بسم
الله الرحمن الرحيم
A. Penjelasan pertama:
Imam
Bukhari rahimahullah berkata:
بَابُ الصَّائِمِ إِذَا أَكَلَ أَوْ
شَرِبَ نَاسِيًا
“Bab:
Orang yang berpuasa jika makan atau minum karena lupa”
Dalam
bab ini, imam Bukhari rahimahullah menyebutkan
empat atsar dari tabi’in dan satu hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang menunjukkan bahwa orang
yang makan atau minum atau hal lain yang membatalkan puasa karena lupa maka
puasanya tidak batal.
وَقَالَ عَطَاءٌ: «إِنِ اسْتَنْثَرَ،
فَدَخَلَ المَاءُ فِي حَلْقِهِ لاَ بَأْسَ إِنْ لَمْ يَمْلِكْ» وَقَالَ الحَسَنُ:
«إِنْ دَخَلَ حَلْقَهُ الذُّبَابُ فَلاَ شَيْءَ عَلَيْهِ» وَقَالَ الحَسَنُ،
وَمُجَاهِدٌ: «إِنْ جَامَعَ نَاسِيًا فَلاَ شَيْءَ عَلَيْهِ»
“Dan ‘Athaa’ berkata: Jika orang yang berpuasa menghirup air dari
hidungnya (ketika wudhu) kemudian air masuk ke tenggorokannya maka puasanya
tidak mengapa (tetap sah) jika ia tidak mampu mencegahnya. Dan Al-Hasan
berkata: Jika lalat masuk ke tenggorokannya maka tiada ada sesuatu baginya
(puasanya tetap sah). Dan Al-Hasan dan Mujahid berkata: Jika orang yang
berpuasa menggauli istrinya dalam keadaan lupa maka tidak ada sesuatu baginya”.
a)
Atsar ‘Athaa’ bin Abi Rabaah rahimahullah.
Diriwayatkan
oleh Abdurrazaq rahimahullah dalam
“Al-Mushannaf” 4/174 no.7379:
عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ: قُلْتُ
لِعَطَاءٍ: إِنْسَانٌ اسْتَنْثَرَ فَدَخَلَ الْمَاءُ حَلْقَهُ قَالَ: «لَا بَأْسَ
بِذَلِكَ»
Dari
Ibnu Juraij, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Athaa’: Seorang menghirup
air dari hidungnya (saat puasa) kemudian air masuk ke tenggorokannya?
‘Atha’
menjawab: “Hal itu tidak mengapa”.
Ø Diriwayatkan juga oleh Ibnu
Abi Syaibah rahimahullah dalam
Mushannaf-nya 2/322 no.9486, ia berkata:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جُرَيْجٍ،
قَالَ إِنْسَانٌ لِعَطَاءٍ: أَسْتَنْثِرُ فَدَخَلَ الْمَاءُ حَلْقِي؟ قَالَ: «لَا
بَأْسَ مَا لَمْ تَمْلِكْ»
Telah
menceritakan kepada kami, Muhammad bin Juraij: Seorang bertanya kepada ‘Athaa’:
Aku menghirup air melalui hidung kemudian air masuk ke tenggorokanku?
‘Atha’
menjawab: “Tidak mengapa selama engkau tidak mampu mencegahnya”.
b)
Atsar Al-Hasan Al-Bashriy rahimahullah.
Yang
pertama: Diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya 2/349 no.9795, ia berkata:
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنِ الرَّبِيعِ،
عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ: «لَا يُفْطِرُ»
Telah
menceritakan kepada kami, Waki’, dari Ar-Rabi’, dari Al-Hasan, (tentang
seseorang yang kemasukan lalat di tenggorokannya saat berpuasa), ia menjawab:
“Tidak batal puasanya”.
Yang
kedua: Diriwayatkan oleh Abdurrazaq
dalam “Al-Mushannaf” 4/174 no.7377:
عَنِ الثَّوْرِيِّ، عَنْ رَجُلٍ، عَنِ
الْحَسَنِ قَالَ: «هُوَ بِمَنْزِلَةِ مَنْ أَكَلَ، وَشَرِبَ نَاسِيًا»
Dari
Ats-Tsauriy, dari seorang laki-laki, dari Al-Hasan, ia berkata: “Dia
(orang yang menggauli istrnya saat berpuasa karena lupa) seperti orang yang
makan dan minum karena lupa”.
c)
Atsar Mujahid bin Jabr, Abu
Al-Hajjaj Al-Makkiy (w.101H) rahimahullah.
Diriwayatkan
oleh Abdurrazaq dalam “Al-Mushannaf” 4/174 no.7375:
عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ، عَنْ
مُجَاهِدٍ قَالَ: «لَوْ وَطِئَ رَجُلٌ امْرَأَتَهُ، وَهُوَ صَائِمٌ نَاسِيًا فِي رَمَضَانَ
لَمْ يَكُنْ عَلَيْهِ فِيهِ شَيْءٌ»
Dari
Ibnu Abi Najiih, dari Mujahid, ia berkata: “Kalau seseorang menggauli
istrinya saat ia berpuasa dalam keadaan lupa di bulan Ramadhan maka tidak ada
sesuatu atasnya (puasanya tetap sah)”.
Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
imam Bukhari rahimahullah berkata:
1831 - حَدَّثَنَا
عَبْدَانُ [عبد الله بن عثمان أبو عبد الرحمن المروزي]، أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ
زُرَيْعٍ [أبو معاوية البصري]، حَدَّثَنَا هِشَامٌ [بن حسان الأزدي]، حَدَّثَنَا [محمد]
ابْنُ سِيرِينَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «إِذَا نَسِيَ فَأَكَلَ وَشَرِبَ،
فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ، فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللَّهُ وَسَقَاهُ»
1831 - Telah menceritakan kepada kami 'Abdan
[Abdullah bin ‘Utsman, Abu Abdirrahman Al-Marwaziy], telah mengabarkan kepada
kami Yazid bin Zurai' [Abu Mu’awiyah Al-Bashriy], telah menceritakan kepada
kami Hisyam [bin Hassan Al-Azdiy], telah menceritakan kepada kami [Muhammad]
Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Jika seseorang lupa lalu dia makan
dan minum (ketika sedang berpuasa) maka hendaklah dia meneruskan puasanya
karena hal itu berarti Allah telah memberinya makan dan minum".
1)
Biografi Abu Hurairah -radhiyallahu
'anhu-.
2)
Makan, minum, dan
segala yang membatalkan puasa jika dilakukan karena lupa maka puasa tetap sah.
Dari
Ummu Hakim binti Dinar, dari bekas tuannya Ummi Ishaq -radhiyallahu
'anha-;
أَنَّهَا كَانَتْ عِنْدَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأُتِيَ بِقَصْعَةٍ مِنْ ثَرِيدٍ،
فَأَكَلَتْ مَعَهُ، وَمَعَهُ ذُو الْيَدَيْنِ فَنَاوَلَهَا، رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرْقًا، فَقَالَ: يَا أُمَّ إِسْحَاقَ أَصِيبِي
مِنْ هَذَا! فَذَكَرْتُ أَنِّي كُنْتُ صَائِمَةً، فَبَرَدَتْ يَدِي لَا
أُقَدِّمُهَا، وَلَا أُؤَخِّرُهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: مَا لَكِ؟ قَالَتْ: كُنْتُ صَائِمَةً فَنَسِيتُ، فَقَالَ ذُو
الْيَدَيْنِ: الْآنَ بَعْدَمَا شَبِعْتِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَتِمِّي صَوْمَكِ، فَإِنَّمَا هُوَ رِزْقٌ سَاقَهُ اللَّهُ
إِلَيْكِ» [مسند أحمد]
Bahwa
dia berada di samping Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu
dihidangkan satu nampan tsarid (roti campur daging), dan ia pun makan bersama
beliau yang saat itu bersama Dzul Yadain. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam kemudian memberinya air susu seraya bersabda: "Wahai Ummu
Ishaq, minumlah air ini."
Lalu
aku teringat bahwa aku sedang berpuasa, maka tanganku aku tahan, tidak maju dan
tidak mundur. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bertanya:
"Ada apa denganmu?"
Ummu
Ishaq menjawab, "Aku sedang berpuasa, dan lalu aku lupa."
Lalu
Dzul Yadain berkata, "Sekarang baru kamu ingat setelah kenyang!"
Kemudian
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sempurnakanlah
puasamu, sesungguhnya ia adalah rizki dari Allah yang diberikan kepadamu."
[Musnad Ahmad]
Ø Dari ‘Amru bin Dinar -rahimahullah-;
أَنَّ إِنْسَانًا جَاءَ أَبَا
هُرَيْرَةَ، فَقَالَ: أَصْبَحْتُ صَائِمًا، فَنَسِيتُ فَطَعِمْتُ، وَشَرِبْتُ
قَالَ: «لَا بَأْسَ، اللَّهُ أَطْعَمَكَ، وَسَقَاكَ» قَالَ: ثُمَّ دَخَلْتُ عَلَى
إِنْسَانٍ آخَرَ، فَنَسِيتُ فَطَعِمْتُ، وَشَرِبْتُ قَالَ: «لَا بَأْسَ، اللَّهُ
أَطْعَمَكَ، وَسَقَاكَ» قَالَ: ثُمَّ دَخَلْتُ عَلَى إِنْسَانٍ آخَرَ فَنَسِيتُ،
وَطَعِمْتُ، فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ: «أَنْتَ إِنْسَانٌ لَمْ تُعَاوِدِ
الصِّيَامَ» [مصنف عبد الرزاق الصنعاني]
Seseorang datang kepada Abu Hurairah
-radhiyallahu 'anhu- dan berkata: Aku berada
di pagi hari dalam keadaan berpuasa kemudian aku lupa lalu makan dan minum?
Abu Hurairah menjawab: Tidak mengapa, Allah
yang telah memberimu makan dan minum!
Orang itu melanjutkan: Kemudian aku bertamu
kepada seseorang, dan aku kembali lupa kemudian makan dan minum?
Abu Hurairah menjawab: Tidak mengapa, Allah
yang telah memberimu makan dan minum!
Orang itu melanjutkan: Kemudian aku bertamu
kepada seseorang yang lain, dan aku kembali lupa kemudian makan?
Maka Abu Hurairah berkata: Kamu orang yang
tidak biasa berpuasa! [Mushannaf Abdurrazaq]
3)
Rahmat Allah tidak
menghukumi orang yang melakukan kesalahan karena lupa atau keliru.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{رَبَّنَا
لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا} " قَالَ: نَعَمْ "
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah".
[Al-Baqarah: 286]
Allah berfirman: "Iya, Aku
kabulkan". [Shahih Muslim]
Ø Dari Abi Dzar Al-Gifariy radhiyallahu 'anhu;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ قَدْ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ، وَالنِّسْيَانَ، وَمَا
اسْتُكْرِهُوا عَلَيْهِ» [سنن
ابن ماجه: صحيح]
"Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku sesuatu
yang dilakukan karena salah (tidak sengaja), lupa, dan sesuatu yang dipaksakan
kepadanya". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
Ø Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma; Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ
اللَّهَ وَضَعَ عَنْ أُمَّتِي الْخَطَأَ، وَالنِّسْيَانَ، وَمَا اسْتُكْرِهُوا
عَلَيْهِ» [سنن
ابن ماجه: صحيح]
"Sesungguhnya Allah menggugurkan (catatan dosa) dari
umatku sesuatu yang dilakukan karena salah (tidak sengaja), lupa, dan suatu
yang dipaksakan kepadanya". [Sunan Ibnu Majah: Sahih]
4) Allah
yang memberi makan dan minum.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
{وَالَّذِي
هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ} [الشعراء:
79]
(Ibarahim berkata:) Dan Tuhanku, yang Dia
memberi makan dan minum kepadaku. [Asy-Syu'araa': 79]
{فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ
(3) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ} [قريش: 3، 4]
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan
Pemilik rumah ini (Ka'bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. [Quraisy: 3-4]
Ø Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu
'alaihi wasallam meriwayatkan firman Allah subhanahu wa ta'ala dalam
hadits Qudsiy:
يَا
عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ، إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ، فَاسْتَطْعِمُونِي
أُطْعِمْكُمْ [صحيح
مسلم]
"Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kelaparan,
kecuali orang yang telah Aku beri makan. Oleh karena itu, mintalah makan
kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu makan!” [Sahih Muslim]
Lihat: Do’a makan
5) Segala
perbuatan manusia adalah ciptaan Allah.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
{اللهُ
خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ} [الزمر:
62]
Allah menciptakan segala sesuatu.
[Az-Zumar:62]
{وَاللهُ
خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ} [الصافات:
96]
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu
dan apa yang kamu perbuat itu. [Ash-Shaaffaat:96]
Ø Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
خَلَقَ
اللهُ كُلَّ صَانِعٍ ، وَصَنْعَتَهُ [مسند البزار: صحيح]
"Allah menciptakan semua yang berbuat dan
perbuatannya". [Musnad Al-Bazzar: Sahih]
6)
Keringanan syari’at
Islam secara umum, dan syari’a puasa secara khusus.
Allah subhanahu wa ta'aalaa
berfirman:
{مَا
يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَكِن يُرِيدُ
لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}
Allah tidak hendak menyulitkan kamu
(dengan syari'at-Nya), tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. [Al-Maidah: 6]
{وَمَا
جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ}
Dan Dia (Allah) sekali-kali tidak
menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. [Al-Hajj: 78]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ الدِّينَ
يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
"Sesungguhnya agama itu
mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan
(semakin berat dan sulit)". [Shahih Bukhari]
Wallahu a’lam!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...