بسم الله الرحمن الرحيم
‘Aqil bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata:
جَاءَتْ قُرَيْشٌ
إِلَى أَبِي طَالِبٍ فَقَالُوا: إِنَّ ابْنَ أَخِيكَ يُؤْذِينَا فِي نَادِينَا،
وَفِي مَسْجِدِنَا، فَانْهَهُ عَنْ أَذَانَا، فَقَالَ: يَا عَقِيلُ: ائْتِنِي
بِمُحَمَّدٍ، فَذَهَبْتُ فَأَتَيْتُهُ بِهِ، فَقَالَ: يَا ابْنَ أَخِي، إِنَّ
بَنِي عَمِّكَ يَزْعُمُونَ أَنَّكَ تُؤْذِيهِمْ فِي نَادِيهِمْ، وَفِي
مَسْجِدِهِمْ، فَانْتَهِ عَنْ ذَلِكَ قَالَ: فَحَلَّقَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ
بَصَرَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: «أَتَرَوْنَ هَذِهِ الشَّمْسَ؟» قَالُوا:
نَعَمْ قَالَ: «مَا أَنَا بِأَقْدَرَ عَلَى أَنْ أَدَعَ لَكُمْ ذَلِكَ عَلَى أَنْ
تَسْتَشْعِلُوا لِي مِنْهَا شُعْلَةً». قَالَ: فَقَالَ أَبُو طَالِبٍ: مَا
كَذَبَنَا ابْنُ أَخِي، فَارْجِعُوا [مسند أبي
يعلى الموصلي: إسناده قوي]
Quraisy datang
kepada Abu Thalib dan mereka berkata: Sungguh anak saudaramu telah mengganggu
kami di tempat berkumpul kami dan di mesjid kami, maka laranglah ia dari
mengganggu kami. Maka Abu Thalib berkata: Wahai ‘Aqil, bawakan kepada Muhammad!
Maka aku pergi lalu aku membawa Muhammad kepadanya, dan ia berkata: Wahai anak
saudaraku, sesungguhnya pamanmu menganggap bahwa engkau telah menyakiti mereka
di tempat perkumpulan mereka dan di mesjid mereka, maka hentikanlah hal itu.
‘Aqil berkata: Maka Rasulullah ﷺ mengarahkan
pandangannya ke langit dan berkata: Apakah kalian melihat matahari ini? Mereka
berkata: Iya! Beliau berkata: Aku lebih tidak mampu meninggalkan ususan ini
demi kalian dari pada kalian membakar aku dengan panasnya matahari itu! Maka
Abu Thalib berkata: Anak saudaraku tidak mendustai kita, maka kembalilah
kalian! [Musnad Abi Ya’la Al-Mushiliy: Sanadnya kuat]
Pelajaran
yang bisa dipetik dari riwayat ini:
1. Kaum
musyrikin tidak senang dengan da’wah tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Lihat: Usaha kaum Musyrikin menggagalkan hijrah ke Habasyah
2. Kaum
musyrikin meminta kepada Abu Thalib sebagai orang terdekatnya untuk melarang
Muhammad ﷺ dari da’wahnya.
3. Keteguhan
Nabi Muhammad ﷺ dalam berda’wah.
Lihat: Kisah negosiasi ‘Utbah bin Rabi’ah kepada Nabi ﷺ
4. Perintah
Allah ta’aalaa harus lebih didahulukan dari pada siapapun sekalipun
keluarga sendiri.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ
وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ
تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ
بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [التوبة:
24]
Katakanlah: "jika bapa-bapa,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik. [At-Taubah: 24]
5. Abu
Thalib mengetahui kebenaran Nabi Muhammad ﷺ, tapi pengetahuannya tidak mampu mengantarkan ia memeluk Islam.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَوْ أَنَّنَا نَزَّلْنَا إِلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ
قُبُلًا مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَلَكِنَّ
أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ} [الأنعام: 111]
Kalau sekiranya kami turunkan malaikat
kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan kami
kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka (menjadi saksi bahwa Muhammad
adalah Rasulullah), niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika
Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (bodoh).
[Al-An'aam:111]
Lihat: Kisah wafatnya Abu Thalib
6. Hidayah
hanya milik Allah semata.
Allah subhanahu wata'ala berfirman:
{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن
يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [القصص: 56]
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk (taufiq) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk. [Al-Qashash: 56]
7.
Setelah melalui cara
perantara Abi Thalib, kaum musyrikin menempuh cara lain untuk menghalangi
da’wah Nabi ﷺ.
Diantaranya:
1) Olok-olokan dan hinaan.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَقَالُوا يَا أَيُّهَا
الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ} [الحجر: 6]
Dan mereka berkata,
“Wahai orang yang kepadanya diturunkan Al-Qur'an, sesungguhnya engkau
(Muhammad) benar-benar orang gila. [Al-Hijr:
6]
{وَعَجِبُوا أَنْ
جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ} [ص: 4]
Dan mereka heran
karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan
mereka; dan orang-orang kafir berkata, “Orang ini adalah pesihir yang banyak
berdusta.” [Shad: 4-5]
{إِنَّ الَّذِينَ
أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ (29) وَإِذَا مَرُّوا
بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ (30) وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوا
فَكِهِينَ (31) وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُّونَ (32)
وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ} [المطففين:
29 - 33]
Sesungguhnya
orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulu menertawakan orang-orang
yang beriman. Dan apabila mereka (orang-orang yang beriman) melintas di hadapan
mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya, dan apabila kembali kepada
kaumnya, mereka kembali dengan gembira ria. Dan apabila mereka melihat
(orang-orang mukmin), mereka mengatakan, “Sesungguhnya mereka benar-benar
orang-orang sesat,” padahal (orang-orang yang berdosa itu), mereka tidak diutus
sebagai penjaga (orang-orang mukmin). [Al-Mutaffifin: 29-33]
2) Penggambaran buruk terhadap ajaran Nabi ﷺ dan menyebarkan syubhat.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَقَالُوا أَسَاطِيرُ
الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا} [الفرقان: 5]
Dan mereka berkata,
“(Itu hanya) dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, yang diminta agar
dituliskan, lalu dibacakanlah dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang.” [Al-Furqan: 5]
{وَقَالَ الَّذِينَ
كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ
آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا} [الفرقان:
4]
Dan orang-orang
kafir berkata, “(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang
diada-adakan oleh dia (Muhammad), dibantu oleh orang-orang lain,” Sungguh,
mereka telah berbuat zalim dan dusta yang besar. [Al-Furqan: 4]
{وَلَقَدْ نَعْلَمُ
أَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ لِسَانُ الَّذِي يُلْحِدُونَ
إِلَيْهِ أَعْجَمِيٌّ وَهَذَا لِسَانٌ عَرَبِيٌّ مُبِينٌ} [النحل: 103]
Dan sesungguhnya
Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya Al-Qur'an itu hanya
diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).” Bahasa orang yang mereka
tuduhkan (bahwa Muhammad belajar) kepadanya adalah bahasa ‘Ajam, padahal ini
(Al-Qur'an) adalah dalam bahasa Arab yang jelas. [An-Nahl: 103]
{وَقَالُوا مَالِ هَذَا
الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ لَوْلَا أُنْزِلَ
إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا (7) أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ
تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ
إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا} [الفرقان: 7-8]
Dan mereka berkata,
“Mengapa Rasul (Muhammad) ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?
Mengapa malaikat tidak diturunkan kepadanya (agar malaikat) itu memberikan
peringatan bersama dia, atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya harta
kekayaan atau (mengapa tidak ada) kebun baginya, sehingga dia dapat makan dari
(hasil)nya?” Dan orang-orang zalim itu berkata, “Kamu hanyalah mengikuti seorang
laki-laki yang kena sihir.” [Al-Furqan: 7-8]
Ø Jundub bin Sufyan radhiallahu'anhu berkata:
«اشْتَكَى
رَسُولُ اللَّهِ ﷺ فَلَمْ يَقُمْ لَيْلَتَيْنِ - أَوْ ثَلاَثًا -»، فَجَاءَتْ
امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ شَيْطَانُكَ
قَدْ تَرَكَكَ، لَمْ أَرَهُ قَرِبَكَ مُنْذُ لَيْلَتَيْنِ - أَوْ ثَلاَثَةٍ -
فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {وَالضُّحَى وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى، مَا
وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَى} [الضحى: 1-3]
[صحيح البخاري ومسلم]
Rasulullah ﷺ menderita sakit hingga beliau tidak bisa
bangun selama dua malam atau tiga. Lalu datanglah seorang wanita seraya
berkata, "Wahai Muhammad, aku benar-benar mengharap bahwa setanmu telah
meninggalkanmu. Sebab, aku tidak lagi melihatnya semenjak dua hari ini atau
tiga hari." Maka Allah 'Azza wa Jalla menurunkan surat: {Demi
waktu duha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila telah
sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu}
[Ad-Duha: 1-3] [Shahih Bukhari dan Muslim]
3) Membandingkan Al-Qur’an dengan dongen-dongen terdahulu.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{بَلْ قَالُوا مِثْلَ مَا قَالَ الْأَوَّلُونَ (81) قَالُوا أَإِذَا
مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَإِنَّا لَمَبْعُوثُونَ (82) لَقَدْ
وُعِدْنَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا هَذَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ
الْأَوَّلِينَ} [المؤمنون: 81 - 83]
Bahkan mereka mengucapkan perkataan yang
serupa dengan apa yang diucapkan oleh orang-orang terdahulu. Mereka berkata,
"Apakah betul, apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang
belulang, kami benar-benar akan dibangkitkan kembali? Sungguh, yang demikian
ini sudah dijanjikan kepada kami dan kepada nenek moyang kami dahulu, ini
hanyalah dongeng orang-orang terdahulu!" [Al-Mu'minun: 81 - 83]
4) Ingin mencampur-adukkan antara Islam dan Jahiliyah (kesyirikan).
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ
فَيُدْهِنُونَ} [القلم: 9]
Mereka menginginkan
agar engkau bersikap lunak maka mereka bersikap lunak (pula). [Al-Qalam: 9]
Ø Dari Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma:
أَنَّ
قُرَيْشًا دَعَتْ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ إِلَى أَنْ
يُعْطُوهُ مَالًا فَيَكُونُ أَغْنَى رَجُلٍ بِمَكَّةَ وَيُزَوِّجُونَهُ مَا
أَرَادَ مِنَ النِّسَاءِ وَيَطَأُونَ عَقِبَهُ، فَقَالُوا: هَذَا لَكَ عِنْدَنَا
يَا مُحَمَّدُ، وَكُفَّ عَنْ شَتْمِ آلِهَتِنَا، وَلَا تَذْكُرْهَا بِشَرٍّ؛
فَإِنْ بَغَضْتَ فَإِنَّا نَعْرِضُ عَلَيْكَ خَصْلَةً وَاحِدَةً، وَلَكَ فِيهَا
صَلَاحٌ قَالَ: «وَمَا هِيَ؟» قَالَ: تَعْبُدُ إِلَهَنَا سَنَةً اللَّاتَ
وَالْعُزَّى، وَنَعْبُدُ إِلَهِكَ سَنَةً قَالَ: «حَتَّى أَنْظُرَ مَا يَأْتِينِي
مِنْ رَبِّي»، فَجَاءَ الْوَحْي مِنْ عِنْدِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنَ اللَّوْحِ
الْمَحْفُوظِ: {قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ}
السُّورَةَ، وَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى: {قُلْ أَفَغَيْرَ اللَّهِ تَأْمُرُونِّي
أَعْبُدُ أَيُّهَا الْجَاهِلُونَ (64) وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ
مِنَ الْخَاسِرِينَ (65) بَلِ اللَّهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ} [الزمر: 64-66] [المعجم الصغير للطبراني: حسن لغيره]
Bahwasanya Quraisy mengajak Rasulullah ﷺ untuk meberinya harta sehingga menjadi orang terkaya di Mekah dan
menikahkannya dengan wanita mana saja yang ia mau kemudian menggaulinya setelah
itu. Mereka mengatakan: Ini untukmu dari kami wahai Muhamma, dan berhentilah
dari mencaci tuhan-tuhan kami dan jangan engkau menyebutnya dengan keburukan. Jika
engkau tidak mau maka kami menawarkanmu satu perkara yang menguntungkan
untukmu. Beliau berkata: “Apa itu?” Ia berkata: Engkau menyembah tuhan kami
setahun Al-Laat dan Al-‘Uzza, dan kami menyembah tuhanmu setahun. Beliau
menjawab: Tunggu sampai aku menanti wahyu yang datang kepadaku dari Tuhanku”.
Maka datang wahyu dari Allah ‘azza wajalla dari Lauhil Mahfudz: {Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah}
Sampai akhir surah. Dan Allah ta’aalaa menurunkan: {Katakanlah
(Muhammad), “Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, wahai orang-orang
yang bodoh?” Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu, “Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah
amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi. Karena itu, hendaklah
Allah saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang
bersyukur.”} [Az-Zumar: 64-66] [Al-Mu’jam Ash-Shagir: Hasan ligairih]
Lihat: Tafsir surah Al-Kafirun
8.
Olok-olokan dan hinaan
lebih menyakitkan gangguan fisik, karena luka hati lebih berat dan sulit
terobati.
'Aisyah radhiyallahu 'anha,
istri Nabi ﷺ bercerita bahwa dia pernah bertanya
kepada Nabi ﷺ:
هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ
أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ، قَالَ: " لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا
لَقِيتُ، وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ العَقَبَةِ، إِذْ عَرَضْتُ
نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلاَلٍ، فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى
مَا أَرَدْتُ، فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي، فَلَمْ أَسْتَفِقْ
إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي، فَإِذَا أَنَا
بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي، فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ، فَنَادَانِي
فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ، وَمَا رَدُّوا
عَلَيْكَ، وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا شِئْتَ
فِيهِمْ، فَنَادَانِي مَلَكُ الجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ، ثُمَّ قَالَ: يَا
مُحَمَّدُ، فَقَالَ، ذَلِكَ فِيمَا شِئْتَ، إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمُ
الأَخْشَبَيْنِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ مِنْ
أَصْلاَبِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ، لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا " [صحيح البخاري ومسلم]
"Apakah baginda pernah mengalami
peristiwa yang lebih berat dari kejadian perang Uhud?". Beliau menjawab:
"Sungguh aku sering mengalami peristiwa dari kaummu. Dan peristiwa yang
paling berat yang pernah aku alami dalam menghadapi mereka adalah ketika
peristiwa Al-'Aqabah, saat aku menawarkan diriku kepada Ibnu 'Abdi Yalil bin
'Abdu Kulal agar membantuku namun dia tidak mau memenuhi keinginanku hingga
akhirnya aku pergi dengan wajah gelisah dan aku tidak menjadi tenang kecuali
ketika berada di Qarnu Ats-Tsa'aalib (Qarnu Al-Manazil). Aku mendongakkan
kepalaku ternyata aku berada di bawah awan yang memayungiku lalu aku melihat ke
arah sana dan ternyata ada malaikat Jibril yang kemudian memanggilku seraya
berkata; "Sesungguhnya Allah mendengar ucapan kaummu kepadamu dan apa yang
mereka timpakan kepadamu. Dan Allah telah mengirim kepadamu malaikat gunung
yang siap diperintah apa saja sesuai kehendakmu". Maka malaikat gunung berseru dan memberi salam kepadaku
kemudian berkata; "Wahai Muhammad". Maka dia berkata; "apa yang
kamu inginkan katakanlah. Jika kamu kehendaki, aku timpakan kepada mereka dua
gunung ini". Maka Nabi ﷺ bersabda: "Tidak. Bahkan aku berharap Allah akan
memunculkan dari anak keturunan mereka orang yang menyembah Allah satu-satunya
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun". [Shahih Bukhari dan
Muslim]
9.
Orang yang kehabisan
hujjah dalam berargumen biasanya memakai cara keji dengan mengolok-olok,
menfitnah, atau menyakiti.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَاإِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ
تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا} [مريم: 46]
Berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada
tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan
kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama". [Maryam: 46 -
47]
{قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ
إِلَهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ} [الشعراء:
29]
Dia (Fir‘aun)
berkata, “Sungguh, jika engkau menyembah Tuhan selain aku, pasti aku masukkan
engkau ke dalam penjara.” [Asy-Syu'ara': 29]
10.
Bagaimana menghadapi
hinaan dan celaan dalam berda’wah.
Pertama: Hinaan dan celaan sudah menjadi keharusan bagi jalan da’wah para Nabi
dan pengikutnya.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَكَمْ
أَرْسَلْنَا مِنْ نَبِيٍّ فِي الْأَوَّلِينَ (6) وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ نَبِيٍّ
إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ } [الزخرف: 6،
7]
Dan betapa banyak
nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu. Dan setiap kali
seorang nabi datang kepada mereka, mereka selalu memperolok-olokkannya. [Az-Zukhruf: 6-7]
Kedua: Hadapi dengan kesabaran.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{اصْبِرْ
عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُودَ ذَا الْأَيْدِ إِنَّهُ
أَوَّابٌ} [ص: 17]
Bersabarlah atas
apa yang mereka katakan; dan ingatlah akan hamba Kami Dawud yang mempunyai
kekuatan; sungguh dia sangat taat (kepada Allah). [Shad: 17]
Ketiga: Memperbanyak ibadah.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَاصْبِرْ
عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ
وَقَبْلَ غُرُوبِهَا وَمِنْ آنَاءِ اللَّيْلِ فَسَبِّحْ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ
لَعَلَّكَ تَرْضَى} [طه: 130]
Maka sabarlah
engkau (Muhammad) atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji
Tuhanmu, sebelum matahari terbit, dan sebelum terbenam; dan bertasbihlah (pula)
pada waktu tengah malam dan di ujung siang hari, agar engkau merasa tenang. [Thaha: 130]
{فَاصْبِرْ
عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ
وَقَبْلَ الْغُرُوبِ (39) وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ } [ق: 39، 40]
Maka bersabarlah
engkau (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenam. Dan bertasbihlah
kepada-Nya pada malam hari dan setiap selesai salat. [Qaf: 39-40]
Keempat: Menjauhi mereka.
Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَاصْبِرْ
عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا} [المزمل: 10]
Dan bersabarlah
(Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan
cara yang baik. [Al-Muzzammil: 10]
Kelima: Meyakini bahwa kita tidak sendiri, akan tetapi ada Allah yang akan
memberi balasan kepada mereka.
{الَّذِينَ
يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ
لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ
وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [التوبة:
79]
(Orang-orang munafik itu)
yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan
sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan)
selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka.
Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. [At-Taubah: 79]
Lihat: Bersabar di jalan da’wah
Wallahu a’lam!
Referensi:
الرحيق المختوم تأيف الشيخ صفي الرحمن
المباركفوري
فقه السيرة تأليف: زيد بن عبد الكريم الزيد
Lihat juga: Sebab kokohnya sahabat Nabi ﷺ di Mekkah mempertahankan keislamannya - Sahabat yang pertama masuk Islam - Diangkatnya Nabi Muhammad menjadi Rasul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...