بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abu Mas'ud ‘Uqbah bin
‘Amr Al-Anshariy Al-Badriy radhiyallahu 'anhu, ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya diantara
yang didapati manusia dari perkataan para nabi terdahulu: "Jika kamu tidak
punya rasa malu, maka lakukanlah apa yang kau mau!” Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy.
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Abu Mas’ud ‘Uqbah bin
‘Amr Al-Anshariy Al-Badriy radhiyallahu ' anhu.
Beliau menghadiri perjanjian
'Aqabah, dan ia yang paling muda di antara mereka.
Ulama berselisih, apakah ia
menghadiri perang Badr atau tidak?
Ada yang berpendapat bahwa beliau
tidak menghadiri perang Badr, adapun penisbatan dirinya kepada Badr karena ia
tinggal dekat situ.
Sedangkan ulama yang lain berpendapat
bahwa beliau menghadiri perang Badr, itu sebabnya ia dinisbatkan kepad Badr.
Dan tidak ada bukti kalau beliau tidak menghadiri perang Badr, dan jika beliau
menghadiri perjanjian 'Aqabah maka besar kemungkinan beliau hadir di perang
Badr.
2.
Ada dua kemungkinan
makna dari hadits ini:
Makna
pertama: Jika engkau ingin melakukan sesuatu dan perbuatan ini tidak
menyebabkan engkau malu kapada Allah dan manusia maka silakan lakukan.
Perintah di sini menunjukkan
kebolehan.
Nawwas bin Sim'an radhiyallahu
'anhu berkata; "Saya pernah tinggal bersama Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam selama satu tahun di Madinah. Saya tidak dapat pergi
hijrah (bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) karena adanya
suatu masalah." Seseorang dari kami apabila berhijrah biasanya tidak
menanyakan tentang sesuatupun kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Kemudian saya bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan dosa. Lalu beliau
bersabda:
«الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ
وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ»
'Kebaikan adalah budi
pekerti yang baik, sedangkan dosa adalah apa yang terlintas/terdetik dalam
dadamu dan kamu tidak suka jika hal itu diketahui orang lain.' [Shahih Muslim]
Makna
kedua: Jika engkau sudah tidak
punya malu kepada Allah dan manusia maka silakan berbuat sesuka hatimu karena
engkau akan menanggung resikonya.
Perintah di sini menunjukkan
ancaman.
3.
Jenis-jenis perintah.
Diantaranya:
a)
Perintah
menunjukkan kebolehan.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ
كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا} [البقرة: 168]
Hai sekalian manusia, makanlah
yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi. [Al-Baqarah: 168]
b)
Perintah
ancaman.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{إِنَّ الَّذِينَ
يُلْحِدُونَ فِي آيَاتِنَا لَا يَخْفَوْنَ عَلَيْنَا ۗ أَفَمَن يُلْقَىٰ فِي
النَّارِ خَيْرٌ أَم مَّن يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۚ اعْمَلُوا مَا
شِئْتُمْ ۖ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ} [فصلت : 40]
Sesungguhnya orang-orang yang
mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah
orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang
yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu
kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. [Fushilat:
40]
{وَاسْتَفْزِزْ مَنِ
اسْتَطَعْتَ مِنْهُم بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِم بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ
وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَعِدْهُمْ ۚ وَمَا يَعِدُهُمُ
الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا} [الإسراء : 64]
Dan hasunglah siapa yang kamu
sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka
pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan
mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang
dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka. [Al-Israa':
64]
{وَقُلِ الْحَقُّ مِن
رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا
أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِن
يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ
الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا} [الكهف : 29]
Dan katakanlah:
"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu
neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang
paling jelek. [Al-Kahf: 29]
c)
Perintah wajib.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{أَقِمِ الصَّلَاةَ
لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ} [الإسراء : 78]
Dirikanlah shalat dari sesudah
matahari tergelincir sampai gelap malam. [Al-Israa': 78]
d)
Perintah
sunnah.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{وَالَّذِينَ يَبْتَغُونَ
الْكِتَابَ مِمَّا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ فَكَاتِبُوهُمْ إِنْ عَلِمْتُمْ فِيهِمْ
خَيْرًا ۖ وَآتُوهُم مِّن مَّالِ اللَّهِ الَّذِي آتَاكُمْ} [النور :
33]
Dan budak-budak yang kamu
miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan
mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada
mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu.
[An-Nuur: 33]
e)
Perintah
penghinaan.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{ذُقْ إِنَّكَ أَنتَ
الْعَزِيزُ الْكَرِيمُ} [الدخان : 49]
Rasakanlah (siksaanmu),
sesungguhnya kamu orang yang (merasa) perkasa lagi mulia. [Ad-Dukhan: 49]
4.
Keutamaan sifat malu.
Diantaranya:
1)
Allah maha
pemalu.
Dari Salman radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ
يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا» [سنن أبى داود: صححه الألباني]
“Sesungguhnya Tuhan
kalian tabaraka wata'ala Maha Pemalu dan Pemurah, malu terhadap
hamba-Nya jika mengangkat kedua tangannya berdo'a kepada-Nya dibalas dengan
hampa”. [Sunan Abi Daud: Sahih]
Ø Dari Abu Waqid Al-Laitsiy radhiyallahu 'anhu;
Suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk di mesjid
bersama para sahabat, kemudian lewat tiga orang. Yang pertama duduk di tempat
yang kosong, yang kedua duduk di belakang, dan yang ketiga pergi meninggalkan
majlis. Kemudian Rasulullah bersabda:
«أَلاَ
أُخْبِرُكُمْ عَنِ النَّفَرِ الثَّلاَثَةِ؟ أَمَّا أَحَدُهُمْ فَأَوَى إِلَى اللَّهِ
فَآوَاهُ اللَّهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللَّهُ مِنْهُ، وَأَمَّا
الآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللَّهُ عَنْهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Maukah kalian
kuberitahukan tentang tiga orang tadi? Adapun yang pertama ia mendekat kepada
Allah maka Allah mendekat kepada-Nya, adapun yang kedua ia malu maka Allah pun
malu kepadanya, sedangkan yang ketiga ia berpaling maka Allah berpaling
darinya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Kaedah nama dan sifat Allah
2)
Allah mencintai
sifat pemalu.
Dari Ya'laa radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِيٌّ سِتِّيرٌ يُحِبُّ الْحَيَاءَ وَالسَّتْرَ، فَإِذَا اغْتَسَلَ
أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Sesungguhnya Allah 'azza
wajalla Maha Pemalu Maha Menutupi aib, mencintai sifat pemalu dan sifat
suka menutupi aib, apabila seseorang dari kalian mandi maka hendaklah ia menutupi
diri”. [Sunan Abu Daud: Sahih]
Ø Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam berkata kepada Al-Asyajj:
"
إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ: الْحِلْمَ، وَالْحَيَاءَ " [سنن ابن ماجه: صحيح]
“Sesungguhnya engkau memiliki
dua sifat yang dicintai oleh Allah; bijaksana dan pemalu”. [Sunan Ibnu Majah:
Sahih]
3)
Malaikat
bersifat malu
Aisyah radiyallahu
'anha bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
Ketika Abu Bakr datang engkau tidak merubah posisi dan tidak peduli, kemudian
Umar datang dan engkau tidak merubah posisi dan tidak peduli, kemudian Usman
datang maka engkau memperbaiki posisi dan mengatur pakaian?
Rasulullah menjawab:
«أَلَا
أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ» [صحيح مسلم]
“Apakah aku tidak
merasa malu kepada orang yang Malaikat merasa malu kepadanya?” [Sahih Muslim]
4)
Rasulullah
sangat pemalu
Abu Sa'id Al-Khudriy radhiyallahu
'anhu berkata:
«كَانَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ العَذْرَاءِ فِي
خِدْرِهَا، فَإِذَا رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ عَرَفْنَاهُ فِي وَجْهِهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam sangat pemalu melebihi sifat pemalu gadis perawan
dibelakang tirainya, maka jika Rasulullah melihat sesuatu yang ia benci kami
dapat mengetahuinya dari raut wajahnya”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
5)
Sifat malu
adalah akhlak Islam
Dari Anas dan Ibnu
Abbas radhiyallahu 'anhum; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabsa:
«إِنَّ
لِكُلِّ دِينٍ خُلُقًا، وَخُلُقُ الْإِسْلَامِ الْحَيَاءُ» [سنن ابن ماجه: حسنه الألباني]
“Sesungguhnya setiap
agama punya akhlak, dan akhlak Islam adalah sifat malu”. [Sunan Ibnu Majah:
Hasan]
6)
Bagian dari
keimanan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الحَيَاءُ شُعْبَةٌ
مِنَ الإِيمَانِ [صحيح البخاري ومسلم]
“Sifat malu adalah
bagian dari keimanan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain;
«الحَيَاءُ
مِنَ الإِيمَانِ، وَالإِيمَانُ فِي الجَنَّةِ، وَالبَذَاءُ مِنَ الجَفَاءِ، وَالجَفَاءُ
فِي النَّارِ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Sifat malu adalah
bagian dari keimanan, dan keimanan itu berada surga. Sedangkan ucapan yang
tidak sopan adalah tindakan yang kasar, dan sifat kasar tempatnya di neraka”.
[Sunan Tirmidzi: Sahih]
Ø Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati seseorang dari kaum
Anshar yang menasehati saudaranya yang terlalu pemalu. Maka Rasulullah
bersabda:
«دَعْهُ
فَإِنَّ الحَيَاءَ مِنَ الإِيمَانِ» [صحيح البخاري
ومسلم]
“Biarkan ia seperti
itu, karena sifat malu adalah bagian dari keimanan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
7)
Sifat malu dan
iman saling berpasangan
Dari Ibnu Umar radiyallahu
'anhuma; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«الْحَيَاءُ
وَالْإِيمَانُ قُرِنَا جَمِيعًا، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ الْآخَرُ» [حلية الأولياء: صحيح]
“Sifat malu dan
keimanan semuanya saling berpasangan, maka jika salah satunya dihilangkan maka
yang lainnya juga hilang”. [Hilyah Al-Auliyaa': Sahih]
8)
Tidak
mendatangkan kecuali kebaikan
Dari 'Imran bin Hushain radiyallahu
'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«الحَيَاءُ
لاَ يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Sifat malu tidak
mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
9)
Memperindah
Dari Anas radiyallahu
'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«مَا
كَانَ الْفُحْشُ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا شَانَهُ، وَلَا كَانَ الْحَيَاءُ فِي شَيْءٍ
قَطُّ إِلَّا زَانَهُ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
“Tidaklah tindakan
keji berada pada sesuatu kecuali menjadikannya buruk, dan tidaklah sifat malu
berada pada sesuatu kecuali menjadikannya indah”. [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
10)
Mencegah
tindakan buruk
Dari Abdullah bin Mas'ud radiyallahu
'anhu; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اسْتَحْيُوا مِنَ اللَّهِ حَقَّ
الحَيَاءِ»
"Malulah kalian
kepada Allah dengan sebanar-benarnya malu".
Para sahabat menjawab:
"Sesungguhnya kami telah merasa malu, alhamdulullillah!"
Rasulullah berkata:
«لَيْسَ
ذَاكَ، وَلَكِنَّ الِاسْتِحْيَاءَ مِنَ اللَّهِ حَقَّ الحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ
وَمَا وَعَى، وَالبَطْنَ وَمَا حَوَى، وَلْتَذْكُرِ المَوْتَ وَالبِلَى، وَمَنْ أَرَادَ
الآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنَ
اللَّهِ حَقَّ الحَيَاءِ» [سنن الترمذي: حسنه الألباني]
"Bukan itu yang
saya maksud, akan tetapi rasa malu kepada Allah yang sebenar-benarnya adalah menjaga
kepala dan semua anggota badan yang ada padanya dari segala maksiat, menjaga
perut dan isinya dari yang haram, mengingat mati dan kepunahan, siapa yang
menginginkan akhirat ia meninggalkan gemerlap dunia. Barang siapa yang
melakukan hal tersebut berarti ia telah merasa malu kepada Allah dengan
sebenar-benarnya". [Sunan Tirmidzi: Hasan]
Lihat: Keutamaan memiliki sifat Pemalu
Wallahu a'lam!
Lihat juga: Syarah Arba’in hadits (19) Ibnu ‘Abbas; Jagalah Allah niscaya Ia menjagamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...