فِي شِرَاجِ
الحَرَّةِ، الَّتِي يَسْقُونَ بِهَا النَّخْلَ، فَقَالَ الأَنْصَارِيُّ: سَرِّحِ
المَاءَ يَمُرُّ، فَأَبَى عَلَيْهِ؟ فَاخْتَصَمَا عِنْدَ النَّبِيِّ ﷺ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ لِلزُّبَيْرِ: «أَسْقِ يَا زُبَيْرُ، ثُمَّ أَرْسِلِ المَاءَ إِلَى
جَارِكَ»، فَغَضِبَ الأَنْصَارِيُّ، فَقَالَ: أَنْ كَانَ ابْنَ عَمَّتِكَ؟
فَتَلَوَّنَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ ، ثُمَّ قَالَ: «اسْقِ يَا
زُبَيْرُ، ثُمَّ احْبِسِ المَاءَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَى الجَدْرِ»، فَقَالَ
الزُّبَيْرُ: " وَاللَّهِ إِنِّي لَأَحْسِبُ هَذِهِ الآيَةَ نَزَلَتْ فِي
ذَلِكَ: {فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ
بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [النساء: 65]
Bahwa ada seorang dari kalangan Anshar
bersengketa dengan Az-Zubair di hadapan Nabi ﷺ tentang aliran air di
daerah Al-Harrah yang mereka gunakan untuk menyirami pepohonan kurma. Berkata
orang Anshar tersebut: "Bukalah air agar bisa mengalir?" Az-Zubair menolaknya lalu keduanya bertengkar di hadapan
Nabi ﷺ. Maka Rasulullah ﷺ berkata kepada
Az-Zubair: "Wahai Zubair, berilah air dan kirimlah buat tetanggamu". Maka orang Anshar itu marah seraya berkata; "Tentu
saja kamu bela dia karena dia putra bibimu". Maka wajah Rasulullah ﷺ memerah kemudian
berkata: "Wahai Zubair, berilah air kemudian bendunglah hingga air itu
kembali ke dasar ladang". Maka Az-Zubair berkata: "Demi Allah, sungguh aku
menganggap bahwa ayat ini turun tentang kasus ini, yaitu firman Allah: {Maka
demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan,
dan mereka menerima dengan sepenuhnya}. [An-Nisaa':65] [Shahih Bukhari dan
Muslim]
Lihat: Syarah
Arba'in hadits (41) Ibnu 'Amr; Nafsu harus tunduk kepada tuntunan Nabi
Ayat keenam, Allah ta’aalaa
berfirman:
{فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ
إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء: 59]
Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
[An-Nisaa': 59]
Segala
perselisihan dikembalikan kepada Allah dan RasulNya
Ayat ketujuh, Allah ta’aalaa
berfirman:
{مَنْ يُطِعِ
الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ
عَلَيْهِمْ حَفِيظًا} [النساء:80]
Barangsiapa menaati Rasul (Muhammad), maka
sesungguhnya dia telah menaati Allah. Dan barangsiapa berpaling (dari ketaatan
itu), maka (ketahuilah) Kami tidak mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi
pemelihara mereka. [An-Nisa': 80]
Taat kepada Rasulullah berarti taat
kepada Allah ta'aalaa
Ayat kedelapan, Allah ta’aalaa
berfirman:
{وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ} [الشورى:52]
Dan sesungguhnya kamu benar-benar
memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. [Asy-Syuraa: 52]
Hidayah yang dimaksud dalam ayat ini adalah hidayah
petunjuk dan menjelasakan bagaimana mendapatkan jalan yang lurus.
Adapun hidayah taufiq yang menjadikan
seorang hamba mampu menjalankan petunjuk, maka ini tidak dimiliki kecuali Allah
ta’aalaa. Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن
يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [القصص: 56]
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk (taufiq) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk. [Al-Qashash: 56]
Ayat kesembilan, Allah ta’aalaa
berfirman:
{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ
أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور:
63]
Maka hendaklah orang-orang yang
menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.
[An-Nuur:63]
Bahaya
menyelisihi sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
Al-'Irbaad bin Sariyah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَقَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى مِثْلِ الْبَيْضَاءِ، لَيْلُهَا
كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا إِلَّا هَالِكٌ» [صحيح الترغيب
والترهيب]
"Aku telah meninggalkan
kalian di atas jalan yang terang dan jelas, malamnya sama dengan siangnya,
tidak ada yang melenceng darinya kecuali ia akan celaka". [Sahih
At-Targiib wa At-Tarhiib]
Ayat kesepuluh, Allah ta’aalaa
berfirman:
{وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي
بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا
خَبِيرًا} [الأحزاب: 34]
Dan ingatlah apa yang dibacakan di
rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah nabimu).
Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. [Al-Ahzaab:34]
Lihat: Sunnah Nabi adalah wahyu
Hadits pertama:
1/156- فالأَوَّلُ: عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رضي اللَّه عنه عن النبيِّ ﷺ قَالَ: "دَعُونِي
مَا تَرَكتُكُمْ: إِنَّما أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قبْلكُم كَثْرةُ سُؤَالِهمْ،
وَاخْتِلافُهُمْ عَلَى أَنْبيائِهمْ، فَإِذا نَهَيْتُكُمْ عنْ شَيْءٍ فاجْتَنِبُوهُ،
وَإِذا أَمَرْتُكُمْ بأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ" متفقٌ
عَلَيهِ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda: "Abaikanlah (jangan
tanyakan) apa yang aku tidak ajarkan kepada kalian, karena sesungguhnya
kehancuran orang-orang sebelum kalian karena banyak bertanya dan berselisih
dengan para nabi mereka. Maka jika aku larang kalian mengerjakan sesuatu, maka
jauhilah, dan jika aku perintahkan kepada kalian dengan suatu perkara, maka
laksanakanlah semampu kalian ". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Syarah
Arba'in Nawawiy, hadits (9) Abu Hurairah; Menjauhi larangan dan menjalankan
perintah Nabi
Hadits kedua:
2/157- الثَّاني: عَنْ أَبِي نَجِيحٍ الْعِرْباضِ بْنِ سَارِيَة
رضي اللَّه عنه قَالَ: وَعَظَنَا رسولُ اللَّه ﷺ مَوْعِظَةً بَليغَةً وَجِلَتْ
مِنْهَا الْقُلُوبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُون، فقُلْنَا: يَا رَسولَ اللَّه
كَأَنَهَا موْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا. قَالَ: "أُوصِيكُمْ بِتَقْوى
اللَّه، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وإِنْ تَأَمَّر عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حبشيٌ، وَأَنَّهُ
مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيرى اخْتِلافاً كثِيرا. فَعَلَيْكُمْ بسُنَّتي وَسُنَّةِ
الْخُلُفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، عضُّوا عَلَيْهَا بالنَّواجِذِ،
وإِيَّاكُمْ ومُحْدثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضلالَةٌ "، رواه
أَبُو داود، والترمذِي وَقالَ حديث حسن صحيح.
Al-'Irbadh bin Sariyah radhiyallahu
'anhu berkata: Rasulullah ﷺ menasehati kami dengan nasehat yang
sangat mengena, hati bergetar dan air mata menetes mendengarnya. Kami bertanya:
Ya Rasulullah, sepertinya ini adalah nasehat perpisahan, maka berwasiatlah
kepada kami? Rasululah ﷺ bersabda: "Aku
wasiatkan kepada kalian untuk selalu bertakwa kepada Allah serta patuh dan taat
(kepada pemerintah) sekalipun ia seorang hamba dari kaum Habasyiy, karena
sesungguhnya siapa yang hidup dari kalian setelah aku meninggal maka ia akan
menyaksikan perselisihan yang besar, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku
dan sunnah khalifah-khalifah yang mendapat hidayah dan petunjuk, berpegang
teguhlah dengannya, gigitlah dengan gigi graham kalian (amalkan dengan kuat),
dan jauhilah urusan yang baru, karena sesungguhnya semua yang baru dalam agama
itu adalah bid'ah, dan semua bid'ah itu adalah kesesatan". [Diriwayatkan
oleh Abi Daud dan At-Tirmidziy dan ia berkata: Hadits hasan shahih]
Lihat: Syarah
Arba'in Nawawiy, hadits (28) Al-'Irbadh; Taat kepada pemimpin
Hadits ketiga:
3/158- الثَّالِثُ: عَنْ أَبِي هريرةَ رضي اللَّه عنه أَن
رَسُولَ اللَّه ﷺ قالَ: "كُلُّ
أُمَّتِي يدْخُلُونَ الْجنَّةَ إِلاَّ مَنْ أَبِي". قِيلَ: وَمَنْ يَأَبى
يَا رَسُول اللَّه؟ قالَ: "منْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الجنَّةَ، ومنْ عصَانِي
فَقَدْ أَبِي" رواه البخاري.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:" Semua
umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau."
Ditanyakan: Wahai Rasulullah, siapa yang tidak mau? Beliau menjawab: "Barangsiapa yang mentaatiku maka ia akan masuk
surga, dan barangsiapa yang mendurhakaiku maka ia telah tidak mau". [Sahih
Bukhari]
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2.
Siapa yang mentaati Rasul Allah akan masuk surga.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [النساء:
13]
Barangsiapa taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya
sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang
besar. [An-Nisaa':13]
{وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ} [الفتح: 17]
Dan barangsiapa yang taat kepada Allah
dan Rasul-Nya; niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai. [Al-Fath:17]
3.
Siapa yang mendurhakai Rasul Allah maka berhak masuk neraka.
Allah -subhanahu wa ta'aalaa-
berfirman:
{وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ
نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ} [النساء: 14]
Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah
dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah
memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya.
[An-Nisaa':14]
{وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا} [الجن: 23]
Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah
dan rasul-Nya, maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. [Al-Jin:23]
Hadits keempat:
4/159- الرَّابعُ: عن أَبِي مسلمٍ، وقيلَ: أَبِي إِيَاسٍ
سلَمةَ بْنِ عَمْرو بنِ الأَكْوَعِ رضي اللَّه عنه، أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ
عِنْدَ رسولِ اللَّه ﷺ بِشِمَالِهِ فقالَ: "كُلْ
بِيمِينكَ"، قَالَ: لا أَسْتَطِيعُ! قالَ: "لا استطعَت"
مَا منعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ فَمَا رَفعَها إِلَى فِيهِ، رواه مسلم.
Dari Abi Muslim, ada yang
mengatakan: Abi Iyas Salamah bin ‘Amr bin Al-Akwa' radhiyallahu
'anhu; Bahwasanya ada seseorang makan dengan tangan kiri di sisi Rasulullah
ﷺ, maka Rasulullah berkata kepadanya: "Makanlah
dengan tangan kananmu".
Orang itu menjawab: Aku tidak bisa. Maka Rasulullah ﷺ berdo'a atasnya: "Kamu
tidak akan bisa". Tidak ada yang menghalangi
orang tersebut makan dengan tangan kanan kecuali rasa sombong, maka iapun tidak
mampu mengangkat tangannya ke mulut. [Sahih Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Biografi Salamah bin ‘Amr bin Al-Akwa’ radhiyallahu
‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2)
Perintah makan dengan tangan kanan.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ، وَإِذَا شَرِبَ
فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ، وَيَشْرَبُ
بِشِمَالِهِ»
"Jika seseorang dari kalian
makan maka makanlah dengan tangan kanannya, dan jika minum minumlah dengan
tangan kanannya, karena sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan
minum dengan tangan kirinya" [Sahih Muslim]
Ø Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا تَأْكُلُوا بِالشِّمَالِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ
بِالشِّمَالِ» [صحيح مسلم]
"Janganlah kalian makan
dengan tangan kiri, karena sesungguhnya setan itu makan dengan tangan
kiri". [Sahih Muslim]
Lihat: Adab makan dalam Islam
3)
Cela sifat sombong.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{لَا جَرَمَ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعْلِنُونَ
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ} [النحل: 23]
Tidak diragukan lagi bahwa Allah
mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang sombong. [An-Nahl: 23]
Ø Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي
قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ، قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ
أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا، وَنَعْلُهُ حَسَنَةً؟ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ
جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ»
"Tidak akan masuk surga orang
yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari kesombongan."
Seorang laki-laki bertanya, "Sesungguhnya laki-laki menyukai baju dan
sandalnya bagus (apakah ini termasuk kesombongan)?" Beliau menjawab:
"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Kesombongan itu
adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." [Shahih Muslim]
Lihat: Cela sifat sombong
4)
Bahaya menyelisihi perintah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
Al-Musayyib bin Hazn radhiyallahu
'anhuma berkata: Bapakku mendatangi Rasulullah ﷺ,
kemudian Rasulullah bertanya: Siapa namamu?
Bapakku menjawab: "Hazn"
(kesedihan). Rasulullah
berkata: أَنْتَ سَهْلٌ Namamu adalah "Sahl"
(kemudahan)! Bapakku menjawab:
Aku tidak mau mengganti nama yang diberikan oleh bapakku. Sa'id
bin Al-Musayyib berkata: Oleh sebab itu kesedihan terus melanda keluarga kami.
[Sahih Bukhari]
Lihat: Berkah mengamalkan sunnah Rasulullah dan bahaya menyelisihinya
Hadits kelima:
5/160-الْخامِسُ: عنْ أَبِي عبدِ اللَّه النُّعْمَانِ بْنِ بَشيِرٍ
رَضيَ اللَّه عنهما، قالَ: سمِعْتُ رسولَ اللَّه ﷺ يقولُ: "لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّه
بَيْنَ وُجُوهِكمْ" متفقٌ عَلَيهِ
Dari Abi Abdillah An-Nu'man bin Basyir
radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda: “Luruskan shaf kalian atau Allah akan
menjadikan perselisihan (permusuhan) di antara kalian”. [Shahih Bukhari dan
Muslim]
وفي روايةٍ لِمْسلمٍ: كَانَ رسولُ اللُّه ﷺ يُسَوِّي صُفُوفَنَآ حَتَّى كأَنَّمَا يُسَوي بِهَا الْقِداحَ حَتَّى
إِذَا رأَى أَنَّا قَدْ عَقَلْنَا عَنْهُ ثُمَّ خَرَجَ يَوماً، فقامَ حتَّى كَادَ
أَنْ يكبِّرَ، فَرأَى رجُلا بادِياً صدْرُهُ فقالَ: " عِبادَ اللَّه لَتُسوُّنَّ
صُفوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّه بيْن وُجُوهِكُمْ".
Dalam riwayat lain imam Muslim: Rasulullah ﷺ meluruskan shaf kami seperti meluruskan batang anak
panah, sampai Rasulullah melihat bahwa kami sudah paham maksudnya. Kemudian
suatu hari Rasulullah datang dan ingin mendirikan shalat, ketika sudah hampir
mau takbir tiba-tiba melihat seorang yang condong dadanya keluar dari shaf,
maka Rasulullah bersabda: "Wahai
hamba-hamba Allah, luruskan saf kalian atau Allah akan menjadikan perselisihan
(permusuhan) di antara kalian". [Sahih Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Kewajiban meluruskan shaf.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«سَوُّوا
صُفُوفَكُمْ، فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلاَةِ» [صحيح البخاري]
"Luruskan shaf kalian
karena sesungguhnya meluruskan shaf bagian dari mendirikan shalat". [Sahih
Bukhari]
Ø
Dalam riwayat lain:
«سَوُّوا
صُفُوفَكُمْ، فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ، مِنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ» [صحيح مسلم]
"Luruskan shaf kalian
karena sesungguhnya meluruskan shaf bagian dari kesempurnaan shalat".
[Sahih Muslim]
Hadits ini menunjukkan
bahwa meluruskan shaf ketika shalat adalah wajib karena shalat tidak sempurna
tanpanya.
3.
Perselisihan dzahir akan mengakibatkan perselisihan batin.
Abu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah ﷺ memegang bahu kami sebelum shalat dan berkata:
«اسْتَوُوا،
وَلَا تَخْتَلِفُوا، فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ، لِيَلِنِي مِنْكُمْ أُولُو الْأَحْلَامِ
وَالنُّهَى ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ» [صحيح مسلم]
"Luruskan shaf kalian,
dan jangan berselisih maka hati kalianpun berselisih, hendaklah shaf
dibelakangku diisi oleh orang dewasa dan pandai dari kalian, kemudian derajat
di bawah mereka, kemudian derajat dibawah mereka". Abu Mas'ud berkata: “Kalian
hari ini lebih besar perselisihannya”. [Shahih Muslim]
Lihat: Lurus dan rapatkan shaf
Hadits keenam:
6/161-السَّادِسُ: عن أَبِي موسى رضي اللَّه عنه قَالَ:
احْتَرق بيْتٌ بالْمدِينَةِ عَلَى أَهلِهِ مِنَ اللَّيْل فَلَمَّا حُدِّث رسولُ
اللَّه ﷺ بِشَأْنِهمْ قَالَ: "إِنَّ
هَذِهِ النَّار عَدُوٌّ لكُمْ، فَإِذَا نِمْتُمْ فَأَطْفِئُوهَا عَنْكُمْ"
متَّفقٌ عَلَيهِ.
Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata: Pada suatu malam sebuah rumah penduduk Madinah terbakar. Ketika hal
itu di ceritakan kepada Rasulullah ﷺ,
beliau bersabda, "Sesungguhnya api ini adalah musuh kalian, karena itu
apabila kalian hendak tidur, maka padamkanlah lebih dahulu." [Shahih
Bukhari dan Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Biografi Abi Musa Al-Asy’ariy, Abdullah bin Qais radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2)
Api menjadi musuh ketika tidak terkontrol.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{فَلَمَّا قَضَى مُوسَى
الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ
لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ
أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ} [القصص:
29]
Maka ketika Musa
telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu dan dia berangkat dengan
keluarganya, dia melihat api di lereng gunung. Dia berkata kepada keluarganya,
“Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat
membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sepercik
api, agar kamu dapat menghangatkan badan.”
[Al-Qashash: 29]
3)
Perintah memadamkan api ketika hendak tidur.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
«خَمِّرُوا الآنِيَةَ، وَأَوْكُوا الأَسْقِيَةَ، وَأَجِيفُوا
الأَبْوَابَ، وَاكْفِتُوا صِبْيَانَكُمْ عِنْدَ العِشَاءِ، فَإِنَّ لِلْجِنِّ
انْتِشَارًا وَخَطْفَةً، وَأَطْفِئُوا المَصَابِيحَ عِنْدَ الرُّقَادِ، فَإِنَّ
الفُوَيْسِقَةَ رُبَّمَا اجْتَرَّتِ الفَتِيلَةَ فَأَحْرَقَتْ أَهْلَ البَيْتِ»
"Tutuplah bejana (perabot
menyimpan makanan), ikatlah tutup kendi (perabot menyimpan minuman), tutup
pintu-pintu rumah dan jagalah anak-anak kecil kalian pada waktu 'isya' karena
saat itu adalah waktu bagi jin untuk berkeliaran dan menculik, dan padamkanlah
lampu-lampu ketika kalian tidur, karena binatang-binatang berbahaya bila
datang dapat menarik sumbu lampu sehingga dapat berakibat kebakaran yang
menyebabkan terbunuhnya para penghuni rumah". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Dalam riwayat lain:
" إِذَا اسْتَجْنَحَ اللَّيْلُ، أَوْ قَالَ: جُنْحُ اللَّيْلِ،
فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ، فَإِذَا
ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ العِشَاءِ فَخَلُّوهُمْ، وَأَغْلِقْ بَابَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ
اللَّهِ، وَأَطْفِئْ مِصْبَاحَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَأَوْكِ سِقَاءَكَ
وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَخَمِّرْ إِنَاءَكَ وَاذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ، وَلَوْ
تَعْرُضُ عَلَيْهِ شَيْئًا " [صحيح البخاري ومسلم]
"Jika malam sudah datang atau
malam sudah gelap, maka tahanlah anak-anak kalian (untuk keluar rumah) karena
pada saat itu setan sedang berkeliaran. Jika telah berlalu beberapa waktu dari
waktu 'isya', bolehlah kalian biarkan mereka dan tutuplah pintu rumah dan
sebutlah nama Allah dan padamkanlah lampu-lampu kamu dan sebutlah nama Allah
dan tutup tempat minum serta tutup pula bejana (tempat makanan) kamu,
walaupun kamu hanya sekedar melintangkan sesuatu di atasnya, dan sebutlah nama
Allah". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Adab sebelum tidur dalam Islam
4)
Do’a agar terhindar dari kebakaran.
Dari Abu Al-Yasar radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berdo’a:
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّي ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ وَالْحَرَقِ وَالْهَرَمِ ، وَأَعُوذُ بِكَ
أَنْ يَتَخَبَّطَنِى الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ ، وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ
فِيْ سَبِيلِكَ مُدْبِرًا ، وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوتَ لَدِيغًا
"Ya Allah .. sesungguhnya
aku berlindung kepada-Mu dari tertimpa benda berat, dan aku berlindung
kepada-Mu dari terjatuh dari tempat yang tinggi, dan aku berlindung pada-Mu
dari tenggelam, kebakaran, dan hina di masa tua, dan aku berlindung kepada-Mu
dari kerasukan syaitan di saat mati, dan aku berlindung kepada-Mu dari mati
dalam keadaan lari dari perang di jalan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari
mati disengat hewan beracun." [Sunan Abi Daud: Shahih]
Lihat: Takhriij hadits; Takbir ketika ada kebakaran
5)
Sebagian ulama menganjurkan adzan ketika ada kebakaran.
Lihat: Anjuran adzan selain untuk shalat
Hadits ketujuh:
7/162- السَّابِعُ: عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُول اللَّه ﷺ: "إِنَّ
مَثَل مَا بعَثني اللَّه بِهِ منَ الْهُدَى والْعلْمِ كَمَثَلَ غَيْثٍ أَصَاب
أَرْضاً فكَانَتْ طَائِفَةٌ طَيبَةٌ، قبِلَتِ الْمَاءَ فأَنْبَتتِ الْكلأَ
والْعُشْبَ الْكَثِيرَ، وَكَانَ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمسكَتِ الماءَ، فَنَفَعَ
اللَّه بِهَا النَّاس فَشَربُوا مِنْهَا وسَقَوْا وَزَرَعَوا. وأَصَابَ طَائِفَةٌ
مِنْهَا أُخْرَى، إِنَّمَا هِيَ قِيعانٌ لا تُمْسِكُ مَاءً وَلا تُنْبِتُ كَلأ
فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي دِينَ اللَّه، وَنَفَعَه بمَا بعَثَنِي اللَّه
بِهِ، فَعَلِمَ وعَلَّمَ، وَمثلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذلِكَ رَأْساً وِلَمْ
يَقْبَلْ هُدَى اللَّهِ الَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ" متفقٌ عَلَيهِ.
Dari Abu Musa, ia berkata:
Rasulullah ﷺ bersabda,
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang Allah mengutusku dengan membawanya
adalah seperti hujan yang lebat yang turun mengenai tanah. Diantara tanah itu
ada jenis yang dapat menyerap air sehingga dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
dan rerumputan yang banyak. Dan di antaranya ada tanah yang keras lalu menahan
air (tergenang) sehingga dapat diminum oleh manusia, memberi minum hewan ternak
dan untuk menyiram tanaman. Dan yang lain ada permukaan tanah yang berbentuk
lembah yang tidak dapat menahan air dan juga tidak dapat menumbuhkan tanaman.
Perumpamaan itu adalah seperti orang yang faham agama Allah dan dapat
memanfa'atkan apa yang aku diutus dengannya, dia mempelajarinya dan
mengajarkannya, dan juga perumpamaan orang yang tidak dapat mengangkat derajat
dan tidak menerima hidayah Allah dengan apa yang aku diutus dengannya".
Lihat: Syarah Shahih Bukhari, kitab Ilmu, bab 20; Keutamaan orang yang berilmu dan mengajarkannya
Hadits kedelapan:
8/163-الثَّامِنُ: عن جابرٍ رضي اللَّه عنه قَالَ: قالَ رسول اللَّه ﷺ:
"مثَلِي ومثَلُكُمْ كَمَثَل رجُلٍ أَوْقَدَ نَاراً، فَجَعَلَ الْجَنَادِبُ
وَالْفَراشُ يَقَعْنَ فيهَا، وهُوَ يذُبُّهُنَّ عَنهَا وأَنَا آخذٌ بحُجَزِكُمْ
عَنِ النارِ، وأَنْتُمْ تَفَلَّتُونَ منْ يَدِي"، رواه مسلمٌ.
Dari Jabir radhiallahu'anhu,
dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda,
"Perumpamaanku dengan kamu sekalian ialah bagaikan seorang yang menyalakan
api. Maka serangga-serangga berterbangan menjatuhkan diri ke dalam api itu.
Orang tersebut berusaha menarik mereka dengan api dan mereka berusaha
mengalahkannya. Dan aku, telah mencegah kamu semua agar tidak jatuh ke api,
tetapi kamu meloloskan diri dari tanganku."
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Biografi Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2)
Besarnya kasih sayang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
kepada umatnya.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ}
Sungguh telah datang kepadamu seorang
Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin. [At-Taubah: 128]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ النَّاسِ كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ
نَارًا، فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ جَعَلَ الفَرَاشُ وَهَذِهِ الدَّوَابُّ
الَّتِي تَقَعُ فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا، فَجَعَلَ يَنْزِعُهُنَّ
وَيَغْلِبْنَهُ فَيَقْتَحِمْنَ فِيهَا، فَأَنَا آخُذُ بِحُجَزِكُمْ عَنِ النَّارِ،
وَهُمْ يَقْتَحِمُونَ فِيهَا» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sesungguhnya perumpamaan aku dengan
manusia ibarat seorang yang menyalakan api, ketika sudah menerangi sekitarnya
maka serangga-serangga dan hewan-hewan mendekat untuk masuk ke dalam api.
Kemudian ia berusaha menghalagi mereka akan tetapi mereka mengalahkannya dan
mereka masuk ke dalam api. Maka aku memegang erat pinggang kalian agar menjauh
dari neraka sedangkan mereka memasukkan diri ke dalamnya”. [Sahih Bukhari dan
Muslim]
3)
Nabi tidak memerintahkan dan melarang kecuali untuk
kemaslahatan.
Dari Abdullah bin Mas'ud -radhiyallahu
'anhu-; Rasulullah ﷺ bersabda:
" أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ شَيْءٍ يُقَرِّبُكُمْ
مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبْعِدُكُمْ مِنَ النَّارِ إِلَّا قَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ،
وَلَيْسَ شَيْءٌ يُقَرِّبُكُمْ مِنَ النَّارِ وَيُبْعِدُكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ
إِلَّا قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ "
“Wahai sekalian manusia, sungguh tiada
sesuatupun amalan yg bisa mendekatkan kalian ke surga dan menjaukahn kalian
dari neraka kecuali aku telah memerintahkannya kepada kalian, dan tiada
sesuatupun amalan yg bisa mendekatkan kalian ke nerakan dan menjauhkan kalian
dari surga kecuali aku telah melarangnya dari kalian”. [Mushannaf Ibnu Abi
Syaibah: Shahih]
Ø Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu; Nabi ﷺ bersabda:
" إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ مَا
بَعَثَنِي اللَّهُ بِهِ، كَمَثَلِ رَجُلٍ أَتَى قَوْمًا فَقَالَ: يَا قَوْمِ،
إِنِّي رَأَيْتُ الجَيْشَ بِعَيْنَيَّ، وَإِنِّي أَنَا النَّذِيرُ العُرْيَانُ،
فَالنَّجَاءَ، فَأَطَاعَهُ طَائِفَةٌ مِنْ قَوْمِهِ، فَأَدْلَجُوا، فَانْطَلَقُوا
عَلَى مَهَلِهِمْ فَنَجَوْا، وَكَذَّبَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ، فَأَصْبَحُوا
مَكَانَهُمْ، فَصَبَّحَهُمُ الجَيْشُ فَأَهْلَكَهُمْ وَاجْتَاحَهُمْ، فَذَلِكَ
مَثَلُ مَنْ أَطَاعَنِي فَاتَّبَعَ مَا جِئْتُ بِهِ، وَمَثَلُ مَنْ عَصَانِي
وَكَذَّبَ بِمَا جِئْتُ بِهِ مِنَ الحَقِّ "
"Perumpamaanku dan perumpamaan risalah
yang kubawa adalah bagaikan seseorang yang mendatangi sebuah kaum, lantas ia
katakan, 'Hai kaum, aku telah melihat sebuah pasukan dengan kedua mataku, dan
aku adalah pemberi peringatan (yang melepas bajunya sebagai isyarat bahwa
peringatan itu agar dapat dipercaya -pent). Maka selamatkanlah kalian!' Lantas
sebagian kelompok kaumnya mentaatinya, sehingga mereka bersegera pergi di awal
waktu sampai benar-benar selamat. Adapun sebagian lain mendustakannya dan tetap
berada di tempat mereka, sehingga pasukan menyerang mereka di pagi buta dan
menyandera mereka. Itulah perumpamaan orang yang mentaatiku serta mengikuti
risalah yang kubawa, dan perumpaman orang yang membangkang serta mendustakan
kebenaran yang kubawa." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Hadits kesembilan:
9/164- التَّاسعُ: عَنْهُ أَنْ رسولَ اللَّه ﷺ أَمَر بِلَعْقِ الأَصابِعِ وَالصحْفةِ وَقَالَ: "إِنَّكُم لا
تَدْرُونَ في أَيِّهَا الْبَرَكَةَ" رواه مسلم.
Dari Jabir radhiyallahu 'anhu;
Bahwasanya Rasulullah ﷺ memerintahkan kepada orang yang selesai makan untuk menjilat
tangan dan piringnya dan bersabda: "Sesungguhnya
kalian tidak tahu di mana berkah makanan itu berada". [Sahih Muslim]
وفي رواية لَهُ: "إِذَا وَقَعتْ لُقْمةُ أَحدِكُمْ.
فَلْيَأْخُذْهَا فَلْيُمِطْ مَا كَانَ بِهَا مِنْ أَذًى، وَلْيَأْكُلْهَا، وَلا
يَدَعْهَا لَلشَّيْطانِ، وَلا يَمْسَحْ يَدَهُ بِالْمَندِيلِ حَتَّى يَلْعَقَ
أَصَابِعهُ، فَإِنَّهُ لاَ يدْرِي في أَيِّ طَعَامِهِ الْبَركَةَ ".
Dalam riwayat lain; "Apabila suapan
makanan salah seorang diantara kalian jatuh, ambilah kembali lalu buang bagian
yang kotor dan makanlah bagian yang bersih. Jangan dibiarkannya dimakan setan,
dan janganlah dia sapu tangannya dengan serbet sebelum dia jilati jarinya.
Karena dia tidak tahu makanan mana yang membawa berkah." [Shahih Muslim]
وفي رواية لَهُ: "إِنَّ الشَّيْطَانَ يَحْضُرُ أَحَدكُمْ
عِنْدَ كُلِّ شَيءٍ مِنْ شَأْنِهِ حَتَّى يَحْضُرَهُ عِنْدَ طَعَامِهِ، فَإِذَا
سَقَطَتْ مِنْ أَحَدِكُمْ اللُّقْمَةُ فَلْيُمِطْ مَا كَان بِهَا منْ أَذًى،
فَلْيأْكُلْها، وَلا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ".
Dalam riwayat lain; "Sesungguhnya
setan akan mendatangi salah seorang diantara kalian setiap saat, hingga dalam
masalah makan. Apabila suapan makanan salah seorang diantara kalian jatuh,
ambillah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah bagian yang bersih.
Jangan dibiarkannya dimakan setan” [Shahih Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Adanya keberkahan
pada makanan.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«البَرَكَةُ تَنْزِلُ وَسطَ الطَّعَامِ، فَكُلُوا
مِنْ حَافَتَيْهِ، وَلَا تَأْكُلُوا مِنْ وَسطِهِ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Berkah itu turun pada tengah makanan, maka
mulailah maan dari pinggirnya, dan janganlah mulai makan dari tengahnya”.
[Sunan Tirmidziy: Shahih]
2)
Memungut makanan yang jatuh.
Dari Anas radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah ﷺ jika selesai makan beliau menjilat tangannya tiga kali, dan
bersabda:
"إِذَا
سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيُمِطْ عَنْهَا الْأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا، وَلَا
يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ" [صحيح مسلم]
“Jika makanan seseorang dari kalian jatuh
maka pungutlah dan bersihkan kotoran yang menempel padanya kemudian makan, dan
janganlah ia membiarkannya untuk setan”. [Sahih Muslim]
3)
Menjilati tangan dan piring setelah makan.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامًا، فَلَا
يَمْسَحْ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا" [صحيح مسلم]
“Jika seseorang dari kalian makan, maka janganlah ia membasuh tangannya sebelum menjilatnya”. [Sahih Muslim]
4)
Setan makan dari sisa makanan manusia.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِذَا
دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ، فَذَكَرَ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ،
قَالَ الشَّيْطَانُ: لَا مَبِيتَ لَكُمْ، وَلَا عَشَاءَ، وَإِذَا دَخَلَ، فَلَمْ
يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ دُخُولِهِ، قَالَ الشَّيْطَانُ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ،
وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ عِنْدَ طَعَامِهِ، قَالَ: أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ
وَالْعَشَاءَ " [صحيح مسلم]
“Jika seseorang masuk ke rumahnya dan
menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, setan berkata kepada
sesamanya: Tidak ada penginapan dan makanan untuk kalian. Dan jika ia masuk
rumah dan tidak menyebut nama Allah ketika masuk, setan berkata: Kalian
mendapatkan penginapan. Dan jika ia tidak menyebut nama Allah ketika makan,
setan berkata: Kalian mendapatkan penginapan dan makanan”. [Sahih Muslim]
Ø
Hudzaifah radhiyallahu
'anhu berkata: Suatu ketika kami menghadiri jamuan makan bersama Rasulullah
ﷺ, kemudian datang gadis kecil seolah-olah ada yang mendorongnya,
kemudian ia bergegas meletakkan tangannya pada makanan. Maka Rasulullah
memegang tangannya, kemudian datang lagi seorang A’rabiy seolah-olah ia
didorong, maka beliau memegang tangannya, kemudian beliau bersabda:
«إِنَّ الشَّيْطَانَ يَسْتَحِلُّ الطَّعَامَ أَنْ
لَا يُذْكَرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ، وَإِنَّهُ جَاءَ بِهَذِهِ الْجَارِيَةِ لِيَسْتَحِلَّ
بِهَا فَأَخَذْتُ بِيَدِهَا، فَجَاءَ بِهَذَا الْأَعْرَابِيِّ لِيَسْتَحِلَّ بِهِ فَأَخَذْتُ
بِيَدِهِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّ يَدَهُ فِي يَدِي مَعَ يَدِهَا» [صحيح مسلم]
“Sesungguhnya setan menghalalkan makanan
jika tidak disebut nama Allah atasnya, dan sesungguhnya ia datang bersama gadis
kecil ini untuk menghalalkan makanan maka aku memegang tangannya, kemudian
datang dengan A’rabiy ini untuk menghalalkannnya maka aku memegang tangannya,
dan demi Yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya tangan setan ada pada tanganku
bersama tangan gadis kecil ini”. [Sahih Muslim]
Lihat: Do’a sebelum dan sesudah makan
Hadits kesepuluh:
10/165-الْعَاشِرُ: عن ابن عباس رضيَ اللَّه عنهما، قَالَ:
قَامَ فينَا رسولُ اللَّه ﷺ بمَوْعِظَةٍ فقال: "أَيُّهَا
النَّاسُ إِنَّكُمْ محشورونَ إِلَى اللَّه تَعَالَى حُفَاةَ عُرَاةً غُرْلاً
{كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ وَعْداً عَلَيْنَا إِنَّا كُنَّا
فَاعِلِينَ} [الأنبياء: 104] أَلا
وَإِنَّ أَوَّلَ الْخَلائِقِ يُكْسى يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِبراهيم ﷺ، أَلا
وإِنَّهُ سَيُجَاء بِرِجَالٍ مِنْ أُمَّتِى، فَيُؤْخَذُ بِهِمْ ذَاتَ الشِّمال
فأَقُولُ: يارَبِّ أَصْحَابِي، فيُقَالُ: إِنَّكَ لاَ تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا
بَعْدَكَ، فَأَقُول كَما قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ: {وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ
شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ
عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (117) إِنْ تُعَذِّبْهُمْ
فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ
الْحَكِيمُ} [المائدة: 117-118] فَيُقَالُ
لِي: إِنَّهُمْ لَمْ يَزَالُوا مرْتَدِّينَ عَلَى أَعقَابِهِمْ مُنذُ
فارَقْتَهُمْ" متفقٌ عليه.
Dari Ibnu 'Abbas radhiallahu'anhuma
dia berkata, Rasulullah ﷺ berkhotbah beliau
bersabda, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian dikumpulkan menuju
Allah dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan berkulup (tidak
dikhitan). {'Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah
Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti kami tepati;
Sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.'} [Al-Anbiya’: 104]
Ketahuilah, sesungguhnya makhluk pertama yang diberi pakaian pada hari kiamat
adalah Ibrahim 'alaihissalaam. Ketahuilah, sesungguhnya beberapa orang
dari umatku akan didatangkan lalu mereka diambil ke golongan kiri, aku berkata,
'Wahai Rabb, sahabat-sahabatku.' Dikatakan: 'Sesungguhnya engkau tidak tahu apa
yang mereka perbuat sepeninggalmu.' Lalu aku mengucapkan seperti perkataan
seorang hamba shalih: {Dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama
aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang
Mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu. Jika
Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan
jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana} [Al-Ma`idah: 117-118] lalu dikatakan kepadaku: Mereka
senantiasa kembali ke belakang (murtad) sejak kau tinggalkan mereka."
[Muttafaqun ‘alaihi]
Penjelasan singkat hadits ini:
1. Biografi
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma.
Lihat: Keistimewaan Abdullah bin ‘Abbas
2. Manusia
akan dibangkitkan dalam keadaan telanjang.
Dari 'Aisyah radhiallahu'anha;
Rasulullah ﷺ bersabda:
«تُحْشَرُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرْلًا» قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ يَنْظُرُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ؟
فَقَالَ: «الأَمْرُ أَشَدُّ مِنْ أَنْ يُهِمَّهُمْ ذَاكِ» [صحيح
البخاري ومسلم]
"Kalian dikumpulkan dengan keadaan
tidak beralas kaki, telanjang, dan tidak beralas kaki." 'Aisyah menyela;
'Hai Rasulullah, laki-laki dan perempuan, satu sama lain bisa melihat
auratnya?' Nabi menjawab, "Kejadian ketika itu lebih dahsyat sehingga
memalingkan mereka dari keinginan seperti itu." [Shahih Bukhari dan
Muslim]
3. Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam yang pertama diberi pakaian, karena beliau yang
pertama kali ditelanjangi karena Allah saat dilemparkan ke dalam api.
4. Keutamaan
ini tidak berarti bahwa Nabi Ibrahim lebih mulia dari Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam.
Karena keutamaan-keutamaan lain yang
dimiliki Nabi Muhammad lebih banyak dari itu.
5. Keutamaan
ayat 118 surah Al-Maidah.
Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata:
«قَامَ النَّبِيُّ ﷺ بِآيَةٍ حَتَّى
أَصْبَحَ يُرَدِّدُهَا» وَالْآيَةُ: {إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ
وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} [المائدة:
118] [سنن ابن ماجه: حسن]
Rasulullah ﷺ
mendirikan shalat dengan satu ayat yang ia ulang-ulang sampai subuh, ayat itu
adalah: "Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". [Al-Maidah:118]
[Sunan Ibnu Majah: Hasan]
Hadits kesebelas:
11/166- الْحَادِي عَشَرَ: عَنْ أَبِي سعيدٍ عبدِ اللَّهِ بنِ
مُغَفَّلٍ رضي اللَّه عنه، قَالَ: نَهَى رسولُ اللَّه ﷺ، عَن الخَذْفِ وقالَ:
"إِنَّهُ لاَ يقْتُلُ الصَّيْدَ، وَلاَ يَنْكَأُ الْعَدُوَّ، وَإِنَّهُ يَفْقَأُ
الْعَيْنَ، ويَكْسِرُ السِّنَّ" متفقٌ عَلَيهِ.
Abdullah bin Mughaffal Al-Muzaniy radhiyallahu
'anhu berkata, Nabi ﷺ melarang melempar
(berburu binatang dengan melempar batu kecil). Lalu beliau bersabda,
"Karena hal itu tidak akan mematikan buruan dan tidak pula mengalahkan
musuh, akan tetapi hal itu hanya bisa membutakan mata dan mematahkan
gigi." [Muttafaqun ‘alaihi]
وفي رواية: أَنَّ قَريباً لابْنِ مُغَفَّلٍ خَذَفَ، فَنَهَاهُ وَقالَ:
إِنَّ رسولَ اللَّه ﷺ نَهَى عَن الخَذْفِ
وقَالَ: "إِنَّهَا لاَ تَصِيدُ صَيْداً" ثُمَّ عادَ فقالَ: أُحَدِّثُكَ
أَن رسولَ اللَّه ﷺ، نَهَى عَنْهُ، ثُمَّ عُدْتَ تَخْذِفُ؟ لا أُكَلِّمُكَ أَبداً.
Dan dalam riwayat lain; Bahwa keluarga
dekat Abdullah bin Mughaffal sedang melempar, lantas dia melarang sahabatnya
tersebut seraya berkata, "Sesungguhnya Rasulullah ﷺ melarang ini (melempar dengan batu), beliau bersabda,
"Sesungguhnya itu tidak dapat membunuh hewan buruan." Kemudian dia
mengulangi perbuatannya, maka Abdullah bin Mughaffal pun berkata, "Aku
sampaikan bahwa Rasulullah ﷺ melarang dari
perbuatan ini namun kamu masih mengulanginya lagi, sungguh aku tidak akan
mengajakmu berbicara lagi!" [Shahih Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1) Biografi
Abdullah bin Mughaffal Al-Muzaniy radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2) Larangan
berburu dengan batu kecil yang tidak bisa melumpuhkan buruan.
3) Menasehati
orang yang melanggar tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam.
4) Boleh
menghukum orang yang tidak mau mengamalkan hadits Nabi dengan tidak mau
berbicara kepadanya.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu
'anhuma; Nabi ﷺ bersabda:
«لَا يَمْنَعَنَّ رَجُلٌ
أَهْلَهُ أَنْ يَأْتُوا الْمَسَاجِدَ» ، فَقَالَ ابْنٌ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عُمَرَ: فَإِنَّا نَمْنَعُهُنَّ، فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ: «أُحَدِّثُكَ عَنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَقُولُ هَذَا» ، قَالَ: فَمَا
كَلَّمَهُ عَبْدُ اللَّهِ حَتَّى مَاتَ [مسند أحمد: صحيح]
"Janganlah seseorang menghalangi
istrinya mendatangi masjid." Lalu anak Abdullah bin Umar berkata,
"Sungguh, kami akan melarang mereka mendatangi masjid." Abdullah
berkata, "Aku menyampaikan kepadamu sebuah hadits dari Rasulullah ﷺ, namun kamu berkata demikian." Mujahid berkata, "Maka
Abdullah tidak mengajaknya bicara hingga ia meninggal dunia." [Musnad
Ahmad: Shahih]
Lihat: Hadits Kisah taubat Ka’b bin Malik radhiyallahu ‘anhu
Hadits keduabelas:
12/167- وعنْ عابسِ بن ربيعةَ قَالَ: رَأَيْتُ عُمَرَ بنَ الخطاب،
رضي اللَّه عنه، يُقَبِّلُ الْحَجَرَ يَعْنِي الأَسْوَدَ ويَقُولُ: إِني أَعْلَمُ
أَنَّكَ حَجَرٌ مَا تَنْفَعُ وَلاَ تَضُرُّ، ولَوْلا أنِّي رأَيْتُ رسولَ اللَّه ﷺ،
يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ.. متفقٌ عليه.
Dari ‘Abis bin Rabi’ah, ia berkata: Aku
melihat 'Umar bin Al-Khathab radhiyallahu 'anhu mencium Hajar
Al-Aswad kemudian berkata: "Sungguh aku mengetahui bahwa kamu hanyalah
batu yang tidak bisa mendatangkan madharat (keburukan) maupun manfa'at. Namun
kalau bukan karena aku telah melihat Nabi ﷺ
menciummu tentu aku tidak akan menciummu". [Shahih Bukhari dan Muslim]
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Keistimewaan Umar bin Khathab
2.
Tidak ada yang memberi manfa’at dan mendatangkan mudharat
kecual Allah ‘azza wajalla.
Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:
{وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ
وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ
عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ} [يونس: 107]
Jika Allah menimpakan sesuatu
kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.
Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak
kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di
antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Yunus: 107]
3.
Agama ini tidak berlandaskan akal semata.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
'anhu berkata:
«لَوْ كَانَ الدِّينُ بِالرَّأْيِ لَكَانَ أَسْفَلُ الْخُفِّ أَوْلَى
بِالْمَسْحِ مِنْ أَعْلَاهُ، وَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يَمْسَحُ عَلَى ظَاهِرِ خُفَّيْهِ» [سنن أبي داود: صحيح]
"Seandainya agama (Islam) itu
berdasarkan hasil pikiran, niscaya bagian bawah sepatu lebih pantas untuk
diusap daripada bagian atasnya, dan sungguh saya telah melihat Rasulullah ﷺ mengusap bagian atas kedua khufnya". [Sunan Abi Daud:
Shahih]
4.
Kewajiban meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
5.
Keistimewaan Hajar Aswad.
Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu
‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«نَزَلَ
الحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الجَنَّةِ، وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ
فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Hajar Aswad
turun dari surga, dan ia lebih sangat putih dari pada susu, kemudian dihitamkan
oleh dosa-dosa anak cucu Adam”. [Sunan Tirmidzi: Shahih]
Ø
Abdullah bin
'Amr radhiyallahu ‘anhuma berkata: Aku
mendengar Rasulullah ﷺ bersabda
saat ia menyandarkan pundaknya ke ka'bah:
«الرُّكْنُ
وَالْمَقَامُ يَاقُوتَتَانِ مَنْ يَوَاقِيتِ الْجَنَّةِ، وَلَوْلَا أَنَّ اللَّهَ
طَمَسَ عَلَى نُورِهِمَا لَأَضَاءَتَا مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ» [صحيح ابن حبان]
“Hajar Aswad
dan maqam Ibrahim adalah dua permata dari permata surga, dan seandainya Allah
tidak melenyapkan cahanya keduannya maka ia akan menerangi antara timur dan
barat”. [Shahih Ibnu Hibban]
6.
Keutamaan mencium Hajar Aswad.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu
'anhuma; Rasulullah ﷺ bersabda tentang hajar aswad:
«وَاللَّهِ لَيَبْعَثَنَّهُ
اللَّهُ يَوْمَ القِيَامَةِ لَهُ عَيْنَانِ يُبْصِرُ بِهِمَا، وَلِسَانٌ يَنْطِقُ بِهِ،
يَشْهَدُ عَلَى مَنْ اسْتَلَمَهُ بِحَقٍّ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Demi Allah, Allah akan mengutus hajar
aswad pada hari kiamat memiliki dua mata untuk melihat dan lidah untuk
berbicara, bersaksi atas orang-orang yang menyentuhnya dengan benar”. [Sunan
Tirmidzi: Sahih]
Ø Ubaid bin Umair bertanya kepada Ibnu Umar radiyallahu
'anhuma: Wahai Abu Abdurrahman, engkau berdesakan memasuki kerumunan untuk
menyentuh hajar aswad dan ruknul Yamaniy (sudut ka'bah sebelum sudut hajar
aswad), aku tidak melihat seorang sahabat Rasulullah melakukan seperti itu?
Ibnu Umar menjawab: Aku melakukannya karena
aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
«إِنَّ مَسْحَهُمَا
كَفَّارَةٌ لِلْخَطَايَا ، مَنْ طَافَ بِهَذَا البَيْتِ أُسْبُوعًا فَأَحْصَاهُ كَانَ
كَعِتْقِ رَقَبَةٍ ، لَا يَضَعُ قَدَمًا وَلَا يَرْفَعُ أُخْرَى إِلَّا حَطَّ اللَّهُ
عَنْهُ خَطِيئَةً وَكَتَبَ لَهُ بِهَا حَسَنَةً» [سنن الترمذي: صحيح]
“Sesungguhnya menyentuh keduannya adalah
penghapus dosa-dosa. Barangsiapa yang tawaf di rumah ini (ka'bah) 7 kali maka
pahalanya senilai dengan memerdekakan budak. Ia tidak meletakkan satu kaki dan
mengangkat yang lainnya kecuali Allah menghapuskan darinya satu kesalahan dan
mencatat untuknya satu kebaikan”. [Sunan Tirmidzi: Sahih]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Syarah Riyadhushalihin Bab (15) Menjaga amalan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...