بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ حِفْظِ اللِّسَانِ،
وَقَوْلِ النَّبِيِّ ﷺ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ
فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ»
“Bab: Menjaga lisan, dan
sabda Nabi ﷺ: "Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam”.
Hadits yang disebutkan oleh imam Bukhari
dalam judul akan diriwayatkan secara utuh dalam bab ini dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu.
Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan
tentang pentingnya menjaga lisan karena diatara yang membuat hati keras adalah
banyak bicara. Imam Bukhari menyebutkan satu ayat dari surah Qaf dan beberapa
hadits dari Sahl bin Sa’ad, Abu Hurairah, dan Abu Syuraih Al-Khuza'iy
radhiyallahu ‘anhum.
A. Surah
Qaaf ayat 18.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
وَقَوْلِهِ تَعَالَى: {مَا يَلْفِظُ
مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} [ق:
18]
Dan
firman Allah subhanahu wata’aalaa: {Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir}
[Qaaf: 18]
Semua
yang kita ucapkan akan dicatat dan dimintai pertanggug-jawaban
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{وَوُضِعَ الْكِتَابُ
فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ
هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا
مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا} [الكهف: 49]
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan
melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di
dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, Kitab apakah Ini yang
tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia
mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang Telah mereka kerjakan ada
(tertulis). dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun".
[Al-Kahfi:49]
Ø Dari Mu'adz radhiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ memegang lisannya, dan bersabda:
«كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا»، فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، وَإِنَّا
لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فَقَالَ: «ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا
مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى
مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Tahanlah (lidah) mu
ini." Aku bertanya: Wahai nabi Allah, apakah kita akan dihukum atas apa
yang kita ucapkan? Rasulullah menjawab: "Wahai Mu'adz, apakah orang-orang
berjalan di neraka dengan wajah dan hidungnya (tidak disiksa demikian) kecuali
karena perbuatan lidahnya?" [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Lihat: Adab berkomunikasi (berbicara)
B. Hadits
Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6474 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ المُقَدَّمِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ [المُقَدَّمِيُّ]،
سَمِعَ أَبَا حَازِمٍ [سلمة بن دينار]، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ
لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الجَنَّةَ»
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Abi Bakr Al-Muqaddamiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali
[Al-Muqaddamiy], bahwa ia mendengar Abu Hazim [Salamah bin Dinar], dari Sahl
bin Sa'ad, dari Rasulullah ﷺ
beliau bersabda: "Barangsiapa yang dapat menjamin untukku sesuatu yang
berada di antara janggutnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan),
maka aku akan menjamin baginya surga."
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2.
Keutamaan menjaga ucapan.
Al-Baraa' bin 'Azib -radhiyallahu
'anhu- berkata:
جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عَلِّمْنِي عَمَلًا يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ،
فَقَالَ: «لَئِنْ كُنْتَ أَقْصَرْتَ الْخُطْبَةَ، لَقَدْ أَعْرَضْتَ
الْمَسْأَلَةَ، أَعْتِقِ النَّسَمَةَ، وَفُكَّ الرَّقَبَةَ». فَقَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، أَوَلَيْسَتَا بِوَاحِدَةٍ؟ قَالَ: «لَا، إِنَّ عِتْقَ النَّسَمَةِ أَنْ
تَفَرَّدَ بِعِتْقِهَا، وَفَكَّ الرَّقَبَةِ أَنْ تُعِينَ فِي عِتْقِهَا،
وَالْمِنْحَةُ الْوَكُوفُ، وَالْفَيْءُ عَلَى ذِي الرَّحِمِ الظَّالِمِ، فَإِنْ
لَمْ تُطِقْ ذَلِكَ، فَأَطْعِمِ الْجَائِعَ، وَاسْقِ الظَّمْآنَ، وَأْمُرْ
بِالْمَعْرُوفِ، وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ، فَإِنْ لَمْ تُطِقْ ذَلِكَ، فَكُفَّ
لِسَانَكَ إِلَّا مِنَ الْخَيْرِ» [مسند أحمد:
صحيح]
Seorang Arab Baduwi mendatangi Nabi ﷺ dan berkata, "Wahai Rasulullah,
ajarkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga."
Maka Rasulullah ﷺ asulullah bersabda:
"Jika kamu meringkas materi khutbah, maka sungguh, kamu telah memaparkan
masalah. Karena itu, bebaskanlah satu jiwa dan merdekakan-lah satu budak."
Laki-laki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, bukankah hal itu satu?"
Beliau menjawab: "Tidak, An-Nasamah (membebaskan satu jiwa) berarti kamu
sendiri yang membebaskanya. Sedangkan Fakku Ar-Raqabah (memerdekakan budak) adalah
kamu menolong budak tersebut dalam memerdekakan dirinya. Dan memberi tanah
untuk dicocok tanami, atau kambing agar di peras susunya, atau memberi harta
Fai` (harta yang dirampas dari musuh tanpa melalui peperangan) kepada kerabat
yang zalim. Jika kamu tidak mampu melakukannya, maka berilah makan orang yang
lapar dan berikanlah minum kepada orang yang kehausan, menyuruh kepada kebaikan
serta mencegah kemungkaran. Dan jika kamu tidak mampu juga, maka tahanlah
lisanmu, kecuali untuk mengatakan kebaikan." [Musnad Ahmad: Shahih]
Ø
'Uqbah
bin 'Amir radhiyallahu 'anhu berkata:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ؟ قَالَ: «امْلِكْ
عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ» [سنن
الترمذي: صحيح]
Aku bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana
supaya selamat? Beliau menjawab, "Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu
membuatmu lapang dan menangislah karena dosa-dosamu." [Sunan Tirmidziy:
Shahih]
Ø
Dari Abdullah bin 'Amr
radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah ﷺ
bersabda:
«مَنْ صَمَتَ نَجَا» [سنن
الترمذي: صححه الألباني]
"Barangsiapa yang diam (dari perkataan
buruk) maka ia akan selamat". [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Ø Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Nabi ﷺ bersabda:
«المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ» [صحيح
البخاري]
"Muslim yang sempurna adalah
yang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya." [Shahih
Bukhari]
3.
Keutamaan menjaga kemaluan.
Allah subhanahu wata’aalaa
berfirman:
{قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ
أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ
خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ
أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ} [النور: 30، 31]
Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". Dan katakanlah kepada
wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, ...". [An-Nuur: 30-31]
{وَلَا تَقْرَبُوا
الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا} [الإسراء:
32]
Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang
buruk. [Al-Israa': 32]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«لاَ يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ» [صحيح
البخاري]
"Tidaklah berzina seorang
pezina ketika ia berzina dalam keadaan beriman (yang sempurnah)." [Sahih
Bukhari]
Lihat: Lihat: Syarah Riyadhushalihin Bab (02) Taubat, hadits kesepuluh
4.
Mulut dan kemaluan banyak menjerumuskan ke neraka.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عَنْ
أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ، فَقَالَ: «الفَمُ وَالفَرْجُ»
Rasulullah ﷺ
ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke neraka?
Rasulullah ﷺ menjawab: "Mulut
dan kemaluan". [Sunan Tirmidzi: Hasan]
5.
Perzinahan biasanya diawali dengan ucapan yang memancing
nafsu.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ
الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا} [الأحزاب:
32]
Maka janganlah kamu (kaum wanita) tunduk
(lemah lembut) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit
dalam hatinya (ingin berbuat jahat) dan ucapkanlah perkataan yang baik.
[Al-Ahzaab:32]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
"كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌ
ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ
زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا
الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى،
وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ" [صحيح مسلم]
"Telah ditetapkan bagi anak
cucu Adam bagian mereka dari zina, akan menimpa mereka dan tidak akan lapas
darinya. Sesungguhnya mata berzina dengan pandangan, telinga berzina dengan
pendengaran, lidah bezina dengan ucapan, tangan berzina dengan sentuhan, kaki
berzina dengan langkah, hati bernafsu dan mendambakan, kemudian itu dibenarkan
(dilakukan) oleh kelamin atau didustakannya (ditinggalkan)." [Sahih
Muslim]
C. Hadits
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6475 - حَدَّثَنِي عَبْدُ
العَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ [الأُويسي]، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ [الزهري]،
عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ [بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ]، عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ،
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ»
Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz
bin Abdillah [Al-Uwaisiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim
bin Sa'ad [Az-Zuhriy], dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah [bin Abdirrahman] dari
Abu Hurairah radhiallahu'anhu, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam. Barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya,
dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia
memuliakan tamunya."
Nb:
Lihat penjelasan hadits ini di Syarah Arba’in (15) hadits Abu Hurairah; Sifat orang beriman kepada Allah dan hari akhirat
D. Hadits
Abu Syuraih Al-Khuza’iy radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6476 - حَدَّثَنَا أَبُو
الوَلِيدِ [هشام بن عبد الملك الطيالسى]، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ
المَقْبُرِيُّ، عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الخُزَاعِيِّ، قَالَ: سَمِعَ أُذُنَايَ
وَوَعَاهُ قَلْبِي: النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «الضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ،
جَائِزَتُهُ» قِيلَ: مَا جَائِزَتُهُ؟ قَالَ: «يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ، وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ»
Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Walid
[Hisyam bin Abdil Malik Ath-Thayalisiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada
kami Laits, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Maqburiy, dari Abu
Syuraih Al-Khuza'iy dia berkata, "Aku telah mendengar dengan kedua
telingaku dan meresap dalam hatiku ketika Nabi ﷺ
bersabda, "Bertamu itu tiga hari dengan menjamunya, " beliau di
tanya, 'Apa yang di maksud dengan menjamunya?" beliau menjawab,
"Yaitu pada siang dan malam harinya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan
hari akhir, hendaknya dia memuliakan tamunya, dan barang siapa beriman kepada
Allah dan hari Akhir hendaknya berkata baik atau diam."
Lihat: Adab menerima tamu dalam Islam
E. Hadits
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
6477 - حَدَّثَنِي
إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ، حَدَّثَنِي [عبد العزيز] ابْنُ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ
يَزِيدَ [بن عبد الله ابن الهاد]، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ [بن الحارث
التيمي]، عَنْ عِيسَى بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ التَّيْمِيِّ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ: «إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا،
يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ»
Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin
Hamzah, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Abdul ‘Aziz] Ibnu Abu Hazim,
dari Yazid [bin Abdillah Ibnu Al-Haad], dari Muhammad bin Ibrahim [bin
Al-Harits At-Taimiy], dari Isa bin Thalhah bin 'Ubaidullah At-Taimiy, dari Abu
Hurairah dia mendengar Rasulullah ﷺ
bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa diteliti
yang karenanya ia terlempar ke neraka sejauh antara jarak ke timur."
6478 - حَدَّثَنِي عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ مُنِيرٍ، سَمِعَ أَبَا النَّضْرِ [هاشم بن القاسم]، حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ يَعْني ابْنَ دِينَارٍ، عَنْ أَبِيهِ،
عَنْ أَبِي صَالِحٍ [ذكوان]، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ
رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا
دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ
يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ»
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Munir, bahwsanya dia mendengar Abu An Nadlr [Hasyim bin Al-Qasim], ia berkata:
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abdillah, yaitu Ibnu Dinar, dari
Ayahnya, dari Abu Shalih [Dzakwan], dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Sesungguhnya
seorang hamba yang mengucapkan suatu ucapan yang diridai Allah, hanya saja ia
menganggapnya suatu hal yang sepele, namun karna sebab perkataan itu Allah
tinggikan derajatnya. Dan seorang hamba yang mengucapkan suatu ucapan yang
mendatangkan kemurkaan Allah, hanya saja ia menganggapnya suatu hal yang
ringan, namun karna sebab perkataan itu, Allah melemparkannya ke dalam
Neraka."
Penjelasan singkat hadits ini:
1)
Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya
2)
Bahaya ucapan.
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
"
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ:
اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ، فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ
اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا " [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
“Jika
anak cucu Adam memasuki waktu pagi, maka semua anggota tubuhnya tunduk kepada
lidah dan berkata: Bertakwalah engkau (wahai lidah) kepada Allah terhadap kami,
karena sesungguhnya kami tergantung engkau, maka jika engkau baik maka kami
juga baik, dan jika engkau buruk maka kami juga buruk”. [Sunan Tirmidziy:
Hasan]
Ø Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafiy radhiyallahu ‘anhu berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ؟ فَأَخَذَ
بِلِسَانِ نَفْسِهِ، ثُمَّ قَالَ: «هَذَا»
Wahai
Rasulullah, apa yang paling anda takutkan padaku? Beliau memegang lidah beliau
lalu menjawab: "Ini." [Sunan Tirmidziy: Shahih]
Lihat: Bahaya ucapan; Berdusta terhadap Allah
3)
Pentingnya memperhatikan apa yang akan diucapkan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا
قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات: 6]
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu. [Al-Hujuraat: 6]
Ø Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah ﷺ bersabda:
«كَفَى
بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ» [صحيح مسلم]
“Cukuplah
seseorang dianggap berbohong jika ia menyampaikan semua yang pernah ia dengar”.
[Sahih Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 22; Larangan banyak bicara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...