Kamis, 03 Oktober 2019

Penjelasan singkat kitab Ash-Shaum dari Sahih Bukhari; Bab (24) Ciuman bagi orang yang berpuasa

بسم الله الرحمن الرحيم
A.    Penjelasan pertama:
Imam Bukhari -rahimahullah- berkata:
بَابُ القُبْلَةِ لِلصَّائِمِ
“Bab: Ciuman bagi orang yang berpuasa”.
Dalam bab ini, imam Bukhari menyebutkan satu atsar dari Jabir bin Zayd, dan dua hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Aisyah dan Ummi Salamah radhiyallahu ‘anhuma.
Imam Bukhari rahimahullah berkata:
وَقَالَ جَابِرُ بْنُ زَيْدٍ: «إِنْ نَظَرَ فَأَمْنَى يُتِمُّ صَوْمَهُ»
“Dan Jabir bin Zayd berkata: Jika ia melihat (istrinya) kemudian ia mengeluarkan air mani, maka ia tetap melanjutkan puasanya”
Atsar Jabir bin Zayd, Abu Asy-Sya’tsaa’ Al-Azdiy (w.93 atau 103H) rahimahullah:
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah rahimahullah dengan sanad dan matan yang lengkap dalam kitab Mushannaf-nya (2/321) no.9480:
عَنْ عَمْرِو بْنِ هَرِمٍ، قَالَ: سُئِلَ جَابِرُ بْنُ زَيْدٍ، عَنْ رَجُلٍ نَظَرَ إِلَى امْرَأَتِهِ فِي رَمَضَانَ فَأَمْنَى مِنْ شَهْوَتِهَا، هَلْ يُفْطِرُ؟ قَالَ: «لَا، وَيُتِمُّ صَوْمَهُ»
Dari ‘Amr bin Harim, ia berkata: Jabir bin Zayd ditanya tentang seorang laki-laki yang memandang istrinya di bulan Ramadhan kemudian ia mengeluarkan air mani karena nafsu terhadapnya, apakah ia membatalkan puasanya?
Jabir berkata: “Tidak, dan hendaklah ia melanjutkan puasanya”.
B.     Penjelasan kedua.
Hadits pertama: Hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha, diriwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah melalui dua jalur sanad. Ia berkata:
1827 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ المُثَنَّى، حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن سعيد القطان]، عَنْ هِشَامٍ [بن عروة بن الزبير]، قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبِي، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، (ح)، وحَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ، عَنْ مَالِكٍ، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: «إِنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيُقَبِّلُ بَعْضَ أَزْوَاجِهِ وَهُوَ صَائِمٌ»، ثُمَّ ضَحِكَتْ
1827 - Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami Yahya [bin Sa’id Al-Qathan] dari Hisyam [bin ‘Urwah bin Az-Zubair] berkata, telah mengabarkan kepada saya bapakku dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha.
Dan telah diriwayatkan pula, telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Hisyam dari bapaknya dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mencium isteri-isteri Beliau dalam keadaan puasa". 'Aisyah radhiyallahu 'anha kemudian tertawa.
Penjelasan singkat hadits ini:
1.      Biografi Aisyah radhiyallahu ‘anha.
2.      Boleh mencium istri ketika berpuasa.
Aisyah radhiyallahu 'anha berkata;
«كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُنِي وَهُوَ صَائِمٌ، وَأَيُّكُمْ يَمْلِكُ إِرْبَهُ، كَمَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْلِكُ إِرْبَهُ؟»
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menciumku saat beliau sedang berpuasa. Maka adakah diantara kalian yang mampu mengendalikan nafsunya sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mampu mengendalikannya." [Shahih Muslim]
Ø  Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu berkata; Aku merasakan senang lalu aku mencium (istriku) sementara aku dalam keadaan berpuasa. Lalu aku katakan; Wahai Rasulullah, pada hari ini aku telah melakukan suatu perkara yang besar. Saya mencium (istriku) sementara saya sedang berpuasa.
Beliau berkata:
«أَرَأَيْتَ لَوْ مَضْمَضْتَ مِنَ الْمَاءِ، وَأَنْتَ صَائِمٌ»
"Bagaimana pendapatmu apabila engkau berkumur-kumur menggunakan air sementara engkau sedang berpuasa?"
Aku katakan; Tidak mengapa.
Beliau berkata; “Maka mencium juga tidak mengapa!” [Sunan Abi Daud: Shahih]
Ø  Umar bin Abi Salamah radhiyallahu ‘anhuma menanyai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: Apakah orang puasa boleh berciuman?
Rasulullah bersabda kepadanya:
«سَلْ هَذِهِ»
"Tanya ini", menunjuk kepada Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha.
Maka Ummu Salamah memberitahunya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan hal itu.
Umar bin Abi Salamah berkta: Wahai Rasulullah, itu karena Allah telah mengampuni dosamu yang terdahulu dan yang akan datang!
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersbada kepadanya:
«أَمَا وَاللهِ، إِنِّي لَأَتْقَاكُمْ لِلَّهِ، وَأَخْشَاكُمْ لَهُ» [صحيح مسلم]
"Ketahuilah, demi Allah! Sesungguhnya aku ini yang lebih bertakwa kepada Allah dari kalian, dan lebih takut kepada-Nya dari kalian (tidak mungkin melakukan yang terlarang)". [Sahih Muslim]
3.      Jika mencium istri menyebabkan keluarnya air mani maka puasanya batal.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
" يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي ". [صحيح البخاري ومسلم]
Allah 'azza wa jalla berfirman: “Puasa adalah untukku, dan Aku yang akan memberikan ganjarannya langsung. Meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Aku”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
4.      Kenapa Aisyah tertawa dalam hadits ini?
a)       Sebagai pengingkaran bagi orang yang melarang.
b)      Karena telah menceritakan sesuatu yang biasanya wanita malu dalam hal ini.
c)       Isyarat bahwa yang ia maksud istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dirinya.
d)      Perasaan gembira karena mendapatkan keistimewaan ini dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
C.     Penjelasan ketiga.
Hadits kedua: Hadits Ummi Salamah radhiyallahu ‘anha, Imam Bukhari rahimahullah berkata:
1828 - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ [بن مسرهد]، حَدَّثَنَا يَحْيَى [بن سعيد القطان]، عَنْ هِشَامِ بْنِ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ [الدستوائي]، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ [الطائي]، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ [بن عبد الرحمن بن عوف]، عَنْ زَيْنَبَ ابْنَةِ أُمِّ سَلَمَةَ، عَنْ أُمِّهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَتْ: بَيْنَمَا أَنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الخَمِيلَةِ، إِذْ حِضْتُ فَانْسَلَلْتُ، فَأَخَذْتُ ثِيَابَ حِيضَتِي، فَقَالَ «مَا لَكِ أَنَفِسْتِ؟»، قُلْتُ: نَعَمْ، فَدَخَلْتُ مَعَهُ فِي الخَمِيلَةِ، «وَكَانَتْ هِيَ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَغْتَسِلاَنِ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ»، «وَكَانَ يُقَبِّلُهَا وَهُوَ صَائِمٌ»
1828 - Telah menceritakan kepada kami Musaddad [bin Musarhad] telah menceritakan kepada kami Yahya [bin Sa’id Al-Qathan] dari Hisyam bin Abu 'Abdullah [Ad-Dastuwaiy] telah menceritakan kepada kami Yahya bin Abu Katsir [Ath-Thaiy] dari Abu Salamah [bin Abdirrahman bin ‘Auf] dari Zainab putri Ummu Salamah dari ibunya radhiyallahu 'anhuma berkata: Ketika aku bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam satu selimut tiba-tiba aku mengalami haid maka aku diam-diam pergi lalu aku mengambil pakaian khusus haidku.
Beliau berkata: "Ada apa denganmu, apakah kamu mengalami hadil?".
Aku jawab: "Ya". Lalu aku masuk ke dalam selimut bersama Beliau".
Ummu Salamah dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah pula mandi bersama dari satu ember air.
Dan Beliau juga menciumnya padahal Beliau sedang berpuasa".
Penjelasan singkat hadits ini:
1)      Biografi Ummi Salamah radhiyallahu ‘anha.
Lihat di sini: Keistimewaan Ummu Salamah
2)      Boleh mencumbu istri yang sedang haid atau nifas dengan menjauhi tempat keluarnya darah.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa apabila para wanita Yahudi haid, mereka tidak memberinya makan dan tidak mempergaulinya (tidak membiarkannya tinggal) di rumah. Para sahabat pun bertanya kepada Nabi shallallahu'alaihiwasallam. Lantas Allah menurunkan ayat:
{وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِين} [البقرة: 222]
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri (dgn tidak menyetubuhi) dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci (dari haid). apabila mereka Telah suci (mandi wajib), Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. [Al-Baqarah:222]
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«اصْنَعُوا كُلَّ شَيْءٍ إِلَّا النِّكَاحَ»
"Lakukanlah segala sesuatu kecuali senggama". [Sahih Muslim no.455]
Ø  'Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنِي، فَأَتَّزِرُ، فَيُبَاشِرُنِي وَأَنَا حَائِضٌ، وَكَانَ يُخْرِجُ رَأْسَهُ إِلَيَّ وَهُوَ مُعْتَكِفٌ فَأَغْسِلُهُ وَأَنَا حَائِضٌ»
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah memerintahkan aku mengenakan kain, lalu beliau mencumbuiku sementara aku sedang haid. Beliau juga pernah mendekatkan kepalanya kepadaku saat beliau i'tikaf, aku lalu basuh kepalanya padahal saat itu aku sedang haid." [Shahih Bukhari]
3)      Anjuran mandi bersama istri.
Aisyah radiyallahu 'anha berkata:
«كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ كِلاَنَا جُنُبٌ» «نَغْرِفُ مِنْهُ جَمِيعًا» «تَخْتَلِفُ أَيْدِينَا فِيهِ» [صحيح البخاري ومسلم]
“Aku sering mandi bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari satu bejana, kami berdua dalam keadaan junub, kami menimba air dari bejana itu bersamaan, kedua tangan kami saling bergantian”. [Sahih Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain:
كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ بَيْنِي وَبَيْنَهُ وَاحِدٍ، فَيُبَادِرُنِي حَتَّى أَقُولَ: دَعْ لِي، دَعْ لِي [صحيح مسلم]
“Aku sering mandi bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari satu bejana antara aku dan dia, kemudian Rasulullah mendahuluiku sampai aku berkata: Sisakan untukku, sisakan untukku”. [Sahih Muslim]
Ø  Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
«أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَيْمُونَةَ كَانَا يَغْتَسِلاَنِ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ»
“Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan Maimunah mandi bersama dari satu bejana." [Shahih Bukhari]
Ø  Seorang sahabat Rasulullah -radiyallahu 'anhu-berkata:
«نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ تَغْتَسِلَ الْمَرْأَةُ بِفَضْلِ الرَّجُلِ، أَوْ يَغْتَسِلَ الرَّجُلُ بِفَضْلِ الْمَرْأَةِ،  وَلْيَغْتَرِفَا جَمِيعًا» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang seorang wanita mandi dari air sisa laki-laki, atau laki-laki mandi dari air sisa perempuan, dan hendaklah keduanya menimba bersama-sama”. [Sunan Abu Daud: Disahihkan oleh syekh Albaniy]
Wallahu a’lam!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...