بسم الله الرحمن الرحيم
Allah ta’aalaa berfirman:
{وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ
وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ} [البينة: 5]
Padahal mereka
hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena
(menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus (benar). [Al-Bayyinah: 5]
{لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلا
دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ} [الحج: 37]
Daging (hewan
kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi
yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. [Al-Hajj:
37]
{قُلْ إِنْ تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ
أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ} [آل عمران: 29]
Katakanlah, “Jika
kamu sembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu nyatakan, Allah pasti
mengetahuinya.” [Ali 'Imran: 29]
Hadits
pertama:
1/1- وعَنْ أَميرِ الْمُؤْمِنِينَ أبي حفْصٍ
عُمرَ بنِ الْخَطَّابِ بْن نُفَيْل بْنِ عَبْد الْعُزَّى بن رياحِ بْن عبدِ
اللَّهِ بْن قُرْطِ بْنِ رَزاحِ بْنِ عَدِيِّ بْن كَعْبِ بْن لُؤَيِّ بنِ غالبٍ
القُرَشِيِّ العدويِّ. رضي الله عنه، قالَ: سمعْتُ رسُولَ اللهِ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم يقُولُ: "إنَّما الأَعمالُ بالنِّيَّات، وإِنَّمَا لِكُلِّ
امرئٍ مَا نَوَى، فمنْ كانَتْ هجْرَتُهُ إِلَى الله ورَسُولِهِ فهجرتُه إلى الله
ورسُولِهِ، ومنْ كاَنْت هجْرَتُه لدُنْيَا يُصيبُها، أَو امرَأَةٍ يَنْكحُها
فهْجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَر إليْهِ" متَّفَقٌ عَلَى صحَّتِه. رواهُ إِماما
المُحَدِّثِين: أَبُو عَبْدِ الله مُحَمَّدُ بنُ إِسْمَاعيل بْن إِبْراهيمَ بْن الْمُغيرة
بْن برْدزْبَهْ الْجُعْفِيُّ الْبُخَارِيُّ، وَأَبُو الحُسَيْنِى مُسْلمُ بْن
الْحَجَّاجِ بْنِ مُسلمٍ القُشَيْريُّ النَّيْسَابُوريُّ رَضَيَ اللهُ عَنْهُمَا
فِي صَحيحيهِما اللَّذَيْنِ هما أَصَحُّ الْكُتُبِ الْمُصَنَّفَة.
Dari
Amirul Mu’minin Abu Hafsh Umar bin Al-Khaththab bin Nufail bin ‘Abdil
‘Uzza bin Riyah bin ‘Abdillah bin Qurth bin Razah bin ‘Adiy bin Ka’b bin Luaiy
bin Galib Al-Qurasyiy Al-‘Adawiy -radhiyallahu ‘anhu- berkata; Saya
mendengar Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda:
"Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang
(tergantung) apa yang diniatkan; barangsiapa niat hijrahnya karena Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa niat
hijrahnya karena dunia yang ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang
ingin dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan".
Hadits
ini diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits: Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il
bin Ibrahim bin Al-Mugirah bin Bardizbah Al-Ju’fiy Al-Bukhariy (w.256H)
dan Abu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaaj bin Muslim Al-Qusyairiy
An-Naisaburiy (w.261H) radhiyallahu ‘anhuma, dalam kitab Shahih mereka berdua,
yang merupakan kitab karangan yang paling shahih.
Lihat:
Syarah Arba’in hadits (1) Umar; Amal dan Niat
Hadits
kedua:
2/2 - وَعَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أُمِّ
عَبْدِ اللَّهِ عَائشَةَ رَضيَ الله عنها قالت: قالَ رسول الله صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم: "يَغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ فَإِذَا كَانُوا ببيْداءَ
مِنَ الأَرْضِ يُخْسَفُ بأَوَّلِهِم وَآخِرِهِمْ". قَالَتْ: قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ يُخْسَفُ بَأَوَّلِهِم وَآخِرِهِمْ وَفِيهِمْ
أَسْوَاقُهُمْ وَمَنْ لَيْسَ مِنهُمْ،؟ قَالَ: " يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِم
وَآخِرِهِمْ، ثُمَّ يُبْعَثُون عَلَى نِيَّاتِهِمْ" مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ: هذَا
لَفْظُ الْبُخَارِيِّ.
Dari Ummil Mu’minin Ummi ‘Abdillah ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Suatu pasukan (di akhir zaman) ingin memerangi ka’bah,
dan ketika mereka sampai pada satu padang yang tandus di bumi ini, mereka
ditelan bumi (dibinasakan) mulai dari awal sampai akhir mereka (semuanya).”
Aisyah bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana
bisa dibinasakan dari awal sampai akhir mereka padahal di antara mereka ada
yang cuma pedagang (rakyat biasa) dan orang yang bukan dari mereka (orang yang
lemah dan tawanan)?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab: “Mereka semua dibinasakan dari awal sampai akhir, kemudian mereka
dibangkitkan (pada hari kiamat dan dihisab) sesuai dengan niatnya
masing-masing”. [Shahih Bukhari dan Muslim]
Lihat: Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (6)
Penjelasan singkat hadits ini:
1.
Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Lihat: Aisyah binti Abi Bakr dan keistimewaannya
2.
Dalam riwayat lain di sahih Muslim:
Aisyah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
melakukan satu gerakan dalam tidurnya, maka kami bertanya: Wahai Rasulullah,
engkau melakukan sesuatu dalam tidurmu yang tidak pernah engkau lakukan
sebelumnya?
Maka Rasulullah bersabda:
«الْعَجَبُ
إِنَّ نَاسًا مِنْ أُمَّتِي يَؤُمُّونَ بِالْبَيْتِ بِرَجُلٍ مِنْ قُرَيْشٍ، قَدْ لَجَأَ
بِالْبَيْتِ، حَتَّى إِذَا كَانُوا بِالْبَيْدَاءِ خُسِفَ بِهِمْ»
“Mengherankan, sesungguhnya baberapa orang dari umatku
dipimpin oleh seorang dari Quraisy menuju Ka’bah (ingin menghancurkannya),
sampai ketika mereka tiba di suatu padang yang tandus, mereka semua
dibinasakan”
Kami bertanya: Wahai Rasulullah, sesungguhnya di jalan
berkumpul banyak orang?
Rasulullah menjawab:
«نَعَمْ،
فِيهِمُ الْمُسْتَبْصِرُ وَالْمَجْبُورُ وَابْنُ السَّبِيلِ، يَهْلِكُونَ مَهْلَكًا
وَاحِدًا، وَيَصْدُرُونَ مَصَادِرَ شَتَّى، يَبْعَثُهُمُ اللهُ عَلَى نِيَّاتِهِمْ»
“Iya, diantar mereka ada yang tahu maksud mereka
(sengaja ikut), ada yang terpaksa, dan ada yang cuma lewat bersama, mereka
semua dibinasakan satu kali pembinasaan (keseluruhan), kemudian mereka
dibangkitkan dengan cara yang berbeda, Allah membangkitkan mereka (dan
menghisabnya) sesuai niatnya masing-masing”
3.
Allah menilai amalan seseorang dari niatnya.
Dari Abu Kabsyah Al-Anmaariy radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"إِنَّمَا الدُّنْيَا
لِأَرْبَعَةِ نَفَرٍ، عَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَعِلْمًا فَهُوَ يَتَّقِي
فِيهِ رَبَّهُ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَيَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا،
فَهَذَا بِأَفْضَلِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللَّهُ عِلْمًا وَلَمْ
يَرْزُقْهُ مَالًا فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا
لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ، وَعَبْدٍ
رَزَقَهُ اللَّهُ مَالًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا، فَهُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ
بِغَيْرِ عِلْمٍ لَا يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ، وَلَا يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ، وَلَا
يَعْلَمُ لِلَّهِ فِيهِ حَقًّا، فَهَذَا بِأَخْبَثِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٍ لَمْ
يَرْزُقْهُ اللَّهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا فَهُوَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ لِي مَالًا
لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلَانٍ فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرُهُمَا
سَوَاءٌ" [سنن الترمذي: صحيح]
"Sesungguhnya dunia itu untuk empat orang;
(Pertama), seorang hamba yang dikarunia Allah harta dan ilmu, dengan ilmu ia
bertakwa kepada Allah dan dengan harta ia menyambung silaturrahim dan ia mengetahui
Allah memiliki hak padanya dan
ini adalah tingkatan yang paling baik. (Kedua), selanjutnya hamba yang diberi
Allah ilmu tapi tidak diberi harta, niatnya tulus, ia berkata: Andai saja aku
memiliki harta niscaya aku akan melakukan seperti amalan si fulan! Maka ia
mendapatkan apa yang ia niatkan, pahala mereka berdua sama. (Ketiga),
selanjutnya hamba yang diberi harta oleh Allah tapi tidak diberi ilmu, ia
melangkah serampangan tanpa ilmu menggunakan hartanya, ia tidak takut kepada
Rabbinya dengan harta itu dan tidak menyambung silaturrahimnya serta tidak
mengetahui hak Allah padanya, ini adalah tingkatan terburuk. (Keempat),
selanjutnya orang yang tidak diberi Allah harta atau pun ilmu, ia bekata: Andai
aku punya harta tentu aku akan melakukan seperti yang dilakukan si fulan (yang
serampangan mengelola hartanya)! Maka ia mendapatkan apa yang ia niatkan, dan
dosa keduanya sama." [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Lihat: Hadits Abu Kabsyah; Dunia itu untuk empat orang
4.
Hadits ini menunjukkan bahaya berteman dan berdekatan
dengan orang yang buruk sifatnya, karena hukuman yang akan menimpa mereka bisa
jadi mengenai juga orang yang baik.
Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{وَاتَّقُوا
فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ
اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ} [الأنفال: 25]
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak
khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa
Allah amat keras siksaan-Nya. [Al-Anfaal: 25]
Ø
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِذَا أَنْزَلَ اللَّهُ
بِقَوْمٍ عَذَابًا، أَصَابَ العَذَابُ مَنْ كَانَ فِيهِمْ، ثُمَّ بُعِثُوا عَلَى
أَعْمَالِهِمْ» [صحيح البخاري
ومسلم]
"Jika
Allah menurunkan azab, maka azab itu akan mengenai siapa saja yang berada di tengah-tengah
mereka, lantas mereka dihisab sesuai amalan mereka." [Shahih Bukhari dan Muslim]
Ø
Zainab binti Jahsy radhiyallahu
‘anha bertanya: Wahai
Rasulullah, apakah kami akan dibinasakan sekalipun diantara kami ada
orang-orang yang shalih?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab:
«نَعَمْ
إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ» [صحيح البخاري
ومسلم]
“Iya, jika keburukan sudah banyak terjadi”. [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Ø
Dari Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ
النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ
يَعُمَّهُمُ اللَّهُ بِعِقَابٍ مِنْهُ» [سنن الترمذي: صحيح]
“Sesungguhnya manusia jika mereka melihat seorang
dzalim kemudian mereka tidak mencegahnya (menasehatinya) maka sebentar lagi
Allah akan mendatangkan hukuman darinya secara umum”. [Sunan Tirmidziy: Sahih]
Ø
Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu;
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"مَثَلُ
الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ،
فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ،
وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ
يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً" [صحيح البخاري ومسلم]
"Perumpamaan teman yang shalih dengan teman yang buruk bagaikan penjual
minyak wangi dengan pandai besi, bisa jadi penjual minyak wangi itu akan
menghadiahkan kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapatkan bau
wanginya sedangkan pandai besi hanya akan membakar bajumu atau kamu akan mendapatkan
bau tidak sedapnya." [Sahih Bukhari dan Muslim]
5.
Perlindungan Allah terhadap Ka’bah.
Allah subhanahu wa ta’aalaa berfirman:
{أَلَمْ تَرَ كَيْفَ
فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصْحَابِ الْفِيلِ (1) أَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِي
تَضْلِيلٍ (2) وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ (3) تَرْمِيهِمْ
بِحِجَارَةٍ مِنْ سِجِّيلٍ (4) فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَأْكُولٍ} [الفيل: 1 - 5]
Tidakkah engkau (Muhammad)
perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah?
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan
kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu
dari tanah liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun
yang dimakan (ulat). [Al-Fiil: 1-5]
Hadits
ketiga:
3/3- وعَنْ عَائِشَة رَضِيَ اللهُ عنْهَا
قَالَت قالَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: " لا هِجْرَةَ بَعْدَ
الْفَتْحِ، وَلكنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ، وَإِذَا اسْتُنْفرِتُمْ فانْفِرُوا"
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari 'Aisyah radhiyallahu'anha,
ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Tidak
ada hijrah setelah Fathu Makkah, namun yang ada hanyalah jihad dan niat (yang
baik). Dan apabila kalian diminta untuk pergi berperang, maka pergilah kalian
ke medan perang." [Shahih Muslim]
Ø 'Atha' bin Abi Rabah -rahimahullah- berkata; Aku bersama 'Ubaid bin 'Umair Al-Laitsiy
berkunjung kepada 'Aisyah radhiyallahu'anha, kami bertanya
kepadanya tentang hijrah. Maka dia mengatakan:
«لاَ هِجْرَةَ اليَوْمَ،
كَانَ المُؤْمِنُونَ يَفِرُّ أَحَدُهُمْ بِدِينِهِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى،
وَإِلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، مَخَافَةَ أَنْ يُفْتَنَ
عَلَيْهِ، فَأَمَّا اليَوْمَ فَقَدْ أَظْهَرَ اللَّهُ الإِسْلاَمَ، وَاليَوْمَ
يَعْبُدُ رَبَّهُ حَيْثُ شَاءَ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ» [صحيح البخاري]
"Hari ini tidak ada lagi hijrah.
Dahulu orang-orang beriman, diantara mereka ada yang berlari kepada Allah dan
rasul-Nya ﷺ dengan membawa
agamanya karena takut terkena fitnah. Adapun hari ini, Allah 'Azza wa Jalla
telah memenangkan Islam, dan hari ini pula seseorang dapat beribadah kepada
Rabb-nya sesukanya. Dan yang ada sekarang adalah jihad dan niat". [Shahih
Bukhari]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1) Hijrah yang dimaksud dalam hadits ini adalah hijrah dari Mekah karena
sudah menjadi negri Islam, adapun hijrah menuju tempat yang lebih baik kondisi
beragamanya maka tetap ada sampai hari kiamat.
Dari Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«لَا
تَنْقَطِعُ الْهِجْرَةُ حَتَّى تَنْقَطِعَ التَّوْبَةُ، وَلَا تَنْقَطِعُ التَّوْبَةُ
حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا» [سنن أبي داود: صحيح]
"Tidaklah
hijrah terputus hingga taubat terputus, dan tidaklah taubat terputus hingga
matahari terbit dari barat." [Sunan Abi Daud: Shahih]
2) Hijrah
menuju Allah dan Rasul-Nya dengan mengembalikan segala urusan kepada hukum
Allah –subhanahu wata’aalaa- melalui Al-Qur’an-Nya dan sunnah Rasul-Nya
-shallallahu ‘alaihi wasallam-.
Allah
subhanahuu wata’aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا}
[النساء: 59]
Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil
amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisaa':59]
Ø
Dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
«المُسْلِمُ
مَنْ سَلِمَ المُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا
نَهَى اللَّهُ عَنْهُ» [صحيح البخاري]
"Muslim
yang sempurna adalah yang muslim lainnya selamat dari gangguan lidah dan
tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang
Allah larang." [Shahih Bukhari]
3) Hijrah
meninggalkan tempat yang dipenuhi maksiat menuju tempat yang banyak dilakukan
ibadah.
Allah subhanahu wata’aalaa befirman:
{إِنَّ
الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ
قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ
وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
(97) إِلَّا الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ لَا يَسْتَطِيعُونَ
حِيلَةً وَلَا يَهْتَدُونَ سَبِيلًا (98) فَأُولَئِكَ عَسَى اللَّهُ أَنْ يَعْفُوَ
عَنْهُمْ وَكَانَ اللَّهُ عَفُوًّا غَفُورًا (99) وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ
مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ
عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا} [النساء: 97 - 100]
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat
dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya:
"Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah
kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata:
"Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi
itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu
seburuk-buruk tempat kembali, kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau
wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui
jalan (untuk hijrah), mereka itu, mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan adalah
Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. Barangsiapa berhijrah di jalan Allah,
niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki
yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat
yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An-Nisaa’: 97-100]
Ø
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«أَنَا
بَرِيءٌ مِنْ كُلِّ مُسْلِمٍ يُقِيمُ بَيْنَ أَظْهُرِ الْمُشْرِكِينَ» [سنن أبي داود: صحيح]
“Aku berlepas diri dari setiap muslim yang bermukim
(tinggal menetap) di antara orang-orang musyrik”. [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø
Dari Abu Sa'id Al Khudriy radhiyallahu ‘anhu; Nabiyullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«كَانَ
فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَسَأَلَ
عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ، فَأَتَاهُ فَقَالَ:
إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟
فَقَالَ: لَا، فَقَتَلَهُ، فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ
أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ، فَقَالَ: إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ
نَفْسٍ، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَ التَّوْبَةِ؟ انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا، فَإِنَّ بِهَا
أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللهَ فَاعْبُدِ اللهَ مَعَهُمْ، وَلَا تَرْجِعْ إِلَى
أَرْضِكَ، فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ، فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ
أَتَاهُ الْمَوْتُ، فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلَائِكَةُ
الْعَذَابِ، فَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ: جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلًا
بِقَلْبِهِ إِلَى اللهِ، وَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ: إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ
خَيْرًا قَطُّ، فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ، فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ،
فَقَالَ: قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ، فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى
فَهُوَ لَهُ، فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ،
فَقَبَضَتْهُ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ»
"Pada jaman dahulu ada seorang laki-laki yang
telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian orang tersebut mencari
orang alim yang paling banyak ilmunya. Lalu ditunjukan kepada seorang rahib
(ahli ibadah) dan ia pun langsung mendatanginya. Kepada rahib tersebut ia
berterus terang bahwasanya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang dan
apakah taubatnya itu akan diterima? Ternyata rahib itu malahan menjawab;
'Tidak. Taubatmu tidak akan diterima.' Akhirnya laki-laki itu langsung membunuh
sang rahib hingga genaplah kini seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian
laki-laki itu mencari orang lain lagi yang paling banyak ilmunya. Lalu
ditunjukan kepadanya seorang alim yang mempunyai ilmu yang banyak. Kepada orang
alim tersebut, laki-laki itu berkata; 'Saya telah membunuh seratus orang dan
apakah taubat saya akan diterima? ' Orang alim itu menjawab; 'Ya. Tidak
ada penghalang antara taubatmu dan dirimu. Pergilah ke daerah ini dan itu,
karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah -Subhanahu Wa Ta'ala-.
Setelah itu, beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu
kembali ke daerahmu, karena daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.'
Maka berangkatlah laki-laki itu ke daerah yang telah ditunjukan tersebut. Di
tengah perjalanan menuju ke sana laki-laki itu meninggal dunia. Lalu malaikat
Rahmat dan Azab saling berbantahan. Malaikat Rahmat berkata; 'Orang laki-laki
ini telah berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertaubat dan beribadah kepada
Allah dengan sepenuh hati.' Malaikat Azab membantah; 'Tetapi, bukankah ia belum
berbuat baik sama sekali.' Akhirnya datanglah seorang malaikat yang berwujud
manusia menemui kedua malaikat yang sedang berbantahan itu. Maka keduanya
meminta keputusan kepada malaikat yang berwujud manusia dengan cara yang
terbaik. Orang tersebut berkata; 'Ukurlah jarak yang terdekat dengan orang yang
meninggal dunia ini dari tempat berangkatnya hingga ke tempat tujuannya. Mana
yang terdekat, maka itulah keputusannya.' Ternyata dari hasil pengukuran mereka
itu terbukti bahwa orang laki-laki tersebut meninggal dunia lebih dekat ke
tempat tujuannya. Dengan demikian orang tersebut berada dalam genggaman
malaikat Rahmat.'
Qatadah berkata; 'Al-Hasan berkata; 'Seseorang telah
berkata pada kami bahwasanya laki-laki itu saat meninggal dunia ia memajukan
dadanya ke depan.' [Shahih Muslim]
Menetap di wilayah muslim yang penuh maksiat jika
mampu untuk tidak terpengaruh dan berusaha untuk memberi nasehat, maka itu
lebih baik dari hijrah.
Dari Ibnu
Umar radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«الْمُؤْمِنُ
الَّذِي يُخَالِطُ النَّاسَ، وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ، أَعْظَمُ أَجْرًا مِنَ الْمُؤْمِنِ
الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ، وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Orang
mukmin yang berbaur (berinteraksi) dengan manusia dan bersabar atas perbuatan
buruk mereka, lebih besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak berbaur
(berinteraksi) dengan manusia dan tidak sabar atas tindakan buruk mereka."
[Sunan Ibnu Majah: Shahih]
4) Kewajiban
memenuhi panggilan jihad.
Allah subhanahu wata’aalaa befirman:
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ
الْآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
(38) إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا
غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [التوبة: 38، 39]
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa apabila
dikatakan kepada kamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah,” kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu lebih menyenangi
kehidupan di dunia daripada kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di
dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika
kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu
dengan azab yang pedih dan menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan kamu
tidak akan merugikan-Nya sedikit pun. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. [At-Taubah:
38-39]
5) Jihad dengan
jiwa dan raga, harta, dan ilmu.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ
وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ}
[التحريم: 9] [التوبة: 73]
Hai
nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap
keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah
seburuk-buruknya tempat kembali.
[At-Tahriim: 9] [At-Taubah: 73]
6) Keutamaan
jihad.
Diantaranya:
a. Amalan
terbaik.
Ma'iz radhiyallahu 'anhu berkata: Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam ditanya: Amalan apakah yang paling baik?
Rasulullah
menjawab:
" إِيمَانٌ بِاللهِ وَحْدَهُ، ثُمَّ الْجِهَادُ، ثُمَّ حَجَّةٌ
بَرَّةٌ تَفْضُلُ سَائِرَ الْعَمَلِ كَمَا بَيْنَ مَطْلَعِ الشَّمْسِ إِلَى
مَغْرِبِهَا " [مسند أحمد: صحيح]
“Iman
kepada Allah semata, kemudian jihad, kemudian haji mabrur melebihi amalan
lainnya sejauh antara tempat terbitnya matahari (timur) dan tempat tenggelamnya
(barat)”. [Musnad Ahmad: Sahih]
b. Puncaknya
agama.
Dari Mu'adz
bin Jabal radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
«رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلَامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ، وَذِرْوَةُ
سَنَامِهِ الجِهَادُ» [سنن الترمذي: صحيح]
"Inti agama adalah Islam (dua kalimat syahadat), tiangnya adalah shalat,
dan puncaknya adalah jihad". [Sunan Tirmidzy: Sahih]
c. Dicintai
oleh Allah.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ
يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ
وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ
يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ
فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ } [المائدة:
54]
Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi
Maha Mengetahui. [Al-Maidah:54]
Ø Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu bertanya
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Amalan apakah yang
paling dicintai oleh Allah?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
«الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا»
"Shalat tepat pada waktunya!"
Ibnu Mas'ud berkata: Kemudian apa?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
«ثُمَّ بِرُّ الوَالِدَيْنِ»
"Berbuat baik kepada kedua
orang tua!"
Ibnu Mas'ud berkata: Kemudian apa?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab:
«الجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ»
"Jihad di jalan Allah!"
Ibnu Mas'ud berkata: Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam menyampaikannya kepadaku, dan seandainya aku terus bertanya
maka beliau akan terus menjawabnya! [Sahih Bukhari dan Muslim]
d. Mendapatkan
pertolongan.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:
" ثَلَاثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللَّهِ
عَوْنُهُمْ: المُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَالمُكَاتَبُ الَّذِي يُرِيدُ
الأَدَاءَ، وَالنَّاكِحُ الَّذِي يُرِيدُ العَفَافَ " [سنن
الترمذي: حسنه الألباني]
"Ada tiga golongan yang
berhak mendapat pertolongan dari Allah; Mujahid di jalan Allah, Mukaatib yang
ingin melunasi utangnya, dan orang yang menikah supaya terjaga dari
maksiat". [Sunan Tirmidzi: Hasan]
e.
Pahala yang sangat besar.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{وَفَضَّلَ اللَّهُ الْمُجَاهِدِينَ عَلَى
الْقَاعِدِينَ أَجْرًا عَظِيمًا . دَرَجَاتٍ مِنْهُ وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَةً
وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا } [النساء: 95- 96]
Dan Allah melebihkan orang-orang yang
berjihad atas orang yang duduk (tidak berperang karena uzur) dengan pahala yang
besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An-Nisaa': 95-96]
f.
Masuk surga melalui pintu khusus.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ مِنْ شَيْءٍ مِنَ الأَشْيَاءِ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ، دُعِيَ مِنْ أَبْوَابِ، - يَعْنِي الجَنَّةَ، - يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا
خَيْرٌ، فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلاَةِ،
وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الجِهَادِ، وَمَنْ كَانَ
مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ
الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصِّيَامِ، وَبَابِ الرَّيَّانِ»
"Barangsiapa yang
menginfaqkan dua pasang dari sesuatu di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari
pintu-pintu surga: Wahai hamba Allah ini lebih baik! Barangsiapa yang dari ahli
shalat (banyak shalat sunnahnya) maka ia akan dipanggil dari pintu shalat, dan
barangsiapa yang dari ahli jihad maka ia akan dipanggil dari pintu jihad, dan
barangsiapa yang dari ahli sedekah maka ia akan dipanggil dari pintu sedekah,
dan barangsiapa yang dari ahli puasa maka ia akan dipanggil dari pintu puasa
dan pintu Ar-Rayyaan". [Sahih Bukhari dan
Muslim]
g.
Derajat yang tinggi di surga.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ فِي الجَنَّةِ
مِائَةَ دَرَجَةٍ، أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، مَا
بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ» [صحيح البخاري]
"Sesungguhnya dalam surga itu ada
seratus derajat, Allah persiapkan untuk orang-orang yang berjihad di jalan
Allah, jarak antara dua derajat seperti jarak antara langit dan bumi".
[Sahih Bukhari]
Hadits
keempat:
4/4- وعَنْ أبي عَبْدِ اللَّهِ جابِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ الأَنْصَارِيِّ رضِيَ اللهُ عنْهُمَا قَالَ: كُنَّا مَع النَّبِيِّ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم في غَزَاة فَقَالَ: "إِنَّ بِالْمَدِينَةِ
لَرِجَالاً مَا سِرْتُمْ مَسِيراً، وَلاَ قَطَعْتُمْ وَادِياً إِلاَّ كانُوا
مَعكُم حَبَسَهُمُ الْمَرَضُ" .
وَفِي روايَةِ: "إِلاَّ شَركُوكُمْ في الأَجْر" رَواهُ
مُسْلِمٌ.
Dari Abu ‘Abdillah Jabir bin Abdillah Al-Anshariy -radhiyallahu
‘anhuma- dia berkata."Kami pernah ikut berperang bersama Nabi ﷺ dalam suatu peperangan,
ketika itu beliau bersabda: "Ada beberapa orang laki-laki di Madinah,
tidaklah kalian melalui satu jalan dan tidak pula kalian melewati suatu lembah,
kecuali mereka ikut bersama-sama kalian (mendapatkan pahala), karena mereka
sekarang terhalang karena sakit."
Dan dalam riwayat lain: "Melainkan mereka juga mendapatkan pahala
seperti kalian." [Diriwayatkan oleh Muslim]
ورواهُ البُخَارِيُّ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ:
رَجَعْنَا مِنْ غَزْوَةِ تَبُوكَ مَعَ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم
فَقَالَ: "إِنَّ أَقْوَامَاً خلْفَنَا بالمدِينةِ مَا سَلَكْنَا شِعْباً
وَلاَ وَادِياً إِلاَّ وَهُمْ مَعَنَا، حَبَسَهُمْ الْعُذْرُ".
Dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Anas radhiallahu'anhu
ia berkata: Kami mebali dari perang Tabuk bersama Nabi ﷺ kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya ada kaum yang
berada di Madinah (tidak ikut berperang bersama kita), tidaklah kita mendaki
bukit, tidak pula menyusuri lembah melainkan mereka bersama kita (dalam
mendapat) pahala berperang karena mereka tertahan oleh udzur (alasan) yang
benar".
Penjelasan singkat
hadits ini:
1)
Biografi
Jabir bin ‘Abdillah dan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhum.
Lihat: https://umar-arrahimy.blogspot.com/ - https://umar-arrahimy.blogspot.com/
2)
Perang
Tabuk tahun 9 hijriyah melawan Roma dan Gassan.
Lihat:
Hadits kisah taubat Ka’b bin Malik radhiyallahu ‘anhu
3)
Boleh
tidak ikut jihad jika tidak mampu.
Allah
subhanahu wata'aalaa berfirman:
{لَيْسَ عَلَى
الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا
يُنْفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ مَا عَلَى الْمُحْسِنِينَ
مِنْ سَبِيلٍ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (91) وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ
لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا
وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلَّا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ} [التوبة: 91-92]
Tidak ada dosa (karena tidak pergi berperang)
atas orang yang lemah, orang yang sakit dan orang yang tidak memperoleh apa
yang akan mereka infakkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan
Rasul-Nya. Tidak ada alasan apa pun untuk menyalahkan orang-orang yang berbuat
baik. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan tidak ada (pula dosa) atas
orang-orang yang datang kepadamu (Muhammad), agar engkau memberi kendaraan
kepada mereka, lalu engkau berkata, “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk
membawamu,” lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena
sedih, disebabkan mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan (untuk
ikut berperang). [At-Taubah: 91-92]
4)
Orang
yang terbiasa melakukan sesuatu kemudian mendapat halangan maka ia tetap
mendapatkan pahala amalan tersebut.
Dari Abu Musa radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda:
«إِذَا مَرِضَ العَبْدُ، أَوْ سَافَرَ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ
يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا» [صحيح البخاري]
"Jika seorang hamba sakit
atau bepergian (dan tidak bisa melaksanakan ibadah rutinnya), maka ditulis
baginya pahala seperti ketika dia beramal saat muqim dan dalam keadaan
sehat". [Sahih Bukhari]
Ø Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَا مِنَ امْرِئٍ تَكُونُ لَهُ صَلَاةٌ
بِلَيْلٍ فَغَلَبَهُ عَلَيْهَا نَوْمٌ إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ أَجْرَ
صَلَاتِهِ، وَكَانَ نَوْمُهُ صَدَقَةً عَلَيْهِ» [سنن النسائي: صحيح]
“Tidak seorang pun yang memiliki salat
malam rutin kemudian ia dikalahkan (ketiduran) kecuali dicatat untuknya pahala
salat yang sering ia lakukan dan tidurnya tersebut adalah sedekah untuknya”.
[Sunan An-Nasa'i: Sahih]
Ø Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وُضُوءَهُ، ثُمَّ
رَاحَ فَوَجَدَ النَّاسَ قَدْ صَلَّوْا أَعْطَاهُ اللَّهُ جَلَّ وَعَزَّ مِثْلَ
أَجْرِ مَنْ صَلَّاهَا وَحَضَرَهَا لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أَجْرِهِمْ شَيْئًا» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
Barangsiapa yang berwudhu dan memperbaiki
wudhunya kemudian pergi ke mesjid dan mendapati orang-orang telah selesai salat
maka Allah 'azza wa jalla memberinya pahala seperti pahala orang yang
hadir salat jama'ah tanpa mengurangi dari pahala mereka sedikitpun. [Sunan Abu
Daud: Sahih]
Hadits
kelima:
5/5- وَعَنْ أبي يَزِيدَ مَعْنِ بْن يَزِيدَ
بْنِ الأَخْنسِ رضي الله عَنْهمْ، وَهُوَ وَأَبُوهُ وَجَدّهُ صَحَابِيُّونَ، قَال:
كَانَ أبي يَزِيدُ أَخْرَجَ دَنَانِيرَ يَتصَدَّقُ بِهَا فَوَضَعَهَا عِنْدَ
رَجُلٍ في الْمَسْجِدِ فَجِئْتُ فَأَخَذْتُهَا فَأَتيْتُهُ بِهَا. فَقَالَ: وَاللَّهِ
مَا إِيَّاكَ أَرَدْتُ، فَخَاصمْتُهُ إِلَى رسولِ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وسَلَّم فَقَالَ: "لَكَ مَا نويْتَ يَا يَزِيدُ، وَلَكَ مَا أَخذْتَ يَا
مَعْنُ "رواهُ البخاريُّ.
Dan dari Abu Yazid Ma'an bin Yazid bin
Al-Akhnas radhiallahu'anhum –dia, bapaknya, dan kakeknya adalah
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam-, ia berkata: Suatu hari bapakku,
Yazid mengeluarkan dinar untuk dishadaqahkan, lalu dia meletakkannya di samping
seseorang yang berada di masjid. Kemudian aku datang, aku ambil dan aku bawa
kepadanya, lalu bapakku berkata: "Demi Allah, bukan kamu yang aku
tuju". Lalu masalah ini aku adukan kepada Rasulullah ﷺ, maka beliau berkata: "Bagimu apa yang sudah kamu niatkan
wahai Yazid, sedangkan bagimu apa yang telah kamu ambil wahai Ma'an". [Diriwayatkan
oleh imam Bukhari]
Penjelasan singkat
hadits ini:
1) Biografi Abu
Yazid Ma'an bin Yazid bin Al-Akhnas bin Habib radhiyallahu ‘anhum.
Yazid
bin Abi Habib –rahimahullah- berkata: “Aku tidak mengetahui seseorang
yang dirinya, anaknya, dan cucunya ikut perang Badr selain mereka”. Ia wafat
tahun 64 hijriyah.
Ma'an
bin Yazid radhiallahu'anhuma
berkata:
«بَايَعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا وَأَبِي وَجَدِّي، وَخَطَبَ عَلَيَّ،
فَأَنْكَحَنِي، وَخَاصَمْتُ إِلَيْهِ»
"Aku,
bapakku dan kakekku sudah berbaiat kepada Rasulullah ﷺ. Aku juga pernah dilamarkan seseorang buatku dan beliau
menikahkanku. Aku juga bersumpah setia (untuk mengembalikan setiap urusanku)
kepada beliau. [Shahih Bukhari]
2) Zakat wajib
tidak boleh diberikan kepada anak atau orang tua kandung jika dalam kondisi
wajib ia nafkahi.
Adapun
jika anak atau orang tua kandungnya tidak wajib ia nafkai, maka boleh
memberinya harta zakat jika mereka miskin.
Dari Abdullah
bin 'Amr radhiyallahu 'anhuma; Bahwasanya seorang lelaki mendatangi
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya: Wahai Rasulullah, sesungguhnya
aku memiliki harta dan anak, dan sesungguhnya orang tuaku membutuhkan hartaku?
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
«أَنْتَ وَمَالُكَ لِوَالِدِكَ، إِنَّ أَوْلَادَكُمْ مِنْ أَطْيَبِ
كَسْبِكُمْ، فَكُلُوا مِنْ كَسْبِ أَوْلَادِكُمْ» [سنن أبي داود: صححه
الألباني]
"Engkau dan hartamu adalah milik orang tuamu, sesungguhnya anak-anakmu
adalah diantara usahamu yang baik, maka makanlah dari hasil usaha
anak-anakmu". [Sunan Abi Daud: Sahih]
Ø Dalam riwayat lain:
«أَنْتَ وَمَالُكَ لِأَبِيكَ» [سنن ابن ماجه: صحيح]
"Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
3) Orang yang
berniat sedekah kepada yang berhak kemudian ternyata diambil oleh orang yang
tidak berhak maka pahalanya sudah sampai.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:
" قَالَ رَجُلٌ:
لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ، فَوَضَعَهَا فِي يَدِ
سَارِقٍ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَى سَارِقٍ فَقَالَ:
اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ
فَوَضَعَهَا فِي يَدَيْ زَانِيَةٍ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ
اللَّيْلَةَ عَلَى زَانِيَةٍ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، عَلَى
زَانِيَةٍ؟ لَأَتَصَدَّقَنَّ بِصَدَقَةٍ، فَخَرَجَ بِصَدَقَتِهِ، فَوَضَعَهَا فِي
يَدَيْ غَنِيٍّ، فَأَصْبَحُوا يَتَحَدَّثُونَ: تُصُدِّقَ عَلَى غَنِيٍّ، فَقَالَ:
اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ، عَلَى سَارِقٍ وَعَلَى زَانِيَةٍ وَعَلَى غَنِيٍّ،
فَأُتِيَ فَقِيلَ لَهُ: أَمَّا صَدَقَتُكَ عَلَى سَارِقٍ فَلَعَلَّهُ أَنْ
يَسْتَعِفَّ عَنْ سَرِقَتِهِ، وَأَمَّا الزَّانِيَةُ فَلَعَلَّهَا أَنْ
تَسْتَعِفَّ عَنْ زِنَاهَا، وَأَمَّا الغَنِيُّ فَلَعَلَّهُ يَعْتَبِرُ فَيُنْفِقُ
مِمَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ " [صحيح البخاري
ومسلم]
"Ada seorang laki-laki berkata: 'Aku
pasti akan bersedekah!'. Lalu dia keluar dengan membawa sedekahnya dan ternyata
jatuh ke tangan seorang pencuri. Keesokan paginya orang-orang ramai
membicarakan bahwa telah diberi sedekah kepada seorang pencuri. Mendengar hal
itu orang itu berkata: "Ya Allah segala puji bagi-Mu, aku pasti akan
bershadaqah lagi!". Kemudian dia keluar dengan membawa sedekahnya lalu
ternyata jatuh ke tangan seorang pezina. Keesokan paginya orang-orang ramai
membicarakan bahwa tadi malam telah diberi sedekah kepada seorang pezina. Maka
orang itu berkata lagi: "Ya Allah segala puji bagi-Mu, (ternyata
shadaqahku jatuh) kepada seorang pezina, aku pasti akan bershadaqah
lagi!". Kemudian dia keluar lagi dengan membawa sedekahnya lalu ternyata
jatuh ke tangan seorang yang kaya. Keesokan paginya orang-orang kembali ramai
membicarakan bahwa telah diberi sedekah kepada seorang yang kaya. Maka orang
itu berkata: "Ya Allah segala puji bagi-Mu, (ternyata shadaqahku jatuh)
kepada seorang pencuri, pezina, dan orang kaya!". Setelah itu orang tadi
bermimpi dan dikatakan padanya: "Adapun sedekah kamu kepada pencuri,
mudah-mudahan dapat mencegah si pencuri dari perbuatannya, sedangkan sedekah
kamu kepada pezina, mudah-mudahan dapat mencegahnya berbuat zina kembali dan
sedekah kamu kepada orang yang kaya mudah-mudahan dapat memberikan pelajaran
baginya agar menginfaqkan harta yang diberikan Allah kepadanya". [Sahih
Bukhari dan Muslim]
Wallahu a’lam!
Lihat juga: Daftar hadits syarah Arba’in Nawawiy - Daftar judul bab kitab Ash-Shaum (Puasa) dalam Shahih Bukhari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...