بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abu Sa'id Sa’d bin Malik bin Sinan
Al-Khudriy radhiyallahu 'anhu; Nabiyullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"كَانَ فِيمنْ كَانَ قَبْلكُمْ رَجُلٌ
قَتَلَ تِسْعةً وتِسْعين نفْساً، فسأَل عَنْ أَعلَم أَهْلِ الأَرْضِ فدُلَّ عَلَى
راهِبٍ، فَأَتَاهُ فقال: إِنَّهُ قَتَل تِسعةً وتسعِينَ نَفْساً، فَهلْ لَهُ مِنْ
توْبَةٍ؟ فقالَ: لا فقتلَهُ فكمَّلَ بِهِ مِائةً ثمَّ سألَ عَنْ أَعْلَمِ أهلِ
الأرضِ، فدُلَّ على رجلٍ عالمٍ فقال: إنهَ قَتل مائةَ نفسٍ فهلْ لَهُ مِنْ
تَوْبةٍ؟ فقالَ: نَعَمْ ومنْ يحُولُ بيْنَهُ وبيْنَ التوْبة؟ انْطَلِقْ إِلَى
أَرْضِ كَذَا وكَذَا، فإِنَّ بِهَا أُنَاساً يعْبُدُونَ الله تَعَالَى فاعْبُدِ
الله مَعْهُمْ، ولاَ تَرْجعْ إِلى أَرْضِكَ فإِنَّهَا أَرْضُ سُوءٍ، فانطَلَق
حتَّى إِذا نَصَف الطَّريقُ أَتَاهُ الْموْتُ فاختَصمتْ فيهِ مَلائكَةُ
الرَّحْمَةِ وملاكةُ الْعَذابِ. فقالتْ ملائكةُ الرَّحْمَةَ: جاءَ تائِباً مُقْبلا
بِقلْبِهِ إِلى اللَّهِ تَعَالَى، وقالَتْ ملائكَةُ الْعذابِ: إِنَّهُ لمْ
يَعْمَلْ خيْراً قطُّ، فأَتَاهُمْ مَلكٌ في صُورَةِ آدَمِيٍّ فجعلوهُ بيْنهُمْ أَي
-حَكَماً- فقالَ: قِيسُوا ما بَيْن الأَرْضَين فإِلَى أَيَّتهما كَان أَدْنى فهْو
لَهُ، فقاسُوا فوَجَدُوه أَدْنى إِلَى الأَرْضِ التي أَرَادَ، فَقبَضْتهُ
مَلائكَةُ الرَّحمةِ" [صحيح البخاري ومسلم]
"Pada jaman dahulu ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian orang tersebut mencari orang alim yang paling banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepada seorang rahib (ahli ibadah) dan ia pun langsung mendatanginya. Kepada rahib tersebut ia berterus terang bahwasanya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang dan apakah taubatnya itu akan diterima? Ternyata rahib itu malahan menjawab; 'Tidak. Taubatmu tidak akan diterima.' Akhirnya laki-laki itu langsung membunuh sang rahib hingga genaplah kini seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian laki-laki itu mencari orang lain lagi yang paling banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepadanya seorang alim yang mempunyai ilmu yang banyak. Kepada orang alim tersebut, laki-laki itu berkata; 'Saya telah membunuh seratus orang dan apakah taubat saya akan diterima? ' Orang alim itu menjawab; 'Ya. Tidak ada penghalang antara taubatmu dan dirimu. Pergilah ke daerah ini dan itu, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah -Subhanahu Wa Ta'ala-. Setelah itu, beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.' Maka berangkatlah laki-laki itu ke daerah yang telah ditunjukan tersebut. Di tengah perjalanan menuju ke sana laki-laki itu meninggal dunia. Lalu malaikat Rahmat dan Azab saling berbantahan. Malaikat Rahmat berkata; 'Orang laki-laki ini telah berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertaubat dan beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati. Malaikat Azab membantah; 'Tetapi, bukankah ia belum berbuat baik sama sekali.' Akhirnya datanglah seorang malaikat yang berwujud manusia menemui kedua malaikat yang sedang berbantahan itu. Maka keduanya meminta keputusan kepada malaikat yang berwujud manusia dengan cara yang terbaik. Orang tersebut berkata; 'Ukurlah jarak yang terdekat dengan orang yang meninggal dunia ini dari tempat berangkatnya hingga ke tempat tujuannya. Mana yang terdekat, maka itulah keputusannya.' Ternyata dari hasil pengukuran mereka itu terbukti bahwa orang laki-laki tersebut meninggal dunia lebih dekat ke tempat tujuannya. Dengan demikian orang tersebut berada dalam genggaman malaikat Rahmat.' [Muttafaqun ‘alaihi]
Ø Dalam riwayat lain:
"فكَان إِلَى الْقرْيَةِ الصَّالحَةِ
أَقْربَ بِشِبْرٍ، فجُعِل مِنْ أَهْلِها" [صحيح مسلم]
“Maka ia lebih dekat kepada kampong yang
shalih sejauh satu jengkal, maka ia digolongkan orang yang shalih”. [Shahih
Muslim]
Ø Dalam riwayat lain:
"فَنَاءَ بِصَدْرِهِ نَحْوَهَا،
فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلاَئِكَةُ العَذَابِ، فأَوْحَى
اللَّهُ تعالَى إِلَى هَذِهِ أَن تَبَاعَدِى، وإِلى هَذِهِ أَن تَقرَّبِي وقَال:
قِيسُوا مَا بيْنهمَا، فَوَجدُوه إِلَى هَذِهِ أَقَرَبَ بِشِبْرٍ فَغُفَرَ
لَهُ" [صحيح البخاري]
“Maka Allah memajukan dadanya menuju negri
yang shalih, lalu malaikat Rahmat dan Azab saling berbantahan tentang orang
tersebut. Maka Allah ta’aalaa mewahyukan kepada nergri ini (berpenduduk dzalim)
untuk menjauh, dan mewahyukan kepada nergi yang ini (yang berpenduduk shalih)
untu mendekat, kemudian berkata: Ukurlah jarak antara keduanya. Maka mereka
mendapati jarak ke negri yang shalih lebih dekat satu jengkal, maka Allah
megampuninya”. [Shahih Bukhari]
Penjelasan singkat
hadits di atas:
1. Biografi Abu
Sa'id Sa’d bin Malik bin Sinan Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2. Membunuh
tanpa hak hukumnya haram.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَمَن يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُّتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ
خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا
عَظِيمًا} [النساء: 93]
Dan
barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya
serta menyediakan azab yang besar baginya. [An-Nisaa': 93]
Ø Utsman bin 'Affan radhiyallahu 'anhu berkata: Aku pernah
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
" لَا يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلَّا بِإِحْدَى ثَلَاثٍ:
كُفْرٌ بَعْدَ إِسْلَامٍ، أَوْ زِنًا بَعْدَ إِحْصَانٍ، أَوْ قَتْلُ نَفْسٍ
بِغَيْرِ نَفْسٍ "
"Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena tiga hal; kafir setelah
beriman, zina setelah nikah, dan membunuh jiwa orang lain." [Sunan Abi
Daud: Shahih]
3. Bertanya
kepada ulama yang ahli di bidangnya.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ} [النحل:
43] [الأنبياء: 7]
Maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [An-Nahl:43, Al-Anbiyaa':7]
Lihat:
Kitab Ilmu bab 26; Bepergian untuk mencari jawaban tentang masalah yang terjadi
4. Bahaya
bertanya kepada yang bukan ahlinya.
Dari Abdullah
bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ العِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ
العِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ العِلْمَ بِقَبْضِ العُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ
يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا، فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا
بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali cabut dari
seorang hamba, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama.
Sampai waktunya tidak ada lagi ulama, orang-orang akan mengambil pemimpin yang
bodoh. Lalu mereka ditanyai dan mereka memberi fatwa tampa dasar ilmu, maka
mereka menjadi sesat dan menyesatkan". [Sahih Bukhari dan Muslim]
Ø Jabir radhiyallahu 'anhu berkata: Suatu hari
kami dalam perjalanan jauh, dan seorang laki-laki dari kami ditimpa batu yang
melukainya di bagian kepala. Di malam harinya ia bermimpi (junub) lalu bertanya
kepada sahabatnya: Apakah kalian mendapatkan rukhsah (keringanan) bagiku untuk
bertayammum?
Mereka
menjawab: Kami tidak mendapatkan rukhsah bagimu di saat engkau mampu
mempergunakan air.
Maka
ia mandi dan akhirnya mati. Setelah kami kembali bertemu dengan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam dan diceritakan kepadanya tentang kajadian tersebut, maka
Rasulullah bersabda:
«قَتَلُوهُ قَتَلَهُمُ اللَّهُ أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا
فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ» [سنن أبي داود: حسنه
الألباني]
"Mereka telah membunuhnya, semoga Allah membunuh mereka, tidakkah mereka
bertanya jika mereka tidak tahu? Sesungguhnya obat kebodohan itu adalah dengan
bertanya". [Sunan Abi Daud: Hasan]
5. Keutamaan
ulama dari ahli ibadah.
Dari Abu
Umamah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
«فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ» [سنن
الترمذي: صحيح]
"Keutamaan seorang ulama dibandingkan dengan seorang ahli ibadah seperti
keutamaanku dibandingkan dengan orang yang paling rendah dari kalian".
[Sunan At-Tirmidzi: Sahih]
Ø Dari Abu Ad-Dardaa'
radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«إِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ، كَفَضْلِ الْقَمَرِ
لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ» [سنن أبى داود: صحيح]
"Sesungguhnya keutamaan seorang ulama terhadap seorang ahli ibadah
seperti keutamaan bulan malam purnama dibandingkan dengan bintang
lainnya". [Sunan Abu Daud: Sahih]
Lihat: Keutamaan ilmu dan ulama
6. Bahaya
berbicara tanpa ilmu.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ
وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا} [الإسراء:
36]
Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.
[Al-Israa':36]
Lihat:
Akhlak ulama dan penuntut ilmu
7. Tidak
berputus asa dari rahmat Allah.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ
رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ
الْكَافِرُونَ} [يوسف: 87]
“Dan jangan kamu berputus
asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah,
hanyalah orang-orang yang kafir.” [Yusuf:
87]
8. Keutamaan
taubat.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ} [البقرة: 222]
Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat. [Al-Baqarah:222]
Lihat:
Taubat, kenapa tidak?
9. Tidak ada
yang menghalangi seseorang dari taubat.
Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu
berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
كَانَ رَجُلَانِ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ مُتَوَاخِيَيْنِ فَكَانَ
أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَالْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ فَكَانَ لَا يَزَالُ
الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُولُ: أَقْصِرْ! فَوَجَدَهُ
يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ: أَقْصِرْ! فَقَالَ: خَلِّنِي وَرَبِّي
أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيبًا؟ فَقَالَ: وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ أَوْ
لَا يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ! فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ
رَبِّ الْعَالَمِينَ فَقَالَ لِهَذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِي عَالِمًا أَوْ
كُنْتَ عَلَى مَا فِي يَدِي قَادِرًا؟! وَقَالَ لِلْمُذْنِبِ: اذْهَبْ فَادْخُلْ
الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي! وَقَالَ لِلْآخَرِ: اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ
"Ada dua orang laki-laki dari bani Isra'il yang saling bersaudara; salah
seorang dari mereka suka berbuat dosa sementara yang lain giat dalam beribadah.
Orang yang giat dalam beribdah itu selalu melihat saudaranya berbuat dosa
hingga ia berkata, "Berhentilah!"
Lalu pada suatu hari ia kembali mendapati
suadaranya berbuat dosa, ia berkata lagi, "Berhentilah!"
Orang yang suka berbuat dosa itu berkata,
"Biarkan aku bersama Tuhanku, apakah engkau diutus untuk selalu
mengawasiku!?"
Ahli ibadah itu berkata, "Demi Allah,
sungguh Allah tidak akan mengampunimu!", atau "Allah tidak
akan memasukkanmu ke dalam surga!"
Allah kemudian mencabut nyawa keduanya, sehingga
keduanya berkumpul di sisi Rabb semesta alam. Allah kemudian bertanya kepada
ahli ibadah: "Apakah kamu lebih tahu dari-Ku? Atau, apakah kamu mampu
melakukan apa yang ada dalam kekuasaan-Ku?"
Allah lalu berkata kepada pelaku dosa:
"Pergi dan masuklah kamu ke dalam surga dengan rahmat-Ku."
Dan berkata kepada ahli ibadah:
"Bawalah ia ke dalam neraka." [Sunan Abi Daud:Shahih]
10. Taubat yang
baik membutuhkan adanya perubahan.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا
وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ } [البقرة:
160]
Kecuali
mereka yang telah Taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka
terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat
lagi Maha Penyayang.
[Al-Baqarah:160]
{ثُمَّ إِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِينَ عَمِلُوا
السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابُوا مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا إِنَّ
رَبَّكَ مِنْ بَعْدِهَا لَغَفُورٌ رَحِيمٌ } [النحل: 119]
Kemudian,
sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan
karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (apa
yang telah ia rusak), Sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
[Al-An'aam:119]
11. Pentingnya
memilih lingkungan yang baik.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ
يُخَالِلُ» [سنن أبى داود: حسنه الألباني]
"Seseorang itu dipengaruhi oleh perilaku orang yang dicintainnya, maka
hendaklah kalian memperhatikan siapa yang ia cintai". [Sunan Abi Daud:
Hasan]
12. Hijrah
meninggalkan tempat maksiat.
Dari Abdullah
bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
«المُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ» [صحيح
البخاري]
"Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang Allah
larang." [Shahih Bukhari]
Lihat: Motivasi hijrah di zaman Fitnah
13. Wafat dalam
ketaatan adalah tanda husnul khatimah.
Hudzaifah bin Al Yaman radhiyallahu 'anhuma berkata; Aku
sandarkan Nabi ﷺ di dadaku lalu beliau
bersabda:
" مَنْ قَالَ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ
الْجَنَّةَ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا
دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ خُتِمَ
لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ " [مسند أحمد: صحيح
لغيره]
"Barangsiapa mengucapkan LAA ILAAHA
ILLALLAAH karena mencari wajah Allah dan ia mati dengannya, ia masuk surga,
barangsiapa puasa sehari karena mencari wajah Allah dan ia mati dengannya, ia
masuk surga dan barangsiapa mensedekahkan sesuatu karena mencari wajah Allah
dan ia mati dengannya, ia masuk surga." [Musnad Ahmad: Shahih ligairih]
14. Yang dinilai
adalah amalan akhir.
Dari Sahl
bin Sa'd radhiyallahu 'anhuma: Bahwasanya ada seorang muslimin yang
gagah berani dalam peperangan ikut serta bersama Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memperhatikan
orang itu dan berujar;
" مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى الرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ
النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا ". فَاتَّبَعَهُ رَجُلٌ مِنْ الْقَوْمِ
وَهُوَ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَلَى الْمُشْرِكِينَ حَتَّى
جُرِحَ فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ فَجَعَلَ ذُبَابَةَ سَيْفِهِ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ
حَتَّى خَرَجَ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ فَأَقْبَلَ الرَّجُلُ إِلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْرِعًا فَقَالَ: " أَشْهَدُ أَنَّكَ
رَسُولُ اللَّهِ "، فَقَالَ: " وَمَا ذَاكَ؟ "، قَالَ: "
قُلْتَ لِفُلَانٍ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
فَلْيَنْظُرْ إِلَيْهِ، وَكَانَ مِنْ أَعْظَمِنَا غَنَاءً عَنْ الْمُسْلِمِينَ
فَعَرَفْتُ أَنَّهُ لَا يَمُوتُ عَلَى ذَلِكَ فَلَمَّا جُرِحَ اسْتَعْجَلَ
الْمَوْتَ فَقَتَلَ نَفْسَهُ ". فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عِنْدَ ذَلِكَ: " إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ
النَّارِ وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ
وَإِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ " [صحيح
البخاري]
"Barangsiapa ingin melihat lelaki
penghuni neraka, silakan lihat orang ini." Seorang laki-laki akhirnya
menguntitnya, dan rupanya lelaki tersebut merupakan orang yang paling ganas
terhadap orang-orang musyrik. Akhirnya lelaki tersebut terluka dan dia ingin
segera dijemput kematian sebelum waktunya, maka ia ambil pucuk pedangnya dan ia
letakkan di dadanya kemudian ia hunjamkan hingga tembus di antara kedua
lengannya. Orang yang menguntit lelaki tersebut langsung menemui Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dan berujar; 'Saya bersaksi bahwa engkau utusan
Allah.' 'Apa itu?' Tanya Nabi. Orang tadi menjawab; 'Anda telah berkata; 'Siapa
yang ingin melihat penghuni neraka, silakan lihat orang ini, ' Orang itu merupakan
orang yang paling pemberani diantara kami, kaum muslimin. Lalu aku tahu,
ternyata dia mati tidak di atas keIslaman, sebab dikala ia mendapat luka, ia
tak sabar menanti kematian, lalu bunuh diri.' Seketika itu pula Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh ada seorang hamba yang
melakukan amalan-amalan penghuni neraka, namun berakhir menjadi penghuni surga,
dan ada seorang hamba yang mengamalkan amalan-amalan penghuni surga, namun
berakhir menjadi penghuni neraka, sungguh amalan itu ditentukan dengan
penutupan." [Shahih Bukhari]
15. Betapa luas
dan besar rahmat Allah 'azza wajalla.
Umar
bin Al-Khatthab radhiallahu'anhu
berkata:
قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبْيٌ،
فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ السَّبْيِ قَدْ تَحْلُبُ ثَدْيَهَا تَسْقِي، إِذَا
وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَّبْيِ أَخَذَتْهُ، فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا
وَأَرْضَعَتْهُ، فَقَالَ لَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
«أَتُرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ» قُلْنَا: لاَ، وَهِيَ
تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحَهُ، فَقَالَ: «لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ
هَذِهِ بِوَلَدِهَا» [صحيح البخاري ومسلم]
"Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pernah memperoleh beberapa orang tawanan perang. Ternyata dari
tawanan tersebut ada seorang perempuan yang biasa menyusui anak kecil, apabila
dia mendapatkan anak kecil dalam tawanan tersebut, maka ia akan mengambilnya
dan menyusuinya, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada
kami: 'Menurut kalian, apakah perempuan itu tega melemparkan bayinya ke dalam
api? ' Kami menjawab; 'Sesungguhnya ia tidak akan tega melemparkan anaknya ke
dalam api selama ia masih sanggup menghindarkannya dari api tersebut.' Lalu
beliau bersabda, 'Sungguh, kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya melebihi kasih
sayang perempuan itu terhadap anaknya.' [Shahih Bukhari dan Muslim]
16. Malaikat
berubah wujud dalam bentuk manusia.
Lihat: Syarah Arba’in hadits (2) Umar; Jibril bertanya tentang iman, islam, ihsan, dan kiamat
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Kisah tiga orang yang terperangkap dalam gua - Cinta Rabi'ah bin Ka'ab Al-Aslamiy kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam - KisahTaubat Ka’b bin Malik radhiyallahu ‘anhu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...