Kamis, 27 Februari 2025

Ramadhan orang shalih terdahulu

بسم الله الرحمن الرحيم

Siapakah orang shalih terdahulu?

Mereka adalah para Sahabat Nabi dan orang-orang yang meneladaninya, atau yang biasa disebut “salafushalih”. Imran bin Husain radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah bersabda:

«خَيْرُ أُمَّتِيْ قَرْنِيْ، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ» قال عمران: فَلاَ أَدْرِيْ أَذَكَرَ بَعْدَ قَرْنَهُ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثاً؟ [صحيح البخاري ومسلم]

Sebaik-baik umatku adalah mereka yang hidup pada masaku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya lagi".

Imran berkata: "Aku tidak ingat lagi apakah Rasulullah menyebutkan generasi setelah masa beliau dua kali atau tiga?"  [Shahih Bukhari dan Muslim]

Keutamaan meneladani orang shalih terdahulu.

Allah subhanahu wata'aalaa berfirman:

{وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ} [التوبة: 100]

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. [At-Taubah:100]

Ø  Abdullah bin Umar radiyallahu 'anhuma berkata:

«مَنْ كَانَ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، أُولَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ كَانُوا خَيْرَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، أَبَّرَهَا قُلُوبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَنَقْلِ دِينِهِ، فَتَشَبَّهُوا بِأَخْلَاقِهِمْ وَطَرَائِقِهِمْ فَهُمْ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ ، كَانُوا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيمِ» [حلية الأولياء]

“Siapa yang mencari tuntunan maka hendaklah ia mengikuti tuntunan mereka yang sudah wafat, mereka itu adalah sahabat Muhammad , mereka adalah generasi tebaik umat ini, hati mereka lebih suci, ilmu mereka lebih dalam, dan tidak suka melampaui batas. Mereka adalah generasi yang Allah pilih untuk menemani nabi-Nya dan menyampaikan agama-Nya, maka hendaklah kalian mencontoh akhlak dan metode mereka (dalam beribadah), mereka adalah sahabat Muhammad , mereka berada di atas petunjuk yang lurus." [Hilyatul Auliyaa']

Lihat: Kewajiban mengikuti cara beragama Sahabat Rasulullah

A.    Puasa orang shalih terdahulu.

Umar radhiyallahu 'anhu berkata:

«لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ وَحْدَهُ، وَلَكِنَّهُ مِنَ الْكَذِبِ، وَالْبَاطِلِ، وَاللَّغْوِ، وَالْحَلِفِ» [مصنف ابن أبي شيبة]

“Bukanlah puasa itu hanya meninggalkan makanan dan minuman saja, tipi juga meninggalkan dusta, kebatilan, lalai, dan sumpah palsu”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

Ø  Jabir radhiyallahu 'anhu berkata:

«إِذَا صُمْتَ فَلْيَصُمْ سَمْعُكَ وَبَصَرُكَ وَلِسَانُكَ عَنِ الْكَذِبِ وَالْمَآثِمِ، وَدَعْ أَذَى الْخَادِمِ وَلْيَكُنْ عَلَيْكَ وَقَارٌ وَسَكِينَةٌ يَوْمَ صِيَامِكَ، وَلَا تَجْعَلْ يَوْمَ فِطْرِكَ وَيَوْمَ صِيَامِكَ سَوَاءً» [مصنف ابن أبي شيبة]

“Jika engkau berpuasa maka puasakan juga pendengaranmu (dari yang haram), pengliatanmu, lisanmu dari dusta dan dosa. Dan jangan menyakiti pelayan, dan hendaklah kamu bersikap wibawa dan tenanga pada hari berpuasamu, dan jangan jadikan hari berbukamu sama seperti hari berpuasamu”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

Ø  Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata:

«إِذَا صُمْتَ فَتَحَفَّظْ مَا اسْتَطَعْتَ» [مصنف ابن أبي شيبة]

“Jika kamu berpuasa, maka jagalah dirimu (dari yang terlarang) semampumu”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

Ø  Abu Al-‘Aliyah Rafi’ bin Mihran (w.90H) rahimahullah berkata:

«الصَّائِمُ فِي عِبَادَةٍ مَا لَمْ يَغْتَبْ أَحَدًا، وَإِنْ كَانَ نَائِمًا عَلَى فِرَاشِهِ» [مصنف عبد الرزاق الصنعاني]

“Orang yang berpuasa dalam keadaan beribadah selama ia tidak menyebutkan keburukan seseorang sekalipun ia sedang tidur di atas kasurnya”. [Mushannaf Abdurrazaq]

Lihat: Hikmah dan Rahasia puasa Ramadhan

B.     Shalat malam orang shalih terdahulu.

Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah bersabda:

«عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ» [سنن الترمذي: حسن]

“Hendaklah kalian mendirikan salat malam, karena itu adalah amalan rutin orang-orang saleh sebelum kalian, amalan untuk mendekatkan diri kepada Rabb kalian, penghapus keburukan, dan mencegah dari perbuatan dosa". [Sunan Tirmidzi: Hasan]

Ø  'Abdurrahman bin 'Abd Al-Qariy -rahimahullah- berkata:

خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى المَسْجِدِ، فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ، يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ، وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ، فَقَالَ عُمَرُ: «إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ، لَكَانَ أَمْثَلَ» ثُمَّ عَزَمَ، فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ، ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى، وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ، قَالَ عُمَرُ: «نِعْمَ البِدْعَةُ هَذِهِ، وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنَ الَّتِي يَقُومُونَ» يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ [صحيح البخاري]

"Aku keluar bersama 'Umar bin Al Khaththab radhiallahu'anhu pada malam Ramadan menuju masjid, ternyata orang-orang shalat berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah, ada yang shalat sendiri dan ada seorang yang shalat diikuti oleh ma'mum yang jumlahnya kurang dari sepuluh orang. Maka 'Umar berkata, "Aku pikir seandainya mereka semuanya shalat berjamaah dengan dipimpin satu orang imam, itu lebih baik". Kemudian Umar memantapkan keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka dalam satu jamaah yang dipimpin oleh Ubbay bin Ka'ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya pada malam yang lain dan ternyata orang-orang shalat dalam satu jamaah dengan dipimpin seorang imam, lalu 'Umar berkata, "Sebaik-baiknya bid'ah adalah ini. Dan mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik daripada yang shalat awal malam, yang ia maksudkan untuk mendirikan shalat di akhir malam, sedangkan orang-orang secara umum melakukan shalat pada awal malam. [Shahih Bukhari]

Ø  As-Saib bin Yazid radhiyallahu 'anhu berkata:

«أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ وَتَمِيماً الدَّيْرِيَّ أَنْ يَقُومَا لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً. قَالَ: وَقَدْ كَانَ الْقَارِئُ يَقْرَأُ بِالْمِئِينَ، حَتَّى كُنَّا نَعْتَمِدُ عَلَى الْعِصِيِّ مِنْ طُولِ الْقِيَامِ. وَمَا كُنَّا نَنْصَرِفُ إِلاَّ فِي فُرُوعِ الْفَجْرِ» [موطأ مالك]

"Umar bin Khatthab memerintahkan Ubay bin Ka'ab dan Tamim Ad-Dariy untuk mengimami orang-orang, dengan sebelas rakaat." As Sa`ib berkata, "Imam membaca surah Al-Mi’in (yang jumlah ayatkan seratusan lebih sedikit), hingga kami bersandar di atas tongkat karena sangat lamanya berdiri. Dan kami tidak keluar melainkan di ambang fajar." [Muatha’ Malik]

Ø  Abu Bakr bin Muhammad bin ‘Amr (w.120H) rahimahullah berkata:

«كُنَّا نَنْصَرِفُ فِي رَمَضَانَ من القيام، فَنَسْتَعْجِلُ الْخَدَمَ بِالسحور مَخَافَةَ الْفَجْرِ» [موطأ مالك]

"Pada bulan Ramadan ketika kami selesai dari shalat malam, kami memerintahkan pelayan untuk secerpatnya mempersiapkan makanan karena takut datangnya fajar." [Muatha’ Malik]

Ø  Al-A'raj Abdurrahman bin Hurmuz (w.117H) rahimahullah berkata:

«مَا أَدْرَكْتُ النَّاسَ إِلَّا وَهُمْ يَلْعَنُونَ الْكَفَرَةَ فِي رَمَضَانَ، وَكَانَ الْقَارِئُ يَقْرَأُ سُورَةَ الْبَقَرَةِ فِي ثَمَانِ رَكَعَاتٍ فَإِذَا قَامَ بِهَا فِي اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً رَأَى النَّاسُ أَنَّهُ قَدْ خَفَّفَ» [موطأ مالك]

"Saya tidak mendapatkan orang-orang melainkan mereka melaknat orang-orang kafir pada bulan Ramadan. Dan imamnya membaca surah Al-Baqarah dalam delapan rakaat. Jika imam membacanya untuk dua belas rakaat, maka orang-orang akan mengatakan bahwa imam telah memeringan bacaan." [Muatha’ Malik]

Lihat: Hadits Ibnu Umar dan Abu Hurairah tentang shalat malam

C.     Bacaan Al-Qur’an orang shalih terdahulu.

Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu berkata:

"لَوْ طَهُرَتْ قُلُوبُكُمْ مَا شَبِعَتْ مِنْ كَلَامِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ" [فضائل الصحابة لأحمد بن حنبل]

“Andai hati kalian bersih maka ia tidak akan puas dengan firman Allah 'azza wajalla". [Fadhail Ash-Shahabah karya Imam Ahmad]

Ø  Aslam bin Abdil Malik rahimahullah berkata:

«صحبَ رجلٌ رجلا شهرَين فلم يره نائما ليلا ولا نهارا، فقال: مالي لا أراك تنام؟ قال: إنّ عجائبَ القرآن أطرْن نومي، ما أخرجُ من أعجوبة إلا وقعتُ في غيرها» [التهجد وقيام الليل لابن أبي الدنيا]

“Ada seseorang yang pernah bersama seseorang selama dua bulan, dan ia tidak pernah melihatnya tidur malam dan siang. Maka ia bertanya: Kenapa aku tidak pernah melihatmu tidur? Ia menjawab: Sesungguhnya keajaiban Al-Qur’an telah mengusir tidurku, aku tidak selesai dari satu keajaiban kecuali aku mendapatkan keajaiban yang lainnya”. [At-Tahajjud karya Ibnu Abi Ad-Dunya]

Ø  Sufyan Ats-Tsauriy (w.161H) rahimahullah berkata:

«كان زبيد اليامي إذا حَضَرَ رَمَضَانَ أحضَرَ المَصَاحف، وجَمَعَ إليه أصحابه» [لطائف المعارف لابن رجب]

“Dahulu Zubaid Al-Yamiy (w.122H), jika datang Ramadhan, ia mengambil mushaf dan mengumpulkan sahabatnya untuk membacanya”. [Lathaiful Ma’arif karya Ibnu Rajab]

Ø  Abdurrazaq bin Hammam (w.211H) rahimahullah berkata:

«كان سفيان الثوريّ إذا دَخَلَ رَمَضَان تَرَكَ جميعَ العبادة، وأقبلَ على قراءة القرآن» [لطائف المعارف لابن رجب]

“Dahulu Sufyan Ats-Tsauriy jika masuk Ramadhan, ia meninggalkan semua ibadah (sunnah) dan menyibukkan dengan bacaan Al-Qur’an”. [Lathaiful Ma’arif karya Ibnu Rajab]

Ø  Ibnu Abdul Hakam (w.214H) rahimahullah berkata:

«كان مَالك إذا دَخَلَ رمضان يَفرّ مِن قراءة الحديثِ ومجالسةِ أهلِ العلمِ وأقبَلَ على تلاوة القرآن مِن المصحف» [لطائف المعارف لابن رجب]

“Dahulu Malik (w.179H) jika masuk Ramadhan, ia meninggalkan bacaan hadits dan majelis ulama, dan menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur’an dari mushaf”. [Lathaiful Ma’arif karya Ibnu Rajab]

Lihat: Bagaimana meraih keberkahan Al-Qur’an

D.    Sedekah dan infaq orang shalih terdahulu.

Abu As-Sawwar Al-‘Adawiy rahimahullah berkata:

«كَانَ رِجَالٌ مِنْ بَنِي عَدِيٍّ يُصَلُّونَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ، مَا أَفْطَرَ أَحَدٌ مِنْهُمْ عَلَى طَعَامٍ قَطُّ وَحْدَهُ، إِنْ وَجَدَ مَنْ يَأْكُلُ مَعَهُ أَكَلَ، وَإِلَّا أَخْرَجَ طَعَامَهُ إِلَى الْمَسْجِدِ، فَأَكَلَهُ مَعَ النَّاسِ، وَأَكَلَ النَّاسُ مَعَهُ» [الكرم والجود للبرجلاني]

“Dahulu orang-orang dari Bani ‘Adiy shalat di mesjid ini, tidak ada seorang pun dari mereka yang berbuka makanan sendiri, jika mendapatkan orang yang bisa makan bersamanya maka ia makan, jika tidak ia membawa makanan tersebut keluar mesjid dan makan bermasam orang di luar dan orang-orang makan bersamanya”. [Al-Karam wa Al-Juud karya Al-Barjalaniy]

Ø  Imam Syafi’iy (w.204H) rahimahullah berkata:

«أَحِبُّ لِلرَّجُلِ الزِّيَادَةَ بِالْجُودِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ اقْتِدَاءً بِرَسُولِ اللَّهِ ﷺ، وَلِحَاجَةِ النَّاسِ فِيهِ إِلَى مَصَالِحِهِمْ، وَتَشَاغُلِ كَثِيرٍ مِنْهُمْ بِالصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ، عَنْ مَكَاسِبَهُمْ» [معرفة السنن والآثار للبيهقي]

“Saya suka jika seseorang menambah kedermawanan di bulan Ramadhan meneladani Rasulullah , dan untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap keperluan mereka, dan karena banyaknya orang yang sibuk dengan berpuasa dna shalat dengan mengabaikan pekerjaan mereka”. [Ma’rifatussunan wal atsar karya Al-Baihaqiy]

Lihat: Keutamaan memberi makan

E.     I’tikaf orang shalih terdahulu.

Dari 'Aisyah -radhiallahu 'anha- isteri Nabi berkata:

«أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Bahwa Nabi beri'tikaf (tinggal di mesjid) pada sepuluh hari yang akhir dari Ramadhan hingga wafatnya kemudian isteri-isteri Beliau beri'tikaf setelah kepergian Beliau". [Shahih Bukhari dan Muslim]

Ø  Wiqa’ bin Iyas rahimahullah berkata:

«كَانَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ يَؤُمُّنَا فِي رَمَضَانَ، فَيُصَلِّي بِنَا عِشْرِينَ لَيْلَةً سِتَّ تَرْوِيحَاتٍ، فَإِذَا كَانَ الْعَشْرُ الْآخَرُ اعْتَكَفَ فِي الْمَسْجِدِ وَصَلَّى بِنَا سَبْعَ تَرْوِيحَاتٍ» [مصنف ابن أبي شيبة]

“Dulu Sa’id bin Jubair (w.95H) mengimami kami di bulan Ramadhan, ia shalat pada dua puluh malam pertama dengan enam kali istirahat, dan jika masuk sepuluh malam terakhir ia beri’tikaf di masjid dan shalat mengimami kami dengan tujuh kali istirahat”. [Mushannaf Ibnu Abi Syaibah]

Ø  Ibnu Syihab (w.125H) rahimahullah berkata:

«عجبًا للمسلمين، تركوا الاعتكاف، وإنّ النبي ﷺ لم يتركه مُنذ دخل المدينة كلّ عام في العشر الأواخر حتى قَبَضَه الله» [شرح صحيح البخارى لابن بطال]

“Mengherangkan urusan kaum Muslimin, mereka meninggalkan I’tikaf, sedangkan Nabi tidak pernah meninggalkannya sejak tiba di Madinah setiap tahun di sepuruh hari terakhir sampai Allah mewafatkan beliau”. [Syarh Shahih Bukhari karya Ibnu Bathal]

Ø  Ibnu Rajab (w.795H) rahimahullah berkata:

«معنى الإعتكاف وحقيقته: قطع العلائق عن الخلائق للإتصال بخدمة الخالق وكلما قويت المعرفة بالله والمحبة له والأنس به أورثت صاحبها الإنقطاع إلى الله تعالى بالكلية على كل حال» [لطائف المعارف لابن رجب]

“Makna I’tikaf dan hakikatnya: Memutuskan hubungan dengan makhluk untuk tetap terhubung dengan ibadah kepada Sang Pencipta, dan semakin kuat pemahaman seseorang terhada Allah, kecintaan kepadaNya, dan berdua denganNya, itu akan mewariskan pelakunya ketergantungan hanya kepada Allah secara total dalam setiap keadaan”. [Lathaiful Ma’arif karya Ibnu Rajab]

Lihat: Untukmu yang tidak bisa beri’tikaf

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Rasulullah ﷺ di bulan Ramadhan - Meneladani salafushalih menyambut Ramadhan - Bersungguh-sungguh di 10 terakhir Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...