Selasa, 12 Desember 2023

Kitab Ar-Riqaq, bab 38; Tawadhu’

بسم الله الرحمن الرحيم

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

"بَابُ التَّوَاضُعِ"

“Bab: Tawadhu’”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang tawadhu’ (merendah) dan keutamaannya, karena diantara yang menyebabkan hati menjadi gundah adalah ketika selalu ingin dihormati dan merasa lebih mulia dan baik dari orang lain.

Ath-Thabariy rahimahullah berkata:

"فِي التَّوَاضُعِ مَصْلَحَةُ الدِّينِ وَالدُّنْيَا، فَإِنَّ النَّاسَ لَوِ اسْتَعْمَلُوهُ فِي الدُّنْيَا لَزَالَتْ بَيْنَهُمُ الشَّحْنَاءُ، وَلَاسْتَرَاحُوا مِنْ تَعَبِ الْمُبَاهَاةِ وَالْمُفَاخَرَةِ" [فتح الباري لابن حجر]

“Pada sifat tawadhu’ ada kemaslahatan agama dan dunia, karena manusia jika memiliki sifat ini di dunia maka akan hilang diantara mereka kebencian, dan mereka tenang dari beban saling memamerkan dan membanggakan”. [Fathul Bari karya Ibnu Hajar]

Imam Bukhari dalam bab ini meriwaytkan dua hadits dari Anas bin Malik dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma.

A.    Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6501 - حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ [بن معاوية الجعفي]، حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – "كَانَ لِلنَّبِيِّ ﷺ نَاقَةٌ ... " – (ح) قَالَ: وَحَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ [بن سلام]: أَخْبَرَنَا الفَزَارِيُّ [مروان بن معاوية]، وَأَبُو خَالِدٍ الأَحْمَرُ [سليمان بن حيّان]، عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: كَانَتْ نَاقَةٌ لِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ تُسَمَّى: العَضْبَاءَ، وَكَانَتْ لاَ تُسْبَقُ، فَجَاءَ أَعْرَابِيٌّ عَلَى قَعُودٍ لَهُ فَسَبَقَهَا، فَاشْتَدَّ ذَلِكَ عَلَى المُسْلِمِينَ، وَقَالُوا: سُبِقَتِ العَضْبَاءُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ لاَ يَرْفَعَ شَيْئًا مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا وَضَعَهُ»

Telah menceritakan kepada kami Malik bin Ismail, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Zuhair [bin Mu’awiyah Al-Ju’fiy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Anas radhiallahu'anhu, “Dahulu Nabi mempunyai seekor unta, … ”.

(Hadits dari jalur lain) Imam Bukhari berkata: Telah menceritakan kepadaku Muhammad [bin Salam], ia berkata: Telah mengabarkan kepada kami Al-Fazariy [Marwan bin Mu’awiyah] dan Abu Khalid Al-Ahmar [Sulaiman bin Hayyan], dari Humaid Ath-Thawil, dari Anas, ia berkata, Dahulu unta milik Rasulullah diberi nama 'Adlba.' Unta tersebut tak pernah terkalahkan dalam pacuan. Selanjutnya ada seorang Arab Baduwi yang duduk di atas untanya berhasil mengalahkan unta tersebut. Hal ini menjadikan kaum muslimin sangat terpukul dan mereka berujar, "Bagaimana bisa unta 'Adlba' dikalahkan!" Lantas Rasulullah bersabda, "Sudah menjadi hak bagi Allah tidak mengangkat sesuatu dari dunia ini, melainkan di kemudian hari Dia akan menurunkannya."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Rasulullah menamai hewan kendaraannya dan beberapa benda miliknya.

Ibnu 'Umar -radliallahu 'anhuma- berkata: 

»أَقْبَلَ النَّبِيُّ ﷺ عَامَ الْفَتْحِ وَهُوَ مُرْدِفٌ أُسَامَةَ عَلَى الْقَصْوَاءِ»

“Pada sa'at fathu Makkah Rasulullah memasuki Baitullah dengan mengendarai onta Qashwa' bersama Usamah bin Zaid”. [Shahih Bukhari]

Ø  Mu'adz bin Jabal radhiallahu 'anhu berkata: 

»كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ ﷺ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ»

"Aku pernah membonceng di belakang Nabi di atas seekor keledai yang diberi nama 'Ufair". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Sahal -radhiyallahu 'anhu- berkata: 

»كَانَ لِلنَّبِيِّ ﷺ فِي حَائِطِنَا فَرَسٌ يُقَالُ لَهُ اللُّحَيْفُ»

"Dahulu Nabi memiliki kuda yang berada di kebun kami yang diberi nama Al-Luhaif". 

Berkata Abu 'Abdullah Al-Bukhariy -rahimahullah-: Dan sebagian mereka menamakannya Al-Lukhoif". [Shahih Bukhari]

Ø  Ibnu Abbas -radhiyallahu 'anhuma- berkata:

»أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ تَنَفَّلَ سَيْفَهُ ذَا الْفَقَارِ يَوْمَ بَدْرٍ وَهُوَ الَّذِي رَأَى فِيهِ الرُّؤْيَا يَوْمَ أُحُدٍ»

"Nabi mendapatkan pedangnya yang bernama dzul faqar sebagai nafl (pemberian tambahan selain ghanimah) pada perang badar. Dan pedang itulah yang beliau mimpikan pada perang uhud." [Sunan Tirmidziy: Hasan]

3.      Sikap tawadhu’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari 'Iyadh bin Himar radiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«وَإِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ» [صحيح مسلم]

"Dan sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap tawadhu' (rendah diri) sampai seseorang tidak sombong terhadap yang lainnya, dan seseorang tidak melampaui batas terhadap yang lainnya". [Shahih Muslim]

Lihat: Akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

4.      Anjuran besikap tawadhu’.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ» [صحيح مسلم]

“Seseorang tidak bersikap tawadhu demi Alla kecuali Allah akan mengangkat derajatnya". [Shahih Muslim]

5.      Ancaman bagi orang yang merasa lebih tinggi kedudukannya dari orang lain.

Dalam riwayat lain hadits Anas radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«حَقٌّ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يَرْفَعَ شَيْءٌ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا إِلَّا وَضَعَهُ اللَّهُ» [سنن النسائي: صحيح]

"Sudah menjadi hak bagi Allah bahwasanya tidaklah sesuatu mengangkat dirinya dari dunia ini, melainkan di kemudian hari Allah akan menurunkannya." [Sunan An-Nasa’iy: Shahih]

Ø  Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata; Rasulullah bersabda:

"ثلاثٌ مُهْلِكاتٌ، ... : فشحٌّ مطاعٌ، وهوى مُتَّبَعٌ، وإعْجابُ المَرْءِ بِنَفْسِهِ" [صحيح الترغيب: حسن لغيره]

"Tiga yang membinasakan: ... sifat kikir yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang terhadap dirinya". [Shahih At-Targiib: Hasan ligairih]

6.      Allah ta'aalaa meninggikan dan merendahkan siapa yang Ia kehendaki.

Allah subhanahu wata'ala berfriman:

{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [آل عمران: 26]

Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Ali 'Imran:26]

7.      Rendahnya dunia di sisi Allah ta’aalaa.

Dari Sahl bin Sa'ad radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

«لَوْ كانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ» [سنن الترمذي: صحيح]

"Seandainya dunia ini di sisi Allah seharga dengan sayap nyamuk, maka Allah tidak akan memberi kepada orang kafir sedikitpun dari kenikmatan dunia sekalipun hanya seteguk air". [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Lihat: Dunia yang terlaknat

B.     Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Imam Bukhari rahimahullah berkata:

6502 - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ كَرَامَةَ، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ، حَدَّثَنِي شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ، عَنْ عَطَاءٍ [بن يسار]، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: " إِنَّ اللَّهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ، وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ المُؤْمِنِ، يَكْرَهُ المَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ "

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin 'Utsman bin Karamah, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal, ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Syarik bin Abdullah bin Abi Namir, dari 'Atho` [bin Yasar], dari Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah bersabda, "Allah berfirman, 'Siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan, jika hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah, maka Aku mencintai dia, jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah (yang akan melindungi) pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk mengerjakan sesuatu, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-Ku, pasti Ku-lindungi. Dan aku tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang Aku menjadi pelakunya sendiri sebagaimana keragu-raguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia (khawatir) terhadap kematian itu, dan Aku sendiri khawatir ia merasakan kepedihan sakitnya.'"

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Syarah Arba'in hadits (38) Abu Hurairah; Sifat wali Allah

Diriwayatkan juga dari Sahabat lain, diantaranya:

a.       Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah bersabda:

" قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: مَنْ أَذَلَّ لِي وَلِيًّا، فَقَدْ اسْتَحَلَّ مُحَارَبَتِي، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِمِثْلِ أَدَاءِ الْفَرَائِضِ، وَمَا يَزَالُ الْعَبْدُ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، إِنْ سَأَلَنِي أَعْطَيْتُهُ، وَإِنْ دَعَانِي أَجَبْتُهُ، مَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ وَفَاتِهِ، لِأَنَّهُ يَكْرَهُ الْمَوْتَ، وَأَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ " [مسند أحمد: صحيح لغيره]

"Allah 'Azza wa Jalla berfirman: Barang siapa yang menghinakan wali-Ku maka ia telah mengumumkan perang kepada-Ku, dan tidaklah hamba-Ku mampu mendekatkan diri kepada-Ku sepadan saat ia melaksanakan kewajiban-kewajibannya, dan seorang hamba senantiasa mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan melakukan amalan sunnah hingga Aku mencintainya, jika ia meminta-Ku maka akan Aku beri, jika ia memanggil-Ku maka Aku akan menjawabnya. Dan tidaklah Aku ragu terhadap sesuatu yang mesti Aku lakukan seperti keraguan-Ku akan kematiannya (dengan mencabut nyawanya) karena ia tidak menyukai kematian, adapun Aku tidak ingin menyakitinya. " [Musnad Ahmad: Shahih ligairih]

b.      Hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda:

«إِنَّ مَنْ عَادَى لِلَّهِ وَلِيًّا، فَقَدْ بَارَزَ اللَّهَ بِالْمُحَارَبَةِ» [سنن ابن ماجه: حسن لغيره]

“Sesungguhnya orang yang memusuhi wali Allah, maka dia telah menentang bertarung dengan Allah”. [Sunan Ibnu Majah: Hasan ligairih]

c.       Hadits Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi , dari Jibril, dari Allah ta’aalaa berfirman:

«مَنْ أَهَانَ لِي وَلِيًّا، فَقَدْ بَارَزَنِي بِالْمُحَارَبَةِ» [المعجم الأوسط للطبراني]

“Siapa yang menghinakan waliKu, maka ia telah menantangku berperang”. [Al-Mu’jam Al-Ausath karya Ath-Thabaraniy]

d.      Hadits Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi , beliau bersabda:

«مَنْ أَهَانَ لِي وَلِيًّا فَقَدْ بَارَزَنِي بِالْعَدَاوَةِ، ابْنَ آدَمَ لَنْ تُدْرِكَ مَا عِنْدِي إِلَّا بِأَدَاءِ مَا افْتَرَضْتُ عَلَيْكَ، وَلَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَحَبَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَأَكُونَ قَلْبَهُ الَّذِي يَعْقِلُ بِهِ، وَلِسَانَهُ الَّذِي يَنْطِقُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، فَإِذَا دَعَانِي أَجَبْتُهُ، وَإِذَا سَأَلَنِي أَعْطَيْتُهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَرَنِي نَصَرْتُهُ، وَأَحَبُّ عِبَادَةِ عَبْدِي إِلَيَّ النَّصِيحَةُ» [المعجم الكبير للطبراني]

“Siapa yang menghinakan waliKu maka ia telah menantangku untuk bermusuhan, wahai anak cucu Adam, engkau tidak akan mendapati karuniahKu kecuali dengan menunaikan apa yang Aku wajibkan pada kalian, dan senantiasa hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah sampai Aku mencintainya, sehingga Aku menjadi hatinya yang berpikir, lisannya yang berbicara, pandangannya yang melihat, dan jika ia berdo’a kepadaKu maka Aku emngabulkannya, dan jika meminta kepadaKu maka Aku mengabulkannya, dan jika meminta pertolonganKu maka Aku menolongnya, dan ibadah yang paling Aku cintai dari hambaKu adalah kebaktian”. [Al-Mu’jam Al-Kabir karya Ath-Thabaraniy]

Ada beberapa komentar ulama tentang hubungan hadits ini dengan pembahasan tawadhu’:

Pertama: Mendekatkan diri kepada Allah mesti didasari dengan sikap tawadhu’.

Kedua: Firman Allah {Aku menjadi pendengarannya}

Ketiga: Firman Allah {Aku ragu}

Keempat: Hendaklah seseorang senantiasa bersikap tawadhu’ kepada siapa pun yang kemungkinan dia adalah wali Allah, karena bersikap sombong kepadanya adalah bentuk menyakiti mereka.

Ada beberapa komentar ulama tentang makna Allah sebagai pendengaran, penglihatan, tangan dan kaki waliNya:

Pertama: Perumpamaan cinta hamba kepada Allah seperti cintanya kepada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya.

Kedua: Semua anggota tubuh itu disibukkan dengan perkara yang dicintai oleh Allah ta’aalaa.

Ketiga: Allah menjadikan anggota tubuh tersebut untuk mendapatkan keinginannya.

Keempat: Allah menjadi penolongnya seperti empat anggota tubuh tersebut.

Kelima: Allah akan menjaga empat anggota tubuh tersebut.

Keenam: Apa yang ia dengar, lihat, pegang dan langkahi adalah tentang Allah dan untuk mengingat Allah ta’aalaa.

Ketujuh: Menunjukkan betapa cepatnya Allah mengabulkan do’a-do’a waliNya.

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ar-Riqaq, bab 36 dan 37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...