Rabu, 25 November 2020

Kitab Ilmu bab 13 dan 14; Pemahaman dalam ilmu

 بسم الله الرحمن الرحيم

A.    Bab 13.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابٌ: مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ

“Bab: Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan tentang pentingnya pemahaman yang benar dalam agama dengan meriwayatkan hadits Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu. Ia berkata:

71 - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ [كثير بن] عُفَيْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا [عبد الله] ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ يُونُسَ [بن يزيد الأيلي]، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، قَالَ: قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ خَطِيبًا يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي، وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ»

Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin [Katsir bin] 'Ufair, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami [Abdullah] Ibnu Wahab, dari Yunus [bin Yazid Al-Ailiy], dari Ibnu Syihab, ia berkata: Humaid bin Abdurrahman berkata; Aku mendengar Mu'awiyyah berkhutbah, dia berkata; Aku mendengar Nabi bersabda, "Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa (sebagian dari) umat ini akan tegak di atas perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah".

Penjelasan singkat hadits ini:

1.      Biografi Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma.

Lihat di sini:  https://umar-arrahimy.blogspot.com/

2.      Sifat iradah bagi Allah.

Kehendak (masyi-ah), keinginan (iraadah), ketetapan (qadhaa), dan perintah (awaamir) Allah subhanahu wa ta'aalaa ada dua macam: “Kauniyah” dan “syar'iyah”.

a)       Kehendak kauniyah adalah kehendak yang mesti terjadi di alam semesta ini tapi tidak semua kehendak itu dicintai-Nya.

Dengan kehendak ini Allah menciptakan yang baik dan yang buruk, tidak ada sesuatupun yang terjadi di alam semesta kecuali atas kehendak Allah subhanahu wata'ala Yang Maha mengetahui dan bertindak dengan penuh hikmah.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ} [الأنعام: 125]

Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. [Al-An'aam: 125]

b)      Kehendak syar'iyah adalah kehendak Allah kepada makhluk untuk melakukan kebaikan yang dicintai oleh Allah.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ} [البقرة: 185]

Allah menghendaki kemudahan bagimu (dengan syari'at-Nya), dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. [Al-Baqarah: 185]

Perbedaan antara kehendak kauniyah dan syar'iyah:

1)      Kehendak kauniyah ada yang baik dan ada yang buruk, sedangkan kehendak syar'iyah semuanya baik.

2)      Kehendak kauniyah mesti terjadi, sedangkan kehendak syar'iyah tidak mesti terlaksana.

3)      Kehendak kauniayah berkaitan dengan perbuatan dan tindakan Allah subhanahu wata'ala kepada makhlukNya, oleh sebab itu kehendak ini mesti terjadi karena tidak ada yang bisa menghalangi sesuatu yang dikehendaki-Nya.

Sedangkan kehendak syar'iyah berhubungan dengan perbuatan dan tindakan makhluk dalam menjalankan syari'at Allah. Dan ini tidak akan terlaksana kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Berkehendak.

4)      Setiap makhluk tidak ada yang tahu apa kehendak kauniyah Allah pada dirinya. Sedangkan kehendak syar'iyah Allah dapat diketahui melauli kitab Suci, Nabi dan Rasul Allah subhanahu wata'ala.

Lihat: Kehendak Allah kauniyah dan syar’iyah

3.      Pemahaman agama adalah karuniah dari Allah.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ} [العلق: 1 - 5]

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. [Al-'Alaq: 1-5]

4.      Pemahaman agama adalah pintu kebaikan.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ} [البقرة: 269]

Allah menganugerahkan Al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). [Al-Baqarah: 269]

Ø  Imam Syafi’iy -rahimahullah- berkata:

" مَن أرادَ الدُنيا فعَلَيهِ بالعِلم، ومَن أرادَ الآخرةَ فعَلَيهِ بالعِلم" [مناقب الشافعي للبيهقي (2/ 139)]

“Siapa yang menginginkan kenikmatan dunia maka hendaklah ia memiliki ilmu, dan siapa yang menginginkan kenikmatan akhirat maka handaklah ia memiliki ilmu”. [Manaqib Asy-Syafi’iy karya Al-Baihaqiy 2/139]

Lihat: Kitab Ilmu bab 1; Keutamaan ilmu

5.      Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya sebagai pembagi karuniah Allah, sedangkan yang memberi hanya Allah subhanahu wata’aalaa.

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ} [القصص: 56]

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk (taufiq) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. [Al-Qashash: 56]

Lihat: Syarah Kitab tauhid bab (18); Hanya Allah yang bisa memberi hidayah

6.      Sebagian ulama menyebutkan bahwa diantara nama-nama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah “Al-Qasim” (yang membagikan).

7.      Diantara “asmaul husna” bagi Allah adalah “Al-Mu’thii”.

Sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain:

«وَاللَّهُ المُعْطِي» [صحيح البخاري]

“Dan Allah-lah yang Maha Memberi.” [Shahih Bukhari]

Lihat: 108 “Asmaul Husna” bagi Allah

8.      Penjagaan Allah terhadap umat Islam.

Dari Jabir binn Abdillah radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ، ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ» [صحيح مسلم]

“Senantiasa akan ada sekelompok dari umatku yang berperang di atas kebenaran, mereka menang sampai hari kiamat”. [Sahih Muslim]

Ø  Dari Qurrah bin Iyas Al-Muzaniy radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

«لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِينَ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang mendapatkan pertolongan, mereka tidak dibahayakan oleh orang-orang yang meninggalkan mereka sampai datangnnya hari kiamat". [Sunan Tirmidziy: Sahih]

Lihat: Keistimewaan umat Islam

9.      Imam Bukhari berpendapat bahwa yang dimaksud dengan golongan yang tegak di atas agama Allah adalah ulama.

Sebagaimana beliau sebutkan pada satu bab dari kitab Al-I’tisham dalam “Ash-Shahih”:

" بَابُ قَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الحَقِّ» يُقَاتِلُونَ وَهُمْ أَهْلُ العِلْمِ "

“Bab sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Senantiasa ada sekelompok dari umatku yang nampak di atas kebanaran” mereka senantiasa berjuang, dan mereka adalah ulama”

10.  Sifat golongan yang mendapatkan pertolongan Allah:

Diantaranya:

a)      Berpegang teguh pada syari’at Allah.

b)      Senantiasa nampak untuk melawan kebatilan dengan senjata atau lisan (argumen).

c)       Tidak terpengaruh dengan orang-orang yang menyelisihinya.

d)      Terus bertahan sampai hari kiamat.

Abdurrahman bin Syimamah Al-Mahriy -rahimahullah- berkata: "Ketika saya berada di tempat Maslamah bin Mukhallad yang saat itu ada Abdullah bin 'Amru bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma. Abdullah berkata:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ إِلَّا عَلَى شِرَارِ الْخَلْقِ، هُمْ شَرٌّ مِنْ أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ، لَا يَدْعُونَ اللهَ بِشَيْءٍ إِلَّا رَدَّهُ عَلَيْهِمْ

"Hari kiamat itu tidak akan menimpa kecuali atas makhluk yang paling jahat. Mereka lebih jahat daripada orang-orang yang hidup di masa jahiliah. Tidaklah mereka memohon sesuatu kepada Allah kecuali Dia pasti akan menolaknya (tidak mengabulkannya)."

Ketika mereka bercakap-cakap demikian, tiba-tiba datanglah ‘Uqbah bin 'Amir radhiyallahu 'anhu. Maka Maslamah berkata kepadanya, "Wahai Uqbah, dengarkanlah apa yang dikatakan Abdullah."

Lantas 'Uqbah berkata, "Dia lebih mengetahui. Adapun saya, sesungguhnya saya juga pernah mendengar Rasulullah bersabda:

«لَا تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللهِ، قَاهِرِينَ لِعَدُوِّهِمْ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ»

'Akan senantiasa ada dari umatku satu kelompok yang berperang di atas perkara Allah, mereka mengalahkan musuh-musuh mereka, dan orang-orang yang menyelisihi mereka tidak akan dapat membahayakan mereka sedikitpun hingga datang hari kiamat sedangkan mereka masih dalam keadaan seperti itu."

Abdullah pun menimpali:

«أَجَلْ، ثُمَّ يَبْعَثُ اللهُ رِيحًا كَرِيحِ الْمِسْكِ مَسُّهَا مَسُّ الْحَرِيرِ، فَلَا تَتْرُكُ نَفْسًا فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنَ الْإِيمَانِ إِلَّا قَبَضَتْهُ، ثُمَّ يَبْقَى شِرَارُ النَّاسِ عَلَيْهِمْ تَقُومُ السَّاعَةُ»

"Benar." Kemudian Allah mengirim sebuah angin yang baunya seperti bau misk dan lembutnya seperti lembut sutra, tidaklah ia melewati seseorang yang di dalam hatinya terdapat keimanan meskipun hanya seberat biji benih, kecuali ia pasti akan diwafatkannya. Maka tinggallah orang-orang jahat saja, lalu terjadilah hari kiamat." [Shahih Muslim]

B.     Bab 14.

Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:

بَابُ الفَهْمِ فِي العِلْمِ

“Bab: Pemahaman dalam ilmu”

Dalam bab ini, imam Bukhari menjelaskan bahwa pemahaman manusia dalam ilmu bertingkat-tingkat, dengan meriwayatkan hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma. Ia berkata:

72 - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ [ابن المديني]، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ [بن عيينة]، قَالَ: قَالَ لِي [عبد الله] ابْنُ أَبِي نَجِيحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، قَالَ: صَحِبْتُ ابْنَ عُمَرَ إِلَى المَدِينَةِ فَلَمْ أَسْمَعْهُ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا حَدِيثًا وَاحِدًا، قَالَ: كُنَّا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأُتِيَ بِجُمَّارٍ، فَقَالَ: «إِنَّ مِنَ الشَّجَرِ شَجَرَةً، مَثَلُهَا كَمَثَلِ المُسْلِمِ»، فَأَرَدْتُ أَنْ أَقُولَ: هِيَ النَّخْلَةُ، فَإِذَا أَنَا أَصْغَرُ القَوْمِ، فَسَكَتُّ، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هِيَ النَّخْلَةُ»

Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah [Ibnu Al-Madiniy], ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Sufyan [bin ‘Uyainan], ia berkata: Telah berkata kepadaku [Abdullah] Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, ia berkata; Aku pernah menemani Ibnu Umar pergi ke Madinah, namun aku tidak mendengar dia membicarakan tentang Rasulullah kecuali satu kejadian dimana dia berkata: Kami pernah bersama Nabi lalu beliau dihidangkan dengan jummar (bagian dalam dari pucuk pohon kurma). Kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya diantara pohon ada suatu pohon yang merupakan perumpamaan bagi seorang muslim". Aku ingin mengatakan bahwa itu adalah pohon kurma namun karena aku yang termuda maka aku diam. Maka kemudian Nabi bersabda, "Itu adalah pohon kurma".

Penjelasan singkat hadits ini:

1)      Hadits ini telah dijelaskan pada Bab 4 dan 5; Hadits Ibnu ‘Umar

2)      Sahabat Nabi tidak terlalu banyak menyampaikan hadits.

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Sesungguhnya yang mencegahku menyampaikan hadits yang banyak, adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

«مَنْ تَعَمَّدَ عَلَيَّ كَذِبًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ» [صحيح البخاري ومسلم]

“Barangsiapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka persiapakanlah tempat duduknya dari api neraka”. [Sahih Bukhari dan Muslim]

Lihat: Hadits larangan berdusta atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam

3)      Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma mengetahui jawaban pertanyaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karena isyarat yang ia pahami dari jummar yang dihidangkan.

'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata:

أَنَّ امْرَأَةً سَأَلَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ غُسْلِهَا مِنَ المَحِيضِ، فَأَمَرَهَا كَيْفَ تَغْتَسِلُ، قَالَ: «خُذِي فِرْصَةً مِنْ مَسْكٍ، فَتَطَهَّرِي بِهَا» قَالَتْ: كَيْفَ أَتَطَهَّرُ؟ قَالَ: «تَطَهَّرِي بِهَا»، قَالَتْ: كَيْفَ؟، قَالَ: «سُبْحَانَ اللَّهِ، تَطَهَّرِي» فَاجْتَبَذْتُهَا إِلَيَّ، فَقُلْتُ: تَتَبَّعِي بِهَا أَثَرَ الدَّمِ [صحيح البخاري]

"Seorang wanita bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang cara mandi dari haid. Beliau lalu memerintahkan wanita itu bagaimana cara mandi. Beliau bersabda, "Ambillah sepotong kapas yang diberi wewangian lalu bersucilah." Wanita itu bertanya, "Bagaimana aku bersucinya? Beliau menjawab, "Bersucilah dengan kapas itu!" Wanita itu berkata lagi, "Bagaimana caranya aku bersuci?" Beliau bersabda, "Bersucilah dengan menggunakan kapas itu!" Wanita itu bertanya lagi, "Bagaimana caranya?" Maka beliau berkata, "Subhaanallah. Bersucilah kamu!" Lalu aku manarik wanita itu kearahku, lalu aku katakan, "Kamu bersihkan sisa darahnya dengan kapas itu." [Shahih Bukhari]

4)      Pentingnya pemahaman dalam ilmu.

Allah subhanahu wata’aalaa berfirman:

{فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا} [الأنبياء: 79]

Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat); dan kepada masing-masing (Daud dan Sulaiman) mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu. [Al-Anbiyaa':79]

5)      Ilmu tanpa pemahaman yang baik akan merusak

Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata beliau memberikan kedua sandalnya kepadaku:

«اذْهَبْ بِنَعْلَيَّ هَاتَيْنِ، فَمَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطَ يَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ، فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ»

'Wahai Abu Hurairah, bawalah kedua sandalku ini, dan siapapun yang kau temui di balik kebun ini ia bersaksi bahwa tidak tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dan ia menancapkan keyakinan ini dalam hatinya, maka berilah kabar gembira kepadanya dengan surga.'

Dan kebetulan orang yang pertama kali bertemu denganku ialah Umar -radhiyallahu 'anhu-, maka iapun bertanya, 'Ada apa dengan kedua sandal itu wahai Abu Hurairah? '

Aku menjawab, 'Ini adalah kedua sandal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau menyuruhku untuk membawanya dan menyampaikan kabar gembira surga kepada orang yang pertama kali bertemu denganku sedang ia bersaksi bahwa tiada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan ia menyakininya dengan hatinya.'

Maka Umar pun memukulku dengan tangannya tepat di tengah-tengah dadaku (ulu hati) hingga aku jatuh duduk, lalu berkata, 'Kembalilah wahai Abu Hurairah! '

Maka akupun kembali menemui Rasulullah dengan wajah menahan tangis, dan ternyata Umar saat itu juga mengikutiku. Seketika itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: 'Ada apa denganmu wahai Abu Hurairah? '

Aku menjawab, 'Aku telah bertemu dengan Umar, lalu aku kabarkan kepadanya mengenai apa yang telah engkau perintahkan kepadaku namun tiba-tiba ia memukulku dengan keras tepat di ulu hatiku hingga aku jatuh lunglai, setelah itu dia berkata, 'Kembalilah! '

Maka Rasul pun berkata, 'Wahai Umar, kenapa kamu berbuat demikian? '

Umar menjawab, 'Wahai Rasulullah, apa benar engkau telah mengutus Abu Hurairah dengan kedua sandalmu itu dan menyuruhnya memberi kabar gembira dengan surga bagi orang yang pertama kali ditemuinya sedang ia bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah dengan keyakinan yang mantap dalam hatinya? '

Beliau menjawab: 'Ya, benar.'

Umar berkata:

فَلَا تَفْعَلْ فَإِنِّي أَخْشَى أَنْ يَتَّكِلَ النَّاسُ عَلَيْهَا فَخَلِّهِمْ يَعْمَلُونَ

'Sebaiknya engkau tidak berbuat demikian wahai Rasulullah, karena sesungguhnya aku sangat khawatir kalau-kalau manusia akan bergantung padanya, dan biarkanlah mereka melaksanakan amalan-amalan yang baik.'

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata (kepada Abu Hurairah): 'Biarkanlah mereka (tidak mengetahui hadits ini) '." [Shahih Muslim]

Wallahu a’lam!

Lihat juga: Kitab Ilmu bab 11 dan 12; Memilih waktu untuk menyampaikan dan menimba ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...