Rabu, 19 Februari 2025

Cara kaum musyrikin menghadang da’wah Nabi ﷺ

بسم الله الرحمن الرحيم

‘Aqil bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:

جَاءَتْ قُرَيْشٌ إِلَى أَبِي طَالِبٍ فَقَالُوا: إِنَّ ابْنَ أَخِيكَ يُؤْذِينَا فِي نَادِينَا، وَفِي مَسْجِدِنَا، فَانْهَهُ عَنْ أَذَانَا، فَقَالَ: يَا عَقِيلُ: ائْتِنِي بِمُحَمَّدٍ، فَذَهَبْتُ فَأَتَيْتُهُ بِهِ، فَقَالَ: يَا ابْنَ أَخِي، إِنَّ بَنِي عَمِّكَ يَزْعُمُونَ أَنَّكَ تُؤْذِيهِمْ فِي نَادِيهِمْ، وَفِي مَسْجِدِهِمْ، فَانْتَهِ عَنْ ذَلِكَ قَالَ: فَحَلَّقَ رَسُولُ اللَّهِ بَصَرَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: «أَتَرَوْنَ هَذِهِ الشَّمْسَ؟» قَالُوا: نَعَمْ قَالَ: «مَا أَنَا بِأَقْدَرَ عَلَى أَنْ أَدَعَ لَكُمْ ذَلِكَ عَلَى أَنْ تَسْتَشْعِلُوا لِي مِنْهَا شُعْلَةً». قَالَ: فَقَالَ أَبُو طَالِبٍ: مَا كَذَبَنَا ابْنُ أَخِي، فَارْجِعُوا [مسند أبي يعلى الموصلي: إسناده قوي]

Quraisy datang kepada Abu Thalib dan mereka berkata: Sungguh anak saudaramu telah mengganggu kami di tempat berkumpul kami dan di mesjid kami, maka laranglah ia dari mengganggu kami. Maka Abu Thalib berkata: Wahai ‘Aqil, bawakan kepada Muhammad! Maka aku pergi lalu aku membawa Muhammad kepadanya, dan ia berkata: Wahai anak saudaraku, sesungguhnya pamanmu menganggap bahwa engkau telah menyakiti mereka di tempat perkumpulan mereka dan di mesjid mereka, maka hentikanlah hal itu. ‘Aqil berkata: Maka Rasulullah mengarahkan pandangannya ke langit dan berkata: Apakah kalian melihat matahari ini? Mereka berkata: Iya! Beliau berkata: Aku lebih tidak mampu meninggalkan ususan ini demi kalian dari pada kalian membakar aku dengan panasnya matahari itu! Maka Abu Thalib berkata: Anak saudaraku tidak mendustai kita, maka kembalilah kalian! [Musnad Abi Ya’la Al-Mushiliy: Sanadnya kuat]

Pelajaran yang bisa dipetik dari riwayat ini:

1.      Kaum musyrikin tidak senang dengan da’wah tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad .

Lihat: Usaha kaum Musyrikin menggagalkan hijrah ke Habasyah

2.      Kaum musyrikin meminta kepada Abu Thalib sebagai orang terdekatnya untuk melarang Muhammad dari da’wahnya.

3.      Keteguhan Nabi Muhammad dalam berda’wah.

Lihat: Kisah negosiasi ‘Utbah bin Rabi’ah kepada Nabi ﷺ

4.      Perintah Allah ta’aalaa harus lebih didahulukan dari pada siapapun sekalipun keluarga sendiri.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [التوبة: 24]

Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. [At-Taubah: 24]

5.      Abu Thalib mengetahui kebenaran Nabi Muhammad , tapi pengetahuannya tidak mampu mengantarkan ia memeluk Islam.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَلَوْ أَنَّنَا نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلًا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ} [الأنعام: 111]

Kalau sekiranya kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka (menjadi saksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah), niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (bodoh). [Al-An'aam:111]

Lihat: Kisah wafatnya Abu Thalib

6.      Hidayah hanya milik Allah semata.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [القصص: 56]

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk (taufiq) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. [Al-Qashash: 56]

7.       Setelah melalui cara perantara Abi Thalib, kaum musyrikin menempuh cara lain untuk menghalangi da’wah Nabi .

Diantaranya:

1)      Olok-olokan dan hinaan.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَقَالُوا يَا أَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ} [الحجر: 6]

Dan mereka berkata, “Wahai orang yang kepadanya diturunkan Al-Qur'an, sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar orang gila. [Al-Hijr: 6]

{وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ} [ص: 4]

Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata, “Orang ini adalah pesihir yang banyak berdusta.” [Shad: 4-5]

{إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ (29) وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ (30) وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوا فَكِهِينَ (31) وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُّونَ (32) وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ} [المطففين: 29 - 33]

Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka (orang-orang yang beriman) melintas di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya, dan apabila kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria. Dan apabila mereka melihat (orang-orang mukmin), mereka mengatakan, “Sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang sesat,” padahal (orang-orang yang berdosa itu), mereka tidak diutus sebagai penjaga (orang-orang mukmin).  [Al-Mutaffifin: 29-33]

2)      Penggambaran buruk terhadap ajaran Nabi dan menyebarkan syubhat.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا} [الفرقان: 5]

Dan mereka berkata, “(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang.” [Al-Furqan: 5]

{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا} [الفرقان: 4]

Dan orang-orang kafir berkata, “(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain,” Sungguh, mereka telah berbuat zalim dan dusta yang besar. [Al-Furqan: 4]

{وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ} [النحل: 103]

Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya Al-Qur'an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).” Bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa Muhammad belajar) kepadanya adalah bahasa ‘Ajam, padahal ini (Al-Qur'an) adalah dalam bahasa Arab yang jelas. [An-Nahl: 103]

{وَقَالُوا مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا (7) أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا} [الفرقان: 7-8]

Dan mereka berkata, “Mengapa Rasul (Muhammad) ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa malaikat tidak diturunkan kepadanya (agar malaikat) itu memberikan peringatan bersama dia, atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya harta kekayaan atau (mengapa tidak ada) kebun baginya, sehingga dia dapat makan dari (hasil)nya?” Dan orang-orang zalim itu berkata, “Kamu hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir.” [Al-Furqan: 7-8]

Ø  Jundub bin Sufyan radhiallahu'anhu berkata:

«اشْتَكَى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَلَمْ يَقُمْ لَيْلَتَيْنِ - أَوْ ثَلاَثًا -»، فَجَاءَتْ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ شَيْطَانُكَ قَدْ تَرَكَكَ، لَمْ أَرَهُ قَرِبَكَ مُنْذُ لَيْلَتَيْنِ - أَوْ ثَلاَثَةٍ - فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى، مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى} [الضحى: 1-3] [صحيح البخاري ومسلم]

Rasulullah menderita sakit hingga beliau tidak bisa bangun selama dua malam atau tiga. Lalu datanglah seorang wanita seraya berkata, "Wahai Muhammad, aku benar-benar mengharap bahwa setanmu telah meninggalkanmu. Sebab, aku tidak lagi melihatnya semenjak dua hari ini atau tiga hari." Maka Allah 'Azza wa Jalla menurunkan surat: {Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu} [Ad-Duha: 1-3] [Shahih Bukhari dan Muslim]

3)      Membandingkan Al-Qur’an dengan dongen-dongen terdahulu.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{بَلْ قَالُوا مِثْلَ مَا قَالَ الْأَوَّلُونَ (81) قَالُوا أَإِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ (82) لَقَدْ وُعِدْنَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا هَذَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ} [المؤمنون: 81 - 83]

Bahkan mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan apa yang diucapkan oleh orang-orang terdahulu. Mereka berkata, "Apakah betul, apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kami benar-benar akan dibangkitkan kembali? Sungguh, yang demikian ini sudah dijanjikan kepada kami dan kepada nenek moyang kami dahulu, ini hanyalah dongeng orang-orang terdahulu!" [Al-Mu'minun: 81 - 83]

4)      Ingin mencampur-adukkan antara Islam dan Jahiliyah (kesyirikan).

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ} [القلم: 9]

Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak maka mereka bersikap lunak (pula).  [Al-Qalam: 9]

Ø  Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

أَنَّ قُرَيْشًا دَعَتْ رَسُولَ اللَّهِ إِلَى أَنْ يُعْطُوهُ مَالًا فَيَكُونُ أَغْنَى رَجُلٍ بِمَكَّةَ وَيُزَوِّجُونَهُ مَا أَرَادَ مِنَ النِّسَاءِ وَيَطَأُونَ عَقِبَهُ، فَقَالُوا: هَذَا لَكَ عِنْدَنَا يَا مُحَمَّدُ، وَكُفَّ عَنْ شَتْمِ آلِهَتِنَا، وَلَا تَذْكُرْهَا بِشَرٍّ؛ فَإِنْ بَغَضْتَ فَإِنَّا نَعْرِضُ عَلَيْكَ خَصْلَةً وَاحِدَةً، وَلَكَ فِيهَا صَلَاحٌ قَالَ: «وَمَا هِيَ؟» قَالَ: تَعْبُدُ إِلَهَنَا سَنَةً اللَّاتَ وَالْعُزَّى، وَنَعْبُدُ إِلَهِكَ سَنَةً قَالَ: «حَتَّى أَنْظُرَ مَا يَأْتِينِي مِنْ رَبِّي»، فَجَاءَ الْوَحْي مِنْ عِنْدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ: {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ} السُّورَةَ، وَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ (64) وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ (65) بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ} [الزمر: 64-66] [المعجم الصغير للطبراني: حسن لغيره]

Bahwasanya Quraisy mengajak Rasulullah untuk meberinya harta sehingga menjadi orang terkaya di Mekah dan menikahkannya dengan wanita mana saja yang ia mau kemudian menggaulinya setelah itu. Mereka mengatakan: Ini untukmu dari kami wahai Muhamma, dan berhentilah dari mencaci tuhan-tuhan kami dan jangan engkau menyebutnya dengan keburukan. Jika engkau tidak mau maka kami menawarkanmu satu perkara yang menguntungkan untukmu. Beliau berkata: “Apa itu?” Ia berkata: Engkau menyembah tuhan kami setahun Al-Laat dan Al-‘Uzza, dan kami menyembah tuhanmu setahun. Beliau menjawab: Tunggu sampai aku menanti wahyu yang datang kepadaku dari Tuhanku”. Maka datang wahyu dari Allah ‘azza wajalla dari Lauhil Mahfudz: {Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah} Sampai akhir surah. Dan Allah ta’aalaa menurunkan: {Katakanlah (Muhammad), “Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, wahai orang-orang yang bodoh?” Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi. Karena itu, hendaklah Allah saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang bersyukur.”} [Az-Zumar: 64-66] [Al-Mu’jam Ash-Shagir: Hasan ligairih]

Lihat: Tafsir surah Al-Kafirun

8.       Olok-olokan dan hinaan lebih menyakitkan gangguan fisik, karena luka hati lebih berat dan sulit terobati.

'Aisyah radhiyallahu 'anha, istri Nabi bercerita bahwa dia pernah bertanya kepada Nabi :

هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ، قَالَ: " لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ، وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ العَقَبَةِ، إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلاَلٍ، فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ، فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي، فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي، فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي، فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ، فَنَادَانِي فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ، وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ، فَنَادَانِي مَلَكُ الجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، فَقَالَ، ذَلِكَ فِيمَا شِئْتَ، إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمُ الأَخْشَبَيْنِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ، لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا " [صحيح البخاري ومسلم]

"Apakah baginda pernah mengalami peristiwa yang lebih berat dari kejadian perang Uhud?". Beliau menjawab: "Sungguh aku sering mengalami peristiwa dari kaummu. Dan peristiwa yang paling berat yang pernah aku alami dalam menghadapi mereka adalah ketika peristiwa Al-'Aqabah, saat aku menawarkan diriku kepada Ibnu 'Abdi Yalil bin 'Abdu Kulal agar membantuku namun dia tidak mau memenuhi keinginanku hingga akhirnya aku pergi dengan wajah gelisah dan aku tidak menjadi tenang kecuali ketika berada di Qarnu Ats-Tsa'aalib (Qarnu Al-Manazil). Aku mendongakkan kepalaku ternyata aku berada di bawah awan yang memayungiku lalu aku melihat ke arah sana dan ternyata ada malaikat Jibril yang kemudian memanggilku seraya berkata; "Sesungguhnya Allah mendengar ucapan kaummu kepadamu dan apa yang mereka timpakan kepadamu. Dan Allah telah mengirim kepadamu malaikat gunung yang siap diperintah apa saja sesuai kehendakmu". Maka malaikat gunung berseru dan memberi salam kepadaku kemudian berkata; "Wahai Muhammad". Maka dia berkata; "apa yang kamu inginkan katakanlah. Jika kamu kehendaki, aku timpakan kepada mereka dua gunung ini". Maka Nabi bersabda: "Tidak. Bahkan aku berharap Allah akan memunculkan dari anak keturunan mereka orang yang menyembah Allah satu-satunya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". [Shahih Bukhari dan Muslim]

9.       Orang yang kehabisan hujjah dalam berargumen biasanya memakai cara keji dengan mengolok-olok, menfitnah, atau menyakiti.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَاإِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا} [مريم: 46]

Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama". [Maryam: 46 - 47]

{قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ} [الشعراء: 29]

Dia (Fir‘aun) berkata, “Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukkan engkau ke dalam penjara.” [Asy-Syu'ara': 29]

10.   Bagaimana menghadapi hinaan dan celaan dalam berda’wah.

Pertama: Hinaan dan celaan sudah menjadi keharusan bagi jalan da’wah para Nabi dan pengikutnya.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَكَمْ أَرْسَلْنَا مِنْ نَبِيٍّ فِي الْأَوَّلِينَ (6) وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ } [الزخرف: 6، 7]

Dan betapa banyak nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. Dan setiap kali seorang nabi datang kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya. [Az-Zukhruf: 6-7]

Kedua: Hadapi dengan kesabaran.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{اصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُودَ ذَا الْأَيْدِ إِنَّهُ أَوَّابٌ} [ص: 17]

Bersabarlah atas apa yang mereka katakan; dan ingatlah akan hamba Kami Dawud yang mempunyai kekuatan; sungguh dia sangat taat (kepada Allah). [Shad: 17]

Ketiga: Memperbanyak ibadah.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا وَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ لَعَلَّكَ تَرْضَى} [طه: 130]

Maka sabarlah engkau (Muhammad) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam; dan bertasbihlah (pula) pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari, agar engkau merasa tenang. [Thaha: 130]

{فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ (39) وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ } [ق: 39، 40]

Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada malam hari dan setiap selesai salat.  [Qaf: 39-40]

Keempat: Menjauhi mereka.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا} [المزمل: 10]

Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik. [Al-Muzzammil: 10]

Kelima: Meyakini bahwa kita tidak sendiri, akan tetapi ada Allah yang akan memberi balasan kepada mereka.

{الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [التوبة: 79]

(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. [At-Taubah: 79]

Lihat: Bersabar di jalan da’wah

Wallahu a’lam!

Referensi:

الرحيق المختوم تأيف الشيخ صفي الرحمن المباركفوري

فقه السيرة تأليف: زيد بن عبد الكريم الزيد

Lihat juga: Sebab kokohnya sahabat Nabi ﷺ di Mekkah mempertahankan keislamannya - Sahabat yang pertama masuk Islam - Diangkatnya Nabi Muhammad menjadi Rasul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...