Rabu, 02 Agustus 2023

Kitab Ar-Riqaq, bab 23; Menjaga lisan

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

بَابُ حِفْظِ اللِّسَانِ، وَقَوْلِ النَّبِيِّ ﷺ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ»

“Bab: Menjaga lisan, dan sabda Nabi : "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam”.

Hadits yang disebutkan oleh imam Bukhari dalam judul akan diriwayatkan secara utuh dalam bab ini dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang pentingnya menjaga lisan karena diatara yang membuat hati keras adalah banyak bicara. Imam Bukhari menyebutkan satu ayat dari surah Qaf dan beberapa hadits dari Sahl bin Sa’ad, Abu Hurairah, dan Abu Syuraih Al-Khuza'iy radhiyallahu ‘anhum.

A.    Surah Qaaf ayat 18.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

وَقَوْلِهِ تَعَالَى: {مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ} [ق: 18]

Dan firman Allah subhanahu wata’aalaa: {Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir} [Qaaf: 18]

Semua yang kita ucapkan akan dicatat dan dimintai pertanggug-jawaban

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا} [الكهف: 49]

Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: "Aduhai celaka kami, Kitab apakah Ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang Telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun". [Al-Kahfi:49]

Ø  Dari Mu'adz radhiyallahu 'anhu; Rasulullah memegang lisannya, dan bersabda:

«كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا»، فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فَقَالَ: «ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Tahanlah (lidah) mu ini." Aku bertanya: Wahai nabi Allah, apakah kita akan dihukum atas apa yang kita ucapkan? Rasulullah menjawab: "Wahai Mu'adz, apakah orang-orang berjalan di neraka dengan wajah dan hidungnya (tidak disiksa demikian) kecuali karena perbuatan lidahnya?" [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Adab berkomunikasi (berbicara)

B.     Hadits Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6474 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ المُقَدَّمِيُّ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ [المُقَدَّمِيُّ]، سَمِعَ أَبَا حَازِمٍ [سلمة بن دينار]، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الجَنَّةَ»

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abi Bakr Al-Muqaddamiy, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Umar bin Ali [Al-Muqaddamiy], bahwa ia mendengar Abu Hazim [Salamah bin Dinar], dari Sahl bin Sa'ad, dari Rasulullah beliau bersabda: "Barangsiapa yang dapat menjamin untukku sesuatu yang berada di antara janggutnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Sahl bin Sa’ad As-Sa’idiy radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Keutamaan menjaga ucapan.

Al-Baraa' bin 'Azib -radhiyallahu 'anhu- berkata:

جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عَلِّمْنِي عَمَلًا يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، فَقَالَ: «لَئِنْ كُنْتَ أَقْصَرْتَ الْخُطْبَةَ، لَقَدْ أَعْرَضْتَ الْمَسْأَلَةَ، أَعْتِقِ النَّسَمَةَ، وَفُكَّ الرَّقَبَةَ». فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوَلَيْسَتَا بِوَاحِدَةٍ؟ قَالَ: «لَا، إِنَّ عِتْقَ النَّسَمَةِ أَنْ تَفَرَّدَ بِعِتْقِهَا، وَفَكَّ الرَّقَبَةِ أَنْ تُعِينَ فِي عِتْقِهَا، وَالْمِنْحَةُ الْوَكُوفُ، وَالْفَيْءُ عَلَى ذِي الرَّحِمِ الظَّالِمِ، فَإِنْ لَمْ تُطِقْ ذَلِكَ، فَأَطْعِمِ الْجَائِعَ، وَاسْقِ الظَّمْآنَ، وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ، وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ، فَإِنْ لَمْ تُطِقْ ذَلِكَ، فَكُفَّ لِسَانَكَ إِلَّا مِنَ الْخَيْرِ» [مسند أحمد: صحيح]

Seorang Arab Baduwi mendatangi Nabi dan berkata, "Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga." Maka Rasulullah asulullah bersabda: "Jika kamu meringkas materi khutbah, maka sungguh, kamu telah memaparkan masalah. Karena itu, bebaskanlah satu jiwa dan merdekakan-lah satu budak." Laki-laki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, bukankah hal itu satu?" Beliau menjawab: "Tidak, An-Nasamah (membebaskan satu jiwa) berarti kamu sendiri yang membebaskanya. Sedangkan Fakku Ar-Raqabah (memerdekakan budak) adalah kamu menolong budak tersebut dalam memerdekakan dirinya. Dan memberi tanah untuk dicocok tanami, atau kambing agar di peras susunya, atau memberi harta Fai` (harta yang dirampas dari musuh tanpa melalui peperangan) kepada kerabat yang zalim. Jika kamu tidak mampu melakukannya, maka berilah makan orang yang lapar dan berikanlah minum kepada orang yang kehausan, menyuruh kepada kebaikan serta mencegah kemungkaran. Dan jika kamu tidak mampu juga, maka tahanlah lisanmu, kecuali untuk mengatakan kebaikan." [Musnad Ahmad: Shahih]

Ø  'Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu berkata:

قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ؟ قَالَ: «امْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ» [سنن الترمذي: صحيح]

Aku bertanya: Wahai Rasulullah bagaimana supaya selamat? Beliau menjawab, "Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu lapang dan menangislah karena dosa-dosamu." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah bersabda:

«مَنْ صَمَتَ نَجَا» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Barangsiapa yang diam (dari perkataan buruk) maka ia akan selamat". [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Ø  Dari Abdullah bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Nabi bersabda:

«المُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ» [صحيح البخاري]

"Muslim yang sempurna adalah yang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan tangannya." [Shahih Bukhari]

3.      Keutamaan menjaga kemaluan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ (30) وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ} [النور: 30، 31]

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, ...". [An-Nuur: 30-31]

{وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا} [الإسراء: 32]

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk. [Al-Israa': 32]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لاَ يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ» [صحيح البخاري]

"Tidaklah berzina seorang pezina ketika ia berzina dalam keadaan beriman (yang sempurnah)." [Sahih Bukhari]

Lihat: Lihat: Syarah Riyadhushalihin Bab (02) Taubat, hadits kesepuluh

4.      Mulut dan kemaluan banyak menjerumuskan ke neraka.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu;

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ، فَقَالَ: «الفَمُ وَالفَرْجُ»

Rasulullah ditanya tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke neraka? Rasulullah menjawab: "Mulut dan kemaluan". [Sunan Tirmidzi: Hasan]

5.      Perzinahan biasanya diawali dengan ucapan yang memancing nafsu.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا} [الأحزاب: 32]

Maka janganlah kamu (kaum wanita) tunduk (lemah lembut) dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya (ingin berbuat jahat) dan ucapkanlah perkataan yang baik. [Al-Ahzaab:32]

Ø  Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ" [صحيح مسلم]

"Telah ditetapkan bagi anak cucu Adam bagian mereka dari zina, akan menimpa mereka dan tidak akan lapas darinya. Sesungguhnya mata berzina dengan pandangan, telinga berzina dengan pendengaran, lidah bezina dengan ucapan, tangan berzina dengan sentuhan, kaki berzina dengan langkah, hati bernafsu dan mendambakan, kemudian itu dibenarkan (dilakukan) oleh kelamin atau didustakannya (ditinggalkan)." [Sahih Muslim]

C.     Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6475 - حَدَّثَنِي عَبْدُ العَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ [الأُويسي]، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ [الزهري]، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ [بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ]، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلاَ يُؤْذِ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ»

Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdillah [Al-Uwaisiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad [Az-Zuhriy], dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah [bin Abdirrahman] dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, ia berkata, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia menyakiti tetangganya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya."

Nb: Lihat penjelasan hadits ini di Syarah Arba’in (15) hadits Abu Hurairah; Sifat orang beriman kepada Allah dan hari akhirat

D.    Hadits Abu Syuraih Al-Khuza’iy radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6476 - حَدَّثَنَا أَبُو الوَلِيدِ [هشام بن عبد الملك الطيالسى]، حَدَّثَنَا لَيْثٌ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ المَقْبُرِيُّ، عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الخُزَاعِيِّ، قَالَ: سَمِعَ أُذُنَايَ وَوَعَاهُ قَلْبِي: النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: «الضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ، جَائِزَتُهُ» قِيلَ: مَا جَائِزَتُهُ؟ قَالَ: «يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَسْكُتْ»

Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Walid [Hisyam bin Abdil Malik Ath-Thayalisiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Laits, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Maqburiy, dari Abu Syuraih Al-Khuza'iy dia berkata, "Aku telah mendengar dengan kedua telingaku dan meresap dalam hatiku ketika Nabi bersabda, "Bertamu itu tiga hari dengan menjamunya, " beliau di tanya, 'Apa yang di maksud dengan menjamunya?" beliau menjawab, "Yaitu pada siang dan malam harinya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya dia memuliakan tamunya, dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya berkata baik atau diam."

Lihat: Adab menerima tamu dalam Islam

E.     Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6477 - حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ حَمْزَةَ، حَدَّثَنِي [عبد العزيز] ابْنُ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ يَزِيدَ [بن عبد الله ابن الهاد]، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ [بن الحارث التيمي]، عَنْ عِيسَى بْنِ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ التَّيْمِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ، مَا يَتَبَيَّنُ فِيهَا، يَزِلُّ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ المَشْرِقِ»

Telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Hamzah, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku [Abdul ‘Aziz] Ibnu Abu Hazim, dari Yazid [bin Abdillah Ibnu Al-Haad], dari Muhammad bin Ibrahim [bin Al-Harits At-Taimiy], dari Isa bin Thalhah bin 'Ubaidullah At-Taimiy, dari Abu Hurairah dia mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa diteliti yang karenanya ia terlempar ke neraka sejauh antara jarak ke timur."

6478 - حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُنِيرٍ، سَمِعَ أَبَا النَّضْرِ [هاشم بن القاسم]، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ يَعْني ابْنَ دِينَارٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ [ذكوان]، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ، وَإِنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالًا، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ»

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Munir, bahwsanya dia mendengar Abu An Nadlr [Hasyim bin Al-Qasim], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Abdillah, yaitu Ibnu Dinar, dari Ayahnya, dari Abu Shalih [Dzakwan], dari Abu Hurairah dari Nabi , beliau bersabda, "Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu ucapan yang diridai Allah, hanya saja ia menganggapnya suatu hal yang sepele, namun karna sebab perkataan itu Allah tinggikan derajatnya. Dan seorang hamba yang mengucapkan suatu ucapan yang mendatangkan kemurkaan Allah, hanya saja ia menganggapnya suatu hal yang ringan, namun karna sebab perkataan itu, Allah melemparkannya ke dalam Neraka."

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Biografi Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: Abu Hurairah dan keistimewaannya

2)      Bahaya ucapan.

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

" إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانَ فَتَقُولُ: اتَّقِ اللَّهَ فِينَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ، فَإِنْ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنْ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا " [سنن الترمذي: حسنه الألباني]

“Jika anak cucu Adam memasuki waktu pagi, maka semua anggota tubuhnya tunduk kepada lidah dan berkata: Bertakwalah engkau (wahai lidah) kepada Allah terhadap kami, karena sesungguhnya kami tergantung engkau, maka jika engkau baik maka kami juga baik, dan jika engkau buruk maka kami juga buruk”. [Sunan Tirmidziy: Hasan]

Ø  Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafiy radhiyallahu ‘anhu berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ؟ فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ، ثُمَّ قَالَ: «هَذَا»

Wahai Rasulullah, apa yang paling anda takutkan padaku? Beliau memegang lidah beliau lalu menjawab: "Ini." [Sunan Tirmidziy: Shahih]

Lihat: Bahaya ucapan; Berdusta terhadap Allah

3)      Pentingnya memperhatikan apa yang akan diucapkan.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات: 6]

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. [Al-Hujuraat: 6]

Ø  Dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ» [صحيح مسلم]

“Cukuplah seseorang dianggap berbohong jika ia menyampaikan semua yang pernah ia dengar”. [Sahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 22; Larangan banyak bicara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...