Minggu, 23 Februari 2025

Kitab I’tisham, bab (09), (10) dan (11)

بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Bab 09.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ تَعْلِيمِ النَّبِيِّ أُمَّتَهُ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ، لَيْسَ بِرَأْيٍ وَلاَ تَمْثِيلٍ

“Bab: Nabi mengajari umatnya baik dari kalangan laki-laki maupun wanita apa yang Allah ajarkan kepadanya, bukan dengan pendapat atau perumpamaan”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa mengajarkan ilmu harus berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah bukan hanya dengan logika semata.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7310 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ [الوضّاح بن عبد الله اليشكري]، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الأَصْبَهَانِيِّ، عَنْ أَبِي صَالِحٍ ذَكْوَانَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ: جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ، فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللَّهُ، فَقَالَ: «اجْتَمِعْنَ فِي يَوْمِ كَذَا وَكَذَا فِي مَكَانِ كَذَا وَكَذَا»، فَاجْتَمَعْنَ، فَأَتَاهُنَّ رَسُولُ اللَّهِ ، فَعَلَّمَهُنَّ مِمَّا عَلَّمَهُ اللَّهُ، ثُمَّ قَالَ: «مَا مِنْكُنَّ امْرَأَةٌ تُقَدِّمُ بَيْنَ يَدَيْهَا مِنْ وَلَدِهَا ثَلاَثَةً، إِلَّا كَانَ لَهَا حِجَابًا مِنَ النَّارِ»، فَقَالَتِ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَوِ اثْنَيْنِ؟ قَالَ: فَأَعَادَتْهَا مَرَّتَيْنِ، ثُمَّ قَالَ: «وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ وَاثْنَيْنِ»

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah Al-Wadhdhah bin Abdillah Al-Yasykuriy], dari Abdurrahman bin Al-Ashbahaniy, dari Abu Shalih Dzakwan, dari Abu Sa'id, bahwa seorang wanita menemui Rasulullah dan menyampaikan uneg-unegnya, "Wahai Rasulullah, orang laki-laki sudah biasa datang kepadamu dan menimba hadits, maka tolong berilah kami jatah harimu sehingga kami bisa menemuimu dan Anda dapat mengajarkan kepada kami ilmu yang telah Allah ajarkan kepada Anda." Rasul mengiayakan dengan bersabda, "Boleh, berkumpullah kalian pada hari ini dan ini, di tempat si fulan dan fulan, " maka para wanita pun berkumpul dan Rasulullah mengajari mereka ilmu yang telah Allah ajarkan kepada beliau. Kemudian Rasulullah mengatakan kepada para wanita itu, "Tidaklah salah seorang di antara kalian melahirkan tiga anak (yang shalih), kecuali ketiga anak itu akan menjadi penghalang neraka baginya." Maka ada seorang wanita yang bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana kalau hanya dua?" Wanita itu mengulanginya hingga dua kali. Maka Rasulullah menjawab, "Sekalipun hanya dua, sekalipun hanya dua."

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Kitab Ilmu bab 35; Perlukah menetapkan hari khusus untuk mengajarkan ilmu kepada kaum wanita?

B.     Bab 10.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ ﷺ: «لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الحَقِّ يُقَاتِلُونَ» وَهُمْ أَهْلُ العِلْمِ "

“Bab sabda Nabi : “Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang nampak di atas kebanaran mereka senantiasa berjuang”, dan mereka adalah para ulama”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa kelompok yang akan selalu dijaga oleh Allah ta'aalaa adalah orang yang mengamalkan dan menyebarkan ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Dalam kitab “Khalqu Af’alul ‘ibad” imam Bukhari menjelaskan bahwa kelompok ini adalah yang dimaksudkan dalam hadits dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata: Rasulullah bersabda:

" يُجَاءُ بِنُوحٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُقَالُ لَهُ هَلْ بَلَّغْتَ؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ يَا رَبِّ، فَتُسْأَلُ أُمَّتُهُ: هَلْ بَلَّغَكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: مَا جَاءَنَا مِنْ نَذِيرٍ، فَيُقَالُ: مَنْ شُهُودُكَ؟ فَيَقُولُ: مُحَمَّدٌ وَأُمَّتُهُ، فَيُجَاءَ بِكُمْ فَتَشْهَدُونَ، ثُمَّ قَرَأَ النَّبِيُّ ﷺ: {وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا} [البقرة: 143] قَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ: هُمُ الطَّائِفَةُ الَّتِي قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: «لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ» [خلق أفعال العباد للبخاري]

Nabi Nuh didatangkan pada hari kiamat, lalu dikatakan kepadanya: Apakah engkau sudah menyampaikan (risalah yang diembankan kepadamu)? Nuh menjawa: Sudah ya Rabb. Lalu umatnya ditanya: Apakah nabi kalian sudah menyampaikan kepada kalian? Mereka menjawab: Tidak ada pemberi peringatan yang datang kepada kami. Lalu Nuh ditanya: Siapa yang akan bersaksi untukmu? Nuh menjawab: Muhammad dan umatnya. Lalu kalian didatangkan dan bersaksi (bahwa Nuh sudah menyampaikan risalah yang ia emban(. Lalu Nabi menbaca: {Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu} [Al-Baqarah: 143] Abu Abdillah [Al-Bukhariy] berkata: Mereka adalah kelompok yang dikatakan Nabi : “Senantiasa akan ada sekelompok dari umatku yang menang di atas kebenaran, tidak dapat membahayakan mereka orang yang menghina mereka". [Khalqu af’alil ‘ibad karya imam Bukhari]

Imam Bukhari juga meriwayatkan dari gurunya yaitu Ibnu Al-Madiniy bahwa yang dimaksud adalah ahli hadits; Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Tirmidziy rahimahullah, dari Qurrah bin Iyas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda:

«إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشَّامِ فَلَا خَيْرَ فِيكُمْ، لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِينَ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ» قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ: قَالَ عَلِيُّ بْنُ المَدِينِيِّ: "هُمْ أَصْحَابُ الحَدِيثِ"

"Jika penduduk Syam telah rusak maka tidak ada lagi kebaikan pada kalian, senantiasa ada sekelompok dari umatku yang mendapatkan pertolongan, mereka tidak dibahayakan oleh orang-orang yang meninggalkan mereka sampai datangnnya hari kiamat". Muhammad bin Ismail [Al-Bukhariy] berkaa: ‘Ali bin Al-Madiniy berkata: “Mereka adalah ahli hadits”.

Ø  Imam An-Nawawiy ketika menjelaskan yang dimaksud dengan kelompok ini, ia berkata:

قال أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ: إِنْ لَمْ يَكُونُوا أَهْلَ الْحَدِيثِ فَلَا أَدْرِي مَنْ هُمْ، قَالَ الْقَاضِي عِيَاضٌ: إِنَّمَا أَرَادَ أَحْمَدُ أَهْلَ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ وَمَنْ يَعْتَقِدُ مَذْهَبَ أَهْلِ الْحَدِيثِ، قُلْتُ: وَيَحْتَمِلُ أَنَّ هَذِهِ الطَّائِفَةَ مُفَرَّقَةٌ بَيْنَ أَنْوَاعِ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُمْ شُجْعَانٌ مُقَاتِلُونَ وَمِنْهُمْ فُقَهَاءُ وَمِنْهُمْ مُحَدِّثُونَ وَمِنْهُمْ زُهَّادٌ وَآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفَ وَنَاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَمِنْهُمْ أَهْلُ أَنْوَاعٍ أُخْرَى مِنَ الْخَيْرِ وَلَا يَلْزَمُ أَنْ يَكُونُوا مُجْتَمَعِينَ بَلْ قَدْ يَكُونُونَ مُتَفَرِّقِينَ فِي أَقْطَارِ الْأَرْضِ [شرح النووي على مسلم (13/ 67)]

Ahmad bin Hambal berkata: “Jika mereka bukan ahli hadits saya tidak tahu siapa mereka itu”. Al-Qadhi ‘Iyadh berkata: “Yang dimaksud oleh Ahmad adalah Ahlissunah wal Jama’ah dan orang yang berakidah madzhab ahli hadits”. Aku berkata (An-Nawawiy): “Ada kemungkinan bahwasanya kelompok ini tersebar di antara orang beriman, diantara meraka ada pemberani yang berperang, ahli fiqhi, ahli hadits, ahli zuhud, yang memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari keburukan, dan keahlian yang lain dari jenis kebaikan, dan tidak mesti mereka berkumpul, akan tetapi bisa jadi mereka terpencar di berbagai belahan bumi”. [Syarah Shahih Muslim]

Imam Bukhari meriwatkan hadits ini dari Al-Mugirah bin Syu’bah dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhum.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7311 - حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى [العبسي]، عَنْ إِسْمَاعِيلَ [بن أبي خالد]، عَنْ قَيْسٍ [بن أبي حازم]، عَنِ المُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: «لاَ يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ، حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ»

Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Musa [Al-‘Absiy], dari Ismail [bin Abi Khalid], dari Qais [bin Abi Hazim], dari Mughirah bin Syu'bah dari Nabi , beliau bersabda, "Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tegar di jalan kebenaran hingga keputusan Allah datang kepada mereka, dan mereka selalu tegar dalam jalan kebenaran."

7312 - حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ [بن أبي أويس]، حَدَّثَنَا [عبد الله] ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ يُونُسَ [بن يزيد]، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، أَخْبَرَنِي حُمَيْدٌ [بن عبد الرحمن بن عوف]، قَالَ: سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ يَخْطُبُ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: " مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَيُعْطِي اللَّهُ، وَلَنْ يَزَالَ أَمْرُ هَذِهِ الأُمَّةِ مُسْتَقِيمًا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ، أَوْ: حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ "

Telah menceritakan kepada kami Ismail [bin Abi Uwais], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah] Ibn Wahb, dari Yunus [bin Yazid], dari Ibn Syihab, telah mengabarkan kepadaku Humaid [bin Abdirrahman bin ‘Auf] berkata, Aku mendengar Mu'awiyah bin Abu Sufyan berpidato dengan berkata, "Aku mendengar Nabi bersabda, "Barang siapa yang Allah kehendaki menjadi baik, maka Allah menjadikannya pandai terhadap urusan agamanya, sesungguhnya aku membagi sedang Allah Sang pemberi, dan keadaan umat ini akan terus senantiasa lurus hingga kiamat tiba, atau dengan redaksi, 'hingga keputusan Allah tiba."

Nb: Hadits ini sudah dijelaskan pada Kitab Ilmu bab 13; “Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadapagama”

C.      Bab 11.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ فِي قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: {أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا} [الأنعام: 65]

Bab tentang firman Allah ta’aalaa {Atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan)} [Al-An’am: 65]

Dalam bab ini imam Bukhari menjeskan bahwa ketika umat Islam tidak berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah maka mereka akan ditimpa musibah perpecahan dan perselisihan.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

7313 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ [ابن المديني]، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عيينة]، قَالَ عَمْرٌو [بن دينار المكي]: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، يَقُولُ: لَمَّا نَزَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ: {قُلْ هُوَ القَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ} [الأنعام: 65]، قَالَ: «أَعُوذُ بِوَجْهِكَ»، {أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ} [الأنعام: 65] قَالَ: «أَعُوذُ بِوَجْهِكَ»، فَلَمَّا نَزَلَتْ: {أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ} [الأنعام: 65] قَالَ: «هَاتَانِ أَهْوَنُ، - أَوْ أَيْسَرُ -»

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah [Ibnu Al-Madiniy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [bin 'Uyainan], ia berkata: 'Amru [bin Dinar Al-Makkiy] berkata, "Aku mendengar Jabir bin Abdullah radhiallahu'anhuma berkata, "Ketika diturunkan kepada Rasulullah ayat: '(Katakanlah, Dialah Allah yang mampu mengutus siksa kepada kalian dari atas kamu) ' (QS. Al-An'aam: 65), maka Rasulullah berdoa: 'Aku berlindung dengan wajah-Mu, '(Atau dari bawah kakimu)', Nabi berdoa, "Aku berlindung dengan wajah-Mu", maka dikala diturunkan: '(atau menjadikan kalian berkelompok-kelompok dan menjadikan sebagian di antara kalian merasakan keganasan sebagian yang lain)', maka Rasulullah bersabda, "Perpecahan dan keganasan konflik ini lebih ringan, atau beliau katakan 'lebih mudah."

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Penetapan sifat “wajah” bagi Allah subhanahu wata’aalaa.

Allah subhanahu wa ta'aalaa berfirman:

{كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (26) وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ} [الرحمن: 26 - 27]

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah (Dzat) Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. [Ar-Rahman: 26 - 27]

3.      Hanya Allah 'azza wajalla yang mampu menurunkan azab dan mengangkatnya.

4.      Tidak meminta kepada Allah 'azza wajalla dengan menyebut wajahNya kecuali untuk urusan akhirat.

Dari 'Atha' rahimahullah;

«أَنَّهُ كَرِهَ أَنْ يَسْأَلَ بِوَجْهِ اللَّهِ، أَوْ بِالْقُرْآنِ شَيْئًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا» [مصنف ابن أبي شيبة: إسناده صحيح]

"Bahwasanya ia memakruhkan meminta dengan wajah Allah atau dengan Al-Qur'an pada perkara dunia". [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: Sanadnya shahih]

Ø  Imam Ahmad rahimahullah berkata:

" فَيَنْبَغِي لِلسَّائِلِ أَنْ يُعَظِّمَ أَسْمَاءَ اللهِ تَعَالَى وَلَا يَسْأَلُ بِشَيْءٍ مِنْهَا مِنْ عَرَضِ الدُّنْيَا شَيْئًا، وَيَنْبَغِي لِلْمَسْئُولِ إِذَا سُئِلَ بِاللهِ تَعَالَى أَنْ لَا يَمْنَعَ مَا اسْتَطَاعَ فَقَدْ " [شعب الإيمان للبيهقي]

"Maka mesti bagi yang meminta untuk mengagungkan nama-nama Allah ta'aalaa dan tidak meminta sesuatu dengannya dari kenikmatan dunia, dan mesti bagi yang dimintai jika dimintai dengan nama Allah ta'aalaa untuk tidak menolak pada apa yang ia mampu saja". [Syu'abul Iman karya Al-Baihaqiy]

Lihat: Syarah KitabTauhid bab (56); Tidak meminta dengan menyebut wajah Allah kecuali surga

5.      Bahaya perselisihan.

Lihat: Bahaya perselisihan dan perpecahan

6.      Perselisihan dan perpecahan pada umat Islam pasti terjadi.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ (118) إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ وَلِذَلِكَ خَلَقَهُمْ} [هود: 118، 119]

Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. [Huud: 118-119]

Ø  Sa'ad bin Abi Waqash radhiyallahu 'anhu berkata: Pada suatu hari, Rasulullah pulang dari tempat tinggi hingga saat beliau melintasi masjid Bani Mu'awiyah, beliau masuk lalu shalat dua rakaat, kami shalat bersama beliau. Beliau berdoa lama sekali kepada Rabbnya, setelah itu beliau menemui kami, Nabi bersabda:

" سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا، فَأَعْطَانِي ثِنْتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً، سَأَلْتُ رَبِّي: أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ فَأَعْطَانِيهَا، وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرَقِ فَأَعْطَانِيهَا، وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيهَا " [صحيح مسلم]

“Aku meminta tiga (hal) pada Rabbku, Ia mengabulkan dua (hal) dan menolakku satu (hal). Aku meminta Rabbku agar tidak membinasakan ummatku dengan kekeringan, Ia mengabulkannya untukku, aku meminta-Nya agar tidak membinasakan ummatku dengan banjir, Ia mengabulkannya untukku dan aku meminta-Nya agar tidak membuat penyerangan diantara sesama mereka lalu Ia menolaknya." [Sahih Muslim]

Ø  Tsauban radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

" إِنَّ اللهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ، فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا، وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا، وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ، وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ، وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ، فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ، وَإِنَّ رَبِّي قَالَ: يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ، وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَنْ لَا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ، وَأَنْ لَا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ، يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ، وَلَوِ اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا - أَوْ قَالَ مَنْ بَيْنَ أَقْطَارِهَا - حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا، وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا " [صحيح مسلم]

"Sesungguhnya Allah menghimpun bumi untukku, lalu aku melihat timur dan baratnya dan sesungguhnya kekuasaan ummatku akan mencapai yang dihimpunkan untukku, aku diberi dua harta simpanan; Merah dan putih, dan sesungguhnya aku meminta Rabbku untuk ummatku agar tidak dibinasakan oleh kekeringan menyeluruh, agar Ia tidak memberi kuasa musuh untuk menguasai mereka selain diri mereka sendiri lalu menyerang perkumpulan mereka, dan sesungguhnya Rabbku berfirman: 'Hai Muhammad, sesungguhnya Aku bila menentukan takdir tidak bisa dirubah, sesungguhnya Aku memberikan untuk umatmu agar tidak dibinasakan oleh kekeringan menyeluruh, Aku tidak memberi kuasa musuh untuk menyerang mereka selain diri mereka sendiri lalu mereka menyerang perkumpulan mereka meski mereka dikepung dari segala penjurunya hingga sebagaian dari mereka membinasakan sebagaian lainnya dan saling menawan satu sama lain." [Sahih Muslim]

Ø  Anas bin Malik radhiallahu'anhu berkata:

رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ فِي سَفَرٍ صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِ رَكَعَاتٍ، فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ: " إِنِّي صَلَّيْتُ صَلَاةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ، سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا، فَأَعْطَانِي ثِنْتَيْنِ، وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً: سَأَلْتُ أَنْ لَا يَبْتَلِيَ أُمَّتِي بِالسِّنِينَ، فَفَعَلَ. وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ، فَفَعَلَ، وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يَلْبِسَهُمْ شِيَعًا، فَأَبَى عَلَيَّ " [مسند أحمد: صحيح لغيره]

Dalam sebuah perjalanan saya melihat Rasulullah melakukan shalat sunat Dhuha sebanyak delapan rakaat, tatkala sudah selesai nabi berkata, aku shalat antara berharap dan cemas, aku meminta pada Rabb-ku 'Azza wa Jalla tiga hal, Dia mengabulkan dua permintaan dan menolak ketiganya, aku meminta agar umat tidak ditimpa dengan bencana menahun dan tidak dikuasai musuh, dan Allah mengabulkannya, lalu aku meminta untuk tidak terjadi perpecahan di kalangan umatku, dan Allah menolaknya. [Musnad Ahmad: Shahih ligairih]

7.      Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman salaf agar terhindar dari perselisihan dan perpecahan.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء: 59]

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa':59]

Ø  Al-'Irbadh bin Sariyah radhiyallahu 'anhu berkata:

صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ذَاتَ يَوْمٍ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا؟ فَقَالَ «أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ» [سنن أبي داود: صحيح]

Suatu hari Rasulullah shalat bersama kami, kemudian ia memalingkan wajahnya kepada kami dan menasehati kami dengan nasehat yang sangat mengena, air mata menetes dan hati bergetar mendengarnya. Kemudian seseorang bertanya: Ya Rasulullah, sepertinya ini adalah nasehat perpisahan, maka apa yang engkau wasiatkan kepada kami? Rasululah bersabda: "Aku wasiatkan kepada kalian untuk selalu bertakwa kepada Allah serta patuh dan taat (kepada pemerintah) sekalipun ia seorang hamba dari kaum Habasyiy, karena sesungguhnya siapa yang hidup dari kalian setelah aku meninggal maka ia akan menyaksikan perselisihan yang besar, maka hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah khalifah-khalifah yang mendapat hidayah dan petunjuk, berpegang teguhlah dengannya, gigitlah dengan gigi graham kalian (amalkan dengan kuat), dan jauhilah urusan yang baru, karena sesungguhnya semua yang baru dalam agama itu adalah bid'ah, dan semua bid'ah itu adalah kesesatan". [Sunan Abi Daud: Shahih]

Lihat: Bersatu di atas pondasi Tauhid dan As-Sunnah

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab I’tisham, bab (08): Ketika Nabi ﷺ ditanya tentang perkara yang belum turun wahyu maka beliau menjawab “Saya tidak tahu”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...